Anda di halaman 1dari 17

Mekanisme Kerja Ginjal

Abstrak

: Keberlangsungan hidup serta fungsi sel secara normal bergantung pada

pemeliharaan konsentrasi garam, asam, dan juga elektrolit didalam cairan internal sel
tersebut. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran sisa-sisa metabolisme
yang dihasilkan oleh sel itu sendiri. Untuk melakukan hal itu semua tubuh kita memerlukan
adanya ginjal yang berperan penting dalam mempertahankan homeostasis dengan mengatur
konsentrasi plasma, elektrolit dan juga air. Sistem tubuh yang juga berperan penting dalam
pengaturan tubuh adalah saluran kemih. Dibutuhkan sistem urinarius yang berguna
memproses zat-zat serta cairan dalam tubuh dan mereabsorbsi yang masih bisa digunakan dan
membuang yang sudah tidak digunakan agar terjadi keseimbangan dalam tubuh.
Kata kunci : ginjal, urin, kandung kemih
Abstract

: The cell viability and function normally depends on the maintenance of the

concentration of salts, acids, and also the internal liquid electrolyte within the cell. Cell
survival is also dependent on the expenditure remains of metabolism produced by the cell
itself. To do that all our body needs a kidney plays an important role in maintaining
homeostasis by regulating plasma concentrations, electrolyte and water. Body systems also
play an important role in regulating body is the urinary tract. Useful urinary system needs to
process substances and reabsorb fluid in the body and that can still be used and discard that
have not been used for a balance in the body.
Keywords : kidney, urine, bladder

Pendahuluan
Keberlangsungan hidup serta fungsi sel secara normal bergantung pada pemeliharaan
konsentrasi garam, asam, dan juga elektrolit didalam cairan internal sel tersebut.
Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran sisa-sisa metabolisme yang
dihasilkan oleh sel itu sendiri. Untuk melakukan hal itu semua tubuh kita memerlukan adanya
ginjal yang berperan penting dalam mempertahankan homeostasis dengan mengatur
konsentrasi plasma, elektrolit dan juga air. Saat ginjal memfiltrasi plasma, zat-zat yang masih

diperlukan akan dipertahankan sedangkan zat-zat yang tidak terpakai lagi oleh tubuh atau
berlebihan jumlahnya akan dibuang melalui urin.
Sistem tubuh yang juga berperan penting dalam pengaturan tubuh adalah saluran
kemih. Dibutuhkan sistem urinarius yang merupakan salah satu sistem terpenting dari tubuh
kita, system ini berguna memproses zat-zat serta cairan dalam tubuh dan mereabsorbsi yang
masih bisa digunakan dan membuang yang sudah tidak digunakan agar terjadi keseimbangan
dalam tubuh sehingga tetap dapat hidup dan bekerja, sistem urinarius ini terdapat beberapa
organ terpenting yang mengatur dan saling berkesinambungan yaitu dari ginjal, ureter, vesica
urinaria, uretra.

Isi
Pembahasan
STRUKTUR SALURAN KEMIH
Struktur Makroskopis
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk
homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur kesetimbangan cairan
dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi
kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang peritoneum).
Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan sepasang ureter, sebuah vesika
urinaria (buli-buli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke lingkungan luar
tubuh.1
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masingmasing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan
terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan
adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11
(vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.
Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari
krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari
batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan
ginjal kiri.1
2

Gambar 1. Ginjal
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus renalis/Malpighi
(glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus
distalis
Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung
Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent)
Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus

memasuki/meninggalkan ginjal
Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix minor
Calix minor, yaitu percabangan dari calix major
Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis
Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix major

dan ureter
Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi (yaitu
glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus
kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal tersebut
terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan menuju glomerulus)
serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkan letakya nefron
dapat dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di
3

korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang
terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya
terletak di tepi medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan
pembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.2
Ginjal diperdarahi oleh a.v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta abdominal,
sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah memasuki ginjal melalui
hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang akan memperdarahi segmensegmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-superior, anterior-inferior,
inferior serta posterior.
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis ginjal
melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan
n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan
simpatis melalui n.vagus.
2. Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan
ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat
sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.

gambar 2. Ureter
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu
menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara posteroinferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai
vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki
kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu
4

peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica
urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.1
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis,
a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen
T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior
dan inferior.1
3. Vesica Urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat
untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan
ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica
urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti
rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan
saraf.

Gambar 3. Vesica urinaria


Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian
yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan
inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan
sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal,
sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae.
Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari
orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak
memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.1
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan,
a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis.
Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus
5

lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4,


yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan
dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu,
Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor
dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat
volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari
kandung kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan
pars spongiosa.
Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior
kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang

berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat.

Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.


Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian
ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital.
Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di

bawah kendali volunter (somatis).


Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars
membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus
spongiosum di bagian luarnya

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria.
Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara
klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethra yang bersifat volunter di
bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki
fungsi reproduktif.

Gambar urethra pada pria dan wanita

Struktur Mikroskopis
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang
membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU),
tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua
sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang

besar.
Fungsi ginjal:
Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex
renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang
disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubanglubang kecil disebut papilla renalis.3
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh
darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima

urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang
masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus
proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.3
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga

abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.


Lapisan dinding ureter terdiri dari:
Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
Lapisan tengah lapisan otot polos
Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin
masuk ke dalam kandung kemih.

3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat

mengembang dan mengempis seperti balon karet.


Dinding kandung kemih terdiri dari:
Lapisan sebelah luar (peritoneum)
Tunika muskularis (lapisan berotot)
Tunika submukosa
Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)

4. Urethra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi

menyalurkan air kemih ke luar.


Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :
Urethra pars Prostatica
Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
Urethra pars spongiosa
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter
urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya
sebagai saluran ekskresi.4
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung

jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
Lapisan mukosa
8

Mekanisme kerja ginjal


Ginjal adalah organ yang memiliki kemampuan yang luar biasa, walaupun kecil organ ini
menyaring zat-zat yang telah tidak terpakai (zat buangan atau sampah/limbah) yang
merupakan sisa metabolisme tubuh. Setiap harinya fungsi ginjal akan memproses sekitar 200
liter darah untuk menyaring atau menghasilkan urin, yang mengalir ke kandung kemih
melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Urin akan disimpan di dalam kandung kemih ini
sebelum dikeluarkan pada saat berkemih (buang air kecil).5
Fungsi ginjal
-

Pengeluaran zat sisa organic. Ginjal mengsekresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk

penguraian hemoglobin dan hormone.


Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Ginjal mengekresikan ion natrium, kalium,
kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat. Ekresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan

eksresinya melauli rute lain seperti pada saluran gastroin testinal atau kulit.
Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ginjal mengendalikan ekresi ion hydrogen
(H+), bikarbonat (HCO3-), dan ammonium (NH4+) serta memproduksi urine asam atau basa,

bergantung pada kebutuhan tubuh.


Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepaskan eritropoetin yang mengatur

produksi sel darah merah dalam sum sum tulang.


Pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim rennin. Rennin adalh
komponen penting dalam mekanisme rennin-angiostensin-aldostero, yang meningkatkan

tekanan darah dan retensi air.


Pengendalian terbatas terhadap kosentrasi glukosa darah dan asam amino darah.
Ginjal melaluli eksresi glukosa dan asam amino berlebiha bertanggung jawab atas

konsentrasi nutrient dalam darah.


Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan. Obatobatan. Atau zat kimia asing lain dari tubuh.1

Peran Hormon dalam proses dasar ginjal


a. Hormon Aldosteron
Fungsi fisiologis hormon aldosteron yaitu mengatur unsur-unsur mineral (mineralo
kottikoid / dihasilkan oleh bagian korteks glandula suprarenalis / adrenalis ) Antara lain Na +
dan K+, yakni terutama mengatur reabsorpsi Na+ dan sekresi K+.6 Dalam hal ini apabila
9

aldosteron meningkat, menyebabkan reabsorpsi Na+ bertambah dan sekresi K+ bertambah


pula. Aldosteron membantu ginjal mengatur volume plasma atau cairan ekstra sel.
b. Anti Diuretic Hormon (ADH) Vasopresin
Hormon ini mempuyai fungsi fisiologi sebagai anti diuretik dengan pekerjaan utama
untuk retensi cairan. Terutama untuk pengaturan volume cairan ekstra sel dan konsentrasi Na +
dan membantu ginjal mengatur tekanan osmotik plasma.
Mekanisme pengaturan sekresi ADH dipengaruhi oleh :
1. Penurunan volume cairan ekstra sel.
2. Peningkatan osmolaritas CES ( terutama bila kadar Na+ meningkat ).
Efek yang paling penting hormon antidiuretik adalah untuk menghemat air tubuh dengan
mengurangi hilangnya air dalam urin. Diuretik adalah agen yang meningkatkan kecepatan
pembentukan urin. Hormon antidiuretik mengikat reseptor pada sel-sel di saluran pengumpul
ginjal dan meningkatkan reabsorpsi air kembali ke dalam sirkulasi. 6 Dengan tidak adanya
hormon antidiuretik, saluran pengumpul yang hampir impermiable terhadap air, dan mengalir
keluar sebagai urin.
c. Renin
Selain itu ginjal menghasilkan renin yang dihasilkan oleh sel-sel aparatus
juxtaglomerularis pada waktu :
1. Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )
2. Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )
3. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )
4. Innervasi ginjal dihilangkan
5. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )
Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen
menjadi angiotensin I, yang oleh ACE diubah menjadi angiotensin II; dan ini efeknya
menaikkan tekanan darah.
d. Eritropoietin
Merupakan hormone yang diproduksi di ginjal, dan berfungsi untuk meningkatkan
produksi sel darah merah di sumsum tulang.

10

Agar ginjal dapat melakukan semua fungsi itu, ginjal melakukan tiga mekanisme utama kerja
ginjal yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Dimana ketiganya bekerja dalam proses
pembentukan urin.6
Filtrasi
Filtrasi di dalam ginjal terjadi didalam Glomerulus, sehingga disebut Filtrasi
Glomerulus. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit)
sehingga mempermudah proses penyaringan. Selain itu membran Glomerulus seratus kali
lipat lebih permeabel daripada kapiler-kapiler di tempat lain. Beberapa faktor yang
mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi
pada glomerulus. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah gaya pendorong utama yang
berperan untuk menginduksi filtrasi glomerulus.
Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping
darah, dan sebagian besar protein plasma. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung
protein. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium,
kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari
endapan.
Mekanisme kerja Filtrasi Glomerulus :
Darah yang masuk ke dalam nefron melalui arteriol aferen dan selanjutnya menuju
glomerulus akan mengalami filtrasi, tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi
sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi
pada glomerulus.6 Cairan filtrasi dari glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus
masuk kedalam ansa henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica
urinaria, dan akhirnya keluar berupa urine. Membran glomerulus mempunyai ciri khas yang
berbeda dengan lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari: lapisan endotel kapiler,
membrane basalis, lapisan epitel yang melapisi permukaan capsula bowman.
Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas-protein
menembus kapiler glomerulus kedalam kapsul Bowman. Pada saat filtrat mengalir melalui
tubulus, zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus.
Perpindahan bahan bahan yang bersifat selektif dari bagian dalam tubulus ( lumen tubulus )
ke dalam darah ini disebut reabsorpsi tubulus.
11

Reabsorpsi
Reabsorpsi ini terjadi di tubulus, reabsorpsi tubulus bersifat sangat selektif,
bervariasi, dan sangat luar biasa. Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer
akan disreabsorpsi kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus
distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Direabsorpsinya zat pada tubulus ini melalui
dua cara. Gula dan asam amino direabsorpsi melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui
peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Substansi
yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia,
obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan
bersama urin.7Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zatzat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa
metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.
Mekanisme Reabsorpsi Tubulus, reabsorpsi tubulus melibatkan transportasi Transepitel. Ada
5 langkah yang terjadi didalam reabsorpsi tubulus transepitel, yaitu :
1. Bahan-bahan yang akan direabsorpsi kecuali H2O harus meninggalkan cairan
tubulus dengan melintasi membran luminal sel tubulus.
2. Bahan tersebut harus berjalan melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi
lainnya.
3. Bahan tersebut harus menyeberangi membran basolateral sel tubulus untuk masuk
ke cairan interstisium.
4. Bahan tersebut harus berdifusi melintasi cairan intertisium.
5. Bahan tersebut harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah.
Terdapat 2 jenis reabsorpsi tubulus yaitu :
1.

Reabsorpsi Aktif : memerlukan energi.


Zat-zat yang mengalami reabsorpsi aktif pada tubulus proksimal yaitu ion Na+, K+,
PO4-, NO3-, glukosa dan asam amino. Selain itu perbedaan konsentrasi ion Na+
didalam dan diluar sel tubulus membantu meningkatkan proses difusi tersebut.
Meningkatnya difusi natrium diesbabkan permiabilitas sel tubuler terhadap ion
natrium relative tinggi. Keadaan ini dimungkinkan karena terdapat banyak
mikrovilli yang memperluas permukaan tubulus. Proses ini memerlukan energi dan
dapat berlangsung terus-menerus.

2.

Reabsorpsi Pasif : Tidak memerlukan energi.

12

Terjadinya transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang ada pada
lumen tubulus, permiabilitas membrane tubulus terhadap zat yang terlarut dalam
cairan filtrat dan perbedaan muatan listrik pada dinding sel tubulus. Zat yang
mengalami reabsorpsi pasif, misalnya urea,sedangkan air keluar dari lumen tubulus
melalui proses osmosis.
Sekresi
Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler
peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk
kedalam tubulus ginjal. Proses sekresi terpenting adalah sekresi H+, K+, dan ion-ion organik.
Sekresi tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi
zat-zat tersebut dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui fitrasi
glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi akan dieliminasi dalam urin.
Mekanisme Kerja sekresi Tubulus, sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti
yang dilakukan reabsorpsi tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti
reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang
disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation
organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa senyawa yang asing bagi tubuh. 7 Di sini
juga terjadi proses menjaga keseimbangan asam-basa. Ginjal mengatur konsentrasi ion
Hidrogen dengan meningkatkan dan menurunkan ion bikarbonat di dalam cairan tubuh.
Untuk mengatur hal tersebut terjadi serangkaian kompleks di tubulus ginjal yaitu sekresi ion
hidrogen, reabsorpsi ion natrium, reabsorpsi ion bikarbonat, sistem dapar fosfat, dan sistem
dapar amoni.
Sekresi Ion Hidrogen.
Sekresi hidrogen ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan
asam-basa tubuh. Sel-sel tubulus proksimal, distal, dan duktus koligens dapat
mengekskresikan ion hidrogen kedalam lumen tubulus. Proses sekresi mulai dengan
penggabungan CO2 dengan molekul H2O menjadi H2CO3 dengan pengaruh enzim
anhidrase karbonat. H2CO3 berdisosiasi menjadi ion bikarbonat dan ion hidrogen. Ion
hirogen disekresi secara transpor aktif melalui membran sel tubulus ke dalam lumen.
Didalam lumen tubulus, sekresi ion hidrogen dapat terjadi sampai pH cairan tubulus
mencapai 4,5 yang merupakan batas kemampuan epitel tubulus melakukan sekresi ion
hidrogen.
Sekresi ion Kalium
13

Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah
berlawanan di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di
tubulusproksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul.
Sekresi anion dan kation Organik
Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah,
satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation
organik.
Sedangkan sekresi tubulus melalui proses: sekresi aktif dan sekresi pasif. Sekresi aktif
merupakan kebalikan dari reabsorpsi aktif. Dalam proses ini terjadi sekresi dari kapiler
peritubuler kelumen tubulus. Sedangkan sekresi pasif melalui proses difusi. Ion NH 3- yang
disintesa dalam sel tubulus selanjutnya masuk kedalam lumen tubulus melalui proses difusi.
Dengan masuknya ion NH3- kedalam lumen tubulus akan membantu mengatur tingkat
keasaman cairan tubulus. Kemampuan reabsorpsi dan sekresi zat-zat dalam berbagai segmen
tubulus berbeda-beda.
Mekanisme Miksi
Mikturisi ( berkemih ) merupakan refleks yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan
oleh pusat persarafan yang lebih tinggi dari manusia. Gerakannya oleh kontraksi otot
abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga dan berbagai organ yang menekan
kandung kemih membantu mengosongkannya.Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tetapi
berbeda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.Warnanya bening oranye, pucat tanpa
endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
Buang air kecil atau miksi, proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh dua mekanisme:
refleks berkemih dan kontrol sukarela.5
Refleks Berkemih
Refleks berkemih dimulai ketika peregangan reseptor dalam dinding kandung kemih
dirangsang.kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung hingga 250-400 cc urin
sebelum ketegangan dalam dinding mulai meningkat cukup untuk mengaktifkan reseptor
peregangan. Semakin besar distensi luar ini, semakin besar tingkat aktivasi reseptor.serat
aferen dari reseptor peregangan membawa impuls ke sumsum tulang belakang dan akhirnya,
melalui interneuron, merangsang suplai parasimpatis ke kandung kemih dan menghambat
pasokan motor neuron ke sfingter eksternal. Stimulasi parasimpatis kandung kemih
menyebabkan ia kontrak. ada mekanisme khusus yang diperlukan untuk membuka sfingter
14

internal, perubahan bentuk kandung kemih selama kontraksi mekanis menarik sfingter
internal yang terbuka. Secara bersamaan, sphincter eksternal rileks sebagai pasokan motor
neuron yang terhambat. Sekarang kedua sfingter terbuka dan urin dikeluarkan melalui uretra
dengan kekuatan kandung kemih kontraksi. Refleks berkemih ini, yang sepenuhnya refleks
tulang belakang, mengatur kandung kemih empyting pada bayi. Segera setelah insang
kandung kemih cukup untuk memicu refleks, bayi secara otomatis basah.
Mekanisme Arus Balik (Countercurrent)
Mekanisme pemekatan urine bergantung pada adanya kestabilan gradien peningkatan
osmolalitas sepanjang piramida medulla. Adanya gradien ini memungkinkan oleh kerja ansa
Henle sebagai counter current multiplier dan dipertahankan oleh kerja vasarekta sebagai
Counter current exchanger. Sistem arus balik adalah suatu sistem dengan aliran masuk
yang berjalan sejajar, berlawanan arah, dan berdekatan dengan aliran keluar untuk jarak
tertentu. Hal ini terjadi baik di ansa Henle maupun vasa rekta di medulla ginjal.7
Kerja tiap ansa Henle sebagai counter current multiplier bergantung pada
transportaktif Na dan Cl yang keluar dari lumen bagian table pars asendens, permeabilitas
yang tinggi terhadap air di bagian tipis pars desendens, dan aliran masuk cairan tubulus distal.
Proses ini akan lebih dimengerti bila dijelaskan dalam kaitannya tahap-tahap hipotetis
menuju ke keadaan keseimbangan, meskipun tahap-tahap hipotesis ini tidak terjadi secara in
vivo, dan keseimbangan akan dipertahankan kecuali bila gradien osmotic menghilang.
Ringkasan tahap-tahap ini, yang berlaku pada nefron korteks yang tidak memiliki bagian tipis
pars asendens. Anggap lah terdapat suatu keadaan awal dengan osmolalitas 300 mosm / kg
HO di sepanjang pars desendens dan asendens serta interstisial medulla. Selain itu
anggaplah bahwa pompa di bagian table pars ascendens dapat memompa 100 mosm/kg
Nadan Cl dari cairan tubulus keinterstisial sehingga osmolalitas intestisial meningkat
menjadi 400 mosm/kg HO. Air akan tertarik keluar dari bagian tipis pars desendens, dan
cairan tubulus akan mencapai keseimbangan dengan interstisial. Namun cairan yang
mengandung 300 mosm/ kg HO terus masuk kebagian ini dari tubulus proksimal sehingga
terjadi gradien yang lebih mengarahkan perpindahan Na dan Cl kedalam intertisial.
Sementara itu cairan hipotonik akan mengalir kedalam tubulus distal dan cairan tubulus
isotonic yang diikuti dengan cairan hipertonik akan mengalir masuk kedalam bagian tabal
pars ascendens. Proses ini terus berulang-ulang, dan sebagai hasil akhir adalah timbulnya
perbedaan osmolalitas dari atas sampai kebawah ansa Henle.

15

Di nefron jukstamedularis yang memiliki ansa Henle dan bagian tipis pars asendens
yang lebih panjang, perbedaan osmotic akan tersebar pada jarak yang lebih panjang dan
osmolalitas diujung ansa Henle menjadi lebih besar. Hal ini terjadi karena bagian tipis pars
asendens relative tidak permeabel untuk air namun permeable untuk Nadan Cl. Karenanya,
akan terjadi perpindahan Nadan Cl mengikuti gradien konsentrasinya ke interstisial, dan
terjadi countercurrent multiplication pasif tambahan yang akan lebih meningkatkan
perbedaan osmolalitas. Semakin panjang ansa Henle, semakin besar osmolalitas yang dapat
dicapai diujung pyramid.6
Gradien osmotic dipiramid medulla tidak akan dapat dipertahankan bila Na dan
ureun di ruangan interstisial dikeluarkan oleh aliran darah. Zat-zat terlarut ini akan tertinggal
di pyramid terutama karena kerja vasa rekta sebagai countercurrent exchanger. Zat terlarut
akan bersifat keluar pembuluh darah yang mengalirkan darah ke korteks untuk kemuian
masuk kedalam pembuluh yang turun menuju piramid. Sebaliknya, air akan berdifusi keluar
pembuluh yang berjalan kebawah (vasa rekta pars desendens) dan memasuki vasa rekta pars
asendens yang berpori. Oleh karena itu, zat-zat terlarut cendrung mengalami resirkulasi di
medulla dan air cendrung mengambil jalan pintas dan tidak melalui medulla, dengan
demikian keadaan hipertinisitas medulla dapat dipertahankan. Air yang direabsorpsi dari
duktus koligentas didaerah pyramid juga akan diangkut oleh vasa rekta dan masuk dalam
sirkulasi umum. Counter current exchange ini belangsung secara pasif proses ini bergantung
pada pergerakan air dan tidak dapat mempertahankan gradien osmotic yang tinggi di piramid
bila proses counter current multiplication di ansa Henle tidak berlangsung.7
Perlu diingat bahwa terdapat tingkatan gradien osmotic yang sangat tinggi di
ansa Henle dan dengan adanya vasopresin di duktus koligentes. System counter currentlah
yang memungkinkan hal ini terjadi dengan menyebarkan gradien osmolalitas di system
tubulus yang panjangnya 1 cm atau lebih dan bukan dilapis sel yang tebalnya hanya beberapa
mikrometer. Terdapat berbagai contoh kerja Counter current exchanger pada hewan, salah
satunya ialah pertukaran panas antara arteri dan vena komitas di ekstremitas. Meskipun
perannya kecil pada manusia, hal ini sangat beratri pada mamalia yang hidup diair dingin;
pada mamalia, terjadi pemindahan panas dari darah arteri yang menuju ektremitas ke daerah
vena yang kembali ketubuh sehingga ujung ekstremitas dingin sementara panas tubuh tetap
terjaga.
Kesimpulan

16

Batu ureter adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter. Batu ureter itu terjadi karena penumpukan mineral yang terjadi di ureter,
penumpukan mineral itu menyebabkan terhambatnya urin yang akan keluar, sehingga dapat
menimbulkan rasa nyeri.

Namun ada beberapa faktor terjadinya batu antara lain :

peningkatan laruran urin akibat dari intake cairan kurang dan juga peningkatan bahan-bahan
organik akibat infeksi salurann kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan
batu. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu:
1. Faktor Endogen (genetik, family, jenis kelamin, ras, hypersistinuria, hiperkalsiuria &
hiperoksalouria)
2. Faktor Eksogen (lingkungan, pekerjaan, suhu, makanan, infeksi & kejenuhan mineral
dalam air minum)
Daftar pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
20011.h.318-21.
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2011. h. 250-4.
3. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik
histology. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2010.
4. Eroschenko VP. Atlas histology di fiore dengan korelasi fungsional.Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2011.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014. h.
553-99.
6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2014. h. 307-43.
7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke 24. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010.

17

Anda mungkin juga menyukai