Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 1

2.Kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan yang merdeka, berarti bebas dan lepas
dan campur tangan pemerintah atau badan negara yang lain atau dari pihak
manapun yang akan mempengaruhi penyelenggaraan tugas serta kewenangannya,
barulah dinyatakan secara tegas pada Perubahan Ketiga UUD 1945, yakni ketentuan
Pasal 24 Ayat (1) yang menentukan, kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.
3.TUGAS

Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011, dalam melaksanakan wewenang


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, yaitu mengusulkan pengangkatan hakim agung
dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan, maka
Komisi Yudisial mempunyai tugas:
a.

Melakukan pendaftaran calon hakim agung;

b.

Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;

c.

Menetapkan calon hakim agung; dan

d.

Mengajukan calon hakim agung ke DPR.

Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 mengatur bahwa:


1. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim, Komisi Yudisial mempunyai tugas:
a. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim;
b. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim;
c. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan pelanggaran
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup;
d. Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim,
e. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan,
kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran
martabat hakim.

2. Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Yudisial juga mempunyai
tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim;
3. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Komisi Yudisial dapat meminta
bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam
pembicaraan dalam hal adanya dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman
Perilaku Hakim oleh Hakim.
4. Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan Komisi Yudisial sebagaimana
dimaksud pada ayat (3).
Mahkamah konstitusi

1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final.
2. Menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar negara republik indonesia tahun
1945.
3. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
undang-undang dasar 1945.
4. Memutuskan pembubaran partai.
5. Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
6. Memeberikan putusan atas pendapat dewan perwakilan rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut undang-undang dasar 1945.
7. Memanggil pejabat negara, pejabat pemerintah, atau warga masyarakat untuk
memberikan keterangan terkait permasalahan yang terjadi.
4. Pasal 24A

(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi,


menguji peraturan
perundang-undangan di
bawah
undangundang terhadapundang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan oleh undang-undang. ***)
KELOMPOK 2

1.

Legislatif yang bertugas membuat undang undang. Lembaga legislatif meliputi Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR),DPD, MPR.

Eksekutif yang bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Lembaga


eksekutif meliputi presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang
membantunya.

Yudikatif yang bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Lembaga


yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung(MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi
Yudisial.

2. Pemisahan Kekuasaan

Pemisahan kekuasaan berarti kekuasaan negara itu terpisah-pisah dalam beberapa bagian, baik
mengenai organnya maupun fungsinya. Dengan kata lain, lembaga pemegang kekuasaan negara
yang meliputi lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif merupakan lembaga yang terpisah satu
sama lainnya, berdiri sendiri tanpa memerlukan koordinasi dan kerjasama. Setiap lembaga
menjalan fungsinya masing-masing. Contoh negara yang menganut mekanisme pemisahan
kekuasaan adalah Amerika Serikat.
Pembagian Kekuasaan
Berbeda dengan mekanisme pemisahan kekuasaan, di dalam mekanisme pembagian kekuasaan,
kekuasaan negara itu memang dibagi-bagi dalam beberapa bagian (legislatif, eksekutif dan
yudikatif), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa diantara bagian-bagian
itu dimungkinkan ada koordinasi atau kerjasama. Mekanisme pembagian ini banyak sekali
dilakukan oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.
3. Supervision and Critism of Government, berarti fungsi legislative untuk mengawasi

jalannya pelaksanaan undang-undang oleh


mengkritiknya jika terjadi ketidaksesuaian.

presiden/perdana

menteri,

dan

segera

Education adalah fungsi DPR untuk memberikan pendidikan politik yang baik kepada
masyarakat. Anggota DPR harus member contoh bahwa mereka adalah sekadar wakil
rakyat yang harus menjaga amanat dari para pemilihnya.
Representation, merupakan fungsi dari anggota legislative untuk mewakili pemilih.
Seperti telah disebutkan, di Indonesia, seorang anggota dewan dipilih oleh sekitar 300.000
orang pemilih. Nah, ke-300.000 orang tersebut harus ia wakili kepentingannya di dalam
konteks negara.
4. * Pembagian Kekuasaan secara Horizontal

Pembagian Kekuasaan secara Horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi


lembaga lembaga tertentu (legislatif, eksekutif, yudikatif). Berdasarkan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, secara horizontal pembagian kekuasaan Negara di
lakukan pada tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.
Pembagian kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran
setelah terjadinya perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(AMANDEMEN 1945) Pergeseran yang dimaksud adalah pergeseran klasifikasi


kekuasaan negara yang umumnya terdiri atas tiga jenis kekuasaan yakni:
1. Legislatif
2. Eksekutif
3. Yudikatif
Menjadi
6
kekuasaan
negara
diantaranya
sebagai
berikut:
* PEMBAGIAN KEKUASAAN SETELAH UUD 1945 DI MANDEMEN
1. Kekuasaan Konstitutif
2. Kekuasaan Eksekutif
3. Kekuasaan Legislatif
4. Kekuasaan Yudikatif
5. Kekuasaan Eksaminatif
6. Kekuasaan Moneter
Baca juga Definisi Pancasila Dan Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar
Negara
* Pembagian kekuasaan Horizontal
Setelah UUD 1945 Di Amandemen adalah sebagai berikut:
1. Kekuasaan Konstitutif
Kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan UUD. Kekuasaan ini dijalankan MPR
( Pasal 3 ayat 1).
2. Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan untuk menjalankan undang undang dan penyelenggaraan pemerintahan
Negara. Kekuasaan ini di pegang oleh Presiden. (Pasal 4 ayat 1 UUD1945)
3. Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan untuk membentuk undang undang. Kekuasaan ini di pegeng oleh DPR
( Pasal 20 ayat 1 UUD 1945 ).
4. Kekuasaan Yudikatif
Atau disebut dengan kekuasaan kehakiman yakni kekuasaan untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hokum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang oleh
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
(Pasal 24 ayat 2 UUD 1945)
5. Kekuasaan Eksaminatif / Inspektif
Yaitu kekuasaan yang berhubungan dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan di atur dalam Pasal 23 E ayat 1 tahun 1945
6. Kekuasaan Moneter
Yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral yang ada di
Negara Indonesia (Pasal 23 D UUD 1945)

Kelompok 4.
3. Indikator Keberhasilan Good Governance (secara makro dan secara sektoral).

Dalam praktek good governance perlu dikembangkan indikator keberhasilan good governance
itu. Keberhasilan secara umum dapat dilihat dari indikator ekonomi makro dan tujuan-tujuan
pembangunan atau Quality of life yang dituju. Tetapi bisa juga secara sektoral (produksi tertentu,
jaringan jalan, tingkat atau penyebaran pendidikan).

Anda mungkin juga menyukai