=====================
3.2.1. CUT AND FILL
=====================
Terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu
1. Cut: bijih diambil dalam potongan secara sejajar
2. Fill: rongga bekas setiap potongan yang diambil
dilakukan pengisian dengan waste fill dalam stope
Penambangan mengarah ke atas dari sebuah haulage
way dengan membuat cribed ore chute dan manway.
Material filling digunakan untuk tempat berpijak.
Timbered chute dan manway diperpanjang sebelum
dilakukan filling (70% padatan) untuk mengisi ruang
yang terbentuk.
Stoping dilakukan secara horisontal atau miring
Stoping horisontal
versus
Back lebih mudah
disangga
Kinerja alat bor lebih
baik
Back lebih mudah
dibentuk
Tidak dapat
Stoping miring
Lebih sulit
Lebih buruk
Sukar dibentuk
Memanfaatkan gravitasi
Aplikasi:
1. Mengganti sublevel dan shrinkage pada
penambangan yang sangat dalam, tegangan batuan
sangat besar.
2. Badan bijih kompeten, pekerja berdiri di bawah
bijih
3. Hanging wall dan footwall boleh tidak kompeten,
karena akan langsung disangga oleh material filling
4. Batas bijih tidak teratur dan kadar diskontinyu
(heterogen), maka kadar tinggi diambil dan
meninggalkan kadar rendah sebagai filling.
5. Mengambil pillar kadar tinggi diantara dua stope
pada sublevel stoping (pillar robbing)
6. Kemiringan bijih < 650 dapat menyebabkan dilusi
Keuntungan:
1.
Selektifitas tinggi dibandingkan shrinkage dan
sublevel stoping
2.
Stope lebih mudah diatur ventilasinya
3.
Dilusi dapat ditekan seminimum mungkin
4.
Dinding diantara dua stope dapat lebih tipis
5.
Stope fleksibel mengikuti cebakan sempit kadar
tinggi (misal pada urat emas)
6.
Stabilitas stope dijamin: dinding disangga filling
Kerugian:
1.
Memerlukan material filling yang banyak
2.
Lebih banyak buruh untuk menangani filling
3.
Perlu air yang banyak untuk pulp, dan air
tersebut akan dipompa kembali ke permukaan
4.
Mahal dibandingkan shrinkage dan sublevel
stoping
5.
Pompa dan pipa pulp tersumbat semen dan
pasir
Bab III: supported stope 28 halaman
6.
========================
3.2.2. SHRINKAGE STOPING
========================
Sebagaimana sublevel stoping, shrinkage stoping
diterapkan untuk badan bijih yang besar dengan
Bab III: supported stope 28 halaman
10
11
12
13
SHRINKAGE STOPING
SHRINKAGE STOPING
14
SHRINKAGE STOPING
SHRINKAGE STOPING
Bab III: supported stope 28 halaman
15
16
===============================
17
Keuntungan:
1. Ekstraksi tinggi
2. Diterapkan untuk sembarang kondisi batuan
3. Bijih disangga secara menyeluruh
4. Penanganan ventilasi musah
5. Relatif aman dari kebakaran pada penambangan
bijih sulfida
6. Fleksibel: kemajuan stope dapat diatur mengikuti
arah penyebaran bijih
7. Dapat diaplikasikan untuk segala jenis kondisi
batuan
Kerugian:
1. Biaya pekerja dan material sangat tinggi
2. Tidak memungkinkan mekanisasi
3. Bahaya kebakaran dari timber
4. Ekstraksi sangat lambat
5. Pembusukan kayu dapat menyulitkan ventilasi
6. Seringkali memerlukan material filling
18
19
===================
3.2.4. STULL STOPING
===================
Penambangan
dilakukan
secara
overhand,
memerlukan penyangaan buatan dari stull timber dengan
geometri sistimatis, yang menyangga melintang pada
stope dari footwall ke hanging wall.
Fungsi stull:
Penyangga lokal
Aplikasi:
1. Ketebalan bijih < 5 7 feet
2. Kemiringan bijih 500 900: pemanfaatan gravitasi
3. Kemiringan < 450: memerlukan slusher (scraper)
4. Bijih kadar tinggi: lebih mementingkan recovery
dibandingkan biaya penambangan
5. Alternatif metode cut and fill bila material filling
tidak tersedia, atau tersedia pasokan timber yang
melimpah dan murah
6. Batuan dinding cukup kompeten, sehingga rongga
bekas penambangan tidak perlu di-filling
Keuntungan:
1. Broken ore dapat disortir didalam stope dan waste
ditinggal didalam stope
2. Dapat menambang bijih dengan batas tidak jelas
3. Relatif memberikan kondisi kerja aman
4. Dapat diubah menjadi metode lain, misal: cut and
fill
20
Kerugian:
1. Memerlukan penyangaan timber yang banyak
2. Dalam jangka lama kekuatan timber berkurang:
dinding stope dapat runtuh dan menimbulkan
amblesan
3. Labour intensive dan sukar memperoleh buruh
terampil
21
=======================
3.2.5. LONGWALL MINING
=======================
Longwall mining merupakan metode ekstraksi yang
diterapkan pada cebakan mendatar, tipis, tabular.
Metode longwall ini asalnya diaplikasikan untuk
batubara.
Aplikasi;
1. Cebakan tipis ( 2 meter), ketebalan merata,
umumya penyebaran mendatar.
2. Batuan kompeten (misal: tambang emas di Afrika
Selatan), atau inkompeten (misal: tambang batubara),
karena daerah kerja akan disangga.
3. Kemiringan bijih < 300
Keuntungan:
1. Ekstraksi (mining recovery) tinggi
2. Cepat berproduksi, pengembalian modal cepat
3. Developmen sederhana, hanya sistim haulage drift
Kerugian:
1. Headroom rendah, kadang memerlukan unit-uint
yang digerakkan secara manual (sebaliknya untuk
batubara dimekanisasi secara penuh)
2. Produksinya rendah
3. Terjadi bahaya ambrukan atap
4. Memerlukan penyanggaan yang sistimatis
5. Hanya diterapkan untuk lapisan bijih tipis 2 meter
22
23
=========================
3.2.6. UNDERCUT AND FILL
=========================
Digunakan pertama kali untuk mengatasi kondisi
batuan yang tidak normal pada saat dilakukan pillar
robbing. Kadangkala dipakai sebagai metode utama,
tetapi lebih sering dipakai sebagai pillar recovery.
Hal-hal yang menginspirasi undercut and fill:
Ekstraksi bijih yang paling menguntungkan untuk
karakter mekanika bijih yang jelek adalah dari atas ke
bawah (underhand)
Ekstraksi dari bawah ke atas (overhand) terkendala
keterbatasan waktu dan kesempatan penyanggaan
terhadap atap (stand up time)
Seiring waktu, kekuatan pillar akan semakin melemah
Diilhami oleh metode top slicing
Square-set dipandang sangat mahal dan berbahaya
Aplikasi:
1. Pillar robbing
2. Menambang crown pillar
3. Ekstraksi dengan kondisi mekanika bijih yang jelek
4. Ekstraksi dimana bijih diatas penggalian tidak
dijamin karakteristiknya dengan pasti
Keuntungan:
1.
Sangat sedikit keuntungan, merupakan pilihan
terakhir untuk memperoleh bijih dengan nilai
ekonomis tinggi (PT. New Broken Hill Company,
ekstraksi timah primer di pulau Belitung)
Kerugian:
1. Biayanya mahal
Bab III: supported stope 28 halaman
24
2. Produksinya rendah
3. Penggunaan material sangat banyak: timber, sand
fill
25
=================
3.2.7. TOP SLICING
=================
Istilah top slicing secara umum diterapkan untuk
bijih yang ditambang dengan cara sepotong demi
sepotong (slice by slice) dimulai dari bagian atas menuju
bagian bawah. Slice yang telah ditambang dipasang
timber. Timber selanjutnya diruntuhkan (diledakkan)
dengan stick count bahan peledak, sehingga capping
runtuh ke lantai slice.
Penambangan slice selanjutnya dilakukan tepat
dibawah slice yang telah diruntuhkan sebelumnya, yaitu
tepat berada dibawah mat atau gob yang merupakan
akumulasi timber dari slice diatasnya.
Istilah top slicing juga diterapkan untuk
menambang bijih dengan ketebalan hanya satu slice
dengan jalan melakukan penambangan dan pembuatan
timber slice dari satu sisi bergerak ke sisi lainnya.
Menurut United State Bureau Mine, top slicing
dimasukkan dalam metode caving. Secara mendasar,
sebenarnya top slicing berbeda dengan metode caving
Perbedaan hancurnya bijih
Metode caving
Top slicing
Bijih hancur karena
Bijih hancur karena motode yang
pembuatan under
umum, yaitu pemboran dan
cutting
peledakan
Aplikasi:
1.
Bijih mempunyai capping lemah: segera runtuh
apabila penyangga dibawahnya dihancurkan
2.
Dinding boleh lemah atau kuat: bila lemah lebih
cocok
Bab III: supported stope 28 halaman
26
3.
27
28
29
TOP SLICING
30