Anda di halaman 1dari 24

5

BAB II
JEMBATAN
2.1

Pengertian Jembatan
Jembatan adalah bagian dari jalan yang merupakan bangunan layanan lalu

lintas (untuk melewatkan lalu lintas), dan keberadaannya sangat diperlukan untuk
menghubungkan ruas jalan yang terputus oleh suatu rintangan seperti sungai,
lembah, gorong-gorong, saluran-saluran (air, pipa, kabel, dll.), jalan atau lalu
lintas lainnya. Adapun fungsinya adalah sama dengan jalan yang melintasinya
yakni merupakan prasarana penghubung atau meneruskan pergerakan lalu lintas
barang dan jasa, secara langsung dan ekonomis sehingga akan menambah nilai
efisiensi produksi barang dan jasa tersebut, di samping itu jalan dan jembatan
mempunyai arti yang cukup penting dalam pertahanan dan keamanan untuk
menjaga teritorial wilayah negara dan juga kesatuan bangsa serta keadilan sosial.
Bangunan jalan dan jembatan (sebagai bangunan untuk layanan lalulintas ) sangat
vital keberadaannya karena keberadaannya sangat dibutuhkan oleh semua lapisan
masyarakat, baik kelas bawah hingga atas, yang berekonomi lemah hingga
konglomerat.
Jembatan sebagai salah satu prasarana penting untuk melewatkan
kendaraan lalu lintas, memiliki peran yang sangat penting untuk melanjutkan
program pembangunan ekonomi Indonesia dan menyebarkan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi baru. Namum demikian dalam pelayanannya kadangkandang terganggu karena umur pelayanannya dan tidak sesuai dengan yang

direncanakan. Umur pelayanan yang berkurang tersebut diakibatkan oleh


beberapa faktor:
1. Desain jembatan yang dibangun tahun 80-an tidak dapat mengakomodasi
perkembangan beban lalu lintas untuk tahun 2000-an sampai sekarang.
2. Kondisi pelaksanaan pekerjaan yang jauh dari spesifikasi yang disyaratkan
karena lemahnya pengawasan dan atau kondisi lapangan yang tidak
memungkinkan.
3. Adanya kelebihan beban yang terjadi akibat model-model kendaraan berat
baru dengan konfigurasi sumbu dan bak pengangkut barang yang melebihi
standar pembebanan jembatan yang ada atau tidak sesuai tekanan gandar
kendaraan antara muatan (yang melebihi) dengan standar perhitungan
yang telah ditentukan karena lemahnya pengawasan lalulintas angkutan
dari pihak terkait.

2.2

Sejarah Jembatan
Dengan keterbatasan kemampuan, orang zaman dulu membuat jembatan

dari kayu dengan turus-turus dari batu sebagai penyangganya. Prinsip ini pernah
diterapkan di Babylon tepatnya di sungai Euphrates pada jaman semiramis. Di
Cina jaman kuno, lebih banyak diterapkan jembatan gantung di atas sungai dan
jurang-jurang. Begitu pula di Peru, jembatan gantung sudah diterapkan pada
jaman inca, Panjangnya mencapai 200 kaki.
Bukan itu saja orang Romawi juga ikut andil dalam pembuatan jembatan.
Pada tugu Trajan, yang dibangun pada tahun 100 Masehi di Roma, tergambar

suatu jembatan yang dibuat di sungai Donau. Busur-busur jembatan terbuat dari
kayu dan berbentuk setengah lingkaran. Lalu bagaimana sejarah jembatan dari
berbagai wilayah di belahan dunia?
1.

INGGRIS
Teori Leonardo da Vinci tentang perumusan gaya keseimbangan

(statika) yang dikenal pada abad ke-15 dan ke-16 ternyata mempunyai
peran besar dalam pembuatan jembatan di Inggris. Jembatan pertama
dibuat dari besi tuang oleh Abraham Darby pada tahun 1770 yaitu tepat
diatas Severn di Coalbrokdale. Jembatan ini dibuat dengan satu busur
sepanjang 100 kaki.

2.

ITALIA
Di Italia jembatan-jembatan indah menghiasi perairan Venisia,

akan tetapi belum seindah jembatan Adda di Tresso. Jembatan ini


dibangun pada akhir abad ke-14, tetapi umurnya kurang dari 50 tahun
karena dimusnahkan pada waktu serangan terhadap benteng Tresso. Di
waktu yang sama juga dibangun jembatan yakni Ponte Del Castello
Vecchio di Verona. Layaknya jembatan Adda, jembatan ini juga
dihancurkan oleh pasukan Jerman saat mundur dari Italia pada tahun 1945.

3.

AMERIKA

Jembatan tak kalah menarik ialah ketiga jembatan gantung diatas


East River di New York. Jembatan yang paling besar ialah Hudson Bridge,
yang terbentang antara New York dan New Jersey. Jembatan ini
mempunyai rentang tengah 3.500 kaki, dibuat oleh tim ahli yang dipimpin
oleh O.H Ammann. Jembatan yang lebih panjang di Amerika, merentang
diatas Golden Gate di San Francisco yang mempunyai rentang tengah tak
kurang dari 4.500 kaki.

2.3

Klasifikasi Jembatan
2.3.1

Menurut Keberadaannya
Menurut keberadaannya, jembatan dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:
A. Jembatan Tetap
Jembatan Tetap adalah jembatan permanen yang keberadaannya dapat
dimanfaatkan terus (sesuai umur perencanaan) atau tidak terikat waktu
dan jembatan ini dapat berupa:
1. Jembatan Kayu
2. Jembatan Baja
3. Jembatan Beton Bertulang Balok T
4. Jembatan Prategang
5. Jembatan Pelat Beton
6. Jembatan Komposit
B. Jembatan Gerak

Jembatan Gerak adalah jembatan yang dapat digerakkan, biasanya


karena adanya lalu lintas lain yang melintasi jembatan tersebut dan
jembatan ini (umumnya dari baja dan komposite karena sifat dan
karakteristiknya mudah didalam operasionalnya). Jembatan ini dibagi
menurut cara kerjannya sebagai berikut:
1. Jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar seperti:
a. Jembatan Angkat
b. Jembatan Baskul
c. Jembatan Lipat Stross
2. Jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar dan yang
dapat berpindah sejajar mendatar.
3. Jembatan yang dapat berputar diatas poros tegak atau jembatan
putar.
4. Jembatan yang dapat bergeser ke arah tegak lurus atau mendatar
seperti:
a. Jembatan Angkat
b. Jembatan Beroda
c. Jembatan Goyah
2.3.2

Menurut Fungsinya
Menurut Fungsinya, jembatan dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:
A. Jembatan jalan raya
B. Jembatan jalan rel

10

C. Jembatan untuk talang air / waduk


D. Jembatan untuk penyeberangan pipa-pipa (air, minyak, gas, dll.)
2.3.3

Menurut Materialnya
Menurut

materialnya

(material

yang

dipakai),

dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:


A. Jembatan Bambu
B. Jembatan Kayu
C. Jembatan Beton Bertulang (Konvensional maupun Prategang)
D. Jembatan Baja (Gelagar maupun Rangka)
E. Jembatan Komposite
F. Jembatan Pasangan Batu Kali / Bata
2.3.4

Menurut Bentuk Struktur Atas


Bentuk

struktur

atas

diklasifikasikan sebagai berikut:


A. Jembatan Balok / Gelagar
B. Jembatan Pelat
C. Jembatan Pelengkung / Busur
D. Jembatan Rangka
E. Jembatan Gantung
F. Jembatan Cable Stayed

2.3.5

Menurut Daktilitasnya

yang

digunakan

jembatan,

dapat

11

Menurut daktilitasnya, jembatan dapat diklasifikasikan menurut


perilaku seismik dkatilitasnya (tidak termasuk pangkal jembatan) dapat
dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
A. Jembatan Jenis A yaitu jembatan dengan daktilitas penuh dan monolit.
B. Jembatan Jenis B yaitu jembatan dengan daktilitas penuh dan terpisah.
C. Jembatan Jenis C yaitu jembatan yang tidak daktail.
D. Jembatan Jenis selain A, B, C yaitu jembatan yang tidak menghasilkan
mekanisme plastis yang pasti, dan akan memerlukan analisis dinamik
oleh ahli teknis khusus, misalnya:
1. Jembatan dengan jenis struktural khusus (kabel, lengkung, dll.)
2. Jembatan dengan geometri khusus (L > 200 M, lengkung
horizontal, dll.)
3. Jembatan pada lokasi rumit
4. Jembatan yang sangat penting (ekonomis, konstruksi mahal, dll.)
2.3.6

Menurut Lantai Kendaraan


Menurut

lantai

kendaraan

yang

ada,

diklasifikasikan sebagai berikut:


A. Jembatan lantai atas
B. Jembatan lantai bawah
C. Jembatan lantai ganda
D. Jembatan lantai tengah
E. Jembatan Layang
2.3.7

Menurut Lama Waktu Yang Digunakan

jembatan

dapat

12

Menurut

lama

waktu

yang

digunakan,

jembatan

dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:


A. Jembatan Sementara / Darurat
Jembatan yang penggunaannya hanya bersifat sementara yakni
menunggu hingga selesainya pekerjaan pembangunan jembatan
permanen diresmikan / digunakan. Jembatan darurat ini dapat berupa:
1. Jembatan Kayu
2. Jembatan Balley Acrow Transpanel (Australia)
B. Jembatan Semi Permanen
Jembatan sementara yang dapat ditingkatkan menjadi jembatan
permanen, misalnya dengan cara mengganti lantai jembatan dengan
bahan atau material yang lebih kuat dan awet, sehingga kapasitas dan
umur jembatan menjadi bertambah baik, misalnya jembatan semi
permanen Australia, dll.
C. Jembatan Permanen
Jembatan yang penggunaannya bersifat permanen serta mempunyai
umur rencana, misalnya :
1. Jembatan Baja Tipe Australia, Belanda, Austria, Callender
Hamilton, dll.
2. Jembatan Beton Bertulang : Jembatan Beton Konvensional,
Prategang, Pelat Beton, dll.
3. Jembatan Komposite
2.4

Struktur Jembatan

13

Struktur jembatan adalah kesatuan di antara elemen-elemen konstruksi


yang dirancang dari bahan-bahan konstruksi yang bertujuan serta mempunyai
fungsi menerima beban-beban diatasnya baik berupa beban primer, sekunder,
khusus dll., dan diteruskan / dilimpahkan hingga ke tanah dasar. Secara umum
konstruksi jembatan dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu :
1. Struktur Atas
2. Struktur Bawah
3. Jalan Pendekat
4. Bangunan Pengaman
2.4.1

Struktur Atas
Struktur Atas jembatan adalah bagian dari elemen-elemen

konstruksi yang dirancang untuk memindahkan beban-beban yang


diterima oleh lantai jembatan hingga ke perletakan, sedangkan lantai
jembatan adalah bagian jembatan yang langsung menerima beban lalu
lintas kendaraan dan pejalan kaki. Jenis bangunan atas jembatan pada
umumnya ditentukan berdasarkan:
A. Bentang yang sesuai dengan perlintasan jalan, sungai atau keadaan
lokasi jembatan.
B. Panjang bentang optimum untuk menekan biaya konstruksi total.
C. Pertimbangan yang terkait pada pelaksanaan bangunan-bangunan
bawah dan pemasangan bangunan atas untuk mencapai nilai yang
ekonomis.
D. Pertimbangan segi pandang estetika.

14

Struktur atas terdiri atas :


A. Gelagar-gelagar induk
B. Struktur tumpuan atau perletakan
C. Struktur lantai jembatan / kendaraan
D. Pertambatan arah melintang dan memanjang
2.4.2

Struktur Bawah
Sturktur Bawah sebuah jembatan adalah bagian dari elemen-

elemen struktur yang dirancang untuk menerima beban konstruksi


diatasnya dan dilimpahkan langsung (berdiri langsung) pada tanah dasar
atau bagian-bagian konstruksi jembatan yang menyangga jenis-jenis yang
sama dan memberikan jenis reaksi yang sama pula.
Struktur bawah terdiri atas:
A. Bangunan Bawah (Pangkul Jembatan / Abutmen, Pilar)
Yaitu bagian-bagian dari sebuah jembatan yang memindahkan bebanbeban dari perletakan ke pondasi dan biasanya juga difungsikan
sebagai bangunan penahan tanah.
Analisa struktur bawah ini harus dipertimbangkan mampu menahan
semua gaya-gaya yang bekerja, begitu pula tinjauan terhadap stabilitas
sehingga aman terhadap penggulingan dan penggeseran dengan angka
keamanan yang cukup serta daya dukung tanahnya masih dalam batas
yang diijinkan.

B. Pondasi

15

Yaitu bagian-bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan bebanbeban langsung ke tanah dasar / lapisan tanah keras. Pemilihan jenis
pondasi pada struktur jembatan, umumnya tergantung letak kedalaman
lapisan tanah keras sebagai dasar perkiraan sebagai berikut:
1. Pondasi langsung digunakan bila kedalaman tanah keras < 5 meter
2. Pondasi sumuran digunakan bila kedalaman tanah keras antara 5
12 meter
3. Pondasi tiang digunakan bila kedalaman tanah keras > 12 meter
2.4.3

Jalan Pendekat (Pelat Injak)


Yaitu jalan yang menghubungkan antara ruas jalan dengan struktur

jembatan, atau jalan yang akan masuk ke jembatan.


2.4.4

Bangunan Pengaman
Yaitu jalan yang menghubungkan antara ruas jalan dengan struktur

jembatan, atau jalan yang akan masuk ke jembatan.

2.5

Macam-Macam Jembatan
Macam-macam jembatan cukup banyak, tergantung dari sudut pandang

yang diambil, tempat berdirinya sebuah jembatan, kondisi tanah, alur sungai, dan
alur jalan.

2.5.1

Berdasar Bahan Bangunannya Sendiri

16

Berdasar

bahan

bangunannya

sendiri,

jembatan

dapat

dikelompokan sebagai berikut:


A. Jembatan Kayu

Jembatan

kayu

merupakan

Gambar 2.1 : Jembatan Yangmeizhou, Shouning, China


Sumber : sidomi.com

jembatan sederhana yang mempunyai panjang relatif pendek dengan


beban yang

diterima relatif ringan. Meskipun pembuatannya

menggunakan bahan utama kayu, struktur dalam perencanaan atau


pembuatannya harus memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu
gaya (mekanika).
B. Jembatan Pasangan Batu dan Bata

Gambar 2.2 : Jembatan Jatinangor, Sumedang


Sumber : myjatinangor.blogspot.com

Jembatan pasangan batu dan bata merupakan jembatan yang konstruksi


utamanya terbuat dari batu dan bata. Untuk membuat jembatan dengan
batu

dan

bata,

umumnya

konstruksi

jembatan

harus

dibuat

17

melengkung. Seiring perkembangan jaman jembatan ini sudah tidak


digunakan lagi.
C. Jembatan Beton Bertulang dan Jembatan Beton Prategang (Prestressed
Concrete Bridge)

Gambar 2.3 : Jembatan Sardjito, Yogyakarta


Sumber : dwiheriyanto.wordpress.com

Jembatan dengan beton bertulang pada umumnya hanya digunakan


untuk bentang jembatan yang pendek. Untuk bentang yang panjang
seiring perkembangan jaman ditemukan beton prategang. Dengan
beton prategang bentang jembatan yang panjang dapat dibuat.
D. Jembatan Baja

Jembatan

baja pada umunya

digunakan

untuk

jembatan

Gambar 2.4 : Jembatan Cicareuh, Bantargadung


Sumber : dhaniellezety.blogspot.com

dengan bentang yang panjang dengan beban yang diterima cukup


besar. Seperti halnya beton prategang, jembatan baja banyak digunakan
dan bentuknya lebih bervariasi karena dengan jembatan baja bentang
yang panjang biayanya lebih ekonomis.
E. Jembatan Komposit

18

Gambar 2.5 : Jembatan Desa Karang Upi, Sumatra Selatan


Sumber : dwiheriyanto.wordpress.com
Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua bahan yang sama
atau berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari masingmasing bahan tersebut, sehingga kombinasinya akan menghasilkan
elemen struktur yang lebih efisien.
2.5.2

Ditinjau Dari Fungsinya


Ditinjau dari fungsinya, maka jembatan dapat dibedakan menjadi:
A. Jembatan Jalan Raya (Highway Bridge)
Jembatan yang direncanakan untuk memikul beban lalu lintas
kendaraan baik kendaraan berat maupun ringan. Jembatan jalan raya
ini menghubungkan antara jalan satu ke jalan lainnya.
B. Jembatan Penyebrangan (Foot Bridge)
Jembatan yang digunakan untuk penyebrangan jalan. Fungsi dari
jembatan ini yaitu untuk memberikan ketertiban pada jalan yang
dilewati jembatan penyebrangan tersebut dan memberikan keamanan
serta mengurangi faktor kecelakaan bagi penyebrang jalan.
C. Jembatan Kereta Api
Jembatan yang dirancang khusus untuk dapat dilintasi kereta api.
Perencanaan jembatan ini dari jalan rel kereta api , ruang bebas
jembatan, hingga beban yang diterima oleh jembatan disesuaikan
dengan kereta api yang melewati jembatan tersebut.
D. Jembatan Darurat
Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk
kepentingan darurat dan biasanya penggunaannya hanya bersifat

19

sementara. Umumnya jembatan darurat dibuat pada saat pembuatan


jembatan baru dimana jembatan lama harus dilakukan pembongkaran,
dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah jembatan baru dapat
berfungsi.
2.5.3

Ditinjau Dari Sistem Strukturnya


Ditinjau dari sistem strukturnya, maka jembatan dapat dibedakan

menjadi:

A. Jembatan Lengkung (Arch Bridge)

Gambar 2.6 : Jembatan Palu


Sumber : dhaniellezety.blogspot.com

Jembatan lengkung adalah bentuk struktur non linier yang mempunyai


kemampuan sangat tinggi terhadap respon momen lengkung. Yang
membedakan bentuk pelengkung dengan bentuk-bentuk lainnya adalah
kedua perletakan ujungnya berupa sendi sehingga pada perletakan
tidak diijinkan adanya pergerakan kearah horizontal.
Bentuk jembatan lengkung hanya bisa dipakai apabila tanah
pendukung kuat dan stabil. Jembatan tipe lengkung lebih efisien
digunakan untuk jembatan dengan panjang bentang 100-300 meter.
B. Jembatan Gelagar (Beam Bridge)

Gambar 2.7 : Jembatan Banjarmasin


Sumber : dhaniellezety.blogspot.com

20

Jembatan bentuk gelagar terdiri lebih dari satu gelagar tunggal yang
terbuat dari beton, baja atau beton prategang. Jembatan jenis ini
dirangkai dengan menggunakan diafragma, dan umumnya menyatu
secara kaku dengan pelat yang merupakan lantai lau lintas. Jembatan
ini digunakan untuk variasi panjang bentang 5-40 meter.
C. Jembatan Kabel Tetap (Cable Stayed)

Gambar 2.8 : Jembatan Bagbagan, Pelabuhan Ratu


Sumber : Mahasiswa Politeknik Sukabumi

Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen pemikul


lantai lalu lintas. Pada cable-stayed, kabel langsung ditumpu oleh
tower. Jembatan cable-stayed merupakan gelagar menerus dengan
tower satu atau lebih yang terpasang diatas pilar-pilar jembatan
ditengah bentang.
D. Jembatan Gantung (Suspension Bridge)

Sistem

struktur
Gambar 2.9 : Jembatan Gantung Glugur, Medan

dasar

Sumber : dhaniellezety.blogspot.com

jembatan gantung berupa kabel utama (main cable) yang memikul


kabel gantung (suspension bridge). Lantai lalu lintas jembatan
biasanya tidak terhubungkan langsung dengan pilar, karena prinsip

21

pemikulan gelagar terletak pada kabel. Apabila terjadi beban angin


dengan intensitas tinggi jembatan dapat ditutup dan arus lalu lintas
dihentikan. Hal ini untuk mencegah sulitnya mengemudi kendaraan
dalam goyangan yang tinggi.
Pemasangan gelagar jembatan gantung dilaksanakan setelah sistem
kabel terpasang, dan kabel sekaligus merupakan bagian dari struktur
launching jembatan. Jembatan ini umunya digunakan untuk panjang
bentang sampai 1400 meter.
E. Jembatan Beton Prategang (Prestressed Concrete Bridge)

Jembatan
beton
Gambar 2.10 : Jembatan Rajamandala, Bandung

prategang

Sumber : dhaniellezety.blogspot.com

merupakan suatu perkembangan muktahir dari bahan beton. Pada


jembatan beton prategang diberikan gaya prategang awal yang
dimaksudkan untuk mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban.
Jembatan beton prategang dapat dilaksanakan dengan dua sistem yaitu
post tensioning dan pre tensioning. Pada sistem post tensioning tendon
prategang ditempatkan di dalam duct setelah beton mengeras dan
transfer gaya prategang dari tendon pada beton dilakukan dengan
penjangkaran di ujung gelagar. Pada pre tensioning beton dituang
mengelilingi tendon prategang yang sudah ditegangkan terlebih dahulu
dan transfer gaya prategang terlaksana karena adanya ikatan antara
beton dengan tendon. Jembatan beton prategang sangat efisien karena

22

analisa penampang berdasarkan penampang utuh. Jembatan jenis ini


digunakan untuk variasi panjang bentang 20-40 meter.
F. Jembatan Rangka (Truss Bridge)

Jembatan
rangka
Gambar 2.11 : Jembatan Cimandiri, Pelabuhan Ratu

umumnya

Sumber : Mahasiswa Politeknik Sukabumi

terbuat dari bahan baja dengan bentuk dasar berupa segitiga. Elemen
rangka dianggap bersendi pada kedua ujungnya sehingga setiap batang
hanya menerima gaya aksial tekan atau tarik saja. Jembatan rangka
merupakan salah satu jembatan tertua dan dapat dibuat dalam berbagai
variasi bentuk, sebagai gelagar sederhana, lengkung, atau kantilever.
Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang bentang 50-100 meter.
G. Jembatan Box Girder

Gambar 2.12 : Jembatan Suramadu, Jawa Timur


Sumber : dwiheriyanto.wordpress.com

Jembatan box girder umumnya terbuat dari baja atau beton


konvensional maupun prategang. Box girder digunakan sebagai
gelagar jembatan dan dapat dikombinasikan dengan sistem jembatan
gantung, cable-stayed maupun bentuk pelengkung.

23

Manfaat utama dari box girder adalah momen inersia yang tinggi
dalam kombinasi dengan berat sendiri yang relatif ringan karena
adanya rongga ditengah penampang. Box girder dapat diproduksi
dalam berbagai bentuk, tetapi bentuk trapesium adalah yang paling
banyak digunakan.
Rongga di tengah box memungkinkan pemasangan tendon prategang
diluar penampang beton. Jenis gelagar ini biasanya dipakai sebagai
bagian dari gelagar segmental, yang kemudian disatukan dengan
sistem prategang post tensioning. Analisa full prestressing suatu desain
dimana pada penampang tidak diperkenankan adanya gaya tarik
menjamin kontinuitas dari gelagar pada pertemuan segmen. Jembatan
ini digunakan untuk variasi panjang bentang 20-40 meter.
2.6

Kelebihan dan Kekurangan Jembatan


2.6.1 Jembatan Haubans / Cable Stayed
A. Kelebihan:
1. Tahan terhadap angin.
2. Lebih kaku dibanding jembatan gantung
3. Mampu menahan beban hingga 5 ton
4. Murah dalam perawatan karena menggunakan baja
5. Konstruksi lebih ringan
6. Cepat dilaksanakan karena sistem komponen baja (pra fabrikasi)
7. Terputusnya kabel tidak serta merta jembatan menjadi runtuh
8. Keuntungan jembatan cable stayed dengan jumlah kabel banyak
dapat disebut sebagai berikut ini:
a. Jumlah dukungan elastik yang besar menyebabkan lentur yang
sedang pada arah longitudinal dek, baik selama pelaksanaan
maupan dalam pengoperasian, membuat metode pelaksanaan
sederhana dan ekonomis.

24

b. Kabel individual lebih kecil dibandingkan sebuah struktur


kabel penggantung yang terkonsentrasi, sederhana dalam
pemasangan dan pengangkerannya.
c. Penggantian kabel relative mudah bila diperlukan, meskipun
kabel telah diberi pelindung terhadap korosi.
Jarak antar kabel maksimum tergantung pada parameter,
khususnya lebar dan bentuk dek, jika dek dari baja atau beton
komposit, pelaksanaan kontruksi dapat diselesaikan dengan
corbelling out, jika kabel yang sangat rapat tidak memberikan
keuntungan besar. Sebagai ketentuan umum, jarak antara 15 m
dan 25 m dapat digunakan. Penggunaan jarak yang lebih besar
masih dapat dimungkinkan dengan alasan tertentu. Jika dek
dari beton, desain dengan banyak kabel penggantung terpisah
510 m memberikan banyak keuntungan dan mungkin sangat
penting untuk struktur dengan bentang panjang (Walther, 1988).
B. Kekurangan:
Bentang span terbatas karena keterbatasan sudut kabel. Untuk
menambah panjang span, diperlukan pilon yang makin tinggi dengan
konsekuensi gaya tekan pada dek makin besar.
2.6.2 Jembatan Rangka Batang (Truss Bridge)
A. Kelebihan:
1. Gaya batang utama merupakan gaya aksial.
2. Dengan sistem badan terbuka (open web) pada rangka batang
dimungkinkan

menggunakan

tinggi

maksimal

dibandingkan

dengan jembatan balok tanpa rongga. Kedua faktor diatas


menyebabkan pengurangan berat sendiri struktur. Disamping itu,
ukuran yang tinggi juga mengurangi lendutan sehingga struktur

25

lebih kaku. Keuntungan ini diperoleh sebagai ganti dari biaya


fabrikasi dan pemeliharaan yang lebih tinggi. Jembatan rangka
batang yang konvensional paling ekonomis untuk bentang sedang.
B. Kekurangan:
Efesiensi rangka batang tergantung dari panjang batangnya, artinya
jika jembatan rangka btang dibuat semakin panjang, maka ukuran dari
rangka batang itu sendiri juga harus diperbesar atau dibuat lebih tinggi
dengan sudut yang lebih besar untuk menjaga kekakuannya, sampai
rangka batang itu mencapai titik dimana berat sendiri jembatan terlalu
besar sehingga rangka batang tidak mampu lagi mendukung beban
tersebut. Kombinasi antara pasangan gaya yang berupa regangan dan
tegangan, menyebabkan setiap bagian jembatan yang berbentuk
segitiga membagi berat beban jembatan secara sama rata sehingga
meningkatkan perbandingan antara kekuatan terhadap berat jembatan.
Pada umumnya, jembatan kantilever digunakan sebagai penghubung
jalan yang jaraknya tidak terlalu jauh, karena jembatan jenis ini hanya
cocok untuk rentang jarak 200 meter sampai dengan 400 meter.
2.6.3 Jembatan Beton Konvensional
A. Kelebihan:
1. Beton tahan terhadap getaran, beban angin serta tahan terhadap
perubahan temperatur.
2. Berbagai bentuk kontruksi dapat dibuat dari bahan beton menurut
selera perancang atau pemakai.
3. Biaya pemeliharaan atau perawatan sangat sedikit, serta umur
jembatan beton lebih lama.
B. Kekurangan:
1. Jembatan beton memiliki berat massa yang besar sehingga
diperlukan pondasi kuat.

26

2. Perlu pengawasan ketat saat pekerjaan pembuatan jembatan beton


untuk menjamin kualitas beton.
2.6.4
Jembatan Rangka Baja
A. Kelebihan:
1. Dapat mengurangi berat baja.
2. Dapat mengurangi tinggi profil.
3. Kekakuan lantai lebih besar.
4. Untuk profil yang telah ditetapkan dapat mencapai bentang yang
lebih besar.
5. Kemampuan menerima beban lebih besar.
B. Kekurangan:
1. Kekakuan tidak konstan, untuk daerah momen negatif, pelat beton
tidak dianggap bekerja.
2. Pada jangka panjang, terjadi defleksi yang cukup besar.
2.6.5
Jembatan Presstres
A. Kelebihan:
1. Terhindarnya retak terbuka di daerah tarik, jadi lebih tahan
terhadap keadaan korosif.
2. Karena terbentuknya lawan lendut sebelum beban rencana bekerja,
maka lendutan akhirnya akan lebih kecil dibandingkan pada beton
bertulang.
3. Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh luas
penampang dipakai secara efektif.
4. Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah
berat besi beton biasa.
5. Ketahanan gesek balok dan ketahanan puntirnya bertambah, maka
struktur dengan bentang besar dapat langsing, tetapi ini
menyebabkan natural frequency dari struktur berkurang, sehingga
menjadi dinamis instabil akibat getaran gempa/angin, kecuali bila
struktur itu memiliki redaman yang cukup atau kekakuannya
ditambah.

27

B. Kekurangan:
1. Dengan ketahanan

gesek

balok

dan

ketahanan

puntirnya

bertambah, maka struktur dengan bentang besar daapat langsing,


tetapi ini menyebabkan natural frequency dari struktur berkurang,
sehingga menjadi dinamis instabil akibat getaran gempa/angin,
kecuali bila struktur itu memiliki redaman yang cukup atau
kekakuannya ditambah.
2. Penggunaan bahan bahan bermutu tinggi mengakibatkan harga
satuan pekerjaan menjadi lebih tinggi.
3. Pengerjaan membutuhkan ketelitian yang lebih tinggi pengawasan
yaang lebih ketat dari pelaksan ahli.
2.6.6 Jembatan Besi Lantai Kayu
A. Kelebihan:
1. Harga murah (jika ada kayu di desa setempat).
2. Konstruksi sederhana.
3. Kekuatan gelagar (besi) terjamin.
4. Perawatan mudah & murah.
5. Gelagar besi awet (jika terlindungi dari karat).
B. Kekurangan:
1. Kayu kurang awet dan mudah lapuk (apalagi jika kualitas kayu
rendah).
2. Kurang nyaman bagi lalu lintas.
2.6.7 Jembatan Beton bertulang
A. Kelebihan:
1. Awet (tidak lapuk seperti kayu).
2. Relatif tidak perlu perawatan.
3. Nyaman bagi lalu lintas.
4. Harga murah jika dikaitkan dengan umur pakai/manfaat yang
panjang karena kualitas baik.
B. Kekurangan:
1. Harga mahal jika kualitas jelek sehingga umur pakai pendek.
2. Konstruksi lebih rumit.
3. Perlu pengawasan ketat untuk menjamin kualitas beton.
4. Pondasi perlu lebih kuat (beban konstruksi lebih berat).
5. Lebih sulit dalam perbaikan, jika ada kerusakan.
6. Kesalahan dalam pengecoran sulit diperbaiki.
2.6.8
Jembatan Gantung

28

A. Kelebihan:
1. Bentang cukup panjang.
2. Harga murah.
3. Konstruksi sederhana.
4. Pelaksanaan mudah.
5. Usia kabel baja tahan lama.
6. Tidak ada pekerjaan pondasi di air atau pilar.
B. Kekurangan:
1. Kayu lantai mudah lapuk (apabila kualitas kayu rendah).
2. Hanya bisa untuk kendaraan roda 2 (untuk bisa kendaraan roda 4
harus ada perhitungan yang rumit).
3. Kurang nyaman (kondisi yang bergoyang)

Anda mungkin juga menyukai