Secara garis besar, beberapa kegiatan yang dilakukan pemerintah kota Swahlunto guna
mewujudkan upaya Revitalisasi Cagar Budaya tersebut, antara lain :
1. Melakukan kajian tentang upaya peningkatan dan perbaikan kawasan kota lama.
Kegiatan ini bekerjasama dengan BWSB dan PUM Belanda pada tahun 2003,
University of Malaka Malaysia pada tahun 2004 sekaligus mengirimkan para tokoh
masyarakat untuk belajar ke University of Malaka, dan Dirjen Cipta KaryaKementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2004,
2. Melakukan sosialisasi program ke masyarakatsecara terus menerusmelalui
berbagai media yang ada di Sawahlunto,
3. Melakukan pelatihan,lokakarya dan workshop mengenai pentingnya revitalisasi
kota kepada jajaran aparat pemkot.
4. Melakukan studi banding tentang revitalisasi bagi pegawai pemkot khususnya
bidang perencanaan dan teknis ke kota-kota di Indonesia maupun di luar negeri.
5. Berdasarkan inventaris yang telah dilakukan sejak tahun 2001 dan 2002, maka
pemerintah
kota
mulai
melakukan
peningkatan
kawasan
pedestrian,
Program yang telah dimulai sejak tahun 2001 ini, telah memenangkan beberapa
penghargaan antara lain :
1. Penghargaan Invesment Award pada tahun 2007;
2. Penghargaan Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Daerah dari PT Asahan
Aluminium pada tahun 2008;
3. Penghargaan Indonesia Tourism Award Pada tahun 2011;
4. Anugerah Kunjungan Wisata sebagai Kota Paling Berinovasi dalam Pengembangan
Pariwisata pada tahun 2012
Keberlanjutan
Terdapat beberapa langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Sawahlunto dalam
menjaga, memelihara dan terus mengembangkan potensi kotanya berupa wisata kota
lama. Salah satu wujudnya adalah dengan diterbitkannya kebijakan-kebijakan yang
mendukung program tersebut, seperti :
1. SK Walikota Sawahlunto Nomor 84 Tahun 2007 tentang Penetapan Kawasan
Bersejarah, Bangunan, Gedung, Komplek Bangunan, Situs dan Fitur Sebagai
Benda Cagar Budaya
2. Perda Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Benda Cagar Budaya
3. Perda Nomor 2 Tahun 2010 tentang Penataan Kawasan Kota Lama.
Selain penerbitan regulasi tersebut, pemerintah kota juga telah membuat alur ijin
mendirikan bangunan (IMB) di Kota Sawahlunto dengan mengharuskan kepada setiap
masyarakat yang akan mengajukan IMB untuk melampirkan persetujuan atau
rekomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, khususnya Bidang Peninggalan
Bersejarah.
Pelajaran yang Dapat Diambil
Pemkot Sawahlunto telah berhasil menemukan potensi daerahnya. Potensi yang menjadi
ciri khas dari sebuah daerah yang berhasil dikemas untuk dijadikan salah satu daya tarik.
Potensi tersebut adalah wisata bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Belanda
sejak pertambangan pertama kali dibuka. Pemerintah kota tidak diam setelah dilakukan
program revitalisasi tersebut. Mereka secara kontinu mengembangkan potensi tersebut,
dengan menggelar berbagai acara yang mampu mengenalkan dan menarik minat
wisatawan untuk datang ke kota Sawahlunto. Sehingga kota Sawahlunto mampu bangkit
dari kota yang hampir mati akibat kebangkrutan PT. Bukit Asam Unit Penambangan
Ombilin, kini dapat hidup kembali dengan adanya wisata kota tua.
Kemampuan untuk direplikasi
Dari program tersebut, Pemerintah Kota Sawahlunto telah menjadi salah satu
percontohan kota yang berhasil mengelola kawasan kota lamanya menjadi daya tarik.
Bagi kota-kota lain yang akan mencontoh keberhasilan Kota Sawahlunto, maka terdapat
beberapa prasyarat, seperti:
1. Komitmen yang sangat kuat dari kepala daerah.
2. Dukungan sumber daya manusia yang cukup.