Anda di halaman 1dari 5

REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA,

SAWAHLUNTO MENUJU KOTA WISATA

Situasi Sebelum Inisiatif


Sejarah kota Sawahlunto tidak dapat dipisahkan dari aktivitas penambangan batu bara.
Daerah terpencil ini menjadi berpenghuni dan berkembang sebagai kota kecil ketika
pemerintah Hindia Belanda menginvestasikan 5,5 juta gulden untuk menggarap tambang
batu bara Ombilin, Sawahlunto. Selama puluhan tahun lamanya, perekonomian
Sawahlunto sangat bergantung pada aktivitas penambangan batu bara. Banyak
pendudukan Sawahlunto yang berprofesi sebagai penambang batu bara. Namun sikap
ketergantungan ini berdampak kurang baik pada perekonomian Sawahlunto pada
beberapa tahun terakhir ini. Harga batu bara di pasaran internasional di tahun 2012 turun
hingga 25%. Hal ini menyebabkan PT Bukit Asam Unit Penambangan Ombilin sebagai
perusahaan tambang batu bara satu-satunya di Sawahlunto mengalami kerugian belasan
hingga puluhan miliar rupiah pertahun. PT Bukit Asam bahkan memutuskan untuk
menutup tambang dan akan mengurangi jumlah tenaga kerjanya secara bertahap.
Akibatnya, Kota Sawahlunto menjadi seperti kota mati yang pada siang harinya sepi, dan
malam harinya sunyi.
Inisiatif
Namun di sisi lain Sawahlunto memiliki pemandangan alam yang cukup indah dan banyak
bangunan historis peninggalan Belanda sejak pertambangan batu bara pertama kali
dibuka. Potensi ini dilihat oleh Walikota Subari Sukardi pada tahun 2001 dengan
keluarnya Perda Visi dan Misi nomor 2 tahun 2001 yang berupaya untuk Mewujudkan
Sawahlunto tahun 2020 menjadi kota Wisata Tambang yang Berbudaya. Seiring dengan
keluarnya Perda tersebut, dilakukan penyusunan Buku Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata (RIPP) bekerjasama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat Institut
Teknologi Bandung (LPM-ITB) pada tahun yang sama. Hasilnya dijabarkan dalam strategi
dan agenda 2002-2020 serta program pelaksanaan 2002-2006. Kemudian Walikota
terpilih 2003, Amran Nur, hasil kajian tersebut dikonkritkan dalam serangkaian program
revitalisasi fasilitas dan gedung-gedung tua peninggalan Belanda.

Strategi yang Dijalankan


Pada awal pelaksanaan program, Pemerintah kota Sawahlunto membuat sebuah kajian
guna mewujudkan revitalisasi bangunan bersejarah kota. Mereka mengundang Peter Van
Dun, seorang ahli dalam bidang perencanaan konservasi terpadu dan merupakan
pensiunan dari Departemen Konservasi Belanda melalui program PUM. Kemudian
pemerintah kota Sawahlunto juga menjalin kerjasama dengan Badan Warisan Sumatera
Barat (BWSB). BWSB merupakan LSM yang mempunyai kepedulian terhadap bangunan
dan benda-benda bersejarah di wilayah Sumatera Barat. BWSB telah melakukan inventori
khusus terhadap bangunan-bangunan tua di Kota Sawahlunto pada tahun 2002, yang
bermanfaat untuk dipergunakan sebagai titik awal proyek tersebut. Kedua pihak tersebut
merupakan mitra pemerintah kota Sawahlunto dalam pembuatan kajian pemetaan dan
revitalisasi bangunan cagar budaya.
Kemudian pemerintah kota Sawahlunto membentuk tim revitalisasi bangunan cagar
budaya dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto yang berperan
sebagai leading sector atau dinas yang bertanggung jawab. Dinas ini dibantu oleh SKPD
lain, seperti Dinas PU, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan
Tenaga Kerja; Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga; Dinas Kesehatan dan Sosial;
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; Dinas Pertanian dan
Kehutanan; Bappeda; BLH; Badan Kesbangpol dan Penanggulangan Bencana; kecamatan
dan kelurahan.
Segera setelah tim tersebut bekerja, Pemerintah Sawahlunto menetapkan beberapa
kebijakan terkait seperti :
1. Menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan cagar budaya melalui Perwal
maupun Perda.
2. Mengkonservasi dan merehabilitasi kawasan cagar budaya.
3. Memberikan insentif pada bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau
bernilai tinggi.
4. Meningkatkan fungsi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai
tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah sebagai
obyek wisata budaya.

Secara garis besar, beberapa kegiatan yang dilakukan pemerintah kota Swahlunto guna
mewujudkan upaya Revitalisasi Cagar Budaya tersebut, antara lain :
1. Melakukan kajian tentang upaya peningkatan dan perbaikan kawasan kota lama.
Kegiatan ini bekerjasama dengan BWSB dan PUM Belanda pada tahun 2003,
University of Malaka Malaysia pada tahun 2004 sekaligus mengirimkan para tokoh
masyarakat untuk belajar ke University of Malaka, dan Dirjen Cipta KaryaKementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2004,
2. Melakukan sosialisasi program ke masyarakatsecara terus menerusmelalui
berbagai media yang ada di Sawahlunto,
3. Melakukan pelatihan,lokakarya dan workshop mengenai pentingnya revitalisasi
kota kepada jajaran aparat pemkot.
4. Melakukan studi banding tentang revitalisasi bagi pegawai pemkot khususnya
bidang perencanaan dan teknis ke kota-kota di Indonesia maupun di luar negeri.
5. Berdasarkan inventaris yang telah dilakukan sejak tahun 2001 dan 2002, maka
pemerintah

kota

mulai

melakukan

peningkatan

kawasan

pedestrian,

pembangunan kawasan bermain dan RTH, mulai merenovasi bangunan-bangunan


bersejarah, serta membangun tempat-tempat penunjang kegiatan wisata, seperti
gedung info box, IPTEK center, water boom dan kebun binatang.

Setelah kebijakan dan kegiatan terkait Revitalisasi Kota tersebut terimplementasikan,


pemerintah terus melakukan pengembangan-pengembangan program dengan tujuan
membuat Sawahlunto dikunjungi wisatawan seperti :
1. Pemerintah kota selalu mengagendakan setiap malam minggu digelar pagelaran
musik di lapangan Segitiga dan terminal pasar remaja. Selain itu, mengaktifkan
kembali suara sirine PT Bukit Asam setiap jam 07.00, 12.00 dan 16.00 yang
menjadi salah satu ikon kota Sawahlunto.
2. Bekerjasama dengan Pemprov Sumatera Barat untuk menjadikan Sawahlunto
menjadi salah satu kota yang dilalui para atlet di event Tour Singkarak. Kegiatan
ini sudah lima kali diadakan, bahkan pada tahun 2014, pembukaan dan start-nya
dilakukan di Kota Sawahlunto.
3. Setiap kali ulang tahun kota, yakni tanggal 1 Desember, pemerintah kota
Sawahlunto telah berhasil menyelenggarakan empat kali pagelaran Sawahlunto
International Music Festival yang diikuti oleh perwakilan negara dari lima benua.
4. Pemerintah kota memberikan uang bantuan sebesar Rp 10 juta yang diberikan ke
setiap rumah warga yang dapat mempertahankan keaslian bangunannya.
5. Pemerintah kota pun memberikan gelas/piring yang bertuliskan Sawahlunto
heritage, dan foto-foto sejarah Kota Sawahlunto untuk ditampilkan di tempattempat usaha mereka, seperti rumah makan, wisma/hotel, toko kelontong atau
apa saja.

Program yang telah dimulai sejak tahun 2001 ini, telah memenangkan beberapa
penghargaan antara lain :
1. Penghargaan Invesment Award pada tahun 2007;
2. Penghargaan Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Daerah dari PT Asahan
Aluminium pada tahun 2008;
3. Penghargaan Indonesia Tourism Award Pada tahun 2011;
4. Anugerah Kunjungan Wisata sebagai Kota Paling Berinovasi dalam Pengembangan
Pariwisata pada tahun 2012

Keberlanjutan
Terdapat beberapa langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Sawahlunto dalam
menjaga, memelihara dan terus mengembangkan potensi kotanya berupa wisata kota
lama. Salah satu wujudnya adalah dengan diterbitkannya kebijakan-kebijakan yang
mendukung program tersebut, seperti :
1. SK Walikota Sawahlunto Nomor 84 Tahun 2007 tentang Penetapan Kawasan
Bersejarah, Bangunan, Gedung, Komplek Bangunan, Situs dan Fitur Sebagai
Benda Cagar Budaya
2. Perda Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Benda Cagar Budaya
3. Perda Nomor 2 Tahun 2010 tentang Penataan Kawasan Kota Lama.
Selain penerbitan regulasi tersebut, pemerintah kota juga telah membuat alur ijin
mendirikan bangunan (IMB) di Kota Sawahlunto dengan mengharuskan kepada setiap
masyarakat yang akan mengajukan IMB untuk melampirkan persetujuan atau
rekomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, khususnya Bidang Peninggalan
Bersejarah.
Pelajaran yang Dapat Diambil
Pemkot Sawahlunto telah berhasil menemukan potensi daerahnya. Potensi yang menjadi
ciri khas dari sebuah daerah yang berhasil dikemas untuk dijadikan salah satu daya tarik.
Potensi tersebut adalah wisata bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Belanda
sejak pertambangan pertama kali dibuka. Pemerintah kota tidak diam setelah dilakukan
program revitalisasi tersebut. Mereka secara kontinu mengembangkan potensi tersebut,
dengan menggelar berbagai acara yang mampu mengenalkan dan menarik minat
wisatawan untuk datang ke kota Sawahlunto. Sehingga kota Sawahlunto mampu bangkit
dari kota yang hampir mati akibat kebangkrutan PT. Bukit Asam Unit Penambangan
Ombilin, kini dapat hidup kembali dengan adanya wisata kota tua.
Kemampuan untuk direplikasi
Dari program tersebut, Pemerintah Kota Sawahlunto telah menjadi salah satu
percontohan kota yang berhasil mengelola kawasan kota lamanya menjadi daya tarik.
Bagi kota-kota lain yang akan mencontoh keberhasilan Kota Sawahlunto, maka terdapat
beberapa prasyarat, seperti:
1. Komitmen yang sangat kuat dari kepala daerah.
2. Dukungan sumber daya manusia yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai