Peranan Ubiquinone Pada PPOK
Peranan Ubiquinone Pada PPOK
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai oleh
hambatan aliran udara menahun di saluran napas, bersifat progresif nonreversibel atau reversibel
sebagian.1 Pada PPOK akan terjadi penurunan faal paru yang patologik dan berakibat penderita
PPOK sering mengeluh sesak serta keterbatasan aktiviti.2 Keluhan sesak yang timbul terutama
akibat penurunan kapasiti otot-otot pernapasan dalam kaitannya dengan peningkatan beban
mekanik.3 Keterbatasan aktiviti disebabkan oleh peningkatan kerja pernapasan dan dynamic
hyperinflation. Penelitian menunjukkan bahwa disfungsi otot-otot pernapasan sering
berkontribusi sangat signifikan pada keterbatasan aktiviti penderita PPOK. Keterbatasan aktiviti
pada penderita PPOK pada akhirnya berkontribusi terhadap kualiti hidup yang buruk. 2 Dalam
kaitan dengan kondisi tersebut penatalaksanaan PPOK bertujuan antara lain untuk meningkatkan
toleransi latihan serta meningkatkan kualiti hidup.1
Ubiquinone atau coenzyme Q10 (CoQ10) merupakan substansi seperti vitamin yang
ditemukan pada tiap sel tubuh. Ubiquinone digunakan oleh tubuh untuk mengubah makanan
menjadi adenosine triphosphate (ATP), energi yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. 4,5
Oleh karena itu, suplementasi ubiquinone diperkirakan dapat meningkatkan kapasiti aerobik dan
performans otot.5 Selain itu ubiquinone juga merupakan antioksidan potensial yang melindungi
tubuh dari radikal bebas dan membantu ketersediaan vitamin E yang merupakan antioksidan
utama membran sel.6 Suplementasi ubiquinone pada penderita PPOK mempunyai tempat dalam
hubungannya dengan peningkatan kapasiti latihan serta sebagai antioksidan. Efektiviti
ubiquinone pada PPOK masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
otot-otot skeletal. Patofisiologi disfungsi otot skeletal sampai saat ini masih belum diketahui
secara pasti Beberapa faktor mempengaruhi disfungsi otot skeletal tersebut (Tabel 1). Meskipun
begitu, disfungsi otot skeletal pada PPOK mempunyai 2 karakteristik yang mungkin saling
berkaitan. Yang pertama adalah kehilangan massa otot sebagai fenomena intrinsik otot. Yang
kedua adalah disfungsi atau malfungsi otot itu sendiri. Malfungsi sendiri kemungkinan akibat
perubahan dalam otot (abnormaliti mitokondria atau kehilangan protein kontraktil). Malfungsi
juga bisa terjadi karena perubahan kondisi eksternal yang mempengaruhi kerja otot ( hipoksia,
hiperkapnia atau asidosis) sebagai akibat abnormaliti gangguan pertukaran gas yang karakteristik
pada PPOK.2
Pada penderita PPOK sering terjadi hipoksia (tekanan oksigen arteri PaO 2 rendah) saat
istirahat dan secara bertahap menurun saat aktiviti. Kondisi hipoksia ini menyebabkan transport
oksigen ke otot-otot kaki, otot jantung dan otot-otot pernapasan mengalami gangguan. Terjadi
gangguan irama jantung (peningkatan denyut jantung) dan gangguan fungsi jantung. Pada otototot pernapasan dan diafragma akan terjadi kelelahan otot. Selanjutnya hipoksemi yang diinduksi
aktiviti ini mungkin menghasilkan aktiviti dengan hambatan ventilasi disertai peningkatan
sensasi sesak.7
Pada penderita PPOK ditemukan kelemahan otot perifer sehingga membatasi kapasiti
fungsional penderita PPOK dan menurunkan kualiti hidup. Penelitian menunjukkan bahwa
penderita kelainan paru mengalami penurunan kekuatan otot perifer dan penurunan fungsi
pompa ventilasi inferior.8 Penelitian oleh Jacobson dkk menunjukkan bahwa terjadi penurunan
sintesis sitrat dan peningkatan bermakna fosfofruktokinase enzim regulator untuk glikolisis. Hal
ini menunjukkan perubahan penyesuaian diri otot penderita dengan keterbatasan jalan napas
yang menyebabkan peningkatan glikolisis dan penurunan kapasiti aerobik. Metabolisme ATP
akan terganggu yang ditandai dengan perubahan keseimbangan penggunaan ATP dan resintesis.
Terjadi penurunan konsentrasi ATP dan akhirnya terjadi penurunan jumlah molekul kaya energi
seperti glikogen dan fosfokreatin. Perubahan sintesis dan penggunaan ATP ditandai dengan
VEP1 yang lebih tinggi dibandingkan diet rendah antioksidan ini. Beberapa penelitian termasuk
MORGEN menunjukkan terdapat hubungan antara masukan buah-buahan dengan VEP1 yang
tinggi dan penurunan gejala pada penderita PPOK. Penelitian MORGEN juga menunjukkan
bahwa terdapat efek menguntungkan dari flavonoids pada VEP1.13
UBIQUINONE
Coenzyme Q10 (CoQ10) merupakan komponen alami yang ditemukan dalam tubuh
manusia. Oleh karena keberadaannya ada di mana-mana secara alami dan mempunyai struktur
quinone (sama dengan vitamin K), CoQ 10 juga disebut sebagai ubiquinone.5 Ubiquinone
merupakan substansi seperti vitamin yang ditemukan pada tiap sel tubuh dan berfungsi vital
dalam produksi energi. Ubiquinone merupakan 1 dari 2 nutrien esensial terpenting selain asam
askorbat. Pada manusia, ubiquinone ditemukan dalam konsentrasi relatif tinggi pada sel yang
memerlukan kebutuhan energi tinggi seperti jantung, hati, otot dan pankreas. 4 Penelitian
menunjukkan bahwa ubiquinone berperan sebagai antioksidan dan berperan sentral dalam
fosforilasi oksidatif mitokondria. Ubiquinone digunakan oleh tubuh untuk mengubah makanan
menjadi adenosine triphosphate (ATP), energi yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. 4,6
Ubiquinone juga merupakan antioksidan potensial yang melindungi tubuh dari radikal bebas dan
membantu ketersediaan vitamin E (antioksidan utama membran sel).6
Meskipun ubiquinone dapat disintesis secara in vivo, kondisi yang mungkin
meningkatkan kapasiti sintesis tubuh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ubiquinone.
Kemungkinan defisiensi ubiquinone terlihat lebih banyak pada sel yang aktif dalam
metabolisme, dengan asumsi bahwa sel tersebut membutuhkan ubiquinone dalam jumlah yang
sangat besar.5 Faktor lain yang dapat meningkatkan defisiensi ubiquinone termasuk diet yang
tidak adekuat, stres lingkungan, latihan berlebihan dan obat-obatan tertentu. Defisiensi juga
dilaporkan terjadi pada berbagai penyakit seperti gagal jantung kongestif (CHF), kardiomiopati,
PPOK, AIDS, kanker, hipertensi dan penyakit gigi.4-6
Mekanisme kerja
Peran utama ubiquinone (CoQ10) adalah sebagai transduksi energi biologi. Ubiquinone
adalah pembawa untuk transfer 2 elektron (elektron dan proton) dalam fase lipid membran
mitokondria.17 Ubiquinone merupakan rantai transport elektron produksi ATP. Ubiquinone
ditemukan dalam membran di dalam mitokondria, merupakan kofaktor untuk setidaknya 3 enzim
mitokondria (kompleks I, II dan III) yang berperan vital dalam fosforilasi oksidatif (Gambar 2).
Fungsinya hanya sebagai komponen nonprotein dari rantai transport elektron (ETC) merupakan
komponen tambahan yang tidak terikat dengan protein itu sendiri. Karakteristik yang unik ini
memungkinkan ubiquinone untuk bergerak dan transfer elektron antara flavoproteins dan
cytochromes. Setiap perbaikan elektron yang diproses melalui ETC pasti berinteraksi pertama
kali dengan ubiquinone, sehingga dipertimbangkan sebagai komponen sentral rantai pernapasan
mitokondria. Oleh karena itu, ubiquinone berperan esensial adenosine triphosphate (ATP) atau
produksi energi biologi.4
Antioksidan
Beberapa penelitian dan laporan kasus menunjukkan data yang mendukung penggunaan
ubiquinone dalam pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit yang berhubungan dengan stres
oksidatif. Ubiquinone digunakan sebagai terapi tambahan untuk penyakit kardiovaskuler dan
non-kardiovaskuler termasuk kanker, penyakit gigi, gangguan sistem imun, PPOK dan muscular
dystrophy.4 Seperti telah dikatakan sebelumnya, terdapat bukti kuat bahwa terjadi stres oksidatif
pada penderita PPOK.14 Sistem pertahanan antioksidan bertujuan untuk menetralisir radikal
bebas dalam tubuh yang timbul akibat stress oksidatif. 15 Berbagai penelitian dilakukan untuk
meningkatkan aktiviti antioksidan paru, termasuk pemberian antioksidan seperti vitamin C dan
vitamin E.14 Ubiquinone berfungsi sebagai antioksidan dengan menghambat peroksidase lipid
dan protein serta membersihkan radikal bebas.4 Secara teori, ubiquinone mempunyai potensi
sebagai antioksidan pada penderita PPOK. Penggunaan ubiquinone sebagai antioksidan pada
penderita PPOK masih minimal, belum banyak data pendukungnya. 6 Peranan ubiquinone pada
penderita PPOK dalam fungsinya sebagai antioksidan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Gambar4. Efek pemberian CoQ 10pada konsumsi oksigen (a), denyut jantung (b) PaO 2(c)dan kadar laktat
darah
Dikutip dari (7)
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
1. NHLBI/WHO workshop report. Global initiatif for chronic obstructive lung disease. Geneva: World
Health Organization; 2001
2. Agusti AGN, Noguera A, Sauleda J, Sala E, Pons J, Busquets X. Systemic effects of chronic
obstructive pulmonary disease. Eur Respir J 2003; 21:347-60.
3. Laghi F, Tobin JM. Disorders of the respiratory muscles. State of the art. Am J Respir Crit Care Med
2003; 168:10-48.
4. Fuke C, Krikorian SA, Couris RR, Coenzyme Q10: A review of essential functions and clinical trials.
Available at : http://www.healingedge.net/store/page243.html Accessed on June 3rd , 2005.
5. Gaby RA. The role of coenzyme Q10 in clinical medicine: part I. Alt Med Rev 1996; 1:11-7.
6. Coenzyme Q10 Available at : http://www.deliciouslivingmag.com healthnotes.cfm?org = nh & lang =
EN & Content ID = 2831009. Accessed on June 3rd , 2005.
7. Fujimoto S, Kurihara N, Hirata K, Takeda T. Effects of the coenzyme Q10 administration on
pulmonary function and exercise performance in patients with chronic lung diseases. Clin Investig
1993; 71:S162-6.
8. Hamilton AL, Killian KJ, Summers E, Jones NK. Muscle strength, symptom intensity and exercise
capacity in patients with cardio respiratory disorders. Am J Respir Crit Care Med 1995; 152:2021-31.
9. Jacobson P, Jorfeldt, Brundin A. Sceletal muscle metabolites and fibertypes in patients with advance
chronic obstructive pulmonary disease (COPD) with and without respiratory failure. Eur Repir J 1990;
3:192-6.
10. Pouw EM, Schols Am, Vusse V, Wuters EFM. Elevated inosine monophosphate levels in resting
muscle of patients with stable chronic obstructive pulmonary disease. Am J Repir Crit Care Med 1998;
157:453-7.
11. Rahman J, Morrison D, Donaldson K, Macnew W. Systemic oxidative stress in COPD and smokers.
Am J Respir Crit Care Med 1996; 154:1055-60.
12. Wouters EFM. Muscle weakness in chronic obstructive pulmonary disease. Eur Respir Rev 2000;
1074:349-53.
13. MacNee W. Pulmonary and systemic oxidant/antioxidant imbalance in chronic obstructive pulmonary
disease. Proc Am Thorac Soc 2005; 2:50-60.
14. BTS Statements. Chronic obstructive pulmonary disease: National clinical guideline on management
of chronic obstructive pulmonary disease in adults in primary and secondary care. Thorax 2004; 59
(supll 1):1-232.
15. Junior DRA, Rodrigo BS, Santos SA, Andrade DR. Oxygen free radicals and pulmonary disease. J
Bras Pneumol 2005; 31:60-8.
16. Boag S. Potential treatment for COPD, an oxidative stress related lung desease. Available at :
http://www.portfolio.mvm.ed.ac.uk/studentwebs/ session2/ group31/ potentia.htm Acessed on June
24th , 2005.
17. Crane FL. Sun LL, Sun EE. The essensial functions of coenzyme Q. Clin Investig 1993; 71:S55-9.
18. Forsmark-Andree P. Ernster L. Ubiquinol:an endogenous antioxidant in aerobic organisms. Clin
Investig 1993; 71:S60-5.
http://klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-07-07/dr.agus.htm