Pada jaman dahulu di daerah pasundan ada seorang raja yang bernama Prabu Tapak
Agung. Beliau memimpin wilayahnya dengan sangat bijaksana, sehingga dicintai oleh rakyatnya.
Sang raja mempunyai dua orang putri yang cantik. Yang tertua bernama Purbararang, dan
adiknya bernama Purbasari.
Suatu hari, saat mendekati akhir hayatnya, sang raja meminta Purbasari putri bungsunya
untuk menggantikan posisinya memimpin kerajaan. "Anakku, aku sudah lelah dan terlalu tua
untuk memimpin, jadi sudah saatnya aku turun tahta," kata sang raja. Purbararang, yang
merupakan kakak dari Purbasari, tidak setuju dengan perintah ayahnya tersebut. Dia merasa
bahwa karena dia adalah anak tertua, maka dia lah yang seharusnya menggantikan posisi
ayahnya sebagai pemimpin kerajaan.
Purbararang yang sangat geram dan iri tersebut kemudian berencana untuk mencelakakan
adiknya. Purbararang pergi menemui seorang nenek sihir. Dia meminta nenek sihir tersebut
untuk memanterai adiknya. Akibat dari mantera nenek sihir itu cukup parah. Purbasari tiba-tiba
kulitnya menjadi bertotol-totol hitam, dan itu lah yang dijadikan alasan oleh Purbararang untuk
mengusirnya dari istana. "Pergi dari sini!" kata Purbararang kepada adiknya. "Orang yang telah
dikutuk seperti kamu tidak layak untuk menjadi seorang ratu, bahkan tidak layak untuk tinggal di
sini!" lanjutnya.
Purbararang lalu menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan adiknya itu ke tengah
hutan. Dengan berat hati, Patih tersebut menuruti perintahnya. Namun, di tengah hutan, sang
Patih yang sebenarnya baik hati itu tidak langsung meninggalkannya. Dibuatkannya sebuah
pondok untuk Purbasari. Sebelum pergi, dia juga menasehati sang putri yang malang itu,
memintanya agar selalu tabah dan sabar.
Selama tinggal di hutan, Purbasari tidak pernah merasa kesepian. Sang putri yang baik
hati itu berteman dengan banyak hewan, yang juga selalu baik kepadanya. Di antara ratusan
hewan yang menjadi temannya, ada seekor kera dengan bulu berwarna hitam yang misterius. Di
antara hewan-hewan lainnya, kera tersebut lah yang paling perhatian dan paling baik hati kepada
Purbasari. Kera tersebut bahkan sering membawakan bunga dan buah-buahan untuk menghibur
hati sang putri. Purbasari lalu memberi nama kera itu Lutung Kasarung.
Pada suatu malam, saat bulan purnama, kera yang menjadi teman Purbasari tersebut pergi ke
tempat yang sepi untuk bersemedi. Setelah cukup lama bersemedi, tiba-tiba tanah di dekat
tempatnya bersemedi mulai mengeluarkan air yang jernih dan harum, yang kemudian
membentuk sebuah telaga kecil.
Keesokan harinya, kera tersebut meminta Purbasari untuk mandi di telaga kecil itu.
Walaupun awalnya merasa ragu, Purbasari menuruti permintaannya. Hal yang ajaib pun terjadi.
Setelah mandi, tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bersih seperti semula. Sang putri pun menjadi
cantik jelita seperti sedia kala. Purbasari sangat terkejut dan merasa sangat gembira karena
kecantikannya telah pulih.
Di hari yang sama, Purbararang yang jahat tiba-tiba berniat ingin melihat keadaan
adiknya di hutan. Dia pun pergi ke hutan bersama tunangannya dan beberapa orang pengawal
kerajaan. Saat melihat kondisi adiknya yang sudah kembali cantik, Purbararang terkejut. Tapi,
putri yang jahat itu tidak menyerah. Dia mengajak adiknya untuk adu panjang rambut. Siapa
yang rambutnya lebih panjang, dia lah yang menang. Ternyata, rambut Purbasari lebih panjang,
jadi dia lah yang menang.
Purbararang masih belum menyerah. Ia kemudian mengajak Purbasari untuk adu tampan
tunangan, lalu ditunjukkannya tunangannya yang tampan. Purbasari kebingungan karena dia
tidak memiliki tunangan. Dia pun langsung menarik monyet sahabatnya. Purbararang tertawa
terbahak-bahak melihat hal itu. "Jadi tunanganmu seekor monyet?" ledeknya dengan sinis.
Tiba-tiba terjadi sebuah keajaiban. Monyet sahabat Purbasari berubah menjadi seorang
pemuda yang gagah dan berwajah sangat tampan, jauh lebih tampan dari tunangan Purbararang.
Para pengawal yang melihat hal tersebut terheran-heran dan bersorak gembira karena putri yang
baik hati menang. Purbararang mengaku kalah, mengakui kesalahannya, dan meminta maaf.
Purbasari yang baik hati tidak dendam dan tidak menghukum kakaknya yang jahat itu.
Purbasari kemudian menjadi seorang ratu yang memimpin kerajaannya dengan bijaksana,
ditemani oleh pemuda pujaan hatinya, yang dulu selalu menemaninya dengan setia dalam wujud
seekor lutung.
hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika
menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri
sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali
ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
Dasar ceroboh! bentak ibu tirinya. Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari
baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai
tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga
menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar
yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan
matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang
memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: Wahai paman yang baik, apakah paman
melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya
pulang. Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa
mengejarnya, kata paman itu.
Baiklah paman, terima kasih! kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri.
Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan
Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi
sungai.
Bawang
Permisi!
kata
putih
segera
Bawang
putih.
menghampiri
rumah
Seorang
perempuan
itu
tua
dan
mengetuknya.
membuka
pintu.
nak.
Apakah
baju
yang
kau
cari
berwarna
merah?
tanya
nenek.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih
membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga
akhirnya
genap
sudah
seminggu,
nenek
pun
memanggil
bawang
putih.
Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan
berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau
boleh
memilih
satu
dari
dua
labu
kuning
ini
sebagai
hadiah!
kata
nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang
putih memilih labu yang paling kecil. Saya takut tidak kuat membawa yang besar, katanya.
Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya
sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang
putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia
berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah
yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang
putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan
hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya
bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih,
bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih
yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang
dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan.
Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. Bukankah
seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?
tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua
labu yang ditawarkan. Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan
gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta
bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka
membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut,
melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang
itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang
serakah.
menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. Aku tahu
Petani itu pasti memelihara makhluk halus! kata seseorang kepada temannya.
Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan
semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani
melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat
mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak
manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya,
yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan
orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak
mereka. Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita! kata Petani kepada
istrinya. Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang
baik, puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada
suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana
ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan
anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera
sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. Anak tidak tau
diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !, umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan
kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang
lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang
sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap
sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah
danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di
tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.
Suasana Kebun Raya Bogor dipenuhi dengan pengunjung. Laki-laki, perempuan, tua
maupun muda semuanya ada disana. Saat itu adalah hari libur panjang sekolah sehingga banyak
pengunjung yang pergi liburan. Mereka ingin menikmati suasana malam dan menghilangkan
kejenuhan.
Seorang anak kecil tiba-tiba datang. Dengan pakaian sederhana, ia menjajakan tikar dari
plastik kepada para pengunjung ke pengunjung lain, ia terus menawarkan tikarnya. Pak, mau
sewa tikar?katanya pada Pak Umar. Berapa harga sewa satu lembar tikarnya?tanya Pak Umar.
Lima ribu rupiah, Pak!jawabnya dengan suara lembut. Bagaimana kalau Bapak ambil tiga
puluh ribu rupiah?tanya Pak Umar lagi. Gadis itu diam sejenak. Kemudian ia pun
berkata,Baiklah kalau begitu. Silahkan pilih, Pak!
Pak Umar memilih tikar plastik yang akana disewanya. Dalam hati Pak Umar ada rasa
tak tega terhadap gadis itu. Gadis berusia delapan tahun harus bekerja keras untuk mendapatkan
uang.
Kamu
sekolah?tanya
Pak
Umar. Sekolah,
Pak!
Saya
kelas
empat
SD.
jawabnya.Mengapa kamu menyewakan tikar plastik ini?tanya Pak Umar lagi. Saya harus
membantu ibu saya. jawab gadis itu. Kemana ayahmu?Pak Umar bertanya lagi. Bapak telah
lama meninggal dunia. Untuk itu, saya harus membantu ibu untuk mencari uang,jawab gadis itu
pelan. Mendengar cerita gadis tersebut, Pak Umar merasa terharu.
Pak Umar merasa kasihan terhadap anak tersebut. Diambilnya beberapa lembar uang dua
puluh ribuan lalu diberikannya kepada gadis kecil itu. Pak maaf, saya tidak boleh menerima
uang jika tidak bekerja, katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Mengapa?tanya Pak
Umar heran. Kata ibu, saya boleh menerima uang kalau memamg hasil bekerja.
Saya tidak boleh meminta belas kasihan dari orang. Mendengar perkataan gadis itu, Pak
Umar makin terharu. Ia tahu kalau ibu gadis kecil itu seorang yang berbudi luhur. Begini saja,
kalau memang harus bekerja, sekarang bantu Bapak beserta keluarga.
Tolong kamu bawakan rantang ini. Kita akan makan bersama di bawah pohon yang
rindang itu! kata Pak Umar ramah. Pak Umar dan keluarga menuju ke bawah pohon yang
rindang tersebut. Mereka pun menggelar tikar plastik yang baru saja disewanya. Gadis kecil itu
pun diajak untuk makan bersama.
pulang ke desa. Kabarnya bapaknya habis di PHK dan memilih untuk menjadi petani.
Sambil menatap Tiyas papa termenung memikirkan ucapan tiyas dengan rasa setengah tidak
percaya.
Kalau Papa tidak langsung percaya, Coba tanya deh, sama Pak RT atau ke tetangga lain
ujarnya.
Lalu apa rencana kamu?
Aku harap Papa bisa menolong Dwi!
Maksudmu?
Aku pengen Dwi bisa disini lagi Tyas
Baik kalau itu bisa biki kamu seneng. Tapi, kamu harus bisa mencari alamat rumah Dwi yang di
desa kata Papa.
Berkat bantuan pemilik kontrakan bekas rumah Dwi akhirnya tiga hari kemudian Tiyas
berhasil memperoleh alamat rumah Dwi yang berada di desa. Ia merasa sangat senang.
Kemudian Papa bersama dengan Tiyas datang ke rumah Dwi di sebuah desa terpencil dan lokasi
rumahnya masih masuk ke dalam lagi. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer.
Kedatangan kami disambut orang tua Dwi dan Dwi sendiri. Betapa gembira hati Dwi ketika
bertemu dengan Tiyas. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu. pada awalnya
Dwi sangat kaget dengan kedatangan Tiyas secara tiba-tiba.
Maaf ya Yas. Aku tak sempat memberi kabar ke kamu kalo aku mau pindah
Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku sudah ketemu kamu dan merasa senang.
Setelah berbincang cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangan mereka kepada orang tua
Dwi. Ternyata orang tua Dwi tidak keberatan, mereka menyerahkan segala keputusan kepada
Dwi sendiri.
Begini, Wik, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu untuk ikut kami ke
Surabaya. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Wi, apakah
kamu bersedia ikut? Tanya Papa. Soal sekolahmu, lanjut Papa, kamu nggak usah khawatir.
Sseluruh biaya pendidikanmu biar papa yang menanggung. Baiklah kalau memang Bapak dan
Tiyas menghendaki saya ikut, saya mau pak. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas
kebaikan Bapak yang mau membantu saya dan keluarga saya.
Kemudian Tiyas bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Dwi. Tampak mata
Tyas berkaca-kaca tidak kuat menahan kebahagiaan. Kini Dwi tinggal di rumah Tiyas. Sementara
orang tuanya tetap tinggal di desa. Selain untuk mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek
Dwi yang sudah semakin tua.
Tak kuduga dari sinilah mulai terukir persahabatan antara kami bertiga, setiap pagi
senyuman manis mereka menbuatku semangat. Canda tawanya membuatku bahagia, ketika hati
tengah gundah mereka selalu siap menjadi tempat curhat ku, meski kadang perbedaan selalu
terbentang jauh namun tak pernah kami bertengkar selalu ada jalan keluar untuk masalah yang
mendatangi kami.
penguman disampikan kepada siswa kelas X yang berminat menjadi anggota musik smansa
agar segera mendaftarkan diri di panitia.
Wah. Hal ini begitu membuatku girang, setelah sekian lama menunggu kesempatan untuk
bergabung dengan musik smansa yang selalu menjadi buah bibir di masyarakat kini akan aku
wujudkan. Aku berjanji di suatu saat nanti aku akan menjadi anggota musik smansa, meski
tantangannya berat. Kali ini kami bertiga mengikuti audisi itu, karena tampa ku sadari ternyata
kami bertiga memiliki hobby yang sama dalam musik.
waw.. harus semangat nih secara kita bertigakan ikut.. kataku menyemangati
yoi tapi masih banyak sih saingan. Kata citra
ia nih aku kok gak PD yah.. kata rey merenda. Ya meski sebenarnya jika aku melihatnya dia
memiliki bakat.
aduh aku gak mau daftar deh kayaknya, aku takut. Kata Rey pesimis. Setelah melihat banyak
anak-anak yang berminat, khususnya yang menjadi anggota exkul paduan suara.
aduh Rey, gak ada salahnya kali mencoba. Coba aja dulu siapa tau bisa, kalo gak bisa lolos kan
anggap aja ini sebagai pengalaman iya kan. Kata Citra yang selalu menberi dukungan.
iya benar tuh Rey.. kataku menimpali.
Akhirnya nama kami bertiga ditulis di kertas pendaftaran itu, Rey suara bass, aku di tenor dan
citra sebagai alto. Partitur segera dibagikan dan yang menbuat ku kaget besok langsung audisi
menbaca not. Saat inilah solidaritas kami teruji. Meski beda suara namun kami terus berlatih
bersama saling mendukung.
do.. re.. mi suara melodi yang kami keluarkan, ternyata membaca not itu menyenangkan
juga Meski ada beberapa yang susah, dan kadang aku salah dalam membaca tanda not tapi kita
bertiga tak menyerah. Kita berusaha sebisa mungkin.
gais.. lelah juga yah latihan. Terapi dulu yuks. Kataku yang mulailelah berlatih seharian. Yang
langsung ditimpali rasa penasaran citra.
ha! Apa kunteng? Terapi? Yang bener? Terapi apaan? Dimana? aduh buset dah.. kelewatan
bangat nih orang nanya biasanya juga satu-satu.
iya. Terapi ikan. Dekat leb komputer. Aku menjelaskan sedetail mungkin. Lucu juga sih
biasanya kan yang makan ikan tuh manusia. Ini ikan yang makan manusia. Hehehe.. lain coy
wah asik nih. Langsung cebur dah gue. Kata citra cewek yang suka aneh itu. Dia langsung
membuka sepatunya dan menaruh kakinya di kolam ikan itu. aw.! aw! geli.. geli.. kata citra
seketika sambil melompat-lompat. Aku dan rey tertawa geli meihat tingkah citra yang lucu.
makanya.. kalo bertindak tuh jangan asal. Sotoy sih lo. Kata Rey merayu. Wajah citra seketika
berubah cemberut lucu juga.
udah ah dari pada bertengkar ke kelas lagi yuk. Latihan lagi kan kita mau audisi ntar. Kata u.
Yeah.. sampai di kelas lain lagi yang dibuat. Rey malah utak-atik kamera. woi. Foto bareng
yuk. Akhirnya kita malah sibuk lagi bertiga mengekspresikan gaya-gaya yang super alay. creg..
creg.. fotonya unik juga. Orangnya kayak do re mi lagi.
Sekarang jam 3.
OMJ waktu sepertinya begitu cepat. Kita melangkah ke ruang musik untuk audisi. Di sana telah
banyak anak-anak. Waw banyak juga yang berminat. Di sana kami bertiga saling mendukung
sambil hatiku tercengang. semangat..
Akhirnya setelah melakukan audisi dengan waktu yang panjang. Audisi selesai juga. Tinggal
nunggu pengumuman. Dan besok kita dengar pengumannya. Takut juga.
wi.. pasti gua gak lolos nih kata rey dan citra. Aduh kenapa ni berdua jadi pesimis. Aku jadi
terbawa lagi. Tapi besok baru diterima jawaban yang pasti.
Kami bertiga melangkah ke papan di ruang musik, banyak sekali anak-anak di sana. Kami
mencari nama masing-masing. Arga yes namaku ada. rey putra yeah rey juga masuk. Dari tadi
citra cemberut dan sedih. kenapa lo? liat aja sendiri katanya cuek. Di sana tidak ada nama
citra. Sedih sekali rasanya. Seketika air mata citra jatuh, dengan kecewa citra berlari pulang. Aku
sedih melihat sahabatku ini.
citra tunguin kita dong kami berlari mengejar citra dan akhirnya dapat juga. woi jangan sedih
gitu dong. Ini kan baru tahap pertama lagian kamu juga yang bilag kalo gak lolos anggap aja ini
pengalaman. kalian gak tau apa yang aku rasakan karena kalian lolos
Mulai saat itu citra gak peduli lagi sama kita, dia pendiam dan tidak seceria dulu, banyak
perubahan padanya, dia kini tidak sesemangat dulu dalam belajar musik, bahkan selalu menutup
telinga ketika mendengar kata musik, jujur kita sedih bangat.
rey. Aku kasian deh sama citra.
aku juga. Dekati yuks.
Kita mendekati citra. citra lo kok gini sih.
begini apa?
lo tuh berubah
gak kok. Perasaan kalian aja
gak cit. cit kita ngerti kok gimana perasaan lo..
memangnya perasaan gue gimana?
lo pasti sedihkan lo gak lolos, tapi lo gak boleh nyerah. Lo juga jangan jauhin kita dong kita kan
kangan sama lo, kasian l yang selalu murung gitu, apa lo gak kangan sama kita?
Sesaat citra terdiam. Sambil meneteskan air mata. Aku dan rey menghapus air matanya.
lo gak boleh nangis, karena air mata lo adalah luka untuk kita, dan sebagai sahabat kita gak mau
liat lo gini terus, kita sayang sama lo.
iya maafin gue yah, gue janji gak akan murung lagi
yeah.. gitu dong.
Aku dan rey segera memeluk citra, bahagia rasnya melihat citra bahagia lagi
ku
adalah
Habiburrahman
yang
ketika
besar
nanti
akan
menja
di professor yang merubah masa depan, dan teman teman ku yang bernama Tarto diya lebih tua
dari ku satu tahun dalam peraturan adat kami, aku memamanggil nya manggilnya Kang Tarto,
lalu teman ku satunya lagi bernama Irin aku memanggilnya Mas Irin diya juga lebih tua dari ku
satu tahun, ada juga yang bernama Huda, aku pun memanggil nya Mas Huda, diya memiliki
kesukaan yang sama dengan ku yang tertarik akan IPTEK, lalu di susul dengan teman teman
sebaya dan yang lebih muda dari ku Emo, Weit, dan adik ku sendiri yang bernama Aziz.
Suatu hari seperti biasa adalah kegiatan rutin kami setelah pulang sekolah, yaitu
bermain dan berpetualang. Aku pun bergegas untuk berkumpul dengan teman teman aku.
aku bertanya ake neng ndi ki ?? yang artinya mau kemana ni,.
Sintak Kang Tarto menjawab yo wes kita ngguleg walang ajja,
lalu kami ber 6 pergi ke persawahan para petani,.. kali ini kami mencari belalang,.. sekaligus
membantu petani memberantas hama, target kami adalah belalang yang ada telurnya dan yang
besar,.. siapa yang paling banyak dapat dia akan menjadi orang yang terkesankan, kami berjalan
melewati pesisir sungai dan menyebranginya.
Akhirnya tiba lah kami di tempat tujuan, itu pun terasa sangat mengasik kan, di sana
hanya ada perswahan dan pohon pohon jati yang rindang dan tak ada semak semak di sekitar
phon ter sebut, sejauh mata memandang. Kami pun berpencar untuk mencari belalang buat di
kumpulkan. Tak jauh aku bejalan aku melihat belalang betina sangat besar yang ada di atas
pohon jati yang tinggi nya kira kira satu meter, aku bisa tahu kalau itu betina karena belalang
betina lebih besar dari yang jantan, dan ekornya pun tidak runcing atau lancip, ku cari ranting
pohon jati lalu diam diam aku meng endap endap dan PRAkkk ku pukul belalang itu, namun
sayang sekali pukulan ku meleset dan belalang itu terbang, tapi untungnya ketika aku memukul
belalang tadi bulu sayapnya terpotong sebelah dan dia tidak bisa terbang dengan normal,
akhirnya aku kejar lagi belalang itu sampai - sampai menginjak tanaman tembakau milik petani,
kebetulan juga petani itu sedang istirahat di pondok persawahannya akupun kena marah sama
petani itu, dan mengalihkan pandangan ku sejenak terhadap belalang buruanku tadi. Selesai, aku
cari cari lagi belalang tadi dengan cara membuat suara brisik dengan menyapu daun daun jati
yang kering akhirnya ketemu, dia pun terbang pendek, sekali lagi aku melangkah dengan meng
endap endap
Traaap kresekk kresekkk !! aku melompat dan menangkap bealang itu dengan ke dua tangan
ku.
Kulihat di balik tangan ku yeaah entog entog aku entog walang,. Sintak ku
Teman teman berdatangan.
ndi cobo buka tangan mu,.. tag ndeloo,.. tanya teman ku weit, ku buka tangan ku perlahan
sambil memegangi belalang itu,.
wah iyo mas, hebat koe entog walang gede ucap adik ku
Dan akhirnya perjuangan ku, aku mendapatkan seekor belalang,. Hati ku pun senang dan riang
sekali, lalu ku patah kan kaki belalang yang tajam tajam itu, ia pun mengeluarkan darah
berwarna hijau. Tak lama kemudian adik ku pun mendapatkan seekor belalang jantan. Di susul
dengan teman ku weit dan mas huda. Kami melanjut kan mencari belalang sambil men cari pring
(ranting bambu yang sudah kering). Kami pun merasa kelelahan setelah lari sana sini mengejar
belalang, tapi itu cukup banyak membuahkan hasil. Kami pun ber istirahat sambil membuat
pondok yang tidak terlalu besar.
lalu aku pun merasa haus mas Huda kancani aku neng kali aku ake ngombe seg, ngorong aku
ki ucap ku mengajak mas huda untuk menemaniku ke sungai untuk minum.
yo tak kancani,.. sintak mas huda menjawab ajakan ku.
Aku pun turun untuk mengambil air minum, Mas huda menunggu ku di atas. Tiba tiba air bah
datang dari ujung sungai terlihat oleh mas huda
Sintak dia berkata bib,.. munggah !!?!! melayu songkoh kono,.. ndelog oo ono bah,..
Aku pun terkejut mendengar teriakan mas Huda, dengan gopoh dan ter gesa gesa aku pun naik
ke atas namun terpeleset aku merasa was was kucoba naik kembali, namun terpeleset lagi,
sintak mas huda pun mengulurkan tangannya dan menolong ku.
Aku pun tertolong dan sambil tertawa namun merasa was was dan tidak tenang dalam
hati ku. Kami kembali ke per istirahattan. Tiba tiba hari mendung dan awan perlahan mulai
mengumpul. Tetesan air pun terasa di kulit ku, perlahan namun past.i hujan turun dikit demi
sedikit. Pondok kami pun belum juga jadi, aku pun membantu mereka mencari kayu kayu yang
bisa menjadi penyangga dan mencari pelepah pisang yang sudah kering serta tanaman rambat
untuk di jadikan sebagai tali. Kami bekerja sama untuk membuat pondok yang hampir jadi yang
muat untuk enam orang. Mencari daun jati yang lebar lebar untuk atap pondok kami.
Akhirnya setelah bekerja keras membangun sebuah pondok diatas pasir putih selesai juga.
Hujan mulai lebat, kami pun menunggu sambil bakar belalang yang telah kami dapat kan tadi,..
banyak se kali,.. aku berkata kepada teman teman bukan ne engko tawar walangnge ???
Sintak Mas irin tenang aja aku nggowo uyah,..
wah apek lah nag ngono sintak kami ber lima,.
Tak terasa hujanpun berhenti kami pun pulang, petualanggan yang menyenangkan.
Ternyata Kak Ika (Kak Siska biasa dipanggil Ika), dia sudah selesai mandi? Benarkah?
Perasaan baru tadi Dia keluar kamar. Ih siapa yang pegang-pegang? Orang mau liat doang
kok! kataku, mengelak. Aku segera berdiri, Kak, itu hewan apa?
Hamster! cepet keluar, Kakak mau pake baju dulu! katanya, tanpa disuruh pun aku
akan keluar. Fikirku. Aku pun segera keluar, dan melanjutkan kegiatan yang tadi sempat
kutunda. Memakai sepatu, dan segera berangkat kesekolah.
Selama disekolah, aku belajar seperti biasa. Kadang, kami pun bercanda walau ada guru.
Ya, begitulah sikap anak kelas V. Seharusnya sudah lebih dewasa, tetapi harus bagaimana lagi?
Kami sudah seperti ini. Kegiatan sekolah, membuatku lupa dengan kejadian tadi pagi. Dan aku
mengingat kejadian itu, ketika berjalan sepulang sekolah. Langkah pun kulaju dengan agak
cepat. Sangat tidak sabar bermain dengan Hamster.
Aku segera mengganti baju, dan segera kekamar Kak Ika. Wow, hewan itu masih ada
disitu. Mulutku tersenyum lebar. Aku segera membuka pintu kandang, dan memegang hewan itu.
Lebut sekali, seperti belaian tangan Mama. Lucu banget! kataku.
Wey! suara yang mengagetkanku. Yi, itu apa? tanyanya. Pandanganku mengarah
kepada orang itu. Fahmi, ternyata Dia yang berbicara.
Hamster! Punya Kak Ika!! kataku. Fahmi menghampiriku, dia memerhatikan
Hamster yang imut-imut itu. Mukanya ikut berseri sepertiku. Kami memang baru pertama
kalinya melihat Hamster sedekat ini, bahkan memegang. Sebelumnya kami tidak tahu dan
mungkin tidak akan pernah tahu. Mi, kalo Hamster makannya apa sih?
Mmm itu ada wortel! Makanannya wortel kali..!! katanya, tetapi aku tidak yakin. Ya,
memang wortel itu ada di kandang hamster, tetapi apakah iya Hamster makan wortel?
Aku berfikir sejenak, Iya kali ya? Ya udah, kasih makan aja!!
Iya..!! jawabnya girang. Kami pun larut dalam keasyikan bermain hamster. Melihat
hamster-hamster itu berputar diroda, aku terkagum-kagum. Mereka bisa, kenapa aku tidak bisa?
Tetapi, suatu masalah datang. Ketika aku berniat untuk mengeluarkan hamster dari
kandangnya, hamster itu malah memberontak. Dia mengeluarkan suara asing, yang membuatku
takut. Malah, hamster itu hamper menggigit tangan Fahmi yang hendak memegang badan
hamster itu. Dishh hamsternya galak Ya, gerutu Fahmi. Kata Ya adalah kependekan dari
Tia. Diambil belakangnya, menjadi Ya.
Dishh .. iya, mending gak usah dikeluarin lah..!! saranku. Fahmi menggeleng, dia
bersikeras untuk mengeluarkan hamster itu.
Aku coba lagi buat keluarin deh..!! tekatnya.
Aku mengangguk mantap. Ya udah..!!. Sekali, tidak berhasil. Kedua, ketiga, sampai
beberapa kali gagal. Mi, sedikit lagi tuh..!! cepet keluarin..!!
Susah Ya..!! katanya mengeluh. Aku pun hanya bisa menyaksikan. Aku tidak berani,
karena aku takut di gigit. Kami pun mengurungkan untuk mengeluarkan hamster itu. Ahaaa
mending di goyang-goyangin aja kandangnya! Nantikan hamsternya keluar!!
Aku menepuk jidat, Oh iyaa.. Duh bodoh banget sih aku! kataku.
Fahmi segera menggoyang-goyangkan kandang hamster, Tuh kan, keluar!!
Mulutku berseri, Hahaha iya! Mi, awas nanti kabur..!! jangan sampe masuk kekolong
kasur..!! saranku. Fahmi hanya mengiyakan. Tetapi tak menerapkan, buktinya hamster itu
hamper mendekat kebawah ranjang. Tuh kan, apa aku bilang..!!
Nggak bakal kok!
Cepet tangkep, dan masukin deh! Nanti ada Kak Ika, diomelin lhoo!! kataku, sedikit
menakut-nakuti. Muka Fahmi terlihat ketakutan, dia pun segera memasukkan hamster itu.
Adawwww.!!! Pekikannya. Kali ini Fahmi tergigit oleh hamster itu. Tuh kan, apa
aku bilang?
Hahaha mangkanya hati-hati!!! aku tertawa puas.
Sorenya, daerahku mati lampu. Pertamanya aku bersyukur karena ini masih sore, tetapi
mati lampu itu bertahan sampai malam. Bahkan, ketika shalat magrib pun aku tanpa cahaya.
Seperti biasa, aku selalu shalat berjamaah bersama Bapak. Suara Bapak yang merdu sangat enak
didengar. Tetapi, ditengah shalat, aku melihat putih-putih melintas melewati kami yang sedang
shalat. Kecil. Tetapi menakutkan. Pandangaku terus melirik kearah putih-putih itu. Apa itu?
Benakku. Bahkan saking herannya dengan benda itu, pendengaranku menjadi buyar. Dan
mengakibatkan lupa berkata Amin ketika Bapak membaca Al-Fatihah. Tetapi, untuk rakaat
yang kedua, aku tidak lupa. Dan tetap saja, fikiranku tertuju kepada benda putih tadi.
Selesai shalat, aku segara bersalaman kepada Bapak, dan berujar Pak, tadi Dede liat
putih-putih lewat disitu pak.. itu apa sih? seraya menunjuk tempat yang dilewati benda tadi.
Ohh.. apa jangan-jangan.
Jangan-jangan apa? Tanya Bapak, tetapi aku sudah terlanju berlari mencari handphone
Bapak. Kutemukan handphone Bapak diatas lemari. Lalu kunyalakan lampu dihandphone
Bapakku. Kak Ika hamsternya kaburrrrr.!!! Pekikkanku.
Tia bantuin nangkep dong!! pinta kak Ika. Mataku mebelalak, tadi siang hanya
melihat saja aku takut, apalagi nyuruh nangkep!! Hih benakku. Aku meringis ketakutan.
Nggak mau ah!! Aku nggak berani, Kakak aja! kataku, seraya mengawasi hamster
yang hampir kabur lagi.
Ya udah, jagain dulu! Kakak mau ngambil kandangnya! ujar kak Ika, lalu berjalan
kearah kamarnya. Aku harus menjaga seperti Pak Satpam, bahkan seperti Polisi menjaga teroris.
Aahhh ada-ada saja nih, hamster Kak Ika. Aku sudah kaget, aku kira mataku salah
melihat, eh ternyata itu adalah hamster. Huh, aku hampir merinding. Kalau saja itu adalah hal
lain, itu akan menjadi sejarah, karena aku belum pernah melihat putih-putih. Hihhh seram
Keesokan harinya, seperti biasa aku bangun pagi. Memasuki dapur, yang
menghubungkan kamar mandi. Ya Tuhan.. baru semalam aku mengalami kejadian lucu, tapi
membuat bulu romaku merinding..!! sekarang apalagi? Benakku. Aku menghela nafas.
Tahukah apa yang kulihat? Aku melihat seekor hewan, masuk kedalam toples minyak
goreng. Lagi? Hamster lagi? Astagfirallahalazim!!! Aku meringis ketika melihat hamster
yang berusaha keluar dari toples itu. Hamster itu berusaha keluar dari toples itu, tetapi dinding
toples itu licin. Sulit sekali, untuk keluar.
Hamster yang unik, sejujurnya saat itu aku bingung mengenali hamster itu. Karena bulunya yang
berubah menjadi coklat, bukan lagi putih.
menganggap itu pujian bagi mereka , walaupun terkadang menyakitkan . Entahlah jika mereka
sedang mengikuti pelajaran , apakah mereka juga akan santai atau malah terlihat serius ?? Kita
pun juga tak tau .
Keesokan harinya , Alda sedikit kesiangan hari ini . Buktinya dia baru tiba di kelas 1
menit sebelum jam masuk , padahal jam pertama ini ada ulangan matematika . Entahlah , dia
sudah belajar atau belum .
Pagi semua !!! sapanya .
Hemmm . Kamu udah belajar belum ?? tanya Novi masih dengan buku di tangannya .
Emang ada ulangan ?? Alda pun penasaran .
Astaghfirrullah , kamu belum belajar Alda . Hari ini ada ulangan MATEMATIKA .
jawab Intan emosi dengan wajah polos Alda yang seolah olah tak ada apapun , padahal hari ini
ada ulangan mapel yang begitu menyusahkan.
Ohhh . santai Alda.
Pasti dia belum nyambung . Loading banget kalau masalah beginian , kalau makanan aja
langsung connect . Indah berkata pada 2 temannya , Novi dan Intan .
Apa !! ulangan !!! HAAA!!! Aku belum belajar !!! HUAAAA!!! Panik Alda
kemudian.
Kan ... apa ku bilang . Dia selalu telat , padahal bel sebentar lagi berbunyi . Dia baru
mau belajar , bagaimana nilainya nanti . Komentar Indah sambil memperhatikan Alda yang
sedang panik duduk di bangkunya sambil membuka bukunya gelisah .
Untung saja otaknya melebihi kita , kalau tidak dia pasti akan mengulang ulangan ini .
Tambah Novi .
Tak lama bel pun berbunyi . Mendengar itu Alda tambah panik , dia masih mencoba
menghafal rumus yang sudah di berikan gurunya beberapa hari lalu .
Semoga saja aku bisa . Gumamnya .
Amiennn . Terdengar sahutan dari sampingnya , ternyata itu Intan sahabatnya sekaligus
teman sebangkunya >
Heemmm . Jawab Alda sambil tersenyum ke arah Sahabatnya itu .
Guru pun telah duduk di bangku yang terletak di depan . Dia pun membuka pelajarannya
dengan berdoa tak lupa mengucapkan salam .
Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuhh . Sapa sang Guru .