Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Gagal Ginjal

Kronik Usia 40-60 tahun di RS Siloam Lippo


Karawaci

Proposal Penelitian

Disusun Oleh :
Felysia Margaret
102013211
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2016

Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan artikel penelitian mengenai beberapa
faktor yang terkait dengan kejadian gagal ginjal kronik. Artikel penelitian ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran metodologi penelitian. Selain itu
artikel ini dibuat dengan maksud untuk menjabarkan apa hubungan antara hipertensi
dengan kejadian gagal ginjal kronik.
Dalam pembuatan artikel penelitian ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengajar atas kesempatan dan dukungan yang telah diberikan
sehingga artikel penelitian ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan artikel penelitian ini masih adanya
kekurangan dan kelemahannya. Namun penulis masih berharap agar artikel penelitian
ini tetap dapat memberi manfaat dan berguna bagi para pembaca. Mohon maaf bila
ada kesalahan dalam penulisan kata dan dalam pemakaian bahasa, baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Karena ketidak sempurnaan dalam artikel
penelitian ini penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
para pembacanya.

Penulis

Daftar Isi

Halaman Sampul..... 1
Kata Pengantar.... 2
Daftar Isi..... 3
Abstrak........ 4
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.. 5
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian. 5
1.4 Manfaat Penelitian... 5
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1 Kerangka Teori........ 6
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian.. 10
3.2 Tempat dan waktu penelitian... 10
3.3 Pengumpulan data 10
3.4 Analisis data. 10
3.5 Populasi penelitian... 10
3.6 Sampel penelitian..... 10
3.7 Variabel penelitian 10
Daftar Pustaka..... 11

ABSTRAK

Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
bermacam-macam yang mengakibatkan kepada penurunan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible, yang bahkan dalam penatalaksanaanya dalam beberapa
kasus memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialysis atau
transplantasi ginjal. Dikatakan kronik jika kerusakan ginjal sudah terjadi lebih dari 3
bulan, dan kelainan berupa kelainan structural maupun fungsional dengan atau tanpa
disertai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG).
Kata kunci: GGK, gagal ginjal kronik, LFG
ABSTRACT
Chronic kidney disease is a pathophysiological processes and etiology are manifold
resulting in the progressive decline in renal function and irreversible, even in the
management in some cases require renal replacement therapy which remains, in the
form of dialysis or kidney transplantation. Is said to be chronic if kidney damage has
occurred more than 3 months, and abnormalities in the form of structural and
functional abnormalities with or without accompanied by a decrease in glomerular
filtration rate (GFR).
Keywords: CKD, chronic renal failure, GFR

BAB I

PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu istilah yang menjelaskan tentang tekanan darah tinggi.
Tekanan darah adalah ukuran kekuatan darah terhadap dinding arteri saat jantung
memompa darah ke seluruh bagian tubuh.
Pembacaan tekanan darah biasanya disajikan dalam bentuk dua buah angka,
misalnya 120 per 80 (ditulis 120/80 mmHg). Angka yang berada di atas disebut
tekanan darah sistolik, dan yang bawah adalah tekanan darah diastolik. Sistolik
adalah fase kontraksi dan diastolik adalah fase istirahat jantung.1
Gagal ginjal secara tradisional dianggap sebagai hasil yang serius dari
penyakit ginjal kronis dan gejala biasanya disebabkan oleh komplikasi ginjal dan
berkurang fungsi ginjal. Pada gejala yang parah dapat diobati hanya dengan
dialisis dan transplantasi. Gagal ginjal didefinisikan sebagai GFR kurang dari 15
mL / menit per 1.73 m, atau kebutuhan untuk pengobatan dengan dialisis atau
transplantasi.2 Di negara maju seperti Amerika, penyakit ginjal kronis umumnya
terkait

dengan

usia

tua,

kardiovaskular, diabetes

diabetes,

dengan

hipertensi,

obesitas,

glomerulosklerosis

dan

dan

penyakit

nephrosclerosis,

hipertensi sebagai patologis yang diduga mempengaruhi terjadinya gagal ginjal


kronis.3
Rumusan Masalah
1. Apa hubungan hipertensi terhadap kasus gagal ginjal kronik?
2. Faktor lain apa yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan hipertensi dengan gagal ginjal kronis di RS Siloam Lippo
Karawaci
Tujuan khusus
Mengetahui kebiasaan para penderita hipertensi yang disertai gagal ginjal kronik di
RS Siloam Lippo Karawaci
Mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi penyakit gagal ginjal kronik
Manfaat Penelitian
Dari artikel penelitian ini para pembaca dapat mengerti hubungan antara hipertensi
dengan gagal ginjal kronik. Dan juga dapat mengetahui faktor-faktor lain pemicu
terjadinya hipertensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah penyimpangan
progresif , fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan metabolic , dan cairan dan elektrolit mengalam
kegagalan, yang mengakibatkan uremia.4 Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai
penyakit merusak massa nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan
penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral. 5 Tinjauan mengenai gagal ginjal kronik
dapat diperoleh dengan melihat hubungan antara bersihan kreatinin dengan laju
filtrasi glomerulus sebagai presentase keadaan normal, terhadap kreatinin serum dan
kadar nitrogen urea darah ( BUN ).5
Perjalanan klinis umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga
stadium (stadium I, II dan III). Stadium pertama disebut sebagai penurunan adangan
ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan pasien
asimtomatik. Stadium kesua perkembangan tersebut disebut dengan insufisiensi
ginjal, bila lebih dari 75% jarigan yang berfungsi telah rusak ( GFR besarnya 25 %
dari normal ) pada tahap ini BUN dan kreatinin serum meningkat lebih dari normal.
Azotemia biasanya terjadi ringan akibat infeksi , gagal jantung atau dehidrasi.
Terdapat juga nokturia dan polyuria. Stadium ketiga atau stadium akhir gagal ginjal
progresif terjadi apabila 90% massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 20.000
nefron yang utuh. Nilai GFR hanya 10 % dari normal, kadar kreatinin serum dan
BUN meningkat secara menyolok. Pada ESRD , pasien pasti akan meninggal kecuali
bila mendapat pengobatan dalam bentuk dialysis atau transplantasi ginjal.5
Gagal ginjal kronis didasarkan pada adanya tanda kerusakan ginjal (yaitu,
albuminuria) atau fungsi ginjal menurun (yaitu laju filtrasi glomerulus [GFR] <60 mL
/ menit per 1 73 m) selama 3 bulan atau lebih, terlepas dari diagnosis klinis. 6,7,8
Karena peran sentral GFR dalam patofisiologi komplikasi, penyakit ini diklasifisi ke
lima tahap atas dasar GFR: lebih dari 90 mL / menit per 1 73 m (tahap 1), 60-89
mL / menit per 1 73 m (tahap 2), 30-59 mL / menit per 1 73 m (tahap 3), 15-29
mL / menit per 1 73 m (tahap 4), dan kurang dari 15 mL / menit per 1 73 m (tahap
5). Temuan dari eksperimental dan penelitian klinis menunjukkan peran penting
untuk proteinuria dalam patogenesis penyakit progresif.9

Di negara maju, penyakit ginjal kronis umumnya terkait dengan usia tua,
diabetes, hipertensi, obesitas, dan penyakit kardiovaskular, diabetes dengan
glomerulosklerosis dan nephrosclerosis hipertensi sebagai entitas patologis yang
diduga. Diabetes ditandai dengan perlahan memburuknya albuminuria, hipertensi,
dan

penurunan

progresif

GFR,

kadang-kadang

dengan

sindrom

nefrotik.

nephrosclerosis hipertensi tidak memiliki penanda yang berbeda dari kerusakan


ginjal, tetapi untuk konsentrasi tinggi albuminuria dapat terjadi setelah timbulnya
penurunan GFR. Banyak pasien dengan diabetes dan penyakit ginjal kronis tidak
memiliki khas glomerulosclerosis diabetes, dan patologis lainnya.10
Insidensi dan prevalensi bervariasi karena perbedaan-perbedaan yang
mendasari tingkat penyakit dan ketersediaan pengobatan yang disponsori pemerintah.
Insiden sekarang setinggi 200 kasus per juta per tahun di banyak negara. Hal ini
mendekati 400 kasus per juta di Amerika Serikat, Taiwan, dan beberapa daerah di
Meksiko, dan telah meningkat tercepat pada orang tua.10
Prevalensi gagal ginjal kronik menurut etiologinya di Indonesia tahun 2011
adalah (Glomerulopati Primer/GNC) 14%, (Nefropati Diabetika) 27%, (Nefropati
Lupus/SLE)

1%, (Penyakit Ginjal Hipertensi) 34%, (Ginjal Polikistik) 1%,

(Nefropati Asam Urat) 2%, (Nefropati obstruksi) 8%, (Pielonefritis kronik/PNC) 6%,
dan (Lain-lain) 6%, (Tidak Diketahui)1%.
Penyebab terbanyak adalah penyakit ginjal hipertensi dengan 34 % , hal ini
tidak sesuai dengan data epidemiologi dunia yang menempatkan nefropati diabetika
sebagai penyebab terbanyak.11
Adapun faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronik,
yaitu :
1. Faktor sebelum sakit
a. Status gizi
Seperti diketahui , semua proses metabolic tubuh dijalankan oleh system
enzim yang dikendalikan oleh gen kita. Enzim memerlukan mikronutrien
( vitamin dan mineral ) untuk dapat berfungsi dengan baik. Akibat dari
gangguan fungsi pencernaan (maldigesti) ditambah dengan kekurangan
asupan gizi ( malnutrisi ) akibat pola makan yang buruk, membuat produksi
enzim tidak memadai, sehingga dapat menyebabkan ketidak seimbangan
metabolism tubuh yang secara langsung menimbulkan penyakit kronis.

Komplikasi dari penyakit kronis inilah yang berisiko menyebabkan terjadinya


gagal ginjal kronis.12
b. Usia
Tidak ada pengaruh antara usia pasien dengan kepatuhan dalam
mengurangi asupan cairan. Hal ini dikarenakan baik pada penderita yang
patuh maupun yang tidak patuh memiliki faktor yang lebih dominan dalam
mempengaruhi kepatuhan asupan cairan. Ketaatan merupakan suatu hal yang
menetap dan bersifat problematis, usia merupakan lamanya individu
menjalani kehidupan. Pada usia yang lebih tua belum tentu akan lebih
mengetahui bila tidak ditunjang dengan pengetahuan dan pengalaman yang
pernah dialami, sementara pada penderita yang tidak patuh dipandang sebagai
seorang yang lalai lebih mengalami depresi, ansietas, sangat memperhatikan
kecemasannya , dan memiliki keyakinan ego yang lebih lemah ditandai
dengan kekurangan dalam hal pengendalian diri sendiri dan kurangnya
penguasaan terhadap lingkungan, dan bukan hanya karena pengaruh tingkat
usia penderita.12
c. Jenis kelamin
Menurut data sampel National Health dan Nutrition Examination Survey
(NHANES) tahun 2014 prevalensi penderita gagal ginjal kronik di negara
Amerika lebih banyak pada laki laki dibanding perempuan. 15,1 % pada
laki laki, dan 12,1 % pada perempuan.10
d. Riwayat penyakit dahulu
2. Faktor saat sakit
a. Penyakit penyerta
1. Diabetes mellitus
Di Amerika Serikat nefropati diabetik merupakan penyebab utama
gagal ginjal.
terjadi kerusakan pada pembuluh darah halus di ginjal. Kerusakan
pembuluh darah menimbulkan kerusakan glomerulus yang berfungsi
sebagai penyaring darah. Tingginya kadar gula dalam darah akan
membuat struktur ginjal berubah sehingga fungsinyapun terganggu
2. Penyakit kardiovaskular
Gagal jantung kongestif.9

b. Kadar ureum dan kreatinin


Ureum merupakan produk sisa metabolisme ( pembakaran) protein.
Dalam keadaan normal, kadar ureum darah selalu konstan.
Kreatinin merupakanhasil metabolisme sel otot yang terdapat didalam
darah setelah melakukan kegiatan. Bila fungsi ginjal menurun, kadar
kreatinin & ureum di dalam darah akan meningkat.9
c. Kadar Kolesterol
Dislipidemia yang utama pada penderita gagal ginjal kronis adalah
kadar trigliserida (hipertrigliserida). Kurang lebih dari 30% penderita
mengalami hipertrigliserida yang merupakan salah satu ciri yang
menonjol pada gagal ginjal kronis. Kadar kolesterol total dan LDL dalam
batas normal dan kadar HDL menurun.9
3. Faktor perawatan
Pemberian obat
Kerusakan pada ginjal dan sirkulasi tubuh dapat dicegah dengan konsumsi
obat-obatan untuk mengontrol tekanan darah dan menurunkan kadar kolesterol dalam
darah. ,mengontrol /mencegah CKD berkembang hingga tubuh kehilangan hampir
semua fungsi ginjal.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Adapun desain penelitian ini adalah dengan menggunakan desain /
pendekatan cross sectional dimana pengumpulan data dan pengukuran variabel
penelitian dilakukan pada saat yang sama.
3.2 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan tanggal di Rumah Sakit Siloam Lippo Karawaci
3.3 Pengumpulan data

Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji Chi-square.
3.4 Analisis data
Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi pada tiap variabel yang
diteliti. Analisis dilakukan pada tingkat kemaknaan 95% untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistic dengan menggunakan uji SPSS
versi 20
3.5 Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang dewasa penderita gagal
ginjal kronik berusia 40-60 tahun.
3.6 Sampel penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode random
sampling terhadap semua orang dewasa penderita gagal ginjal kronik berusia 40-60
tahun.
3.7 Variabel penelitian
Variabel penelitian terdiri atas dua macam variabel yaitu variabel independen
(bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi dan tidak tergantung variabel lainnya,
serta variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang tergantung pada variabel lainnya.
Pola hubungan variabel bebas dan variabel terikat berasal dari hubungan sebabakibat. Variabel bebas (X) dapat mempengaruhi variabel terikat (Y).
Variabel X adalah hipertensi
Variabel Y adalah gagal ginjal kronik.
Daftar Pustaka
1. Goldstein LB, Bushnell CD, Adams RJ, Appel LJ, Braun LT, Chaturvedi S, et al.
Guidelines for the primary prevention of stroke: a guideline for healthcare
professionals from the American Heart Association/American Stroke Association.
Stroke. 2011 Feb;42:517-84.
2. Ogle JW. Infections: bacterial and spirochaetal. Dalam:Hay WW, Grothuis JR,
Hayward AR, Levin MJ, penyunting. Current pediatric diagnosis & treatment. Edisi
ke-13. Connecticut: Appleton & Lange, 1997. h. 1003-6.

10

3. Svensson MD, Sjorbring U dan Bessen DE. Selective distribution of a high affinity
plasminogen-binding site among group A Streptococci associated with impetigo.
Infect and Immun1999; 67:3915-20.
4. Bergstein JM. Condition particularly associated with hematuria. Dalam:Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson texbook of pediatrics. Edisi ke-16
Philadelphia: WB Saunders, 2000. h. 1577-82.

5. Jordan SC, Lemire JM. Acute glomerulonefritis diagnosis and treatment. Pediatr
Clin North Am 1982; 29:857-73.
6. Lewy JE. Acute poststreptococal glomerulonephritis. Pediatr Clin North Am 1976;
23:751-9.
7. Makker SP. Glomerular disease. Dalam: Kher KK,Makker SP, penyunting.
Clinical pediatric nephrology. New York: McGraw-Hill, 1992. h. 175-220.
8. Nordstrand A, McShan WM, Ferretti JJ, Holm SE dan Norgren M.Allele
substitution of the streptokinase gene reduces the nephritogenic capacity of group
A streptoccocal strain NZ131. Infect and Immun 2000; h. 1019-25.
9. Bisno AL.Non suppurative streptococcal sequelae: rheumatic fever and
glomerulonephritis. Dalam: Mandell GL, Bennet JE, Dolin R, penyunting.
Principles and practice of infectious diseases. Edisi ke-5. New York: Churchill
Livingstone,2000. h. 2117-28.
10. Chapel H,Haeney M. Essential of clinical immunology. Edisi ke-2. Oxford:
Blackwell Scientific Public,1998. h.183-952

11

Anda mungkin juga menyukai