PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem pencernaan makanan berhubungan dengan penerimaan makanan dan
mempersiapkannya untuk di proses oleh tubuh. Makanan adalah tiap zat atau bahan yang
dapat digunakan dalam metabolisme guna memperoleh bahan-bahan untuk memperoleh
tenaga atau energi. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zatzat sederhana dan dapat diserap oleh usus, kemudian digunakan oleh jaringan tubuh.
Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena sintesis berbagai enzim yang
terkandung dalam berbagai cairan pencernaan. Setiap enzim mempunyai tugas khusus
dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis
makanan lainnya. Agar makan itu berguna bagi tubuh, maka makanan itu harus di
distribusi oleh darah sampai pada sel-sel di seluruh tubuh Sistem pencernaan terdiri atas
suatu saluran panjang yaitu saluran cerna yang dimulai dari mulut sampai anus, dan
kelenjar-kelenjar yang berhubungan yang letaknya di luar saluran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu system pencernaan ?
2. Apa saja anatomi pencernaan dalam tubuh ?
3. Bagaimana fisiologi Pencernaan dalam tubuh ?
4. Gangguan apa saja yang berhubungan dengan system pencernaan ?
BAB II
LANDASAN TEORITIS
1
merata dengan getah lambung. Hal ini menyebabkan makanan didalam lambung
berbentuk seperti bubur.
Dinding lambung mengandung sel-sel kelenjar yang berfungsi sebagai
kelenjar pencernaan yang menghasilkan getah lambung. Getah lambung
mengandung air lendir ( musin ), asam lambung, enzim renim, dan enzim
pepsinogen. Getah lambung bersifat asam karena banyak mengandung asam
lambung.
Asam lambung berfungsi membunuh kuman penyakit atau bakteri yang masuk
bersama makanan dan juga berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi
pepsin-pepsin yang berfungsi memecah protein menjadi pepton dan proteosa-enzim
renin berfungsi menggumpalkan protein susu (kasein) yang terdapat dalam susu.
Adanya enzim renin dan enzim pepsin menunjukkan bahwa didalam lambung terjadi
proses pencernaan kimiawi- selain menghasilkan enzim pencernaaan, dinding
lambung juga menghasilkan hormon gastrin. Hormon gastrin berfungsi untuk
mengeluarkan (sekresi) getah lambung.
Lambung dapat meregang sampai dapat menyimpan 2 liter cairan, makanan
umumnya dapat bertahan 3-4 jam didalam lambung. Dari lambung , makanan sedikit
demi sedikit keluar menuju usus 12 jari melalui sfingter pilorus.
5. Hati
Fungsi hati yang pertama yaitu sebagai pemproduksi cairan empedu untuk
menetralkan racun-racun yang masuk ke dalam tubuh. Hati juga memegang peranan
penting pada metabolisme tiga bahan makanan yang dikirimkan oleh vena porta
setelah diabsorbsi oleh tubuh dari usus, bahan makanan tersebut adalah karbohidrat,
protein, dan lemak.
6. Usus Halus
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 68
meter, lebar 25 mm dengan banyaklipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus.
Vili ini berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap
proses penyerapan makanan. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut:
a. Duodenum (usus 12 jari), panjangnya 25 cm,
Duodenum adalah bagian pertama usus halus, bagian usus ini merupakan
tempat bermuaranya saluran getah pankreas dan getah empedu. Saluran empedu
dan saluran pankreas masuk ke dalam usus dua belas jari pada suatu lobang
yang disebut ampula hepatopankreatika atau ampula pateri. Saluran empedu
menghasilkan getah empedu (bilus) yang dihasilkan oleh hati. Getah empedu
berfungsi untuk mengemulsikan lemak. Pankreas yang terdapat di bawah
5
berbagai
enzim
misalnya
peptidase,
maltase,
sukrase,
ribonuklease, dll. Sebagian enzim-enzim ini terdapat pada permukaan sel epitel
sehingga pencernaan makanan berlangsung pada permukaan atau di dalam selsel epitel. Sekresi getah usus halus dikontrol oleh reflek otonom, hormon
sekretin, dan kolesistokinin.
Fungsi usus halus adalah mencerna, dan menyerap khime dari
lambung. Isinya yang cair digerakkan oleh serangkaian gerakan peristaltik yang
cepat. Di samping gerakan peristaltik ada juga gerakan lain yaitu gerakan
sexmental, gerakan yang memisahkan beberapa segmen usus satu dari yang lain.
Dua cairan pencerna masuk ke usus duabelas jari (duodenum) melalui saluransaluran, empedu dan getah pangkreas (dari pangkreas). Empedu digunakan
untuk pencernaan lemak yang dipecahkan dalam bagian-bagian kecil, dengan
demikian membantu kerja lipase. Empedu ini sifatnya alkalis dan membuat
makanan yang keluar dari lambung yang asam menjadi netral. Garam empedu
mengurangi ketegangan permukaan isi usus dan membantu membentuk emulsi
dari lemak yang dimakan.
Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat
kimiawi. Berbagai macam enzim diperlukan untuk membantu proses
pencernaan kimiawi ini. Hati, pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di
dalam dinding usus halus mampu menghasilkan getah pencernaan. Getah ini
bercampur dengan kimus di dalam usus halus. Getah pencernaan yang berperan
di usus halus ini berupa cairan empedu, getah pankreas, dan getah usus.
6
1) Cairan Empedu
Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa air, dan
tidak mengandung enzim. Akan tetapi, mengandung mucin dan garam
empedu yang berperan dalam pencernaan makanan. Cairan empedu
tersusun atas bahan-bahan berikut:
a) Air, berguna sebagai pelarut utama.
b) Mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan duodenum agar tidak
terjadi iritasi pada dinding usus.
c) Garam empedu, mengandung natrium karbonat yang mengakibatkan
empedu bersifat alkali. Garam empedu juga berfungsi menurunkan
tegangan permukaan lemak dan air (mengemulsikan lemak).
Cairan ini dihasilkan oleh hati. Hati merupakan kelenjar pencernaan
terbesar dalam tubuh yang beratnya 2 kg. Dalam sistem pencernaan, hati
berfungsi sebagai pembentuk empedu, tempat penimbunan zat-zat makanan
dari darah dan penyerapan unsur besi dari darah yang telah rusak. Selain
itu, hati juga berfungsi membentuk darah pada janin atau pada keadaan
darurat, pembentukan fibrinogen dan heparin untuk disalurkan ke peredaran
darah serta pengaturan suhu tubuh.
Empedu mengalir dari hati melalui saluran empedu dan masuk ke
usus halus. Dalam proses pencernaan ini, empedu berperan dalam proses
pencernaan lemak, yaitu sebelum lemak dicernakan, lemak harus bereaksi
dengan empedu terlebih dahulu. Selain itu, cairan empedu berfungsi
menetralkan asam klorida dalam kimus, menghentikan aktivitas pepsin pada
protein, dan merangsang gerak peristaltik usus.
2) Getah Pankreas
Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas. Pankreas ini
berperan sebagai kelenjar eksokrin yang menghasilkan getah pankreas ke
dalam
saluran
pencernaan
dan
sebagai
kelenjar
endokrin
yang
Usus besar atau kolon memiliki panjang 1 meter dan terdiri atas kolon
ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue
(usus halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada
ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang
berisi massa sel darah putih yang berperan dalam imunitas.
Makanan yang tidak dicerna diusus halus, misalnya selulosa bersama dengan
lendir akan menuju keusus, besar menjadi fases. Dalam usus besar juga terdapat
bakteri escherichia coli. Bakteri ini membantu dalam proses pembusukan sisa
makanan. Bakteri e.coli juga menghasilkan vitamin K. Vitamin K berperan penting
dalam proses pembekuan darah.
Usus besar terdiri dari bagian yang naik, yaitu mulai dari usus buntu
(apendiks), bagian mendatar, bagian menurun, dan berakhir pada anus. Didalam usus
besar fases di dorong secara teratur dan lambat oleh gerakan pristalsis menuju ke
rektum (poros usus). Gerakan pristalsis dikendalikan oleh otot polos (otot tak sadar).
Pada saat buang air besar otot sfingeres dianus di pengaruhi oleh otot lurik (otot
sadar) jadi, proses defekasi (buang air besar) dilakukan dengan adanya konstrasi otot
dinding perut yang di ikuti dengan mengendurnya otot sfingeter anus dan konstraksi
kolon serta rektum, akibatnya feses dapat terdorong keluar anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat
suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas
kontraksi rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya
defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan
sempurna.
C. FISIOLOGI PENCERNAAN
Proses pencernaan makanan berlangsung di dalam saluran pencernaan makanan.
Proses tersebut di mulai dari rongga mulut. Di dalam rongga mulut makanan dipotongpotong oleh gigi seri dan dikunyah oleh gigi geraham , sehingga makanan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Walaupun zat makanan telah dilumatkan atau
dihancurkan dalam rongga mulut tetapi belum dapat diserap oleh dinding usus halus.
Karena itu, makanan harus diubah menjadi sari makanan yang mudah larut. Dalam prose
ini dibutuhkan beberapa enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh kelenjar pencernaan.
Waktu pencernaan, makanan tersebut diproses menjadi sari makanan yang
diserap oleh jonjot usus dan sisa makanan dikeluarkan melalui poros usus. Sari makanan
hanya dapat diserap dan diangkut oleh darah dan getah bening bila larut di dalamnya,
kemudian makanan tersebut didistribusikan ke bagian tubuh yang membutuhkannya.
10
ego
13
Penyuluhan
Gejala : faktor makanan, pola makan yang tidak teratur, diet yang
salah, gaya hidup yang salah.
c) Pemeriksaan Diagnostik
Menurut priyanto, 2006 pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan
untuk pasien gastritis adalah:
Pemeriksaan endoskopi.
Tanggal
Diagnose
Tujuan
Intervensi
Rasional
24 juli
keperawatan
Nyeri berhubungan
Untuk mengetahui
2010
dengan peradangan
criteria :
klien
dirasakan dan
memudahkan dalam
epigastrium
menentukan
intervensi selanjutnya
ceria
Pantau tanda-
Perubahab frekuensi
14
Berikan tindakan
Tindakan non
yang nyaman
analgesic diberikan
seperti posisi
dengan sentuhan
relaksasi atau
lembut dan
latihan napas
menghilangkan
dalam.
ketidak nyamanan
Kolaborais
Analgetik dapat
pemberian obat
menekan puncak
periode nyeri
sehingga dapat
memberikan
kenyamanan
25 juli
Resiko tinggi
Pemenuhan kebutuhan
2010
nutrisi terpenuhi
klien
klien akan
kebutuhan
dengan criteria :
memudahkan dalam
berhubungan
Porsi makan
memenuhi kebutuhan
dihabiskan
nyaman setelah
intervensi selanjutnya
makan, anoreksia,
mual, muntah
Observasi
Mengetahui seberapa
makanan klien
Sajikan makanan
bervariasi
menembah selera
makan klien sehingga
kebutuhan nutrisi
terpenuhi
15
Anjurkan klien
Memaksimalkan
untuk makan
kelemahan
26 juli
Gangguan
Kebutuhan istirahat
Membantu
2010
pemenuhan
istirahat tidur
menentukan tindakan
kebutuhan istirahat
dengan criteria :
dengan adanya
klien
nyeri
Ciptakan
Memberikan suasana
lingkunagan yang
nyaman dan
nyaman
nyaman
Healt education
tentang penting
istirahat tidur
27 juli
Gangguan personal
Personal hygiene
Kaji tingkat
Membantu menetukan
2010
hygiene
terpenuhi dengan
kelemahan fisik
berhubungan
criteria :
dan kemampuan
diberikan sesuai
klien
Kaji personal
Mengetahui
hygiene klien
sejaumana kebutuhan
hidup sehat
memperoleh
kenyamanan dan
membuat perasaan
menjadi nyaman
16
4) Evaluasi
No
1
DX
1
Hari / tgl
24 juli 2010
Jam
10.30
Evaluasi
S : Klien mengatakan sudah tidak nyeri
pada daerah epigastrium
O : Ekspresi wajah sudah Nampak ceria
A : Masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan
25 juli 20210
17.30
P : intervensi dipertahankan
3
26 juli 2010
21. 45
27 juli 2010
07.30
17
18
belum diketahui dengan benar. Dan hasil penelitian dilaporkan bahwa pada
penderita dengan golongan darah O kemunkinan terjadinya tukak duodeni
adalah 38% lebih besar dibandingkan golngan lainnya. Kerusakan di daerah
piepilorus dapat dihubungkan dengan golongan darah A, baik berupa tukak
yang biasa ataupun karsinoma. Sedangkan pada golongan darah O sering
ditemukan kelainan pada korpus lambung.
c. Patofisiologi
Penyebab Umum
Penyebab umum dari userasi peptikum adalah ketidakseimbangan antara
kecepatan sekresi dan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan oleh sawar
mukosa gastroduodenal dan netralisasi asam lambung oleh cairan duodenum.
Semua daerah yang secara normal terpapar oleh cairan lambung dipasok dengan
baik oleh kelenjar mukus, antara lain kelenjar ulkus campuran pada esophagus
bawah dan meliputi sel mukus penutup pada mukosa lambung: sel mukus pada
leher kelenjar lambung; kelenjar pilorik profunda (menyekresi sebagian besar
mukus): dan akhirnya kelenjar Brunner pada duodenum bagian atas yang
menyekresi mukus yang sangat alkali (Guyton, 1996).
Sebagian tambahan terhadap perlindungan mukus dari mukosa, duodenum
dilindungi oleh sifat alkali dari sekresi usus halus, terutama adalah sekresi pancreas
yang mengandung sebagian besar natrium bikarbonat, berfungsi menetralisir asam
klorida cairan lambung sehingga menginaktifkan pepsin untuk mencegah
pencernaan mukosa. Sebagai tambahan, ion-ion bikarbonat disediakan dalam
jumlah besar oleh sekresi kelenjar Brunner yang terletak pada beberapa inci pertama
dinding duodenum dan didalam empedu yang berasal dari hati (Lewis,2000).
Akhirnya, dua mekanisme kontrol umpan balik memastikan bahwa netralisasi
cairan lambung ini sudah sempurna, meliputi hal-hal sebagai berikut :
Jika asam yang berlebihan memasuki duodenum, secara refleks mekanisme ini
menghambat sekresi dan peristaltic lambung baik secara persarafan maupun
secara hormonal sehingga menurunkan kecepatan pengosongan lambung.
Adanya asam pada usus halus memicu pelepasan sekretin pada mukosa usus,
kemudian melalui darah menuju pancreas untuk menimbulkan sekresi yang
19
cepat
dari
cairan
pancreas-
yang
mengandung
natrium
bikarbonat
adalah factor
psikogenik seperti pada saat mengalaami depresi atau kecemasan dan merokok.
Konsumsi obat-obatan.
Obat-obat seperti OAINS/obat anti-inflamasi, nonsteroid- seperti
20
Indometasin, Ibupropen, Asam Salisilat- mempunyai efek penghambatan siklooksigenase sehingga menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat
secara sistemik- termasuk pada epitel lambung dan duodenum. Pada sisi lain,
hal ini juga menurunkan sekresi HCO3 sehingga memperlemah perlindungan
mukosa(Sibernagl, 2007). Efek lain dari obat ini adalah merusak mukosa local
melalui difusi non-ionik ke dalam sel mukosa. Obat ini juga berdampak
terhadap agregasi trombosit sehingga akan meningkatkan bahaya pendarahan
ulkus (Kee, 1995).
Stress fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan syaraf pusat
(Lewis, 20000. Bila kondisi stress ini berlanjut, maka kerusakan epitel akan
meluas dan kondisi ulkus peptikum menjadi lebih parah.
Refluks usus-lambung dengan materi garam empedu dan enzzim pancreas yang
berlimpah dan memenuhi permukaan mukosa dapat menjadi predisposisi
kerusakan epitel mukosa.
Faktor-faktor diatas menyebabkan kerusakan epitel mulai dari erosi yang
berlanjut pada ulkus akut, kemudian ulkus kronis, dan terbentuknya jaringan
parut; maka akan terjadi penetrasi dari seluruh dinding lambung.
d. Klasifikasi
No Ulkus duodenal
1
Insidens
Ulkus Lambung
Insiden
Pria:wanita 2:1
Normal
lambung
hari;
21
sampai
hiposekresi
asam
daripada hematemesis.
ulkus lambung
Kemungkinan Malignansi
Jarang
kadang
Faktor Risiko
Faktor Risiko
stres
e. Manifestasi Klinik
Secara umum pasien tukak gaster biasanya mengeluh dispesia. Dispesia
adalah suatu sindroma klinik / kumpulan keluhan, beberapa penyakit saluran cerna
seperti, mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa/terapan, rasa terbakar,
rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang. Dispesia secara klinis dibagi atas :
1) Dispesia akibat gangguan motilitas, 2). Dispesia akibat tukak: 3). Dispesia
akibat refluks 4). Dispesia tidak spesifik.
Pasien tukak peptic memberikan ciri ciri keluhan seperti nyeri ulu hati,
rasa tidak nyaman/discomfort, disertai muntah. Pada tukak duodeni rasa sakit
timbul waktu pasien merasa lapar, rasa sakit bisa membangunkan pasien tengah
malam, rasa sakit hilang setelah pasien makan dan minu obat antasida ( Hunger
pain Food Relief = HPFR). Rasa sakit tukak gaster yang timbul setelah makan,
berbeda dengan tukak duodeni yang merasa enak setelah makan, rasa sakit gaster
sebelah kiri dan rasa sakit tukak gaster sebelah kanan, garis tengah perut. Rasa
sakit bermula pada satu titik ( pointing sign) akhirnya difus bisa menjalar ke
punggung. Ini kemungkinan disebabkan penyakit bertambah berat atau mengalami
komplikasi berupa penetrasi tukak ke organ pancreas.
Walaupun demikian rasa sakit saja tidak dapat menegakkan diagnosis
tukak gaster karena dipepsis nontukak juga gak bisa menimbulkan rasa sakit yang
sama, juga tidak dapat digunakan lokasi sakit sebelah kiri atau kanan tengah perut.
22
Adapun tukak akibat obat OAINS dan tukak pada usia lanjut/manula biasanya
tidak menimbulkan keluhan, hanya diketahui melalui komplikasinya berupa
perdarahan dan perporasi. Muntah kadang timbul pada tukak peptic disebabkan
edema dan spasme seperti tukak kanal pilorik (obstruksi gastric outlet). Tukak
prepilorik dan duodeni bisa menimbulkan gastric outlet obstruction melalui
terbentuknya fibrosis/oedem dan spasme.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan fisik mungkin ditemukan adanya nyeri, nyeri epigastrik,dan nyeri
tekan abdomen
2) Bising usus mungkin tidak ada
3) Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atas dpat menunjukkan
adanya ulkus, namun endoskopi adalah pemeriksaan diagnostic pilihan
4) Endoskopi atas digunakan untuk mengidentifikasikan perubahan inflamasi,
ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat dn
biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi beberapa lesi
yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X karenaukuran atau lokasinya.
5) Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan laboratorium adalah negative
terhadap darah samar.
6) Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam
mendiagnosis aklorhidria (tidak terdapat asam hidroklorida dalam getah
lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan
atau antasida dan tidak adanya nyeri yang timbul juga mengidentifikasikan
adanya ulkus.
7) Adanya H. Pylori dapat ditemukan dengan biopsy dan histiologi melalui kultur,
meskipun hal ini merupakan tes laboratorium khusus. Serta tes serologis
terhadap antibody pada antigen H. pylori.
g. Penatalaksanaan
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengontrol keasaman lambung
termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan tindakan pembedahan.
1) Penurunan stress dan istirahat.
2) Penghentian merokok
3) Modifikasi diet, Air jeruk yang asam,coca cola,bir,kopi,tidak mempunyai
pengaruh userogenik pada mukosa lambung tapi dapat menambah sekresi
asam lambung.
4) Obat-obatan
5) Intervensi bedah
23
h. Komplikasi
Komplikasi
ulkus
peptikum
adalah
ulkus
yang
pembedahan.
Perubahan
menjadi
ganas
tidak
perlu
terlalu
klinik,
pasien
dengan
komplikasi
perporasi
datang
dengan
keluhan
nyerimendadak yang parah pada abdomen bagian atas. Dalam beberapa menit,
timbul peritonitis kimia akibat keluarnya asam lambung, pepsin, dan makanan
yang menyebabkan nyeri hebat. Kondisi nyeri tersebut yang menyebabkan
pasien takut bergerak atau bernafas. Auskultasi abdomen menjadi senyap dan
pada saat palpasi, abdomen mengeras seperti papan. Perporasi akut biasanya
dapat didiagnosis berdasarkan gejala-gejala saja diagnosis dipastika melalui
adanya udar bebas dalam rongga peritoneal, dinyatakan sebagai bulan sabit
translusen anatara bayangan hati dan diafragma. Udara tentu saja masuk rongga
peritoneal melalui ulkus yang mengalami perporasi (Azis, 2008).
4) Obstruksi
Obstruksi pintu keluar lambng akibat peradangan dan edema,
pilospasme, atau jaringan parut terjadi pada sekitar 5% pasien ulkus peptikum.
Obstruksi timbul lebih sering pada pasien ulkus duodenum, tetapi kadang
terjadi pada ulkus lambung terletak dekat dengan sfingter pylorus. Anoreksia
mual dan kembung setelah makan merupakan gejala-gejala yang sering timbul
kehilangan berat badan juga sering terjadi. Bila obstruksi bertambah berat,
dapat timbul nyeri dan muntah (Mineta,1983)
i. Konsep Dasar Askep
1) Pengkajian
a) Identitas Klien
Lakukan pengkajian meliputi: nama, jenis kelamin,suku bangsa, tanggal
lahir,agama dan tanggal pengkajian.
b) Keluhan utama/alasan masuk RS:
Klien datang ke RS dengan keluhan merasakan nyeri pada pada bagian
perut, ulu hati dan mual serta muntah.
c) Riwayat kesehatan sekarang:
Faktor pencetus:
Pasien mengatakan bahwa nyeri timbul beberapa saat / beberapa jam
setelah makan atau waktu lapar atau saat sedang tidur tengah malam
Sifat keluhan (periodik/ tiba-tiba)
d) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang pernah dialami (jenis penyakit, lama dan upaya untuk
mengatasi, riwayat masuk RS)
e) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit menular atau keturunan dalam keluarga: Ibu klien menderita tuka
lambung.
f) Data Dasar Pengkajian pasien
25
Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan melakukan
Gejala :
Tanda :
Depresi, ansietas.
Eliminasi
Gejala :
Makanan/Cairan
Gejala :
Tanda :
Penamplan urus, kulit kering, kuning atau pucat dengan turgor buruk.
Higiene
Tanda :
Neurosensori
Gejala :
Tanda :
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen, seperti terbakar
Keamanan
Tanda : penurunan suhu tubuh akibat berulangnya prose infeksi.
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Kecendrungan keluarga untuk anemia
Riwayat penyakit maag, depresi.
Pemeriksaan Fisik
g) Keadaan umum :
Penampilan umum
: sakit
Kesadaran
: sadar
GCS
: E4V5M6
BB
: 50 Kg
TB
: 165 cm
: 120/80 mmHg
ND
: 80x/menit
RR
: 20 x/menit
: 37 oC
i) Kulit
Warna kulit (sianosis,ikterus,pucat) : Pucat
Kelembapan
: kering
Turgor kulit
: baik
Ada/tidaknya oedema
j) Mata
Fungsi penglihatan
: baik
Palpebra
: terbuka / tertutup
Ukuran pupil
: .Normal
Konjungtiva
Sklera
Lensa / iris
Oedema palpebra
Membran mukosa
: Kering
Kebersihan mulut
: Baik
Keadaan gigi
: Baik.
: tidak ada
Trismus
Kesulitan menelan
: Tidak ada
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
penimbunan
cairan
diperut(kembung).
Auskultasi
Diagnosa
Tujuan
Kriteria
Intervensi
Keperawatan
1). Nyeri b.d Dalam
Hasil
-secara subjektib -Jelaskan
iritasi
melaporkan
mukosa waktu 1 x
dan
pasien
lambung,
24 jam dan
perporasi
3 x 24 jam
atau
mukosa,
pascabedah
diadaptasi.
kerusakan
Rasional
bantu -pendekatan
dengan
dengan menggunakan
tehnik
pereda relaksasi
dan
terapi
28
menunjukkan
telah
keefektifan
(0-4).
nyeri.
pasca operasi
berkurang/h
Dapat
ilang atau
teradaptasi.
aktifitas
yang 2).
Ajrkan
relaksasi
atau
saat nyeri
menurunkan
3).
nyeri.
gelisah
nafas
tidak 4).
diperlukan
Ajarkan
yang
meningkatkan
-pasien
oksigen
Meningkatkan
tehnik oksigen
asupan
sehingga
akan
Lingkungan:
Lingkungan
3).
Distraksi
(pengalihan
tenang, Panggilan
dapat
stimulus
internal.
tenang
menurunkanstimulus
eksternal
dan
akan
nyeri
pembatasan
oksigen
berada
di
ruangan.
Pemakaina Simetidin
penghambat
(
seperti
/Ranitidin).
29
penghambat
H2 histamine H2 menurunkan
Simetidin produksi
asam
meningkatkanpH
lambun,
Lambung
2). Antasida
lambung,
penting
penyembuhan
dan
pencegahan lesi.
2).
Antasida
untuk
mempertahankan
2
Risiko
tinggi Dalam
-pasien
-Kaji
syok
wkatu 3 x menunjukkan
hipovolemik
24
hematemesis.
jauh
tinkat
sesuai
dengan
-hematemesis
kemampuan individu.
dan
hematemesis
terkontrol
-konjungtivitis
tidak anemis
syok
-pasien
dan
masif
darah syok
sumber
pH
melena
melena -monitor TT
tidak
mengeluh
pada
pusing,
tersebut
memebran
mukosa lembab,
kardiovaskuler
turgor
kulit
normal,
dan
hipovolemia,
memberikan
mempertahankan
akral hangat.
darah.
-TTV
dalam
3).
batas
normal,
hal
Peningkatan
dalam
tekanaan
frekuensi
dri
urine
> 600
kompensasi
respirasi
ml/hari
Laboratorium:
penurunan
nilai
haemoglobin,
sel darahmerah,
hematokrit, dan
kadar
BUN/kreatinin
dalam
normal.
dan
tipecairan
darah
ditentukan
Penurunan
volume
darah
mengakibatkan menurunnya
produksi urine, monitor yang
ketat pada produksi urine<
600ml/ hari merupakan tandatanda
terjadinya
syok
hipovolemik.
Lakukan
pemberian
banyaknya
keluar
dan
darah
darah
yang
hasil
merah(PRC=Pocked
pemeriksaan
Red Cells).
hemoglobin.
maka
pemberian
memiliki
kecenderungan
reaksi
alergi
menjadi
transfuse.
gastric
31
vasokontriksi
dapat
menurunkan pendarahan.
Evaluasi kondisi pasien Perubahan
setiap pergantian shift.
akibat
kardiovaskuler
hematemesis
dan
sesuai
dengan
toleransi
individu.
terapi endoskopik.
atau
elektrokoagulasi,
dari
ulkus
intervensi
telahdilakukan
dilaporkan
dan oleh
tim
apabila mendapat
didapatkan
medis
untuk
asuhan
medis.
kondisi mendadak.
menunjang
asuhan
yang
berkelanjutan.
Kolaborasi : dilakukan Perporasi
tindakan
ulkus
peptikum
gastrektomi.
terapi
farmakologi
dan
bedah
menghilangkan
untuk
sumber
Resiko
Injuri Dalam
-TTV
duodenum.
dalam -Lakukan perawatan di -menurunkan risiko injuri dan
b.d
pascaprosedur
24
gastreoktomi
jam -Tidak
terjadi
pasca
infeksi
pada
intervensi
daerah insisi.
ruang infensif.
memudahkan
intervensi
adanya -Komplikasi
yang
terjadi
gastrektomi
komplikasi
pada
pasien tidak
pascaoperasi
adalahperdarahan, kebocoran
mengalamii
gastrektomi.
pada
njuri.
operasi
daerah
infeksi
ini
anastosmis,
luka
gangguan
operasi,
respirasi,
masalah
yang
dan
berkaitan
risiko kritis
keperawatan
diperlukan
pengkajian
vital
agar
dapat
pada
setiap.
status neurologi.
adanya
perubahan
status
tanda
terjadinya
atau
bersifat
kelemahan
satu
sisi
(unilateral), ketidakmampuan
mengontrol
nyeri,
atau
untuk
mendapatkan
intervensi selanjutnya.
33
-Perubahan
hemodinamik
yang intravena
optimal.
1).
Lakukan
sebagai
pemeliharaan haemodinamik
hidrasi 1).
Jenis
cairan
yang
jumlah
100-200
jam
setelah
pembedahan.
Cairan ini akan membantu
memelihara
sirkulasi
yang
pascaoperasi
cairan
ke
intertisisal.
Perawat
akan
memantau
kondisi
urine
dalam
kisaran
30
ml/
dalam
pemberian
rehidrasi
optimal.
(Shoemarker, 1995).a
3). Evaluasikan secara Perawat mendokumentasikan
hati-hati
dan jumlah
urine
dan
waktu
dipantau,
perhatikan
thrombosis,
selang
terlipat
bedah
gastroktomi
akan
meamnipulasi
engirigasi
untuk
mengubah
selang
terapi.
atau
kecuali
Hal
ini
Resiko
Dalam
ketidakefektifa
n jalan nafas 24
b.dkemampuan
-jalan
jam ada
pascabedah
akumulasi
darah.
Suara
normal,
nafas
telapak
tidak
mulut/hidung pasien.
nyeri
kebersihan
pascaoperasi.
oksigen
tangan
3 Pemenuhan
liter/menit.
oksigen
membantu
diatas
dapat
meningkatkan
seperti stridor.
akan
tidak
ada
penggunaan otot
mempengaruhi
pengaturan pernafasan.
bantu
pernafasan.
RR
dalam suctioning
apabila berlebihan.
mengevakuasi
secret
tidak efektif.
-Instruksikan
pasien -pada
pasien
pascabedah
dan
dapat
U/
memperbesar
ekspansi
atau
inspirasi
maksimal.
-memfasilitasi
-Lakukan
pembersihan
dada.
tidak
dapat
dikeluarkandengan
batuk
efektif.
1) Lakukan auskultasi agar
1)
segmen
paru.
2) Jaga posisi pasien agar 2) apabila tingkat toleransi
jangan sampai jatuh, dari pasien tidak optimal,
gunakan
pagar perawat
mencegah
dan
pagar pengaman.
3. Cholecistitys
a. Definisi
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menrupakan inflamasi
akut dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan
panas
badan. Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001).
Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu,
biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus,
yang
secara
tiba-tiba
menyebabkan
serangan
nyeri
yang
luar
biasa
(www.medicastore.com).
Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung
empedu,
36
yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat
(www.medicastore.com).
Cholesistektomy adalah bedah pengangkatan kandung empedu (biasanya
untuk
relief batu empedu sakit) (Dictionary: WordNet).
b. Etiologi
Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu
empedu.
Kadang
suatu
infeksi
bakteri
menyebabkan
terjadinya
peradangan.
Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan cenderung
timbul setelah terjadinya:
1) Cedera,
2) Pembedahan
3) Luka bakar
4) Sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)
5) Penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan
lewat infus dalam jangka waktu yang lama).
Sebelum secsara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa di perut bagian
atas, penderita biasanya tidak menunjukan tanda-tanda penyakit kandung
empedu.
Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut,
yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan penciutan
kandung empedu.Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung
empedu.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya
meningkat pada usia diatas 40 tahun.
Faktor resiko terjadinya kolesistitis kronis adalah adanya riwayat
kolesistitis akut sebelumnya (www.medicastore.com).
c. Patofisiologi
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan
empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara
mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang
dihasilkan oleh sel hati. Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke
kandung empedu pada saat katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan
empedu
dipekatkan
dengan
mengabsorpsi
air.
Derajat
pemekatannya
37
kanan
bagian atas.
2) Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering
menjalar
3)
4)
5)
6)
ke
bahu kanan.
Biasanya terdapat mual dan muntah.
Nyeri tekan perut
Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.
Pada mulanya, timbul demam ringan, yang semakin lama cenderung
meninggi.
7) Serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam
1 minggu.
8) Gangguan pencernaan menahun
9) Nyeri perut yang tidak jelas (samar-samar)
10) Sendawa.
e. KOMPLIKASI
Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya
gerakan usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi
kandung empedu.
Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari
empedu kedalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat
sebagian oleh batu empedu atau oleh peradangan.
Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase,
mungkin telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh
penyumbatan batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus).
f. Pemeriksaan penunjang
1) CT scan perut
2) Kolesistogram oral
3) USG perut.
4) blood tests (looking for elevated white blood cells)
g. Penatalaksanaan medis
1) Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan.
38
atau
stasis
vascular
(peningkatan
risiko
pembentukan
trombus).
b)
Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ;
stimulasi simpatis.
c)
Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/
ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa
yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi
d)
Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e)
Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat
keluarga
tentang
hipertermia
malignant/reaksi
penyakit
hepatic
(efek
detoksifikasi
dari
anestesi
obat-obatan
Riwayat
dan
dapat
pengelolaan
dan
perwujudan
dari
rencana
pernapasan
dan jenis pembedahan.
R : elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aaspirasi dari
muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian
bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.
- Lakukan latihan gerak sesegera mungkin pada pasien yang reaktif dan
lanjutkan
pada periode pascaoperasi.
R : ventilasi dalam yang aktif membuka alveolus, mengeluarkan sekresi,
meningkatkan pengangkutan oksigen, membuang gas anastesi ; batuk membantu
mengeluarkan sekresi dari sistem pernapasan.
- Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan.
R : obstruksi jalan napas dapat terjadi karena adanya darah atau mukus dalam
tenggorok atau trakhea.
- Kolaborasi, pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
R : dilakukan untuk meningkatkan atau memaksimalkan pengambilan oksigen
yang akan diikat oleh Hb yang menggantikan tempat gas anastesi dan mendorong
pengeluaran gas terssebut melalui zat-zat inhalasi.
DP 2:
Tujuan : meningkatkan tingkat kesadaran.
Kriteria hasil : pasien mampu mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber
bantuan sesuai kebutuhan.
INTERVENSI
- Orientasikan kembali pasien secara terus menerus setelah keluar dari
pengaruh
anastesi ; nyatakan bahwa operasi telah selesai dilakukan.
R : karena pasien telah meningkat kesadarannya, maka dukungan dan jaminan
akan
membantu menghilangkan ansietas.
- Bicara pada pasien dengan suara yang jelaas dan normal tanpa membentak,
sadar penuh akan apa yang diucapkan.
R : tidak dapat ditentukan kapan pasien akan sadar penuh, namun sensori
pendengaran merupakan kemampuan yang pertama kali akan pulih.
- Evaluasi sensasi/pergerakkan ekstremitas dan batang tenggorok yang sesuai.
R : pengembalian fungsi setelah dilakukan blok saraf spinal atau lokal yang
bergantung pada jenis atau jumlah obat yang digunakan dan lamanya prosedur
dilakukan.
41
- Gunakan bantalan pada tepi tempat tidur, lakukan pengikatan jika diperlukan.
R : berikan keamanan bagi pasien selama tahap darurat, mencegah terjadinya
cedera pada kepala dan ekstremitas bila pasien melakukan perlawanan selama
masa disorientasi.
- Periksa aliran infus, selang endotrakeal, kateter, bila dipasang dan pastikan
kepatenannya.
R : pada pasien yang mengalami disorientasi, mungkin akan terjadi bendungan
pada aliran infus dan sistem pengeluaran lainnya, terlepas, atau tertekuk.
- Pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman.
R : stimulus eksternal mungkin menyebabkan abrasi psikis ketika terjadi
disosiasi obat-obatan anastesi yang telah diberikan.
DP 3 :
Tujuan : keseimbangan cairan tubuh adekuat.
Kriteria hasil : tidak ada ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil,
kualitas
denyut
nadi
baik,
turgor
kulit
normal,
membran
mukosa
penggantian
dan
pilihan-pilihan
yang
mempengaruhi
intervensi.
- Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang
dilakukan.
R : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelaha prosedur pada
sistem genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan mengindikasikan
malfungsi ataupun obstruksi sistem urinarius.
- Pantau tanda-tanda vital.
R : hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan
kekurangan cairan.
- Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan
pernapasan
dan jenis pembedahan.
R : elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aaspirasi dari
muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian
bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.
- Periksa pembalut, alat drain pada interval reguler. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
42
43
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
44
PENGKAJIAN
A. Wawancara
1. Identitas Klien
Nama
: Tn. A
Umur
: 65 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Bugis
Status perkawinan
: Kawin
: Purnawirawan ABRI
Alamat
Tanggal masuk RS
: 12 Maret 2004
Golongan darah
:O
Ruangan
: Mawar IA
: Tn .S
Umur
: 30 tahun
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
: anak kandung
Alamat
3. Riwayat penyakit
Pasien sudah mengalami nyeri pada ulu hati sejak 2 tahun yang lalu dan pernah
dirawat di rumah sakit Labuang Baji pada tahun 2003.Keluhan yang paling
sering dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada ulu hati. Hal ini dapat timbul
secara terputus-putus, biasanya 2 sampai dengan 3 jam setelah makan atau pada
waktu lambung kosong dan meredah setelah menelan obat atau makanan.
Pasien juga mengatakan bahwa nyeri dapat berkurang pada saat pasien
beristirahat yang cukup atau rileks dan kontrol ke rumah sakit kira-kira satu
bulan terakhir pasien tidak lagi kontrol ke rumah sakit sebab tidak ada lagi
gejala yang timbul.Biasanya obat yang dikonsumsi adalah antasida dan
beberapa obat lainnya.
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sejak kecil klien tidak pernah mengalami penyakit akut maupun kronis, namun
kadang-kadang pasien tersebut kadang-kadang flu, demam dan batuk-batuk
ringan.Klien tersebut pernah dirawat dengan penyakit gastritis sebanyak 1 kali dan
pernah juga dirawat dengan Ulkus peptikum sebanyak dua kali di rumah sakit
Labuang Baji.Selama menderita penyakit tersebut, Tn.A rajin kontrol setiap
bulannya ke rumah sakit.Riwayat penyakit gastritis sudah dialami sejak berumur
45 tahun, namun masih dapat ditahan sampai umur 50 tahun.Dan pada akhirnya
klien tersebut mengalami Ulkus peptikum.Klien tidak pernah dioperasi dan tidak
mengalami alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
tersebut (Ulkus peptikum).
usia tua.
Harapan klien tentang penyakitnya:
46
Klien berharap penyakitnya sembuh dan tidak dapat kambuh lagi dan jangan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
kemampuannya
9. Kegiatan keagamaan
Klien rajin shalat dan mengikuti pengajian
10. Keyakinan tentang kesehatan
Klien mengatakan bahwa menjaga kesehatan itu merupakan hal yang paling
penting.
F. Kebutuhan Dasar
1. Pola makan
Sebelum sakit klien makan 3 x sehari dengan porsi tiap kali makan 1 piring
berupa nasi, sayur, kadang-kadang ada buah.Makanan yang spesifik tidak ada
dan selera makan biasa.Setelah masuk RS klien diberi makan 3 x/hari, selera
2.
makan terganggu.
Pola minum
Sebelum masuk RS pasien dapat minum 8 9 gelas/hari dibarengi dengan
3.
4.
5.
6.
Aktivitas sehari-hari
Klien mengatakan bahwa ia tidak bekerja/sudah pension, tetapi kadang-kadang
melakukan aktivitas sehari-hari di rumah dengan membersihkan halaman
rumah.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kelemahan diakibatkan oleh adanya nyeri ulu hati sebelum masuk RS BB klien
56 kg dan setelah di rawat BB 54 kg. Klien tidak merasa tidak betah di RS bila
tidak ada aktivitas dan vital sign TD: 130/90 mmHg, HR 100 x/menit, RR 24
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
x/menit, temperaturnya/suhu: 37 C.
Kulit
Kulit sudah mulai keriput, kering, tidak ada lagi atau benjolan, sianosis (-) dan
edema (-).
Kepala
Simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh, tidak ada luka, rambut beruban.
Mata
Ikterus (-), refleks cahaya (+), tanda anemis (-)
Hidung
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, polip (-) tidak ditemukan darah/cairan
keluar dari hidung.
Mulut dan tenggorokan
Bibir agak kering, sianosis (-), fungsi pengecapan baik, tonsil tidak infeksi,
jumlah gigi sudah tidak lengkap.
Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, leher dapat digerakkan dengan bebas.
Dada
Bentuk dan gerakan dada tetap baik/simetris.
Sistem pernafasan
Tidak ada sesak, pernafasan teratur dengan frekuensi 26 x/menit, suara
48
Nyeri sendi kadang-kadang dialami klien bila cuaca terlalu dingin, kelemahan
otot (+), kekakuan otot dan sendi (-), tonus otot sedang, atropi otot (-), edema
(-).
13. Sistem neurologi
Kesadaran komfos mentis, kehilangan memori (-), komunikasi lancar dan jelas,
orientasi terhadap orang baik.
14. Sistem endokrin
Belum pernah dideteksi adanya penyakit akibat gangguan sistem endokrin.
H. Pemeriksaan Penunjang
Penonjolan besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung melalui
pemeriksaan radiogram dengan barium.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Klasifikasi Data
Data Subjektif:
a. Nyeri pada ulu hati
b. Lemah
c. Selera makan menurun
Data Objektif:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Gelisah
Meringis
Nadi 100 x/menit
RR 24 x/menit
BB menurun 2 kg dari 56 kg menjadi 54 kg
Mual/muntah
Porsi makanan tidak dihabiskan
Penonjolan pada kurvatura minor
Turgor kulit buruk
Skala nyeri 7 10 (berat)
TD 120/90 mmHg
B. Analisa Data
Data
DS:
Penyebab/Etiologi
Ulkus peptikum
- Lemah
Kerusakan
penghalang/sawar mukosa
DO:
- Gelisah
Masalah
Gangguan
sekat rasa nyaman,
nyeri
- Meringis
di epitel
erosi
- RR 24 x/menit
- Skala nyeri 7
DS:
Nutrisi
kurang
DO:
Mempengaruhi
kerja
N. kebutuhan
tubuh
kg menjadi 54 kg
Terjadi
- Mual/muntah
(asam lambung)
Mual/muntah
- Porsi
makanan
dari
peningkatan
HCl
dihabiskan
DS:
Zat
- Lemah
DO:
Ulkus peptikum
perangsang
(alkohol, Potensial
perdarahan
- Skala nyeri 9
- Gelisah
C. Diagnosa Berdasarkan Prioritas
1. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan kontinuitas
mukosa lambung yang ditandai dengan:
a. Nyeri ulu hati
b. Lemah
c. Gelisah
d. Meringis
e. Nadi 100 x/menit
f. RR 24 x/menit
g. Skala nyeri 7
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake
oral ditandai dengan:
a. Nafsu makan kurang
b. Mual
c. Muntah
d. BB menurun 2 kg dari 56 kg menjadi 54 kg
50
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan kontinuitas
mukosa lambung.
Tindakan/Intervensi
Mandiri:
Kaji
tingkat
Rasional
Nyeri merupakan pengalaman subjektif
nyeri,
lokasi dan
harus
dijelaskan
oleh
pasien.
faktor
yang
Beri
aktivitas
meningkatkan
untuk
mengevaluasi
dorongan
melakukan
dan
istirahat
relaksasi
Anjurkan klien untuk makan Makanan yang mencukupi jumlah partikel
dengan teratur
Dorong
klien
menghindari
menurunkan
merokok
dan mengikis
lapisan
mukosa.
Merokok
kafein
dapat
merangsang
dapat
mentoleransi otot,
perhatian
dan
sentuhan
meningkatkan kemampuan koping.
Kompres hangat pada daerah Meningkatkan
sirkulasi
otot
dan
nyeri
memfokuskan
Tindakan kolaboratif
Analgesik
Aseraminofen
Antasida
Berikan
dan
aktivitas peristaltic
Meningkatkan kenyamanan dan istirahat
Menurunkan keasaman lambung
perubahan diit
2.
Rasional
Makan terlalu
yang
banyak
berlebihan
mengakibatkan
dan
berulangnya
gejala.
disukai Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan
untuk
regenerasi
jaringan
dan
Makanan lunak
Berikan obat sesuai indikasi Untuk menekan timbulnya rangsangan
antiemetik
3.
Rasional
Pengkajian
yang
sering
dan
cermat
52
feses.
klien terganggu lebih parah
Pantau pH lambung setiap 4 Dengan mempertahankan pH lambung di
jam
Pantau
tanda
dan
hemorogi
Tindakan kolaboratif
massif.
Pemberian
sesuai
dapat
dapat
obat
mencegah
adanya
lambung
yang
yang
kerusakan
dapat
mukosa
merangsang
terjadinya perdarahan.
IV.
EVALUASI.
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3. Integritas kulit kembali noprmal.
4. Rasa nyaman terpenuhi.
5. Pengetahuan kelurga meningkat.
6. Cemas pada klien teratasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pencernaan (digestive system) merupakan sistem organ dalam hewan multisel
yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa
proses tersebut melalui dubur. Proses pencernaan makanan berlangsung di dalam saluran
pencernaan makanan. Proses tersebut di mulai dari rongga mulut. Berdasarkan prosesnya,
pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi dua macam seperti berikut: Proses mekanis,
yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta peremasan yang terjadi di lambung.
Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan
dengan mengubah makanan yang ber-molekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil.
Alat-alat pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran
pencernaan terdiri atas mulut, pharynk, esophagus, lambung, usus halus, usus besar, dan
berakhir pada anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri atas kelenjar ludah, kelenjar
53
lambung, kelenjar usus, hati, dan pankreas. Adapun gangguan-gangguan yang disebabkan
oleh system pencernaan adalah: diare, sembelit, peritonitis, apendisitas, kolik, dan ulkus.
B. Kritik dan Saran
Tiada kesempurnaan di dunia ini, kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dari
makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Dan semoga makalah yang telah kami
susun bermanfaat bagi kita semua, Amien.
DAFTAR PUSTAKA
Watson, Roger. Anatomi dan Fisiologi, Jakarta : EGC. 2002
Almatsier, sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001
Simbolon, Hubu. Biologi, Jakarta : Erlangga, 1992
Irianto, Kus., Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Bandung : Yrama Widya, 2005.
Green, J.H., Pengantar Fisiologi Tubuh Manusia, Jakarta: Bina Rupa Aksara, 2002.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.
http://arifs45.multiply.com/journal/item/8
http://kamus.landak.com/cari/cholecystectomy
http://www.mamashealth.com/stomach/cholecy.asp
http://www.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=607
http://www.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=608
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, Edisi I. Jakarta : EGC.
Syaifudin, H, B.Ac, Drs. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Edisi 2. Jakarta:
EGC.
54