Oleh :
Kelompok 3
Danto Suprianto
Ulfah Khairun Nisah
Rara Arta Kencana
Disti Stefani
Rahmi Kurnia Putri
1111121028
1211122008
1211122058
1311121008
1311121026
Yuni Rahmawati
Popi May Yunitra
Novia Riska Sari
Nina Dwiyanti
Alzi Nurhadi
Dosen Pengajar
Neswati, S.TP, M.Si
Kata Pengantar
1311121056
1311121071
1311121084
1311122013
1311122028
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat saya selesaikan. Makalah
ini kami susun karena untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi
Karbohidrat dan Gula.
Kami mengucapkan banyak terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
rekan-rekan dan Ibu Neswati yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini. Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Amin.
Padang, 10 Februari2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Isomerisasi
Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus kimia yang sama, akan tetapi
memiliki penataan struktur yang berbeda. Produk isomerisasi adalah produk
hasil metabolit sekunder dimana terjadi perubahan isomer posisi oleh enzim
isomerasi. Enzim isomerase adalah enzim yang mengkatalisasi reaksi
perubahan konfigurasi molekul dengan cara pengaturan kembali atom atom
subrat , sehingga dihasilkan molekul baru yang merupakan isomer dari subtrat,
atau dengan dengan perubahan isomer posisi misalnya mengubah aldosa
menjadi ketosa (Risnoyatiningsih, 2011).
2.2.
2.3.
71%
4,5
Maks. 35 RBU (maks.
0,003 CIRF)
Kandungan Karbohidrat
99,95% bahan kering
Kadar Abu
0,05%
Kemanisan pada konsentrasi 15% bahan Sama dengan sukrosa
kering
DE
Dekstrosa
Fruktosa
Oligosakarida
Ion-ion logam berat (Pb, Fe, Cu)
96%
17%-53%
80%-42%
3%-5%
Nil
Standar bakteriologi sama dengan gula cair (liquid sugar) sesuai dengan
The American Bottlers Association, yaitu :
Bakteri Mesophilik
Maks. 200/10g
Ragi
Maks. 20/10g
Kapang
Maks. 10/10g
Sumber : Tjokroadikoesoemo, 1986
Untuk mencegah kristalisasi dekstroksa yang dikandungnya (hendaknya
HFS) disimpan pada temperatur kurang lebih 320C. Hanya untuk jangka waktu
penyimpanan yang tidak lama HFS dapat disimpan pada temperatur kurang
lebih 200C .Secara normal HFS-42 diproduksi pada konsentrasi 71% bahan
kering dengan visikositas sebesar 150 cPs pada 270C.
Perbandingan visikosintas antara HFS-42 dengan gula-gula lain pada
konstrasi yang sma adalah :
HFS-42
Sukrosa (71 Brix)
Sukrosa (67 Brix)
Dekstrosa
Gula invert
Sirup glukosa (64 DE)
Sirup glukosa (36 DE)
Sumber : Tjokroadikoesoemo, 1986
150 cPs
360 cPs
120 cPs
130 cPs
200-130 cPs
500 cPs
2000 cPs
Karena
visikositasnya
yang
relatif
rendah,maka
dimungkinkan
di
dalam
larutan
akan
terdapat
campuran
ringan
berkarbon
tersebut
juga
akan
berbeda-
2.5.
Perlakuan Pendahuluan
Sirup dekstrosa hasil pengenceran (liquifaction) dan sakarisasi pati dengan
DS 30-35% dan DX 93-96% terlebih dahulu harus dibersikan dari berbagai
macam bahan pengotoran, baik yang terlarut maupun yang tidak terlarut, yang
berasal dari proses pengolahan sebelumnya.
Penghilangan dilakukan dengan cara penapisan pendahuluan, umumnya
dipergunakan rotary vacuum filter atau leaf filter. Setelah melalui penapisan
pendahuluan, kemudian sirup diuapkan sampai kandungan bahan kering
mencapai (40-45%). Pada umumnya penguapan dilakukan dibawah vakum
dengan alat falling film evaporator. Kandungan bahan kering yang terlalu
tinggi dapat menurunkan produktivitas enzim, disamping bertambah besarnya
jam.
Selama
itu
dilakukan
pengadukan
pelan-pelan
tanpa
mudah
dipindah-pindahkan
(fleksible
hose)
selang
tersebut
reactor harus dijaga selalu tetap pada bilangan tertentu sesuai dengan
rancangan.
Untuk mencapai keadaan dimana aktivitas rata-rata enzim di dalam
seluruh reactor tersebut selalu tetap, maka awal pengoperasian dari masingmasing reactor dilaksanakan satu siklus berselang dari reactor lain. Dengan
demikian kecepatan aliran sirup akan amat rendah pada awal pengoperasian,
tetapi makin lama meningkat, sampai pada akhirnya mencapai kapasitas
penuh sesuai dengan rancangan setelah seluruh reactor berhasil dijalankan.
Oleh karena aktivitas total dari enzim di dalam kolom-kolom isomerasi
selalu menurun sebanding dengan waktu, maka kecepatan aliran sirup
dektrosa ke dalam reactor harus selalu disesuaikan agar diperoleh kandungan
fruktosa di dalam produk yang selalu sama selama siklus berlangsung.
Dengan demikian , pada saat enzim baru diganti, kecepatan aliran sirup harus
lebih tinggi dari pada rata-rata selama siklus, dan makin lama makin menurun
sampai mencapai minimum pada akhir siklus. Variasi kecepatan, baik untuk
perlakuan pendahuluan mapun perlakuan penyelesaian.
Proses pengolahan hendaknya dijaga agar tidak terhenti di tengah-tengah
siklus operasi, karena biapun sebentar, tiap-tiap penghentian pengoperasian
dapat menghilangkan sebagian aktivitas dari enzim. Bilamana diperlukan
diperlukan penurunan kapasitas produksi, sebaiknya dilaksanakan pada saat
reactor-reaktor sampai pada akhir siklusnya.Dengan demikian secara bertahap
kapasitas produksi dapat diturunkan, sampai berhenti sama sekali.
Dengan demikian kemungkinan kehilangan aktivitas enzim dapat ditekan
serendah-rendahnya. Sebagai sirup pengisi dapat digunakan HFS (sebaiknya
kandungan bahan kering setinggi mungkin, kira-kira 60 % DS ). Konsentrasi
yang tinggi tersebut sangat diperlukan untuk mencegah infeksi oleh jasad
renik. Pada kondisi tertentu, sering kali diperlukan untuk menjaga kondisi
reactor pada suhu operasi meskipun tanpa berproduksi nyata. Kondisi
semacam ini dapat diperoleh dengan jalan memasukkan kembali produk HFS
kedalam reactor (recycling). Sirup yang akan di-recyle tersebut terlebih dulu
harus dilewatkan penukar ion dan dibubuhi activator serta disesuaikan pHnya. Cara semacam ini hanya boleh dilakukan, jika waktu penghentian
produksi tersebut tidak lama (1-2 jam saja )
Sirup hasil isomerasi yang keluar dari reactor-reaktor tersebut ditampung
didalam suatu tangki dan diasamkan sampai mencapai pH yang tepat untuk
perlukaan karbon (sekitar 4-5). Penurunan pH tersebut dilaksanakan segera
setelah sirup keluar dari reactor, agar waktu tinggal pada pH tinggi dapat
dibatasi sesingkat mungkin.
Pengosongan reactor untuk penggantian enzim dilaksanakan dengan cara
mengalirkan air lewat bagian bawah reactor, dan membiarkan enzim di
dalamnya mengalir keluar lewat lubang pengeluaran enzim. Sebaiknya aliran
tersebut ditampung memakai alat penampung yang dibagian bawahnya
berlubang-lubang kecil. Gunanya untuk memisahkan enzim dari air, karena
jika ikut terbawa aliran, kemungkinan dapat , membahayakan mereka yang
menyentuhnya. Jika cara ini tidak dapat dilaksanakan pengosongan dapat
dilakukan lewat lubang got ( manhole )
Perlakuan Penyelesaian
Sirup yang keluar dari proses isomerasi dan telah disesuaikan PH-nya
dengan cara pembubuhan asam sampai pH(4-5) kemudian dimurnikan dengan
perlakuan karbon dan pertukaran. Perlakuan karbon dan pertukaran ion di sini
dimaksudkan untuk menghilangkan sisa-sisa bahan warna akibat kurang
sempurnnanya proses pemurnian sebelum isomerasi, atau yang terbentuk
selama proses isomerasi akibat pembubuhan berbagai macam bahan kimia
ataupun akibat korosi alat-alat. Dengan demikian akan diperoleh produk akhir
yang amat rendah kandungan abunya.
Sirup hasil perlakuan karbon dan pertukaran ion tersebut kemudian
diuapkan sampai mencapai kandungan bahan kering tertentu, biasanya sekitar
(70-75) %, dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tangki-tangki penyimpanan
sebelum dikirim ke gudang konsumen.
BAB III
KESIMPULAN
1. Produk isomerisasi adalah produk hasil metabolit sekunder dimana terjadi
perubahan isomer posisi oleh enzim isomerasi. Contohnya seperti HFS (High
Fructose Syrup).
2. Enzim isomerase adalah enzim yang mengkatalisasi reaksi perubahan
konfigurasi molekul
sehingga dihasilkan molekul baru yang merupakan isomer dari subtrat, atau
dengan dengan perubahan isomer posisi misalnya mengubah aldosa menjadi
ketosa.
3. HFS merupakan larutan pekat (sirup) dengan derajat kemurnian yang amat
tinggi,bebas dari ion-ion logam mauoun ion-ion beracun lainnya, misalnya
timah hitam, besi, tembaga, sulfat, sianida dan sebagainya.
4. Manfaat dari produk isomerisasi terutama HFS adalah dapat menjadi sebagai
bahan pemanis dan juga bisa dimanfaat ke dalam bidang industri. Seperti
dalam industri minuman ringan berkarbon ataupu tak berkarbon, sirup, es krim,
soda fountain, toppings, pengalengan buah-buahan, jam, roti dan kue-kue,
permen dan sebagainya.
5. Proses pengolahan HFS-42 dari bahan baku sirup dekstrosa dilakukan melalui
3 tahap perlakuan : perlakuan pendahuluan (penapisan, penguapan, perlakuan
karbon, pertukaran ion, dan deaerasi/penguapan), isomerisasi (pembubuhan
aktivator dan stabilisator, pengaturan pH, isomerisasi, dan pengasaman
kembali), dan perlakuan penyelesaian (perlakuan karbon, penguapan, dan jika
perlu pertukaran ion).
DAFTAR PUSTAKA
Risnoyatiningsih, Sri. 2011. Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning Menjadi Glukosa
Secara Enzimatis. Teknik Kimia Vol.5, N0.2.
Tjokrodiakusoemo, Soebijianto. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya.
Penerbit PT Gramedia. Jakarta.