Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A Enterobius Vermicularis
Enterobiasis merupakan penyakit dari Enterobiasis
vermicularis (Oxyuris
vermicularis,Linnaeus,1785), atau biasa disebut juga
pinworm atau cacing kremi.
Cacing ini merupakan salah satu Nematoda usus, dan
merupakan parasit umum
bagi manusia (manusia adalah satu-satunya hospes
bagi cacing ini) terutama anakanak.
1. Klasifikasi
Kingdom : Metazoa
Philum : Nemathelmintes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Plasmidia,
Ordo : Rhabditia
Famili : Oxyuroidea
Genus : Enterobius
Spesies : Enterobius vermicularis
(Linaeus1999 dan Leach,1993)
5
2. Morfologi
a. Cacing dewasa
Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,3-0,5 mm,
dengan pelebaran
kutikulum seperti sayap pada ujung anterior yang
disebut alae. Bulbus
oesofagus jelas sekali, dan ekor runcing. Pada cacing
betina gravid, uterus
melebar dan penuh telur (Gandahusada et al., 2006).

6
Gambar: E. vermicularis Betina
Cacing jantan lebih kecil sekitar 2-5 mm dan juga
bersayap, tapi
ekornya berbentuk seperti tanda tanya, spikulum
jarang di temukan (Purnomo et
al.,2003).
Gambar: E. Vermicularis Jantan
b.Telur E.vermicularis
Telur E. vermicularis oval, tetapi asimetris (membulat
pada satu sisi
dan mendatar pada sisi yang lain), dinding telur terdiri
atas hialin, tidak
berwarna dan transparan, serta rerata panjangnya x
diameternya 47,83 x 29,64
mm (Brown, 1979).
Telur cacing ini berukuran 50 m 60 m x 30 m,
berbentuk lonjong
dan lebih datar pada satu sisinya (asimetris). Dinding
telur bening dan agak
7
tebal, didalamnya berisi massa bergranula berbentuk
oval yang teratur, kecil,
atau berisi embrio cacing, suatu larva kecil yang
melingkar (Gandahusada et al.,
2006).
Gambar: Telur E.vermicularis
3. Siklus Hidup
Manusia merupakan satu-satunya hospes bagi E.
vermicularis. Manusia
terinfeksi bila menelan telur infektif. Telur akan
menetas di dalam usus dan

berkembang menjadi dewasa dalam caecum, termasuk


appendix (DB Jelliffe,
1994).
Gambar: Potongan melintang E. vermicularis dewasa di
usus halus
Sumber : www.bchealthguide.org (2003)
8
Cacing betina memerlukan waktu sekitar 1 bulan untuk
menjadi matur
dan mulai memproduksi telur (Garcia dan Bruckner,
1999). Cacing betina yang
gravid mengandung sekitar 11.000-15.000 butir telur,
berimigrasi ke perianal
pada malam hari untuk bertelur dengan cara kontraksi
uterus dan vaginanya.
Telur-telur jarang di keluarkan di usus sehingga jarang
di temukan di tinja.
Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 6 jam
setelah di keluarkan pada
suhu badan. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup
sampai 13 hari
(Gandahusada et al., 2006). Kadang-kadang cacing
betina berimigrasi ke vagina
dan menyebabkan vaginitis (Lynne dan David, 1999).
Gambar: Cacing betina yang bermigrasi ke perianal
untuk meletakkan telurnya
Sumber : www. whisperingpinesmedicalclinic.com
(2003)
Populasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di
caecum. Cacing
jantan mati setelah populasi, dan cacing betina mati
setelah bertelur. Daur hidup

cacing mulai dari tertelannya telur infektif sampai


menjadi cacing dewasa
gravid yang bermigrasi ke perianal dan memerlukan
waktu kira-kira 2 minggu
sampai 2 bulan (Gandahusada et al., 2006).
9
Gambar: Siklus hidup E. vermicularis
4. Epidemiologi
Cacing ini sebagian besar menginfeksi anak-anak,
meski tak sedikit
orang dewasa terinfeksi cacing tersebut. Meskipun
penyakit ini banyak di
temukan pada golongan ekonomi lemah, pasien rumah
sakit jiwa, anak panti
asuhan, tak jarang mereka dari golongan ekonomi yang
lebih mapan juga
terinfeksi (Brown,1979).
1. Epidemiologi E. vermicularis
a. Insiden tinggi di negara-negara barat terutama USA
35-41 %.
10
b. Merupakan penyakit keluarga.
c. Tidak merata dilapisan masyarakat.
d. Yang sering diserang yaitu anak-anak umur 5-14
tahun.
e. Pada daerah tropis insidensedikit oleh karena
cukupnya sinar matahari,
udara panas, kebiasaan ke WC (yaitu sehabis defekasi
dicuci dengan air
tidak dengan kertas toilet). Akibat hal-hal tersebut
diatas maka
pertumbuhan telur terhambat, sehingga dapat

dikatakan penyakit ini


tidak berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi
masyarakat tapi
lebih dipengaruhi oleh iklim dan kebiasaan.
f. Udara yang dingin, lembab dan ventilasi yang jelek
merupakan kondisi
yang baik bagi pertumbuhan telur (Soejoto dan
Soebari, 1999)
5. Penularan Penyakit
Binatang piaraan seperti anjing dan kucing bukan host
bagi
E.vermicularis, tapi bulunya dapat mengandung cacing
kremi. Sehingga para
pecinta binatang yang tidak cuci tangan mudah untuk
terinfeksi. Telur cacing
yang tertelan dapat tumbuh menjadi cacing dewasa
dalam usus manusia dan
berkembang biak dengan mengeluarkan banyak telur;
seekor cacing betina
bertelur sampai puluhan ribu per hari (Harold, 1999).
Intensitas penularan penyakit tinggi pada anak-anak
yang belum
mengenal higiene pribadi yang baik. Tempat-tempat
kumuh, rumah di huni
banyak orang, rumah sakit, panti asuhan merupakan
tempat yang efektif bagi
penularan Enterobiasis. Hygine yang buruk, seperti
jarangnya penggantian
11
seprei, tidur secara berkelompok, dan tukar menukar
baju, serta frekuensi
penggantian celana dalam dan baju yang jarang juga

mempercepat penularan
penyakit ini (Brown, 1979).
6. Patologi dan Gejala Klinis
Enterobiasis sering tidak menimbulkan gejala
(asimptomatis). Gejala
klinis yang menonjol berupa pruritus ani, di sebabkan
oleh iritasi di sekitar anus
akibat migrasi cacing betina ke perianal untuk
meletakkan telur-telurnya. Gatalgatal di daerah anus terjadi saat malam hari, karena
migrasi cacing betina terjadi
di waktu malam (DB Jelliffe,2000).
Cacing betina gravid, sering mengembara dan
bersarang di vagina serta
tuba fallopi. Sementara sampai di tuba fallopi
menyebabkan salphyngitis.
Kondisi ini sangat berbahaya, terutama pada wanita
usia subur, sebab dapat
menyebabkan kemandulan, akibat buntunya saluran
tuba. Cacing juga sering
ditemukan di appendix. Hal ini bisa menyebabkan
apendisitis, meskipun jarang
di temukan (Purnomo et al, 2003)
7. Diagnosis
Diagnosis di lakukan berdasarkan riwayat pasien
dengan gejala klinis
positif. Diagnosis pasti dengan di temukannya telur dan
cacing dewasa. Selain
itu, diagnosa dapat di lakukan dengan pemeriksaan
tinja dan anal swab dengan
metode Scotch adhesive tape swab (Faust et al., 1999).
Pada pemeriksaan tinja dapat di temukan adanya

cacing dewasa.
Cacing jantan dewasa setelah kopulasi mati dan keluar
bersama tinja. Sementara
12
dengan metode Scotch adhesive tape swab, dapat
menemukan telur yang di
letakkan di daerah perianal (Faust et al., 1999).
Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang,
atau bila larva
dari telur yang menetas di daerah parianal bermigrasi
kembali keusus besar. Bila
telur matang yang tertelan, telur menetas di duodenum
dan larva rabditiform
berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di yeyunum
dan bagian atas ileum.
Waktu yang di perlukan untuk daur hidupnya,mulai dari
tertelannya
telur matang sampai menjadi cacing dewasa grafid
yang bermigrasi kedaerah
perianal,berlangsung kira kira 2 minggu sampai 2
bulan.mungkin hanya
berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing
dapat di temukan
kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah
pengobatan (Gandahusada et
al, 2006).
B Pemeriksaan Laboratorium
Infeksi cacing sering diduga pada anak yang
menunjukkan rasa gatal di
sekitar anus pada waktu malam hari. Namun tidak di
kemungkinkan pada orang
dewasa juga di temukan telur cacing. Adapun cara

memeriksa adanya
E,vermicularis adalah sebagai berikut:
a) Cacing dewasa
Cacing dewasa di temukan di dalam feses di cuci dalam
larutan NaCl
agak panas, kemudian di kocok-kocok terus, sehingga
lemas. Selanjutnya di
13
periksa dalam keadaan segar atau di matikan dengan
larutan fixasi untuk
mengawetkan gunakan alcohol 70% agak panas.
Cacing kremi (E,vermicularis) dewasa berukuran kecil,
berwarna
putih. Cacing betina jauh lebih besar dari pada jantan.
Ukuran cacing betina
sampai 13 mm, sedangkan ukuran jantan sampai
sepanjang 5 mm. Didaerah
anterior sekitar leher,kutikulum cacing
melebar.Pelebaran yang khas pada
cacing ini disebut sayap leher (cervical alae).Usofagus
cacing ini juga khas
bentuknya oleh karena mempunyai bulbus esophagus
ganda (double-bulpoesophagus). Tidak terdapat rongga mulut pada cacing
ini, akan tetapi di
jumpai adanya tiga buah bibir.
Ekor cacing betina lurus dan runcing sedangkan yang
jantan
mempunyai ekor yang melingkar. Di daerah ujung
posterior ini di jumpai
karena sesudah mengadakan kopulasi dengan
betinanya ia segera mati

(Soedarto,1995)
b) Telur cacing
Telur cacing E.vermicularis jarang di temukan dalam
feses, hanya 5%
yang positif pada orang orang yang menderita infeksi
ini (Soejoto dan
Soebari,1996)
Telur cacing E.vermicularis lebih muda di temukan
dengan teknik
pemeriksaan yang khusus,yaitu dengan metode
Mengaplikasi Graham Scotch
Tape(Ganda husada,S.2006).
14
Pada metode ini bahan yang di periksa berupa perianal
swab oleh
karena cacing betina yang banyak mengandung telur
pada waktu malam hari
melakukan migrasi kedalam perianal. Sehingga dengan
pemerksaan perianal
swab lebih muda di temukan telur cacing tersebut
(Brown,H.W,1979).
C Hidup sehat
1) Pengertian hidup sehat
Sehat adalah keadaan sempurna dari jasmani rohani
social serta bebas
dari cacat dan kelemahan. Kesehatan juga biasa di
artikan suatu proses yang
dinamis. Dengan ini manusia menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan hidup,
dengan demikian manusia yang sehat adalah manusia
yang dapat
menyesuaikan sepenuhnya badan dan jiwanya dengan

lingkungan.
2) Faktor yang mempengaruhi kesehatan
Menurut Hendrik L. Blum faktor yang mempengaruhi
kesehatan
manusia di golongkan menjadi 4 yaitu : faktor
keturunan, factor lingkungan,
faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan .
D Hygiene sanitasi perorangan dan lingkungan
Infeksi E. vermicularis dapat terjadi melalui 3 jalan
yaitu: penularan
dari tangan ke mulut (autoinfeksi), melalui pernafasan
dengan menghirup udara
yang tercemar telur cacing yang infektif dan penularan
secara retrofeksi yaitu
penularan yang terjadi pada penderita sendiri
(soedarto, 2002)
15
Ada kaitannya dengan kebiasaan hidup dibandingkan
orang dewasa,
anak-anak lebih mudah terkena penyakit Enterobius.
Adapun factor- factor
kebiasaan hidup yang dapat menyebabkan enterobiasis
yaitu tangan tidak di cuci
bersih setelah buang air dan sebelum makan,
kebiasaan anak tidak menggunakan
sendok,kuku jari yang panjang, jarang mengganti
celana dalam, dll (Brown,
HW.2003)
Beberapa penyakit pada anak anak terjadi karena
berbagai kebiasaan
buruk seperti cacingan terutama anak berumur antara
4-14 tahun. Untuk sebagian

besar anak, sekolah merupakan tempat pertama yang


berhubungan dengan orang
orang diluar keluarganya. Perubahan ini yang berarti
menjelajah keluar,
memungkinkan terjadinya bahaya kecelakaan, infeksi,
dan ketegangan fisik
maupun emosional secara umum.
E Terapi dan Pencegahan
Pengobatan enterobiasis efektif jika semua penghuni
rumah juga di
obati, infeksi ini dapat menyerang semua orang yang
berhubungan dengan
penderita. Obat-obatan yang di gunakan antara lain
piperazin, pirvinium,
tiabendazol dan stilbazium iodida (Gandahusada et al.,
2006).
Pengobatan enterobiasis adalah sebagai berikut :
1. Piperazin sulfat diberikan dengan dosis 2 x 1 g/hari
selama 8 hari,
2. Pirvinium pamoat, di berikan dengan dosis 5 mg/kg
berat badan (maksimum
0,25 g ) dan di ulangi 2 minggu kemudian,
16
3. Piranthel pamoat, di berikan dengan dosis 11mg/kg
berat badan single dose,
dan maksimum 1 gram,
4. Stilbazium Iodida, dengan dosis tunggal 10-15 mg/kg
berat badan. Warna
tinja akan menjadi merah karena obat ini (Noer, 2007).
Pencegahan dengan menjaga kebersihan, cuci tangan
sebelum makan,
ganti sprei teratur, ganti celana dalam setiap hari,

membersihkan debu-debu
kotoran di rumah, potong kuku secara rutin, hindari
mandi cuci kakus (MCK) di
sungai. Kalau perlu toilet dibersihkan dengan
menggunakan desinfektan (Noer,
1999). Selain itu, peningkatan kesehatan perorangan
dan kelompok digabung
dengan terapi kelompok dapat membantu pencegahan
(Garcia dan Bruckner,
1999)
F Kerangka konsep
Adapun kerangka konsep sebagai berikut:
E.vermicuris
Pola hidup sehat Infeksi E.vermicuris
Variabel bebas Variabel terikat

BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
analitik yang
bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.
Rancangan penelitian ini
merupakan rancangan cross sectional (sekali waktu)
antara faktor risiko/
paparan dengan penyakit.
Cross sectional adalah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan
cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat (point time


approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
variabel subjek pada saat
pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010, p.37).
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELIAN
1. Tempat Penelitian
Tempat yang dijadikan sebagai tempat penelitian
adalah di RB Citra Insani,
Jl. Kauman Barat 5/23 Semarang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22Juli13Agustus 2011.
28
C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
1. Populasi penelitian
a. Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti atau
diselidiki, dapat
terjadi di dalam alam, atau yang sedang terjadi di
masyarakat
(Notoatmodjo, 2010, p.115).
b. Populasi adalah sejumlah besar subyek yang
mempunyai karakteristik
tertentu. Subyek dapat berupa manusia, hewan coba,
data laboratorium,
dan lain-lain, sedangkan karakteristik subyek
ditentukan sesuai dengan
ranah dan tujuan penelitian (Sastroasmoro, 2008,
p.79).
Populasi dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah populasi
target

yaitu semua bayi baru lahir yang hidup dan dimandikan


pertama kali pasca
kelahiran dengan jumlah 40 bayi baru lahir, yang lahir
pada bulan JuliAgustus 2011.
2. Sampel penelitian
a. Sampel adalah hasil pencuplikan dari populasi yang
akan diteliti
karakteristiknya (Notoatmodjo, 2010, p.115).
b. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih
dengan cara tertentu
hingga dianggap dapat mewakili populasi
(Sostroasmoro, 2008, p.78).
Dalam penelitian ini sampelnya adalah bayi baru lahir
yang terpilih
dari seleksi populasi yaitu 40 bayi baru lahir, yang lajir
pada bulan JuliAgustus 2011.
29
3. Teknik Sampling
Pada dasarnya teknik sampel ini gunakan untuk
pengambilan
sampel. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik
sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel, atau dikenal sebagai
sensus, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2007,
p.68).
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Operasional

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa


saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2007, p. 89).
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,
sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan
penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis
kelamin, pendidikan dan
status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,
pendapatan, penyakit, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2010, p.103).
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu :
a. Variabel Independen
Variabel Independen merupakan variabel yang menjadi
sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).
30
Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas
artinya bebas dalam
mempengaruhi variabel lain, variabel ini mempunyai
nama lain seperti
variabel prediktor, risiko atau kausa. Dalam penelitian
ini variabel
independennya adalah berat badan bayi baru lahir .
b. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini

tergantung dari variabel


bebas terhadap perubahan. Variabel ini juga disebut
sebagai variabel efek,
hasil, outcome atau event. Dalam penelitian ini variabel
dependennya
adalah hipotermia.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel
secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati,
memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu
objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan
berdasarkan parameter
yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan
cara pengukuran
merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan
ditentukan
karakteristiknya.
31
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat ukur Kategori Skala
Variabel Ukuran berat Timbangan 1. < 2500 gram dan
Nominal
Bebas: dari bayi bayi dengan >4000 gram: Tidak
Berat baru lahir. model normal
badan bayi timbangan 2. 2500-4000 gram:
baru lahir tidur, merek Normal
timbangan
misaki
Variabel Suhu tubuh Termometer 1. 32oC-36,4oC:

Nominal
Terikat: bayi yang rectal Hipotermia
Hipotermia diukur (termometer 2. 36,5oC-37,5oC:
setelah jenis raksa). Tidak Hipotermia
dimandikan 1. H
dan i
mengalami p
penurunan
suhu antara
32oC-36,4oC
E. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian tentang Hubungan berat badan bayi baru
lahir dengan
kejadian hipotermi pada bayi yang dimandikan 6 jam
pasca kelahiran di RB
Citra Insani , yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Mengurus perizinan melakukan penelitian dari Ketua
Program Studi
Diploma III Kebidanan Universitas Muhammadiyah
Semarang.
b. Kemudian mengajukan permohonan izin ke RB Citra
Insani Semarang.
c. Studi pendahuluan, studi pustaka, penyusunan Karya
Tulis Ilmiah, dan
dilanjutkan ujian Karya Tulis Ilmiah.
32
2. Tahap Pelaksanaan
a. Setelah mendapatkan ijin dari pihak Kepala RB Citra
Insani, menjelaskan
tujuan penelitian
b. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-

Agustus 2011
c. Melakukan praktek memandikan bayi 6 jam pasca
lahir, dan mengisi tabel
observasi yang telah dipersiapkan
d. Tabel yang telah diisi, kemudian diteliti kembali
e. Setelah diteliti, kemudian diolah dengan program
komputer
f. Pada tahap akhir dilakukan pembuatan laporan hasil
F. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Sumber Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah
menggunakan
data primer. Data primer adalah data yang yang
dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung terhadap sasaran (Sugiyono, 2009,
p.87).
Data primer berfungsi untuk mengukur secara langsung
berat badan
bayi baru lahir dan suhu tubuh bayi yang dimandikan 6
jam pasca kelahiran.
Metode pengumpulan data dengan cara melakukan
penimbangan dan
pengukuran suhu tubuh. Dari pengumpulan data
peneliti dapat mengetahui
berat badan bayi baru lahir dan suhu tubuh bayi yang
dimandikan 6 jam pasca
kelahiran.
33
2. Instrumen Data
Instrumen data adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan
data, berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir

observasi, dan
menyangkut pemeriksaan fisik maka instrumen
penelitian berupa: timbangan
dan termometer (Notoatmodjo, 2010, p. 87).
Dalam pengumpulan dan pengambilan data Karya Tulis
Ilmiah ini,
peneliti menggunakan timbangan untuk mengukur
berat badan bayi baru
lahir. Dan setiap bayi baru lahir diukur suhu tubuhnya
menggunakan
termometer raksa, sebelum dan sesudah dimandikan.
Keseluruhan cara ini
dilakukan pada setiap sampel bayi baru lahir.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat
itu benarbenar mengukur apa yang diukur (Notoatmojo, 2010,
p.164).
Dalam penelitian ini menggunakan timbangan berat
badan dan
termometer untuk mengukur suhu badan, sehingga
tidak memerlukan uji
validitas karena alat yang digunakan sudah valid.
G. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Analisis data merupakan proses pengolahan dan
menganalisis data
dengan teknik-teknik tertentu. Data kualitatif diolah
dengan teknik analisis
kualitatif, sedangkan data kuantitatif dengan teknik
analisis
34
kuantitatif. Untuk pengolahan data kuantitatif dapat

digunakan dengan tangan


atau melalui proses komputerisasi. Dalam pengolahan
ini mencakup tabulasi
data dan perhitungan-perhitungan statistik, bila
diperlukan uji statistik
(Notoatmojo, 2010, p.171).
Proses pengolahan data ini melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali
kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing pada penelitian ini,
dilakukan dengan
cara memindahkan data tentang berat badan bayi baru
lahir, suhu tubuh bayi
sebelum dan setelah dimandikan yang tertulis pada
selembar kertas, ke tabel
yang telah disiapkan, dan selama pengeditan
penelitian, tidak ada kesalahan
dalam penulisan.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik
(angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.
Teknik ini dilakukan
dengan memberikan tanda pada masing- masing hasil
pengukuran dengan
kode berupa angka, yang selanjutnya dimasukkan ke
dalam tabel lembar kerja
untuk memudahkan pengolahan.
Pada penelitian ini, menggunakan coding sebagai
berikut:

a. Berat badan bayi baru lahir:


1) Kode 1, untuk berat badan bayi tidak normal
2) Kode 2, untuk berat badan bayi normal
35
b. Hipotermia
1) Kode 1, untuk bayi yang mengalami hipotermia
2) Kode 2, untuk bayi yang Tidak Hipotermia
3. Tabulating
Pada tahap ini, cara yang sudah lengkap ditabulasi,
kemudian
diklasifikasikan ke dalam masing-masing variabel,
kemudian dimasukkan ke
table, yang terdiri dari: nama responden, tanggal lahir
bayi, umur, jenis
kelamin, berat badan bayi baru lahir, suhu sebelum
dimandikan, dan suhu
setelah dimandikan. Untuk mempermudah dalam
menganalisa data dengan
mengkategorikan berat badan bayi baru lahir dengan
suhu setelah bayi
dimandikan.
Tabulasi data, dilakukan dengan memasukan program
atau
software computer. Salah satu paket program yang
digunakan untuk entri
data" penelitian adalah paket program SPSS versi 16.
4. Melakukan teknik analisa
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data
penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan
dengan tujuan yang
hendak dianalisis. Data yang telah diolah

dideskripsikan dan
diinterpretasikan.
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini
adalah:
a. Analisa univariat
Analisa univariat yaitu dilakukan pada tiap variable,
dan
bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel. Bentuk
36
analisis univariate tergantung jenis datanya. Untuk
data numerik maka
digunakan nilai mean atau rata-rata, median, dan
standart deviasi. Pada
umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase
dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005, p.102).
Keterangan:
P : Presentase
F : Frekuensi
N : Jumlah frekuensi keseluruhan
100% : Bilangan genap
Didalam penelitian ini, karena skala data adalah
kategorik maka
harus mengetahui ditribusi dan persentase dari tiap
variabel.
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap
dua
variabel yang diduga berhubungan. Dalam analisis ini
dilakukan pengujian
statistik Chi square. Uji Chi square, untuk menganalisis

hubungan dua
variabel yang diduga berhubungan, dan dapat
digunakan untuk mengetahui
hubungan data kategorik dan kategorik (Notoatmodjo,
2010, p.182).
37
Uji Chi square, digunakan untuk mengetahui hubungan
antara
berat badan bayi baru lahir dengan kejadian hipotermia
pada bayi yang
dimandikan 6 jam pasca kelahiran.
H. JADWAL PENELITIAN
Terlampir

Anda mungkin juga menyukai