Anda di halaman 1dari 18

Organ Genitalia Feminina dan Pubertas pada

Perempuan
Pendahuluan
Kemampuan reproduksi bergantung pada hubungan rumit antara hipotalamus, hipofisis
anterior, organ reproduksi, dan sel sasaran hormon seks. Selain proses biologis dasar tersebut,
perilaku dan sikap seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosi dan moral sosiokultural
masyarakat tempat hidup individu berada. Fisiologi reproduksi wanita jauh lebih rumit
daripada fisiologi reproduksi pria. Tidak seperti pembentukan sperma yang berlangsung terus
menerus dan sekresi testoteron yang relatif konstan pada pria, pengeluaran ovum bersifat
intermiten dan sekresi hormon-hormon seks wanita memperlihatkan pergeseran siklus yang
lebar. Jaringan-jaringan yang dipengaruhi oleh hormon-hormon seks juga mengalami
perubahan berkala, yang paling jelas adanya daur haid bulanan.
Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum,
tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, terkadang siklus terjadi setiap 21
hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, terkadang menstruasi juga dapat
terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. Saluran reproduksi wanita dipersiapkan untuk fertilisasi dan
implatasi ovum yang dikeluarkan dari ovarium pada waktu ovulasi. Jika tidak terjadi pembuahan,
siklus akan berulang. Jika memang terjadi pembuahan, siklus akan berhenti, sementara sistem wanita
beradaptasi untuk membesarkan dan melindungi manusia yang baru terbentuk sampai ia memiliki
kemampuan individual untuk hidup diluar lingkungan. Selain itu, wanita melanjutkan tugas
reproduksinya untuk melahirkan dengan menghasilkan susu (laktasi). Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai struktur organ genitalia feminine, mekanisme dan siklus menstruasi, gejala
menstruasi, dan hormone yang berperan dalam menstruasi.

Pembahasan
Makroskopik Organ Genitalia Feminina
Organ genitalia feminina dibedakan menjadi interna dan eksterna. Yang termasuk
interna adalah ovarium, tuba fallopii, uterus, vagina. Sedangkan yang termasuk eksterna
adalah mons pubis, vulva, labia majora, labia minora, dan clitoris.
A. Struktur Makroskopis Organ Genitalia Feminina Externa
Ovarium

Ovarium adalah sepasang organ nerbentuk oval, sedikit pipih, yang tampak putih
seperti mutiara berbercak dengan banyak ketidakteraturan pada permukaannya. Ovarium ini
terletak di bawah tepi pelvis dan ditopang oleh ligamentum ovarii dan ligamentum
infundibulopelvis. Ovarium terletak pada fossa di sisi dinding pelvis yang dibatasi oleh
peritoneum. Di bagian atas, ovarium dibatasi oleh pembuluh darah iliaka eksterna, di bagian
bawah oleh saraf dan pembuluh darah obturator, di bagian posterior oleh ureter serta arteri
dan vena uterina, dan di anterior oleh pelekatan ligamentum larum dengan pelvis. Tuba
uterina terletak di atas permukaan medial ovarium.1
Persarafan ovarium berasal dari rantai simpatis lumbosakral dan menuju ovarium
bersama dengan arteri ovarika. Arteri ovarika merupakan suplai darah utama ovarium.
Namun demikian, darah juga dialirkan dari anastomosis cabang ovarium arteri uterina. Vena
berjalan mengikuti arteri membenruk pleksus pampiniformis di dalam mesovarium. Darah
dari vena ovarika kanan mengalir ke vena kava, sedangkan dari vena ovarika kiri biasanya
masuk ke vena renalis kiri. Limfe mengalir retroperitoneal ke nodus lumbalis aorta.1
Tuba Uterina atau Tuba Fallopii
Dimulai dari fundus uterine sampai fimbriae. Muara pada corpus uteri disebut ostium
internum tuba uterine. Bagian-bagian uterine:

Isthmus tuba uterina: bagian tuba yang paling sempit


ampulla tuba uterina: bagian yang paling lebar dan tempat terjadinya fertilisasi
infundibulum: bagian berbentuk corong dan mempunyai fimbriae
pars intertitialis: bagian tuba yang terdapat dalam dinding uterus.

Fungsi tuba uterina adalah sebagai jalan yang dilalui sperma untuk mencapai ovum.
Persarafan saluran ovum berasal dari pleksus simpatis dan parasimpatis ovarii dan
pelvis. Pendarahan tuba berasal dari arteri uterina cabang tuba dan dari cabang ovarium.
Drainase vena melalui vena tuba yang menyertai arteri. Drainase limfe terletak
retroperitoneal terhadap nodus aorta lumbalis.2
Uterus
Uterus yang merupakan organ berotot seperti buah pir terbalik dengan ruang sempit di
tengahnya, terletak jauh di dalam pelvis minor antara kandung kemih dan rectum. Ruang
tengahnya, yang dilapisi endometrium, berbentuk segitiga dengan dasar di atas dan sangat

padat di bagian anterior-posterior. Setiap apeks bagian atas berhubungan dengan saluran
ovum dan apeks bagian bawah bersatu dengan kanalis servikalis.1
Tuba uteriae melekat pada uterus, satu pada setiap sisinya, berjarak kira-kira pada dua
pertiga jarak ke puncak uterus. Bagian uterus di atas insersi tuba disebut fundus. Di bawah
insersi tuba, terdapat korpus uteri yang berkelanjutan dengan segmen supravaginal serviks.1
Uterus disokong oleh tiga pasang ligamentum. Paling atas adalah ligamentum
rotundum, yang berjalan dari fundus uteri, anterior tuba uterine, dan ke kanalis inguinalis
interna. Ligamentum kardinale terdapat di lateral setiap sisi dari inferior tuba uterine yang
memanjang ke serviks dan melekat ke dinding samping pelvis. Ligamentum uterosakrum
membentang dari setiap pelekatan sacrum ke sambungan uteroserviks bagian posterior.1
Saraf yang menuju ke uterus meliputi pleksus hipogastrika superior, pleksus
hipogastrika inferior, nervi erigentes, nervus iliaka komunis, dan ganglion hipogastrika.
Arteri uterina (cabang terminal a. hipogastrika) merupakan sumber darah utama ke
uterus dan a. ovarika hanya mengaliri sedikit. A. uterina melewati anterior ureter di dekat
sambungan uteroserviks. Vena yang mendrainase uterus terutama adalah v. uterina dan yang
kedua adalah vena ovarii. Drainase limfe dapat melalui serviks ke rantai iliaka eksterna atau
melalui ismus ke nodus sacrum lateral. Drainase limfe dalam ligamentum rotundum dapat
meluas ke nodus inguinal superficial, kemudian ke femoral dan akhirnya ke rantai iliaka
eksterna. Drainase melalui ligamentum suspensorium ovarii berlanjut ke nodus lumbal
sepanjang aorta, di atas atau di bawah ginjal.1
Vagina
Vagina merupakan saluran yang tipis, berotot, dengan rugae yang sebagian kolaps,
dengan panjang 8-10 cm dan diameter sekitar 4 cm. Saluran ini memanjang dari hymen pada
celah urogenital ke arah serviks dan membelok ke atas dan posterior dari vulva. Serviks
menonjol beberapa sentimeter ke bagian atas vagina membentuk cekungan yang disebut
forniks. Karena bibir posterior serviks seringkali lebih panjang dibanding bibir anteriornya,
forniks posterior mungkin lebih dalam dibanding forniks anterior. Forniks-forniks lateral
berukuran sama. Ukuran vagina berkurang selama masa klimakterium dan semua bagian
forniks, terutama forniks lateral, menjadi lebih dangkal.1

Vagina terletak di antara kandung kemih dan rectum dan disokong terutama oleh
ligamentum transversum servikalis (ligamentum kardinale) dan muskulus levator ani.1
Peritoneum pada bagian posterior kavum Douglasi sangat berdekatan dengan forniks
posterior vagina, penting diperhatikan pada pembedahan.1
Persarafan vagina adalah melalui n. pudendus dan hemoroidalis dari sistem saraf
simpatis pelvis. Aliran darah berasal dari a. vaginalis (cabang desenden arteri uterine) dan
dari a. pudenda interna dan hemoroidalis media. Drainasenya melalui v. pudenda,
hemoroidalis eksterna dan v. uterine.1

B. Struktur Makroskopis Organ Genitalia Feminina Externa


Mons Pubis
Mons Pubis adalah bantalan jaringan lemak dan kulit yang terletak di atas simfisis
pubis. Bagian ini tertututp rambut pubis setelah pubertas. Saraf-saraf sensorik mons pubis
adalah n. ilioinguinal dan n. genitofemoral. Mons pubis mendapatkan aliran darah dari A.V.
pudenda eksterna. Saluran limfe bergabung dengan saluran limfe dari bagian lain vulva dan
abdomen superficial. Persilangan peredaran limfe labia di dalam mons pubis sangat penting
secara klinis karena memungkinkan terjadinya penyebaran metastasis kanker dari satu sisi
vulva ke kelenjar inguinal di sisi yang berlawanan serta sisi yang terkena.1
Vulva
Disebut juga rima pudenda. Muara pada vestibulum vagina. Ada lipatan kecil yang
disebut labium minus atau labia minora. Ke arah distal kedua labia minora membentuk
frenulum labiorum pudenda. Sebelah distal lab.pudendi terdapat

jaringan ikat yang

menyebrang disbut commisura posterior. Ke atas labia minora berhubungan dengan glands
clitoris disbut preputium clitoridis. Di bagian kiri dan kanan vulva dibatasi oleh labia majora.
Di atas labia majora terdapat mons pubis yang berisi jaringan lemak dan ditumbuhi rambut.2
Klitoris
Homolog penis ini berukuran 2-3 cm ditemukan pada garis tengah, sedikit di anterior
meatus uretra. Tersusun atas dua korpus kecil yang erektil, masing-masing melekat ke

periosteum simfisis pubis, dan sebuah struktur lebih kecil (glands klitoridis) yang banyak
sekali mendapat persarafan sensoris. Glans sebagian ditutupi oleh labia minor.1
Klitoris mendapat persarafan dari n. pudendus dan hipogastrik serta saraf simpatis
pelvis, dan mendapat aliran darah dari arteri dan vena pudenda interna.1
Vestibulum
Merupakan ruangan yang dibatasi oleh kedua labia monora kanan dan kiri. Bagian
bawah vestibulum membentuk fossa naviculare. Beberapa lubangnya yaitu orificium urethra
externum lateral terdapat vestibularis minor. Orificium vagina, distal urethra yang ditutupi
hymen, dan ducuts glandula vestibularis major Bartolini.
Vestibulum dan uretra terminal dipersarafi oleh n. pudendus dan diperdarahi oleh arteri dan
vena pudenda interna.1

Labia Major dan Minus


Labia major merupakan lipatan yang besar dari mons pubis ke arah peritoneum dan
pada bagian luar berambut. Bagian dalamnya licin dan banyak ditumbuhi kelenjar sebasea.
Bagian depan atas labia majora kanan atau kiri bertemu pada commisura labialis anterior.
Bagian bawahnya bertemu pada commisura labialis posterior. Labia major merupakan lipatan
yang besar dan tebal.2
Sedangkan labia minus merupakan bibir dalam yang tipis, menjaga jalan masuk ke
vagina. Letaknya sebelah medial labium majus pudendi, permukaannya licin dan tidak
mengandung jaringan lemak. Pada bagian dorsal bergabung dengan fasies medialis labium
majus pudendi dan menbentuk liaptan transversal disebut frenulum labiorum pudendi.
Bagunan ini tampak jelas pada nulipara. Di bagian anterior, labium ini terbagi menjadi pars
medialis dan pars lateralis. Pars lateralis dari labium minus sinister bertemu dengan pars
lateralis labium minus dexter membentuk preputium clitoridis, sedangkan pars medialis
kedua labium bergabung di bagian caudal dari clitoris membentuk frenulum clitoridis.2

Mikroskopik Organ Genitalia Feminina


Ovarium
Ovarium, seperti testis, pada waktu yang bersamaan merupakan kelenjar endokrin dan
eksokrin: hormone yang dihasilkan adalah estrogen dan progesterone. Ovarium ditutupi epitel
selapis kubis (germinatif), dan sebelah dalamnya trdapat tunika albugenia dari jaringan ikat

fibrosa padat. ovarium dibagi atas medulla dan korteks. Medulla terdiri atas jaringan ikat
areolar (jarang) dengan banyak pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Korteks ovarium
terdiri atas stroma yang sangat selular dari jaringan ikat jarang dan mengandung folikelfolikel ovarium. Folikel ovarium itu ada yang istirahat (primordial), dalam proses
pematangan atau sudah matang (Graaf).3
Folikel Primordial
Folikel primordial letaknya dalam korteks superficial tepat di bawah tunika algenia
dan terdiri atas suatu oosit primer berdiameter kira-kira 25 mikro, dikelilingi selapis sel-sel
epitel gepeng. Oosit primer tertahan dalam fase diploten dari profase meiosis.3

Folikel dalam Pematangan


Pada folikel ini,ovum, epitel folikel dan stroma ovarium semuanya ikut dalam proses
pematangan di bawah pengaruh follicle-stimulating hormone yang dihasilkan sel basofil delta
pars distalis adenohipofisis. Ovumnya, atau oosit primer bertambah diameternya sampai lebih
dari 100 mikro. Ia kemudian dikelilingi suatu membran homogen yaitu zona pellusida. Epitel
folikel berproliferasi dan menjadi berlapis, sel-selnya berubah bentuk berturut-turut dari
gepeng menjadi polyhedral dan sitolpasmanya bergranula.: sekarang dikenal sebagai
membran granulose. Stroma ovarium menjadi padat dan membentuk teka folikuli, yang
tersusun atas lapisan selular dalam dan fibrosa luar. Sel-sel dari lapisan dalam teka mendapat
pigmen kuning dalam sitoplasmanya dan dikenal sebagai sel-sel lutein teka. Mereka
menghasilkan hormon estrogen. Selama suatu siklus bulanan, sejumlah folikel mulai menjadi
matang tetapi biasanya hanya satu berkembang sampai matang sempurna. Yang lainnya
mengalami regresi dan menjadi yang disebut folikel atretis, tetapi untuk sementara
menghasilkan estrogen sehingga pada permulaan siklus terdapat peningkatan hormone ini.3
Folikel Graaf
Suatu rongga berisikan cairan, antrum, timbul di antara sel-sel epitel folikel dan
berangsur-angsur membesar sampai ovum terdesak pada dinding suatu kista besar (antrum)
yang dilapisi sel-sel epitel folikel. Epitel pelapis itu adalah membran granulose. Ovum,
dengan epitel folikel yang menutupinya, menonjol ke dalam antrum (cumulus ooforus). Pada
akhirnya suatu folikel matang sempurna menempati seluruh tebal korteks.3

Folikel Graaf matang akhirnya menonjolkan permukaan ovarium dan memecah.


Ovum, dikelilingi beberapa lapis sel-sel epitel folikel (korona radiata) dilepaskan ke dalam
rongga peritoneum. Proses ini dikenal sebagai ovulasi. Dinding folikel terlipat, dan folikel itu
berubah menjadi suatu kelenjar endokrin, korpus luteum. Dua belas jam sebelum ovulasi
oosit primer itu menyelesaikan pembelahan meiosis pertama menjadi oosit sekunder. Jadi
pada saat ovulasi dilepaskan oosit sekunder. Ia akan mengalami pembelahan meiosis kedua
menjadi ovum hanya bila ia dibuahi.3
Korpus Luteum
Sel-sel epitel folikel dari membran granulose membesar sampai 25 mikron di bawah
pengaruh luteinizing hormone yang dihasilkan sel basofil delta-2-pars distalis adenohipofisis
dan dikenal sebagai sel-sel lutein granulose karena mereka mendapatkan pigmen kuning
dalam sitoplasmanya. Membran basal antara membran granulosa dan teka folikuli lenyap dan
kapilar-kapilar tumbuh masuk dari teka eksterna. Sel-sel lutein granulose menghasilkan
estrogen dan progesteron. Sel itu memiliki banyak reticulum endoplasma licin dalam
sitoplasmanya. Seperti halnya sel-sel lutein teka, mereka memiliki pigmen kuning dalalm
sitoplasmanya. Korpus luteum berdegenerasi dalam 10-14 hari bila tidak terjadi fertilisasi.
Bila hamil, korpus luteum itu akan menetap untuk beberapa bulan sebagai korpus luteum
kehamilan dan mencapat ukuran 2-3 cm. Korpus luteum kedua kemungkinan tadi akhirnya
berdegenerasi dan diganti suatu luka parut, korpus albikans.3
Tuba Uterina
Bangunan tubuler ini menghubungkan rongga peritoneum dengan lumen uterus.
Bagian lateral, atau infundibulum, dilengkapi tonjolan-tonjolan mirip jari, fimbria. Bagian
utama tuba falopii adalah ampula. Mendekati uterus, tuba itu menyempit membentuk ismus.
Akhirnya tuba uterine menembus dinding korpus uteri bagian intramural. Ismus dan bagian
intramural sama susunannya yang ternyata berbeda dengan yang terdapat pada ampula.3
Ampula Tuba Uterina
Epitelnya selapis torak. Sel-selnya berkelompok, yang bersilia dan tanpa silia
(sekretoris). Sebagian sel bersilia manyapu kea rah uterus sedangkan lainnya pergi dari
uterus. Banyaknya secret dan jumlah silia adalah maksimal pada pertengahan siklus. Di luar
epitel terdapat lamina propria jaringan ikat jarang yang sangat selular. Mukosa berlipat-lipat
yang pada ampula bercabang-cabang luas tetapi pada ismus kurang bercabang, sampai

lumennya hamper tersumbat sama sekali. Di luar mukosa terdapat muskularis dari otot polos
spiral. Serosa terdapat di luar.3
Tuba Uterina Bagian Ismus dan Intramural
Bagian-bagian tuba ini secara histologis mirip duktus deferens. Lumennya stellata.
Dilapisi epitel selapis torak yang sel-selnya berkelompok, yang bersilia dan tanpa silia
sendiri-sendiri. Lamina propria adalah jaringan ikat jarang yang sangat selular.
Muskularisnya sangat tebal, karena merupakan lanjutan miometrium uteri, yaitu otot polos.3
Uterus
Dinding uterus terdiri atas membran mukosa (endometrium) langsung di atas lapisan
otot polos yang sangat tebal (miometrium) dengan adventisia fibrosa di luarnya. Bagian
korpus uteri mendapat lapisan tambahan serosa (mesotel). Membran mukosa korpus uteri
mengalami perubahan morfologis menyolok selama siklus haid, berbeda dengan mukosa
serviks yang perubahannya hampir tak kentara.4
Korpus Uteri
Epitel uterus adalah selapis torak. Kelnjar-kelenjar tubular simpleks yang juga dilapisi
epitel selapis torak terdapat dalam endometrium. Lamina proprianya adalah jaringan ikat
jarang yang sangat selular. Endometrium dari korpus dapat dibagi lagi dalam pars
fungsionalis yang superficial, yang dilepaskan selama haid, dan pars basalis yang tidak
dilepaskan. Masing-masing mendapat suplai darah yang berlainan. Setelah haid, sel-sel epitel
puntung-puntung kelenjar dalam pars basalis berproliferasi dan membentuk epitel baru pada
permukaan endometrium. Fase proliferasi ini berlangsung hingga ovulasi (mid-siklus) dan
selama ini endometrium mencapai tinggi sekitar 2 mm.3
Setelah mid-siklus endometrium masuk fase sekretoris, sementara itu tebal
endometrium meningkat dari 2 menjadi 5 mm. Kelenjar-kelenjar jadi sangat berkelok-kelok
dan nampaknya seperti gigi gergaji. Sel-selnya mendapat banyak endapan lipid dan glikogen
dalam sitoplasmanya. Terlihat arteriol berspiral di antara kelenjar-kelenjar menuju
permukaan. Bagian lebih dalam pars fungsionalis menjadi sangat sembab dan pembuluhpembuluh limfe melebar.bagian fungsionalis ini sekarang disebut stratum spongiosum.
Bagian superficial pars fungsionalis tetap tersusun rapat sebagai stratum kompaktum.3

Selama fase haid pars fungsionalis dilepaskan, disertai perdarahan, tetapi tidak terjadi
pembekuan. Pars basalis dengan punting-puntung kelenjar, tertinggal dan siklus berulang
kembali.3
Miometrium terdiri atas berkas-berkas otot polos yang berjalan ke segala arah dengan
jaringan ikat jarang dan pembuluh-pembuluh darah besar dan saraf di antaranya. Lapisan
serosa dari sel-sel mesotel di atas jaringan ikat jarang terdapat di luar kecuali sepanjang garis
perlekatan ligamentum latum.3
Serviks Uteri
Serviks berbeda dari korpus dalam sejumlah hal. Mukosanya disebut endoserviks dan
sangat berlipat-lipat (plicae palmatae). Epitelnya adalah torak selapis dan mengeluarkan
mucus, dan kelenjar-kelenjarnya lebih dalam dan bercabang. Sel-selnya juga mengeluarkan
mucus. Stroma endoserviks kurang selular dibanding korpus, dan miometriumnya tidak
begitu tebal dan terbatas pada serviks bagian atas. Pada ostium eksterna terjadi perubahan
mendadak dari epitel selapis torak menjadi epitel berlapis gepeng dari vagina.4
Vagina
Vagina dilapisi membran mukosa terdiri atas epitel berlapis gepeng di atas lamina
propria jaringan ikat jarang yang sangat vascular. Di luar ini terdapat otot polos yang
sebagian besar tersusun memanjang, dengan sedikit serat-serat sirkular. Suatu adventisia
fibrosa terdapat di sini.4
Glandula Vestibularis Mayor (Bartholin)
Kelenjar ini adalah kelenjar tubulo-alveolar kompleks yang mengeluarkan mucus.
Alveoli kelenjar dilapisi epitel selapis torak, dan duktusnya oleh epitel selapis kubis.3
Labia Minora
Merupakan lipatan mukosa, ditutupi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
berpigmen, dan lamina propria jaringan ikat jarang. Terdapat kelenjar sebasea yang bermuara
langsung ke permukaan.4
Labia Mayora

Merupakan lipatan kulit, ditutupi oleh epidermis berpigmen dan memiliki kelenjarkelenjar sebasea dan kelenjar keringat pada permukaan luar saja dan folikel rambut sesudah
pubertas.4
Klitoris
Ditutupi epitel berlapis gepeng jenis membran mukosa. Di dalam jaringan ikat jarang
sebagai pusat organ, terdapat jaringan erektil. Banyak berkas besar saraf terdapat dalam
lamina propria.4

Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis
dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia. Pembentukan sel telur
pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovarium fetus perempuan
tapi tidak dituntaskan.5
Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai
dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis
menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer
membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut
terhenti hingga bayi perempuan dilahirkan karena nukleus oosit primer mengalami meiotic
arrest (penghentian proses miosis), sekitar 2 juta oosit primer berhasil terbentuk oleh ovarium
dan mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit
melanjutkan pembelahan miosis I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, terdiri
atas satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut
badan kutub primer. 5
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami
pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu
satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan
polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya
yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub
sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan
ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum. 5

Masa Pubertas
Perubahan-perubahan pubertas pada anak perempuan sama dengan yang terjadi pada
anak laki-laki. Wanita berusia muda dan tua sama-sama mengalami siklus haid yang teratur,
tetapi dengan alasan yang berbeda.
Sistem reproduksi wanita belum aktif sampai yang bersangkutan mencapai pubertas.
Tidak seperti testis janin, ovarium janin belum berfungsi karena feminisasi sistem reproduksi
wanita secara otomatis berlangsung jika tidak terdapat sekresi testosteron janin tanpa
memerlukan keberadaan hormon seks wanita. Sistem reproduksi wanita tetap inaktif sejak
lahir sampai pubertas, yang terjadi pada usia sekitar sebelas tahun, karena GnRH hipotalamus
Secara aktif ditekan oleh mekanisme-mekanisme yang serupa dengan yang terjadi
pada anak laki-laki prapubertas. Seperti pada anak laki-laki, hilangnya pengaruh-pengaruh
inhibitorik tersebut oleh mekanisme yang belum diketahui menyebabkan pubertas.6
Sekresi esterogen yang dihasilkan oleh ovarium aktif akan menginduksi pertumbuhan
dan pematangan saluran reproduksi wanita serta perkembangan karakteristik seks sekunder
wanita.7 Efek esterogen yang menonjol pada perkembangan karakteristik seks sekunder
adalah mendorong penimbunan lemak di lokasi-lokasi strategis, misalnya payudara, pantat,
dan paha, sehingga terbentuk sosok melekuk-lekuk khas wanita. Pembesaran payudara pada
saat pubertas terutama disebabkan oleh perkembangan fungsional kelenjar-kelenjar mamaria.
Tiga perubahan pubertas lainnya pada wanita yaitu: pertumbuhan rambut ketiak dan pubis,
lonjakan pertumbuhan pubertas, dan munculnya libido disebabkan oleh lonjakan sekresi
androgen adrenal pada pubertas, bukan akibat esterogen. Namun, peningkatan esterogen pada
masa pubertas memang menyebabkan lempeng epifisis menutup, sehingga tidak lagi terjadi
pertambahan tinggi tubuh, serupa dengan efek testoteron pada pria.6

Siklus Menstruasi atau Haid


Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan menstruasi terjadi setiap
25-35 hari dengan median panjang siklus adalah 28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik,
selang waktu antara awal menstruasi hingga ovulasi fase folikular bervariasi lamanya.
Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi. Selang waktu antara awal
perdarahan menstruasi fase luteal relatif konstan dengan rata-rata 14 2 hari pada
kebanyakan wanita. Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi; pada umumnya
lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal.
Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang

bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila
kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin
ditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem
fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium.2,8
Hari pertama fase menstruasi menandai permulaan siklus berikutnya. Sekelempok
folikel yang baru telah direkrut dan akan berlanjut menjadi folikel berlapis yang matang,
salah satunya akan berovulasi dan dinamakan folikel de Graf. Fenomena yang disebut
menstruasi sebagian besar merupakan peristiwa endometrial yang dipicu oleh hilangnya
dukungan progesterone terhadap korpus luteum pada siklus nonkonsepsi. Dalam menstruasi
ada 2 silus yang terjadi secara parallel, yaitu siklus menstruasi dan siklus ovarium. Siklus
menstruasi terdiri dari fase deskuamasi, regenerasi, proliferase dan sekresi. Sedangkan pada
siklus ovarium terdapat fase folikular, ovalikuler, luteal.2,8
Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus.
Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior,
ovarium, dan uterus. Fase-fase tersebut adalah :
1. Fase menstruasi atau deskuamasi
Siklus menstruasi secara spesifik mengacu pada perubahan yang terjadi pada uterus. Melalui
kesepakatan, hari pertama menstruasi dinyatakan sebagai hari 1 dalam siklus tersebut. Fase
menstruasi, yaitu saat hilangnya sebagian besar lapisan fungsional endometrium dari dinding
uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini
berlangsung selama 3-4 hari.
Adalah fase yang paling jelas karena ditandai oleh pengeluaran darah dan debris endometrium
dari vagina. Berdasarkan perjanjian, hari pertama haid dianggap sebagai awal siklus baru. Fase ini
berakhir bersamaan dengan berakhirnya fase luteal ovarium dan permulaan fase folikel. Sewaktu
korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi pembuahan dan implantasi ovum yang
dikeluarkan dari siklus sebelumnya, kadar esterogen dan progesteron di sirkulasi turun drastis.
Karena efek netto estrogen dan progesteron adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi
ovum yang dibuahi, penarikan kembali kedua hormon steroid tersebut menyebabkan lapisan
endometrium yang kaya akan nutrisi dan pembuluh darah itu tidak ada lagi yang mendukung
secara hormonal. Penurunan kadar hormon-hormon ovarium itu juga merangsang pengeluaran
prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh endometrium,
sehingga aliran darah ke endometrium terganggu. Penurunan penyaluran O2 yang terjadi
menyebabkan kematian endometrium, termasuk pembuluh-pembuluh darahnya. Perdarahan yang

timbul melalui disintegrasi pembuluh darah itu membilas jaringan endometrium yang mati
kedalam lumen uterus.6
Pada setiap kali haid, seluruh lapisan endometrium terlepas, kecuali suatu lapisan dalam dan
tipis yang terdiri dari sel-sel epitel dan kelenjar yang akan menjadi bakal regenerasi endometrium.
Prostaglandin uterus juga merangsang kontraksi ritmi ringan miometrium. Kontraksi-kontraksi ini
membantu mengeluarkan darah dan debris endometrium

dari rongga uterus melalui vagina

sebagai darah haid. Kontraksi uterus yang kuat akibat pemebentukan prostaglandin yang
berlebihan merupakan penyebab kejang haid (dismenore) yang dialami oleh sebagian wanita. 6
2. Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi
Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase
menstruasi terjadi dan berlangsung selama 4 hari.
3. Fase intermenstum atau fase proliferasi
Setelah luka sembuh, akan terjadi penebalan pada endometrium 3,5 mm. Fase ini berlangsung
dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus menstruasi. Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap:
a. Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenali dari
epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel.
b. Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan
bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang
tinggi.
c. Fase proliferasi akhir berlangsung antara hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat
dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.
4. Fase pramenstruasi atau fase sekresi
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya,
tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang
makin lama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang
diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap,
yaitu:
a. Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena
kehilangan cairan.
b. Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan menjadi
lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen
dan lemak. Akhir masa ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua,
terutama yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan
terjadinya nidasi. Jika embrio belum terimplantasi dalam dinding uterus pada akhir fase
sekresi maka aliran menstruasi baru akan dimulai yang menandai hari 1 siklus
berikutnya.
Fase Folikular

Fase ini dikenal sebagai fase pertama yang merupakan suatu fase pada siklus menstruasi
sampai terjadinya ovulasi. Pada siklus menstruasi 28 hari, fase ini meliputi 14 hari pertama. Apabila
siklus lebih dari 28 hari, perbedaan lamanya waktu tersebut akibat fase folikular. Selama fase ini,
sekelompok folikel ovarium akan mulai matang, walaupun hanya 1 yang akan lebih dominan dan
disebut folikel de graaf.
Sejak lahir, ada banyak folikel primordial di bawah capsula ovarium. Pada manusia, satu
folikel dalam satu ovarium mulai tumbuh cepat pada sekitar hari ke enam, sementara lainnya
beregresi. Belum diketahui cara terpilihnya folikel selama perkembangan. Hari pertama pendarahan
menstruasi ditetapkan sebagai hari pertama fase folikular. Selama fase folikuler, pituitary
mensekresikan sebagian kecil FSH dan LH sebagai respon terhadap peransangan GnRH oleh
hipotalamus.
Selama 4-5 hari pertama fase ini, perkembangan folikel ovarium awal ditandai oleh proliferasi
dan aktivitas aromatase sel granulose yang diinduksi oleh FSH. Sel teka pada folikel yang
berkembang menghasilkan precursor androgen. Precursor ini dikonversi menjadi estradiol dalam sel
granulose yang berdekatan. Proses ini disebut sebagai hipotesis 2 sel. Kadar estradiol meningkat,
folikel memiliki beberapa lapis sel granulose yang mengelilingi oositnya dan sedikit akumulasi cairan
folikular. FSH menginduksi sintesis reseptor FSH tambahan pada sel granulose yang memperbesar
efeknya masing-masing. FSH juga menstimulasi sintesis reseptor LH yang baru pada sel granulose
yang kemudian memulai respon LH. Pada hari ke-7 siklus menstruasi, sebuah folikel mendominasi
folikel lain dan akan menjadi matang pada hari ke-13 sampai 15. Jumlah estrogen/estriol bertambah
secara lambat selama masa pembentukan folikel.
Peningkatan kecil kadar estrogen tersebut akan menghambat sekresi pituitary sehingga
mempertahankan kadar FSH dan LH tetap rendah. Hubungan antar hormone tersebut berubah secara
radikal dan mendadak ketika sekresi estrogen oleh folikel yang sedang tumbuh mulai meningkat
tajam. Sementara peningkatan lambat estrogen menghambat sekresi gonadotropin, peningkatan cepat
mempunyai pengaruh berlawanan dan merangsang sekresi gonadotropin dengan cara mempengaruhi
hipotalamus untuk meningkatkan produksi GnRH nya sehingga terjadi peningkatan tajam FSH dan
LH. Pengaruh itu lebih besar unutk LH karena konsentrasi estrogenyang tinggi, selain merangsang
sekresi GnRH juga meningkatkan sensitivitas pelepasan LH di pituitary terhadap sinyal hipotalamus.
Pada saat itu folikel telah mempunyai reseptor terthadap LH dan merespon terhadap peribahan kadar
ini.
Fase Ovulasi
Fase dalam siklus menstruasi ini ditandai oleh lonjakan sekresi LH hipofisis yang memuncak
saat dilepaskannya ovum matang melalui kapsul ovarium. Dua sampai tiga hari sebelum onset
lonjakan LH, estradiol dan inhibin B yang bersirkulasi meningkat secara cepat dan bersamaan.
Sintesis estradiol maksimal dan tidak lagi bergantung pada FSH. Progesterone mulai meningkat saat
lonjakan LH menginduksi sintesis progesterone oleh sel granulose.

Fase Luteal
Setelah ovulasi pertumbuhan gambaran fisiologis dan morfologis yang dominan adalah
pertumbuhan dan pemeliharaan korpus luteum. Pada manusia, sel luteal membuat estrogen dan
inhibin dalam jumlah besar. Sebenarnya, oknsentrasi estrogen yang bersirkulasi selama fase luteal
berada dalam keadaan praovulatoir dengan umpan balik positif. Progesterone dengan kadar tinggi
disekresi korpus luteum mencegah estrogen untuk menstimulasi lonjakan LH yang lain dari hipofisis.
Lamanya fase luteal lebih konsisten dari fase folikuler, biasa 14 + 2 hari. Jika tidak terjadi kehamilan,
korpus luteum secara spontan mengalami represo dan perkembangan folikel berlanjut ke siklus
berikutnya. Selama fase menstruasi, secara bersamaan terjadilah oogenesis. Yang akan mengisi folikel
dan apabila terjadi fertilisasi akan berubah menjadi ovum.

Hormon yang Mempengaruhi Menstruasi


Secara garis besar terdapat tiga hirarki hormonal yang berperan saat pubertas pada
wanita yaitu (1) Gonadotopin-releasing hormone (GnRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus,
(2) Follicle-stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) yang dihasilkan oleh
hipofisis anterior sebagai respons atas GnRH, dan (3) Estrogen dan progesteron yang
dihasilkan oleh ovarium sebagai respons atas FSH dan LH.2,6,7
1. Gonadotopin-releasing hormone (GnRH) : GnRH adalah hormon peptida yang
dihasilkan oleh hipotalamus, yang menstimulasi sel-sel gonadotrop pada hipofisis
anterior. Di hipotalamus sendiri pengeluaran GnRH diatur oleh nukleus arkuata.
Neuron pada nukleus arkuata memiliki kemampuan untuk memproduksi dan melepas
gelombang GnRH ke hipofisis.
2. Gonadotropin: Gonadotropin pada wanita meliputi Follicle-stimulating hormone
(FSH) dan Luteinizing hormone (LH). Baik FSH dan LH disekresikan oleh kelenjar
hipofisis anterior pada usia antara 9-12 tahun. Efek dari sekresi hormon tersebut
adalah siklus menstruasi yang terjadi pada usia sekitar 11-15 tahun. Periode ini
dikatakan pubertas sedangkan siklus menstruasi pertama disebut menarche. FSH dan
LH bekerja menstimulasi ovarium dengan berikatan pada reseptor FSH dan reseptor
LH. Reseptor yang teraktivasi akan meningkatkan laju sekresi sel, pertumbuhan, dan
proliferasi sel. Aktivitas ini diperantarai oleh cAMP.2,6,7
a. Follicle-stimulating hormone (FSH):
FSH merupakan hormon yang memiliki struktur glikoprotein, diproduksi di sel
gonadotrop hipofisis, distimulasi oleh hormon aktivin dan dihambat oleh hormon
inhibin. FSH berfungsi dalam pertumbuhan, perkembangan, maturasi saat
pubertas, dan reproduksi.

Pada wanita, FSH menstimulasi maturasi sel-sel germinal, menstimulasi


pertumbuhan folikel terutama pada sel-sel granulosa dan mencegah atresia folikel.
Pada akhir fase folikular kerja FSH dihambat oleh inhibin dan pada akhir fase
luteal aktivitas FSH kembali meningkat untuk mempersiapkan siklus ovulasi
berikutnya, demikian seterusnya.
Kerja FSH juga dihambat oleh estradiol (estrogen) yang dihasilkan oleh folikel
matang sehingga menyebabkan folikel tersebut dapat mengalami ovulasi
sedangkan folikel lainnya mengalami atresia.2,6,7
b. Luteinizing hormone (LH):
LH merupakan hormon yang memiliki struktur glikoprotein heterodimer,
diproduksi di sel gonadotrop hipofisis dan kerjanya tidak dipengaruhi oleh
aktivitas aktivin, inhibin, dan hormon seks. Pada saat FSH menstimulasi
pertumbuhan folikel, khususnya sel granulosa, maka pengeluaran estrogen akan
memicu munculnya reseptor untuk LH. LH akan berikatan pada reseptornya
tersebut dan estrogen akan mengirim umpan balik positif untuk mengeluarkan
lebih banyak lagi LH. Dengan semakin banyaknya LH, maka akan memicu
ovulasi (pengeluaran ovum) dari folikel sekaligus mengarahkan pembentukan
korpus luteum. Korpus luteum yang terbentuk akan menghasilkan progesteron
yang berguna pada saat implantasi.2,6,7
Nyeri saat Menstruasi
Keluhan yang paling sering terdengar adalah dysmenorrhea, masa haid yang sakit.
Penyebabnya banyak sekali, dan dibagi menjadi dua bagian yang primer dan sekunder. Dan
biasanya yang terjadi pada usia pubertas adalah jenis dismenore primer.7
Gejala ini mulai timbul satu atau dua tahun sesudah periode menstruasi. Biasanya
sehubungan dengan periode ovulasi yang teratur (berlawanan dengan mereka yang pelepasan
telurnya tidak teratur. Pada umumnya dua tahun pertama tidak itu haid tidak teratur). Timbul
rasa sakit di bagian bawah perut dan perasaan pegal linu. Kadang disertai rasa sakit yang
sangat menyengat seperti keram yang hampir serupa sakitnya dengan kejang usus. Bisa juga
disertai rasa mual, muntah, mudah tersinggung dan perut kembung. Dismenore dikaitkan
dengan gejala gejala menjelang masa haid.7
Apa yang menyebabkannya belum diketahui secara pasti, tetapi rupanya ada
kaitannya dengan kontraksi otot rahim. Bisa juga disebabkan oleh sekresi hormone yang
berlebihan atau sekresi zat yang disebut prostaglandin yang dapat memperhebat kontraksi

rahim. Prostaglandin adalah bahan kimia yang produksi oleh tubuh dalam jumlah besar pada
masa sebelum menstruasi. Mereka yang ovulasinya teratur, keluaran haidnya mengandung 5
kali lebih tinggi kadar prostaglandinnya dibandingkan mereka yang ovulasinya tidak teratur.7
Nyeri Pelvis
Nyeri panggul merupakan tanda utama endometriosis, dengan cirri bersifat kronis dan
berulang, timbul sebagai dismenore sekunder. Nyeri biasanya terjadi 24-48 jam sebelum
menstruasi dan mereda beberapa saat setelah timbul menstruasi. Nyeri ditandai dengan nyeri
konstan, biasanya pada pelvis atau panggung bawah (sakrum). Namun nyeri mungkin
unilateral atau bilateral dan dapat menyebar ketungkai bawah atau selangkang.

Jika,

dibandingkan dengan dismenore primer nyeri pelvis lebih konstan dan jarang timbul di
bagian garis tengah tubuh. Gejala-gejala pelvis lainnya adalah kejang yang berat, rasa berat
pada panggul dan tekanan pada pelvis. Dapat terjadi gejala-gejala saluran cerna, tanpa
diketahui apakah disertai keterlibatan usus besar atau tidak, misalnya nyeri perut siklik,
konstipasi intermiten, diare, nyeri saat defekasi (diskezia) dan adanya darah dalam feses.1

Simpulan
Dan dari uraian di

atas jelaslah bahwa

kunci siklus haid tergantung dari perubahan

perubahan kadar estrogen, pada permulaan siklus haid, dan meningkatnya FSH yang
disebabkan oleh menurunnya estrogen pada fase luteal sebelumnya. Karena Berhasilnya
perkembangan folikel tanpa terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi estrogen
oleh folikel yang berkembang. Ovulasi terjadi oleh cepatnya estrogen meningkat pada
pertengahan siklus yang menyebabkan lonjakan LH. Hidupnya korpus luteum tergantung
pula pada kadar minimum LH yang terus-menerus. Rasa sakit yang kerap mengiringi fase
menstruasi ini banyak penyebabnya, salah satunya adalah kontraksi otot rahim dan didukung
lagi dengan kadar prostaglandin yang meningkat, yang mempunyai efek memperhebat
kontraksi otot rahim, sehingga timbulah rasa nyeri. Gangguan menstruasi yang dialami pada
kasus, yaitu Amenorrhoe atau tidak mendapatkan haid sama sekali. Ada beberapa hal yang
dapat menjadi penyebabnya, yaitu: Disebut dengan Hymen imperforata, yaitu selaput dara
tidak berlubang sehingga darah menstruasi terhambat untuk keluar. Biasanya keadaan
tersebut diketahui bila si perempuan sudah waktunya mens tetapi belum mendapatkannya.
Dia mengeluh sakit perut setiap bulan. Hal itu bisa diatasi dengan operasi untuk melubangi
selaput daranya.

Daftar Pustaka
1.
2.
3.

Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetric dan ginekologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.
Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2003.
Craigmyle MBL. Atlas berwarna histologi edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2005.


4. Eroschenko VP. Atlas histologi diFoire. Ed.11. Jakarta: EGC, 2010, h.453-78
5. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson edisi 15.

6.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2000.


Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit :
Kedokteran EGC ; 2001

7. Sheldon H. Cherry MD. Bimbingan ginekologi : kesehatan wanita. Bandung : Pionir


Jaya, 2004. h. 55-7.

8.

Ganong W.F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC;2005.

Anda mungkin juga menyukai