PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat
resiko gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa diseIuruh dunia, hal ini
disebabkan karena wilayah kepulauan Indonesia berada di antara 4 (empat) sistem
tektonik yang aktif. Yaitu tapal batas lempeng Eurasia, lempeng Indo- Australia,
lempeng Filipina dan lempeng Pasifik.
Di samping itu Indonesia adalah negara kepulauan dengan garis pantai
terpanjang di dunia sehingga selain rawan terhadap gempa juga rawan terhadap
tsunami. Data-data terakhir yang berhasil direkam menunjukkan bahwa rata-rata
setiap tahun terjadi sepuluh kegiatan gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan
yang cukup besar di Indonesia. Sebagian terjadi pada daerah lepas pantai dan
sebagian lagi pada daerah pemukiman.
Gempa bumi 27 Mei 2006 telah memporak-porandakan daerah istimewa
Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Gempa bumi dengan kekuatan 6,3 Skala
Richter tersebut terjadi pada pagi hari pukul 06.55, dengan durasi 52 detik.
Karena gempa berasal dari kedalaman yang relatif dangkal yaitu 33 km di bawah
permukaan tanah, maka goncangan di permukaan bumi lebih dahsyat dari pada
gempa yang terjadi pada lapisan yang lebih dalam. Maka terjadi kerusakan yang
cukup besar khususnya Kabupaten Bantul di Propinsi Yogyakarta dan Kabupaten
Klaten di Propinsi Jawa Tengah. Gempa tersebut telah mengakibatkan lebih dari
5000 jiwa meninggal dan 3700 orang luka-luka.
Pengetahuan tentang gempa bumi penting bagi masyarakat agar
masyarakat memahami akibatnya dan membangun rumah yang tahan gempa
untuk mengurangi risiko ketika getaran gempa menerpa bangunan. Pada
pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada kajian perencanaan struktur atap
terhadap
gempa.
BAB II
GEMPA BUMI
1.
2.
3.
4.
2.
5.
Getaran tanah sedang dengan lama 20-30 detik dan arah tidak teratur.
Getaran tanah berfrekuensi sangat tidak merata diantara 0.05-6 detik
dengan amplitudo lumayan besar (kurang lebih hingga 20 cm) getaran ini
merupakan jenis yang paling umum.
6.
Getaran tanah lambat dengan lama sampai 5 menit dan arah agak seragam,
terjadi pada keadaan tanah yang agak lunak. Amplitudo getaran tanah ini
agak besar (hingga 30 cm).
Pembagian Daerah Gempa SNI 1726-2002
Wilayah 2 : 0,10 g
: Pekanbaru, Jambi, Palembang, Makassar, Kendari,
Samarinda, Surabaya
Wilayah 3 : 0,15 g
Wilayah 4 : 0,20 g
: Banda Aceh, Sukabumi, Bandung, Garut, Tasikmalaya,
Cilacap, Blitar, Malang, Denpasar, Mataram, Ambon, Palu, Ternate, Sorong,
Monokwari, Tual.
Wilayah 5 : 0,25 g
Wilayah 6 : 0.30 g
Gempa Tektonik.
Ini merupakan tipe gempa yang paling sering terjadi dan yang paling
banyak menimbulkan kerusakan bahkan korban jiwa. Gempa ini terjadi akibat
dari pergerakan lempeng tektonik bumi yang terjadi secara tiba-tiba, sehingga
Gempa Vulkanik.
Sesuai dengan namanya, gempa ini terjadi akibat dari aktivitas gunung
berapi, walaupun hal ini jarang terjadi dan apabila terjadi skala dari gempa ini
tidak sebesar gempa tektonik. Apabila sebuah gunung berapi mengalami
peningkatan aktivitas hingga terjadi letusan, pergerakan magma pada perut
bumi disekitar gunung tersebut akan mengalami peningkatan dan hal inilah
yang menyebabkan getaran-getaran pada tanah yang disebut gempa vulkanik.
Seperti halnya gempa tektonik, gempa ini dapat terjadi hanya dibeberapa
bagian bumi yang disekitarnya terdapat gunung berapi aktif (daerah ring of
fire).
3.
Gempa longsoran.
Gempa bumi ini terjadi apabila terjadi longsoran tanah atau tebing
didaerah pegunungan atau perbukitan dan sangat jarang terjadi. Walaupun
skala gempa ini kecil, namun gempa ini dapat terjadi di daerah manapun yang
wilayahnya berbukit dan memiliki struktur tanah yang labil. Tsunami juga
dapat terjadi akibat dari gempa ini, yaitu apabila longsoran dari gunung, bukit
ataupun tebing terjadi dilaut. Hal ini pernah terjadi di Indonesia saat gunung
Krakatau meletus pada tahun 1883. Letusan gunung tersebut sangat besar
sehingga mengakibatkan longsoran yang besar dari gunung tersebut. Karena
gunung tersebut berada ditengah laut, maka material longsoran tersebut jatuh
ke laut dan mengakibatkan air laut bergejolak dan menimbulkan tsunami
setinggi 30-36 meter dipesisir Jawa bagian barat dan Sumatra bagian selatan
dan tercatat lebih dari 30.000 nyawa manusia melayang akibat bencana
tersebut.
4.
Gempa Tumbukan.
Batu meteor besar yang jatuh di daratan di permukaan bumi juga dapat
menimbulkan gempa bumi. Hal ini sangat jarang terjadi dan apabila memang
terjadi, efek kerusakan yang ditimbulkan dapat sangat besar tergantung dari
besar batu meteor yang jatuh tersebut.
BAB III
STRUKTUR RANGKA ATAP KAYU PADA RUMAH TAHAN GEMPA
2.
keindahan. Jika pemilihan kayu sebagai bahan bangunan maka perlu diketahui
sifat-sifat kayu, dalam hal ini kayu akan digunakan sebagai material
pembuatan kuda-kuda konstruksi atap. Dari segi manfaatnya bagi kehidupan
manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifat umum, yaitu sifat yang
menyebabkan kayu selalu dibutuhkan. Sifat-sifat utama tersebut antara lain ;
Tetapi di samping itu sudah didapat cara dan jalan mengurangi dan
mengatasi kekurangan/kelemahan ini memalui perawatan dan pengerjaan kayu
secara khusus. Untuk mengenal dan menentukan suatu jenis kayu, dapat
dilihat dengan memperhatikan sifat-sifat kayu seperti kulit, warna kayu teras,
arah serat dan sebagainya. Dan jenis kayu yang biasa digunakan untuk
konstruksi atap kayu adalah jenis kayu kamfer, jati, bengkirai, keruing.
2.
b)
Pelapis atap sangat berperan penting bagi struktur atap, guna pelapis atap
atau kulit pelindung kuda-kuda atap dan isi rumah di dalam bangunannya.
Pelindung terhadap hujan, sinar matahari, panas dan cuaca lainnya. Jenis
pelapis atap yang bisa digunakan :
1. Atap Rumbia
2. Atap Sirap
3.
7. Atap Seng
8. Atap Seng Gelombang
9. Atap Datar Kertas aspal
c)
2.
3.
sebagai penyalur beban dari atas (atap) ke pondasi ke Tanah Fungsi balok
ring (ring balk) dan balok sloff sebagai pengikat kolom Fungsi kolom praktis
(bila ada) sebagai kolom perkuatan dinding (bukan fungsi struktur) Struktur
kuda-kuda kayu juga harus menjadi satu kesatuan dengan struktur rangka
bangunan.
Karena rangka bangunan memiliki material yang berbeda dengan struktur
atap kayu maka untuk mengikat struktur atap dengan struktur rangka
bangunan diperlukan sebuah pengait. Yaitu besi tulangan pada tiap kolom
ditautkan melingkar pada bidang yang bersinggungan dengan kayu (gording).
4.
5.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pada rumah tahan gempa, tidak perlu menggunakan material-material yang
mahal dan sulit didapat khususnya bagi struktur atap. Penggunaan kuda-kuda
kayu sederhana dengan pengerjaan dan pemahaman yang tepat dapat dipastikan
memperkecil resiko kerusakan total bangunan akibat gaya lateral yang
ditimbulkan oleh gempa bumi. Beberapa hal yang dapat kita ambil kesimpulan
dari analisis diatas antara lain :
B.
SARAN
Pemakaian kuda-kuda kayu sebagai struktur rangka atap kayu rumah tahan
gempa masih merupakan solusi yang tepat jika dilihat dari segi ekonomi,
kemudahan dan penyesuaian terhadap gaya yang diakibatkan oleh gempa jika
dibandingkan dengan material struktur atap lain seperti ; baja, beton maupun
bambu.
Harus dipikirkan dari segi kenyamanan,kebutuhan ruang bagi penghuni
dan terutama keandalan bangunan terhadap gempa bumi dengan skala yang lebih
besar struktur atap pada rumah tahan gempa pada dasarnya sangat sederhana,
namun yang perlu diperhatikan adalah hubungan satu kesatuan yang kuat antara
konstruksi atap dengan struktur bangunan