Anda di halaman 1dari 9

Peranan Ubiquinone Pada PPOK

Agus Dwi Susanto dan Faisal Yunus


Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI
RSUP Persahabatan Jakarta

PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai oleh
hambatan aliran udara menahun di saluran napas, bersifat progresif nonreversibel atau reversibel
sebagian.1 Pada PPOK akan terjadi penurunan faal paru yang patologik dan berakibat penderita
PPOK sering mengeluh sesak serta keterbatasan aktiviti.2 Keluhan sesak yang timbul terutama
akibat penurunan kapasiti otot-otot pernapasan dalam kaitannya dengan peningkatan beban
mekanik.3 Keterbatasan aktiviti disebabkan oleh peningkatan kerja pernapasan dan dynamic
hyperinflation. Penelitian menunjukkan bahwa disfungsi otot-otot pernapasan sering
berkontribusi sangat signifikan pada keterbatasan aktiviti penderita PPOK. Keterbatasan aktiviti
pada penderita PPOK pada akhirnya berkontribusi terhadap kualiti hidup yang buruk. 2 Dalam
kaitan dengan kondisi tersebut penatalaksanaan PPOK bertujuan antara lain untuk meningkatkan
toleransi latihan serta meningkatkan kualiti hidup.1
Ubiquinone atau coenzyme Q10 (CoQ10) merupakan substansi seperti vitamin yang
ditemukan pada tiap sel tubuh. Ubiquinone digunakan oleh tubuh untuk mengubah makanan
menjadi adenosine triphosphate (ATP), energi yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. 4,5
Oleh karena itu, suplementasi ubiquinone diperkirakan dapat meningkatkan kapasiti aerobik dan
performans otot.5 Selain itu ubiquinone juga merupakan antioksidan potensial yang melindungi
tubuh dari radikal bebas dan membantu ketersediaan vitamin E yang merupakan antioksidan
utama membran sel.6 Suplementasi ubiquinone pada penderita PPOK mempunyai tempat dalam
hubungannya dengan peningkatan kapasiti latihan serta sebagai antioksidan. Efektiviti
ubiquinone pada PPOK masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

DISFUNGSI OTOT SKELETAL PADA PPOK


Keterbatasan aktiviti merupakan salah satu keluhan utama penderita PPOK. Hal ini
sangat berkontribusi terhadap buruknya kualiti hidup penderita PPOK. Keterbatasan aktiviti
disebabkan oleh peningkatan kerja pernapasan dan dynamic hyperinflation sebagai akibat
hambatan aliran udara yang karakteristik pada PPOK. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
disfungsi otot-otot pernapasan sering berkontribusi sangat signifikan pada keterbatasan aktiviti
penderita PPOK.2 Sebagian besar penderita PPOK mengalami gangguan aktiviti sehari-hari
akibat sesak dan kelelahan kaki. Faktor terpenting keterbatasan aktiviti adalah gangguan ventilasi
akibat hambatan aliran udara dan peningkatan kerja pernapasan pada diafragma dan otot
pernapasan yang lain.7 Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Killian dkk Dikutip dari 2 yang
menunjukkan bahwa banyak penderita PPOK menghentikan aktiviti karena kelelahan kaki
dibanding sesak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada penderita PPOK terjadi abnormaliti

otot-otot skeletal. Patofisiologi disfungsi otot skeletal sampai saat ini masih belum diketahui
secara pasti Beberapa faktor mempengaruhi disfungsi otot skeletal tersebut (Tabel 1). Meskipun
begitu, disfungsi otot skeletal pada PPOK mempunyai 2 karakteristik yang mungkin saling
berkaitan. Yang pertama adalah kehilangan massa otot sebagai fenomena intrinsik otot. Yang
kedua adalah disfungsi atau malfungsi otot itu sendiri. Malfungsi sendiri kemungkinan akibat
perubahan dalam otot (abnormaliti mitokondria atau kehilangan protein kontraktil). Malfungsi
juga bisa terjadi karena perubahan kondisi eksternal yang mempengaruhi kerja otot ( hipoksia,
hiperkapnia atau asidosis) sebagai akibat abnormaliti gangguan pertukaran gas yang karakteristik
pada PPOK.2
Pada penderita PPOK sering terjadi hipoksia (tekanan oksigen arteri PaO 2 rendah) saat
istirahat dan secara bertahap menurun saat aktiviti. Kondisi hipoksia ini menyebabkan transport
oksigen ke otot-otot kaki, otot jantung dan otot-otot pernapasan mengalami gangguan. Terjadi
gangguan irama jantung (peningkatan denyut jantung) dan gangguan fungsi jantung. Pada otototot pernapasan dan diafragma akan terjadi kelelahan otot. Selanjutnya hipoksemi yang diinduksi
aktiviti ini mungkin menghasilkan aktiviti dengan hambatan ventilasi disertai peningkatan
sensasi sesak.7

Tabel 1. Mekanisme Disfungsi Otot Skeletal Pada PPOK


Sendetarism
Abnormaliti nutrisi/kakeksia
Hipoksia jaringan
Apoptosis otot skeletal
Stres oksidatif
Regulasi nitrit oksida yang abnormal
Rokok
Faktor susceptibility individu
Perubahan hormon
Perubahan elektrolit
Obat-obatan
Dikutip dari (3)

Pada penderita PPOK ditemukan kelemahan otot perifer sehingga membatasi kapasiti
fungsional penderita PPOK dan menurunkan kualiti hidup. Penelitian menunjukkan bahwa
penderita kelainan paru mengalami penurunan kekuatan otot perifer dan penurunan fungsi
pompa ventilasi inferior.8 Penelitian oleh Jacobson dkk menunjukkan bahwa terjadi penurunan
sintesis sitrat dan peningkatan bermakna fosfofruktokinase enzim regulator untuk glikolisis. Hal
ini menunjukkan perubahan penyesuaian diri otot penderita dengan keterbatasan jalan napas
yang menyebabkan peningkatan glikolisis dan penurunan kapasiti aerobik. Metabolisme ATP
akan terganggu yang ditandai dengan perubahan keseimbangan penggunaan ATP dan resintesis.
Terjadi penurunan konsentrasi ATP dan akhirnya terjadi penurunan jumlah molekul kaya energi
seperti glikogen dan fosfokreatin. Perubahan sintesis dan penggunaan ATP ditandai dengan

terdapatnya inosine monophosphate (IMP) yang dihasilkan dari deaminasi adenosine


monophosphate (AMP).9 Pada penderita PPOK terdapat peningkatan kadar IMP dalam otot
istirahat, penurunan rasio ATP terhadap adenosine diphosphate dan penurunan rasio fosfokreatin
terhadap keratin sehingga akan menyebabkan reduksi sumber energi kimia.10
Perubahan metabolik jaringan otot penderita PPOK terutama disebabkan oleh hipoksia,
muscle wasting dan perubahan kapasiti glikolisis. Keseimbangan biokimia tersebut dapat
diperburuk oleh nutrisi yang kurang. Peningkatan oksidatif yang disebabkan oleh penurunan
kapasiti antioksidan ditemukan pada penderita penyakit paru. 11,12 Stres oksidatif menyebabkan
kelelahan otot dan memfasilitasi proteolisis. Hal ini mungkin relevan bila kita lihat regulasi
gluthatione (antioksidan intraseluler paling penting) abnormal pada otot skeletal penderita
PPOK.2 Fungsi otot mungkin berhubungan secara langsung dengan stres oksidatif. Hal ini
terlihat secara invitro dengan penurunan kontraktiliti dan ex vivo terlihat oksidan meningkatkan
fragiliti otot. Stres oksidatif mungkin juga menginduksi atrofi otot.13

KETIDAKSEIMBANGAN OKSIDAN/ANTIOKSIDAN PADA PPOK


Ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan mempunyai peran penting pada patogenesis
PPOK (Gambar 1).1 Terdapat bukti kuat bahwa terjadi stres oksidatif pada penderita PPOK. 14
Penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan radikal bebas seperti radikal bebas oksigen
(OFR), peroksidase lipid serta produknya (seperti malondialdehyde) dan isoprostane-F2 pada
penderita PPOK dibanding orang normal. Selain itu, pada penderita PPOK yang mengalami
eksaserbasi juga mengalami penurunan antioksidan vitamin C dan gluthatione dalam eritrosit.
Sistem pertahanan antioksidan bertujuan untuk menetralisir radikal bebas dalam tubuh. Davies
Dikutip dari 15
membagi sistem pertahanan antioksidan menjadi primer dan sekunder. Pertahanan
primer meliputi kompleks antioksidan (seperti vitamin A,E,C) gluthatione, asam urat,
antioksidan pembersih (scavenger) seperti SOD, katalase dan peroksidase. Pertahanan sekunder
seperti enzim lipolisis, fosfolipase, enzim proteolisis, DNA repair enzyme, endonuklease,
eksonuklease dan ligase.15
Pada penyakit yang berkaitan dengan stres oksidatif terjadi ketidakseimbangan
oksidan/antioksidan sehingga timbul oksidan yang berlebihan. Seharusnya masuk akal apabila
penyakit tersebut dapat diterapi dengan menambah jumlah antioksidan baru, untuk menetralisir
oksidan yang berlebihan dan mencegah kerusakan sel.16 Berbagai penelitian dilakukan untuk
meningkatkan aktiviti antioksidan paru, termasuk pemberian antioksidan seperti vitamin C dan
vitamin E.14 Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara antioksidan, fungsi paru dan
perkembangan PPOK. The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) dan
the Dutch Monitoring Project for the Risk Factors for Chronic Diseases (MORGEN)
menunjukkan hubungan antara masukan diet dan hambatan aliran udara. Pada NHANES I, diet
rendah vitamin C berhubungan langsung dengan nilai VEP 1 yang rendah pada populasi. Data
pada NHANES II menunjukkan hubungan terbalik antara baik diet vitamin C maupun vitamin C
serum dengan gejala pernapasan kronik. Lebih lanjut dalam NHANES III, kadar diet vitamin C,
vitamin E, selenium dan -karoten berhubungan positif dengan fungsi paru. MORGEN studi
menunjukkan bahwa masukan yang tinggi vitamin C dan -karoten berhubungan dengan nilai

VEP1 yang lebih tinggi dibandingkan diet rendah antioksidan ini. Beberapa penelitian termasuk
MORGEN menunjukkan terdapat hubungan antara masukan buah-buahan dengan VEP1 yang
tinggi dan penurunan gejala pada penderita PPOK. Penelitian MORGEN juga menunjukkan
bahwa terdapat efek menguntungkan dari flavonoids pada VEP1.13

Gambar 1. Ketidakseimbangan oksidan/antioksidan pada PPOK


Dikutip dari (1)

UBIQUINONE
Coenzyme Q10 (CoQ10) merupakan komponen alami yang ditemukan dalam tubuh
manusia. Oleh karena keberadaannya ada di mana-mana secara alami dan mempunyai struktur
quinone (sama dengan vitamin K), CoQ 10 juga disebut sebagai ubiquinone.5 Ubiquinone
merupakan substansi seperti vitamin yang ditemukan pada tiap sel tubuh dan berfungsi vital
dalam produksi energi. Ubiquinone merupakan 1 dari 2 nutrien esensial terpenting selain asam
askorbat. Pada manusia, ubiquinone ditemukan dalam konsentrasi relatif tinggi pada sel yang
memerlukan kebutuhan energi tinggi seperti jantung, hati, otot dan pankreas. 4 Penelitian
menunjukkan bahwa ubiquinone berperan sebagai antioksidan dan berperan sentral dalam
fosforilasi oksidatif mitokondria. Ubiquinone digunakan oleh tubuh untuk mengubah makanan
menjadi adenosine triphosphate (ATP), energi yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. 4,6
Ubiquinone juga merupakan antioksidan potensial yang melindungi tubuh dari radikal bebas dan
membantu ketersediaan vitamin E (antioksidan utama membran sel).6
Meskipun ubiquinone dapat disintesis secara in vivo, kondisi yang mungkin
meningkatkan kapasiti sintesis tubuh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ubiquinone.
Kemungkinan defisiensi ubiquinone terlihat lebih banyak pada sel yang aktif dalam
metabolisme, dengan asumsi bahwa sel tersebut membutuhkan ubiquinone dalam jumlah yang
sangat besar.5 Faktor lain yang dapat meningkatkan defisiensi ubiquinone termasuk diet yang

tidak adekuat, stres lingkungan, latihan berlebihan dan obat-obatan tertentu. Defisiensi juga
dilaporkan terjadi pada berbagai penyakit seperti gagal jantung kongestif (CHF), kardiomiopati,
PPOK, AIDS, kanker, hipertensi dan penyakit gigi.4-6

Mekanisme kerja
Peran utama ubiquinone (CoQ10) adalah sebagai transduksi energi biologi. Ubiquinone
adalah pembawa untuk transfer 2 elektron (elektron dan proton) dalam fase lipid membran
mitokondria.17 Ubiquinone merupakan rantai transport elektron produksi ATP. Ubiquinone
ditemukan dalam membran di dalam mitokondria, merupakan kofaktor untuk setidaknya 3 enzim
mitokondria (kompleks I, II dan III) yang berperan vital dalam fosforilasi oksidatif (Gambar 2).
Fungsinya hanya sebagai komponen nonprotein dari rantai transport elektron (ETC) merupakan
komponen tambahan yang tidak terikat dengan protein itu sendiri. Karakteristik yang unik ini
memungkinkan ubiquinone untuk bergerak dan transfer elektron antara flavoproteins dan
cytochromes. Setiap perbaikan elektron yang diproses melalui ETC pasti berinteraksi pertama
kali dengan ubiquinone, sehingga dipertimbangkan sebagai komponen sentral rantai pernapasan
mitokondria. Oleh karena itu, ubiquinone berperan esensial adenosine triphosphate (ATP) atau
produksi energi biologi.4

Gambar 2. Peran ubiquinone (CoQ10) pada fosforilasi oksidatif


Dikutip dari (6)

Ubiquinone sebagai antioksidan


Ubiquinone mempunyai fungsi sebagai antioksidan selain sebagai pembawa elektron dan
proton pada rantai pernapasan mitokondria. Ubiquinone (CoQ10) bekerja menghambat
peroksidase lipid dan protein serta membersihkan radikal bebas.4 Ubiquinone berperan primer

dengan mencegah terbentuknya radikal peroksidase lipid


(LOO-). Peran tersebut dilakukan
dengan mengurangi perferryl radical awal dengan membentuk ubisemiquione dan H2O2 (Gambar
3).18 Ubiquinone (CoQ10) secara konstan berperan pada oxidation-reduction recycling. Bentuk
tereduksi siap memberikan elektron untuk menetralisasi oksidan dan hal ini menunjukkan aktiviti
antioksidan yang kuat.4 Hubungan antara CoQ10 dan kerusakan membran akibat produksi radikal
bebas dapat dilihat pada 3 aspek. Aspek pertama adalah ubiquinone pada membran dapat
berfungsi sebagai agen pembersih untuk membersihkan radikal bebas atau peroksidase. 17 Fungsi
proteksi yang kedua adalah kemampuan ubiquinone secara enzimatik mengurangi bentuk
oksidasi tokoferol yang dihasilkan aksi radikal bebas (tocopheroxyl radical). Ubiquinone secara
efisien menjaga efek vitamin E suatu antioksidan yang poten dengan meregenerasi tocopheroxyl
radical menjadi tokoferol.17,18 Aspek ketiga adalah potensi semiquinone bebas untuk mengurangi
oksigen membentuk superoksida sebagai prekursor radikal bebas yang lebih berbahaya.17
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa ubiquinone mencegah peroksidase lipid hampir
sama dengan vitamin E. Penelitian lain menemukan ubiquinone lebih efisien untuk mencegah
oksidasi LDL daripada vitamin E, lycopene atau -karoten. Sebagai tambahan ubiquinone dapat
bekerja sinergi dengan vitamin E, membentuk metabolit aktif tokoferol, sama dengan mekanisme
sinergi vitamin C. Ubiquinone merupakan satu-satunya antioksidan alami yang larut dalam
lemak (lipid-soluble) yang dapat membentuk metabolit aktif dalam tubuh.4

Gambar 3. Kemungkinan tempat kerja ubiquinol (UQH2), vitamin E


(Vit E-OH) dan askorbat (Asc) pada peroksidase lipid.
UQ- = ubisemiquinone
Dikutip dari (18)

PERANAN UBIQUINONE PADA PPOK


Pembentuk energi
Suplementasi ubiquinone telah diteliti untuk memperbaiki ketahanan fisis karena efeknya
pada produksi energi.5 Sedikit data tentang kadar ubiquinone dan suplementasinya pada PPOK.
Pada satu penelitian, Fujimoto dkk. melaporkan efek pemberian ubiquinone (CoQ10) terhadap
fungsi paru dan performans latihan penderita penyakit paru kronik. Hasilnya menunjukkan
bahwa kadar CoQ10 pada penderita PPOK (21 penderita) menurun dibanding orang normal. Pada
penderita PPOK, kadar CoQ10 berhubungan erat dengan berat badan, tetapi tidak ada korelasi
antara kadar CoQ10 dan fungsi ventilasi, PaO2, VO2/kg saat istirahat atau VO 2 maksimal.
Fujimoto dkk. meneliti efek pemberian oral CoQ10 dosis 90 mg/hari selama 8 minggu terhadap
fungsi paru dan performans latihan pada 8 penderita PPOK. Kadar CoQ 10 serum secara signifikan
meningkat berhubungan dengan perbaikan hipoksemi saat istirahat, tetapi fungsi paru tidak
berubah. Konsumsi oksigen selama latihan tidak berubah, terdapat perbaikan nilai PaO 2 yang
signifikan dan denyut jantung berkurang secara signifikan dibanding nilai dasar. Produksi laktat
menurun selama stadium latihan anaerobik setelah pemberian CoQ 10. Performans latihan
mempunyai kecenderungan meningkat yang terlihat dari waktu treadmill yang meningkat. Data
tersebut menunjukkan bahwa CoQ10 (ubiquinone) mempunyai efek yang menggembirakan pada
metabolisme energi otot penderita penyakit paru kronik yang mengalami hipoksemi saat istirahat
dan atau saat aktiviti (Gambar 4).7

Antioksidan
Beberapa penelitian dan laporan kasus menunjukkan data yang mendukung penggunaan
ubiquinone dalam pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit yang berhubungan dengan stres
oksidatif. Ubiquinone digunakan sebagai terapi tambahan untuk penyakit kardiovaskuler dan
non-kardiovaskuler termasuk kanker, penyakit gigi, gangguan sistem imun, PPOK dan muscular
dystrophy.4 Seperti telah dikatakan sebelumnya, terdapat bukti kuat bahwa terjadi stres oksidatif
pada penderita PPOK.14 Sistem pertahanan antioksidan bertujuan untuk menetralisir radikal
bebas dalam tubuh yang timbul akibat stress oksidatif. 15 Berbagai penelitian dilakukan untuk
meningkatkan aktiviti antioksidan paru, termasuk pemberian antioksidan seperti vitamin C dan
vitamin E.14 Ubiquinone berfungsi sebagai antioksidan dengan menghambat peroksidase lipid
dan protein serta membersihkan radikal bebas.4 Secara teori, ubiquinone mempunyai potensi
sebagai antioksidan pada penderita PPOK. Penggunaan ubiquinone sebagai antioksidan pada
penderita PPOK masih minimal, belum banyak data pendukungnya. 6 Peranan ubiquinone pada
penderita PPOK dalam fungsinya sebagai antioksidan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Gambar4. Efek pemberian CoQ 10pada konsumsi oksigen (a), denyut jantung (b) PaO 2(c)dan kadar laktat
darah
Dikutip dari (7)

KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.

Disfungsi otot-otot skeletal berkontribusi pada keterbatasan aktiviti penderita PPOK.


Ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan mempunyai peran penting pada patogenesis PPOK.
Ubiquinone berfungsi sebagai transduksi energi biologi dan antioksidan.
Kadar CoQ10 serum menurun pada penderita PPOK.
Pemberian CoQ10 (ubiquinone) mempunyai efek yang menggembirakan pada metabolisme energi otot
penderita penyakit paru kronik yang mengalami hipoksemi saat istirahat dan atau saat aktiviti.

DAFTAR PUSTAKA
1. NHLBI/WHO workshop report. Global initiatif for chronic obstructive lung disease. Geneva: World
Health Organization; 2001
2. Agusti AGN, Noguera A, Sauleda J, Sala E, Pons J, Busquets X. Systemic effects of chronic
obstructive pulmonary disease. Eur Respir J 2003; 21:347-60.
3. Laghi F, Tobin JM. Disorders of the respiratory muscles. State of the art. Am J Respir Crit Care Med
2003; 168:10-48.
4. Fuke C, Krikorian SA, Couris RR, Coenzyme Q10: A review of essential functions and clinical trials.
Available at : http://www.healingedge.net/store/page243.html Accessed on June 3rd , 2005.
5. Gaby RA. The role of coenzyme Q10 in clinical medicine: part I. Alt Med Rev 1996; 1:11-7.
6. Coenzyme Q10 Available at : http://www.deliciouslivingmag.com healthnotes.cfm?org = nh & lang =
EN & Content ID = 2831009. Accessed on June 3rd , 2005.
7. Fujimoto S, Kurihara N, Hirata K, Takeda T. Effects of the coenzyme Q10 administration on
pulmonary function and exercise performance in patients with chronic lung diseases. Clin Investig
1993; 71:S162-6.
8. Hamilton AL, Killian KJ, Summers E, Jones NK. Muscle strength, symptom intensity and exercise
capacity in patients with cardio respiratory disorders. Am J Respir Crit Care Med 1995; 152:2021-31.
9. Jacobson P, Jorfeldt, Brundin A. Sceletal muscle metabolites and fibertypes in patients with advance
chronic obstructive pulmonary disease (COPD) with and without respiratory failure. Eur Repir J 1990;
3:192-6.
10. Pouw EM, Schols Am, Vusse V, Wuters EFM. Elevated inosine monophosphate levels in resting
muscle of patients with stable chronic obstructive pulmonary disease. Am J Repir Crit Care Med 1998;
157:453-7.

11. Rahman J, Morrison D, Donaldson K, Macnew W. Systemic oxidative stress in COPD and smokers.
Am J Respir Crit Care Med 1996; 154:1055-60.
12. Wouters EFM. Muscle weakness in chronic obstructive pulmonary disease. Eur Respir Rev 2000;
1074:349-53.
13. MacNee W. Pulmonary and systemic oxidant/antioxidant imbalance in chronic obstructive pulmonary
disease. Proc Am Thorac Soc 2005; 2:50-60.
14. BTS Statements. Chronic obstructive pulmonary disease: National clinical guideline on management
of chronic obstructive pulmonary disease in adults in primary and secondary care. Thorax 2004; 59
(supll 1):1-232.
15. Junior DRA, Rodrigo BS, Santos SA, Andrade DR. Oxygen free radicals and pulmonary disease. J
Bras Pneumol 2005; 31:60-8.
16. Boag S. Potential treatment for COPD, an oxidative stress related lung desease. Available at :
http://www.portfolio.mvm.ed.ac.uk/studentwebs/ session2/ group31/ potentia.htm Acessed on June
24th , 2005.
17. Crane FL. Sun LL, Sun EE. The essensial functions of coenzyme Q. Clin Investig 1993; 71:S55-9.
18. Forsmark-Andree P. Ernster L. Ubiquinol:an endogenous antioxidant in aerobic organisms. Clin
Investig 1993; 71:S60-5.

http://klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-07-07/dr.agus.htm

Anda mungkin juga menyukai