STROKE ISKEMIK
Disusun oleh :
Yahya Kholid
1110103000043
Pembimbing :
dr. Fitriani Nasutioni, SpS
: Tn. ZA
: Laki - laki
: 70 tahun
: Pensiunan
: Tamat SLTA
: Islam
: Kawin
: Jawa
1
Alamat
No RM
Tanggal Masuk RS
Tanggal Pemeriksaan
II. ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis terhadap istri pasien pada tanggal 19 Desember
2016 pukul 13.00 di bangsal P. Sangeang RS TNI AL dr. Mintohardjo
A. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran sejak 3 jam SMRS
B. Keluhan Tambahan
Kelemahan tubuh sisi kiri, bicara tidak jelas, dan muntah kehitaman
Kesadaran
Sikap
Koperasi
Keadaan Gizi
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Pernapasan
Keadaan Gizi
: Berbaring
: Kurang Kooperatif
: Kesan gizi lebih
: 170/120 mmHg kanan, 170/120 mmHg kiri
: 88 x/menit
: 36,5 0C
: 20 x/menit
BB
: 78 kg
TB
: 166 cm
3
BMI
Keadaan Lokal
Trauma Stigmata
: tidak ada
Columna Vertebralis
: Lurus ditengah
Status Generalis
Kepala : Normosefali, rambut hitam sebagian putih, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva Pucat -/-, ptosis -/-, lagoftalmus -/-, pupil bulat isokor,
3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+,
racoon eye (-)
Telinga: Normotia , membran tympani intak +/+, darah -/-, serumen +/+, battle
sign (-)
Hidung: Deviasi septum -/-, Sekret -/-, hipertropi konka -/-, hiperemis -/Mulut : Oral hygiene baik, oral trush -, gigi palsu -, faring hiperemis -, tonsil
T2/T2
Leher : trakea di tengah, tiroid tidak teraba, JVP 5+3 cmH20 ; Penggunaan otot
pernafasan tambahan -, pembesaran KGB -, nyeri tekan Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
Palpasi
sinistra
4
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Pemeriksaan Ekstremitas
akral hangat +/+, edema -/-, sianosis -/-, clubbing fingers -/Pemeriksaan Neurologis
GCS : E3M6V4 = 13
Kaku kuduk
: (-)
Kuduk kaku
: (-)
Laseque
Kerniq
Brudzinsky I : kanan(-)
kiri(-)
Brudzinsky II : kanan(-)
kiri(-)
Saraf kranialis
N.I
N.II
Acies Visus
: baik/ baik
Visus Campus
: baik/ baik
Lihat warna
: baik/ baik
Funduskopi
: tidak dilakukan
N. III,IV dan VI
Kedudukan bola mata
: Ortoposisi/ortoposisi
Pergerakan bola mata
: bebas ke segala arah
Nasal
: +/+
Temporal
: +/+
Nasal atas
: +/+
Temporal atas: +/+
Nasal bawah
: +/+
Temporal bawah
: +/+
Eksoftalmus
: -/Nistagmus
: -/Pupil
Bentuk
: Bulat, isokor, diameter = 3mm/3mm
Refleks cahaya langsung
: +/+
Refleks cahaya konsensual
: +/+
Refleks akomodasi
: +/+
Refleks konvergensi
: +/+
N.V
Cabang motorik
: baik/ baik
6
Vestibular
Vertigo
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Nistagmus
: (-)
Cochlear
Rhinne
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Weber
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Schwabah : Tidak dilakukan pemeriksaan
N.IX ; N.X
Motorik
Sensorik
: baik
N.XI
Mengangkat bahu
Menoleh
: baik/ baik
: baik/ baik
N.XII
Pergerakan lidah
Atrofi
Fasikulasi
Tremor
Sistem motorik
Ekstremitas atas
: 5555//2222
Ekstremitas bawah
: 5555/2222
Gerakan involunter
Tremor
: -/-
Chorea
: -/-
Atetose
: -/-
Mioklonik
: -/-
Trofik
: Eutrofi
Tonus
: Normotonus
Sistem sensorik
Propioseptif
Eksteroseptif : Baik
: Baik
Fungsi otonom
Miksi
Defekasi
Sekresi keringat
: baik
Refleks fisiologis
Biseps
: +2/+2
Triseps
: +2/+2
Brachioradialis: +2/+2
Dinding perut : +
Patella
: +2/+2
Achilles
: +2/+2
Refleks patologis
Hoffman tromer
: -/-
Babinsky
: -/-
Chaddok
: -/-
Gordon
: -/-
Schaefer
: -/-
Klonus patella
: -/-
Klonus achilles
: -/-
Ataxia
: tidak valid dinilai
Tes Rhomberg
: tidak valid dinilai
Disdiadokinesia
: tidak valid dinilai
Jari-jari
: tidak valid dinilai
Jari-hidung
: tidak valid dinilai
Tumit-lutut
: tidak valid dinilai
Rebound phenomenon: tidak valid dinilai
Hipotoni
: tidak valid dinilai
Keadaan Psikis
Intelegensia
Demensia
:-
Hasil
Nilai Rujukan
11.44
Hemoglobin
13,7 g/dl
Eritrosit
4, 41 juta/uL
4,6 6,2
Hematokrit
39 %
33 45 %
Lekosit
13.100/ul
5.000 10.000
Trombosit
218.000/ul
GDS
112 mg/dL
7,401 mmHg
7, 35 7, 45
PCO2
41, 6 mmHg
32 - 48
PO2
110.2 mmo/L
83 - 108
HCO3 act
25, 4 mmo/L
21- 28
HCO3 std
24, 8 mmo/L
21 - 28
BE
0,4 mmo/L
-2 - 3
9
SBE
0,3 mmo/L
-3 - 3
ct CO2
26,7 mmo/L
23 - 27
AnGap
23,3 mmol/L
23 - 27
O2Sat
98,1 %
95 98
O2 Ct
19,0 ml/dl
Elektrolit
Na
138 mmol/L
134 - 146
4, 13 mmol/L
3,4 4,5
Cl
93 mmol/L
96 - 108
EKG : Normal
VI. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
CT scan kepala 19 Desember 2016 :
10
11
12
Kesan
Kardiomegali
Paru normal
VII. RESUME
Pasien datang ke rumah sakit karena mengeluh kelemahan terjadi mendadak saat
pasien bangun dari tidur siang (pukul 15.00 WIB). Mulainya keluhan lemah
terasa bersamaan di seluruh bagian lengan dan tungkai, dengan intensitas sama di
lengan maupun tungkai, dan terasa makin memberat. .Keluhan lemah ini
merupakan keluhan pertama kali. Pasien juga mengeluh mulut menjadi miring,
bicara pelo (+) namun pasien masih dapat mengerti dan merespon bila diajak
berkomunikasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan gizi
kesan gizi
cukup. Tekanan darah : 165/120 mmHg kanan, 165/120 mmHg kiri = Hipertensi
grade II (JNC VII), dan pada pemeriksaan neurologis didapatkan parese N VII
dextra sentral parese N. XII dextra sentral , hemiparese dextra. Pada Pemeriksaan
CT scan kepala: Kesan : infark di periventrikel lateral kornu anterior kanan,
Lakunar infark di basal ganglia kiri dan periventrikel lateralis kornu anterior kiri
.
13
Diagnosis etiologis
Diagnosis topis
IX. PENATALAKSANAAN
Rawat Ruang Biasa
Elevasi kepala 300
IVFD NaCl 0,9 % 500 cc / 12 jam
Captopril 2 x 12,5 mg
Aspilet 1x 80 mg
Citicolin 2x 500 mg iv
Simvastatin 1 x 10 mg
Ranitidin 2 x 1 gr iv
Konsul Rehab Medik (Fisioterapi)
Diit rendah garam dan rendah lemak
X. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam
XI. Follow Up
: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
20/2/16 (H-2)
S: Penurunan Kesadaran (+)
O: Tampak sakit berat
GCS: E2M4V2
Tanda Vital: TD 120/80 HR 96x/m RR16x/m Suhu 36,5oC
Status generalis : Dalam batas normal
Status neurologis: Nervus kranialis
Parese NVII sentral sinistra, Parese NXII sentral sinistra
Refleks Fisiologis B +2/+2 A +2/+2 T +2/+2 P +2/+2
Refleks Patologis Negatif
Tanda Rangsang meningeal : Negatif
A:
P:
-
Nicardipin 1 mg/jam
14
Sucralfat 4x15 cc
Manitol 4x125 cc
Transamin 3x50 mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Cerebro Vascular Disease ( CVD) atau stroke adalah setiap kelainan
otak akibat proses patologi pada system pembulh darah otak. Menurut
WHO MONICA Stroke merupakan gangguan fungsional otak fokal
maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran
darah otak dan bukan di- sebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun
infek. Proses yang terjadi bisa berupa penyumbatan lumen pembuluh
darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah
otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan
viskositas maupun kualitas darah sendiri.
Menurut Panduan Pelayanan Medis Departemen Neurologi RSCM
Tahun 2007, Stroke iskemik adalah manifestasi klinis akibat gangguan
fungsi otak baik fokal maupun global yang disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya aliran darah pada perenkim otak yang
dapat disebabkan oleh penyumbatan, kekentalan darah; cepatnya
proses pembekuan darah gangguan aliran akibat adanya gangguan
fungsi jantung dan kelainan pembuluh darah besar lainnya yang
timbulnya mendadak maupun bertahap.
15
II.
EPIDEMIOLOGI
Di Ameriksa Serikat, stroke menempati urutan ketiga sebagai
penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan kanker,
sedangkan di Indonesia data pasti mengenai epidemiologi stroke
sendeiri belum ada. Namun data sporadic mengenai stroke di
Indonesia, di beberapa rumah sakit terlihat adanya tre kenaikan angka
morbiditas stroke yang seiring dengan makin panjangnya life
expentancy dan gaya hidup yang berubah. Karakteristik penderita
stroke lebih sering menyerang laki-laki dan usia bergantung pada jenis
stroke nya (> 60 tahun)
Berikut merupakan table data pasien penderita stroke di Unit Stroke
RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2009 (data dari 2004-2009)
III.
KLASIFIKASI
Pada praktis klinis, klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi
modifikasi Marshall, yaitu :
1. Berdasarkan Patologi Anatomi dan Penyebabnya
a. Stroke Iskemik
i. Transient Ischemic Attack ( TIA)
16
PATOFISIOLOGI
Berkurangnya aliran darah akibat sumbatan atau sebab lain akan
menyebabkan iskemia di suatu daerah otak. Terdapatnya kolateral di
daerah sekitarnya disertai mekanisme kompensasi fokal berupa
vasodilatsi, memungkinkan terjadinya keadaan berikut :
1. Pada sumbatan kecil, terjadi daerah iskemia yang dalam waktu
singkat dapat dikompensasi dengan mekanisme kolateral dan
vasodilatasi lokal. Secara klinis gejala yang timbul adalah TIA,
yang timbul dapat ebrupa hemiparesis sepintas atau amnesia umum
sepintas, yaitu selama 24 jam.
2. Bila sumbatan agak besar, daerah iskemia menjadi lebih luas.
Penurunan CBF regional lebih besar, tetapi dengan mekanisme
kompensasi masih mampu memulihkan fungsi neurologik dalam
waktu beberapa hari sampai dengan 2 minggu. Mungkin pada
pemeriksaan klinik ada sedikit gangguan. Keadaan ini secara klinis
disebut Reversible Ischemic Neurologic Deficit. (RIND)
3. Sumbatan yang cukup besar menyebabkan daerah iskemia yang
luas sehingga mekanisme kolateral dan kompensasi tak dapat
17
18
Terjadinya infark otak diakibatkan aliran darah otak (ADO) regional yang
tidak mencukupi. Dalam keadaan normal aliran darah otak adalah 50 ml/100
gram otak/ menit. Keadaan ini akan tetap dipertahankan oleh kemampuan
autoregulasi pembuluh darah otak. Bila tekanan ADO menurun antara 20-50
ml/100 gram/ menit, maka terjadi penambahan pemakaian oksigen oleh
jaringan otak tanpa disertai gangguan dari fungsinya. Bila penurunan ADO
mencapai 10-20 ml/100 gram/menit, terjadi kegagalam aktivitas listrik
neuronal dan sebagian struktur intrasel berada dalam proses desintegrasi dan
terjadi edema intraseluler. Pada keadaan ini timbul defisit neurologik.
Kematian sel otak terjadi bila ADO kurang dari 10 ml/100 gram/menit
diakibatkan oleh kegagalan energi sehingga K+ keluar dan Ca2+ masuk ke
dalam sel. Berkurangnya ADO oleh trombosis, emboli atau hemodinamik
akan menyebabkan keadaan iskemik di suatu bagian otak. Adanya
kontralateral dari pembuluh darah di sekitarnya dan adanya mekanisme
vasodilatasi memungkinkan terjadinya beberapa hal berikut ini
a. Sumbatan yang kecil dan dapat dikompensasi oleh sistem kolateral
atau vasodilatasi lokal. Secara klinis dikenal sebagai TIA
b. Sumbatan lebih besar, daerah iskemia lebih luas, tetapi masih dapat
dikompensasi
dengan
mekanisme
seperti
di
atas
walaupun
19
Pada daerah iskemia otak yang luas biasanya terdapat inti yang sangat
iskemik dan mengalami nekrosis, diluarnya terdapat daerah iskemik yang
sudah tidak dapat berfungsi tetapi belum mati, daerah ini dikenal dengan
nama daerah penumbra yang masih dapat diselamatkan dengan resusitasi
dan penatalaksanaan yang tepat.
Edema otak akan timbul bila ADO < 20 ml/100 gram/menit. Teerdapat 2
macam edema otak :
a. Pada fase dini terjadi edema otak sitogenik dimana terdapat
pengeluaran K+ intraseluler secara besar-besaran disertai
masuknya Na+ dan Ca2+ sehingga sel menjadi bengkak dan
ruangan ekstraseluler mengecil.
b. Pada fase lanjut diikuti oleh edema vasogenik akibat
peningkatan permeabilitas endotel kapiler sehingga cairan
keluar ke ruang ekstravaskuler.
20
V.
DIAGNOSIS STROKE
Beberapa sifat klinik yang spesifik pada proses penyumbatan pembuluh darah
adalah :
1. Timbul mendadak
2. Menunjukkan gejala-gejala neurologis kontralateral terhadap pembuluh
darah yang tersumbat. Tampak sangat jelas pada penyakit pembuluh otak
sistim karotis dan perlu penelitian lagi pada sistem vertebrobasilar.
3. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak.
Sedang pada stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.
Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan neurologik,
dan penunjang.
A. Anamesis
Anamnesis sangat penting dalam menentukan diagnosis stroke dan
jenis patologi stroke. Pada anamnesis dapat ditemukan kelumpuhan
anggota gerak sebelah badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat
21
Refleks kornea
Refleks okulosefalik
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, kita dapat mengarahkan jenis troke
yang terjadi, apakah jenis penyumbatan (iskemik) ataupun perdarahan
(hemoragik) dengan mengguunakan beberapa metode, diantaranya adalah
skor stroke siriraj, algoritma gajah mada dan skor junaidi.
Skor stroke siriraj
(2,5 x S) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1D) (3 x A) 12
S : Kesadaran ( 0: Koma, 1: Somnolen 2: Compos Mentis)
M : Muntah (0: tidak ada muntah, 1: ada muntah)
N: Nyeri kepala (0: tidak ada, 1: ada)
D: tekanan darah diastole
A: factor atheroma, yaitu DM dan penyakit jantung (0: tidak ada, 1: ada)
22
Skor > 1
: Stroke perdarahan
Skor <-1
: Stroke iskemik
Skor-1 s/d 1
: meragukan
C. Gejala Klinik
Manifestasi klinis stroke sangat tergantung kepada daerah otak yang
terganggu aliran darahnya dan fungsi daerah otak yang menderita iskemia
tersebut. Berdasarkan vaskularisasi otak, maka gejala klinik stroke dapat
dibagi atas 2 golongan besar yaitu :
Stroke pada sistem karotis atau stroke hemisferik
-
ditujukan
pada
keadaan
pembuluh
darah
dan
hemianopia.
sindroma
horner
Kadang-
kadang
pada
penyakit
pembuluh karotis.
Gangguan lapangan pandang tergantung pada letak
lesi dalam jaras perjalanan visual, hemianopia
kongruen
atau
tidak.
Adanya
hemianopia
Pemeriksaan Motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan sebelah anggota badan
(hemiparesis). Jika ada perbedaan kelumpuhan yang jelas
antara lengan dan tungkai hampir bisa dipastikan kelainan
aliran darah otak berasal dari daerah hemisferik
(kortikal), sedangkan jika kelumpuhan sama , gangguan
aliran darah dapat terjadi di subkortikal atau pada daerah
vertebrobasilar.
VI.
Kadar gula darah (GD) yang terlalu tinggi terbukti memperburuk outcome
pasien stroke, pemberian insulin reguler dengan sliding scale dengan
GD>150-200 mg/dl 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dl dinaikan dosis 2 unit
insulin sampai dengan kadar GD>400 mg/dl dosis insulin 12 unit.
3. Brain : bila didaptkan peningkata tekanan intrakranial dengan tanda nyeri
kepala, muntah proyektil dan bradikardi relatif harus ditatalaksana. Obat
yang bisa dipakai adalah manitol 20% 1-1,5 gr/kgBB dilanjutkan 6x100 cc
(0,5 gr/kgbb), dalam 15 -20 menit dalam pemantauan osmolalitas antara
300-320 mOsm.
Peningkatan suhu tubuh juga harus dihindari karena memperbanyak
pelepasam neurotransmitter eksitatorik, radikal bebas, kerusakan BBB dan
merusak pemulihan metabolisme enersi serta memperbesar inhibisi
terhadap protein kinase. Bila terjadi kejang berikan diazepam i.v karena
akan memperburuk perfusi darah ke jaringan otak.
4. Bladder
Terapi medik stroke iskemik akut dapat dibagi menjadi 2 bagian seperti pada
penderita dengan kedaruratan medik. Perlu ditekankan bahwa penanganan
stroke akut , harus disamakan dengan keadaan darurat pada jantung, karena
baik pada kedaruratan kardiologik maupun neurologik, faktor waktu sangat
penting. Terapi medik stroke merupakan intervensi medik dengan tujuan
mencegah meluasnya proses sekunder dengan menyelamatkan neuron-neuron
di daerah penumbra serta merestorasikan fungsi neurogenik yang hilang.
Pengobatan medik yang spesifik dilakukan dengan dua prinsip dasar, yaitu :
28
29
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain aspirin
dosis 80-1200 mg/hari . Mekanisme kerja obat ini dengan menghambat
jalur siklooksigenase.
pengaturan
eNOS,
mempunyai
sifat
anti
trombus,
vasodilatasi dan anti inflamasi, menghambat iNOS, anti inflamasi dan anti
oksidan.
d. Cerebrolisin, suatu protein bebas lemak dengan khasiat anti calpain,
penghambat caspase dan sebagai neurotropik dosis 3-5 cc selama 21 hari
menunjukkan perbaikan fungsi motorik yang bermakna.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Kolegium Neurologi Indonesia (KNI) PERDOSSI. Buku Acuan Modul
Neurovaskular. 2009
2. Adam RD, Victor M, Eds: 5: Disease of the spinal cord, peripheral nerve,
and muscle In: Pronciples of Neurology, 5th ed. New York: McGraw-Hill:
1993
3. POKDI Stroke PERDOSSI. Guideline Stroke. PERDOSSI.2011
4. Lumbantombing, SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2004
5. Adams, R., Del, Z.G., et al., 2005. Guidelines for the early management of
patients with ischemic stroke: 2005 guidelines update a scientific
statement
from
the
Stroke
Council
of
the
American
Heart
31