Pembimbing :
Dr. Trining Poernomo, Sp. M
Dr. S. Mastuti, Sp. M
Disusun Oleh :
Aris Maulana
012106092
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
Pendahuluan
Chalazion berasal dari bahasa Yunani yang artinya batu hujan. Chalazion
adalah peradangan kronik infiltrasi granulomatosa pada kelenjar meibom yang
disebabkan karena sumbatan muara kelenjar meibom dan stagnasi sekresi sebasea.
Sel granulomatosa yang mengalami inflamasi terdiri dari epiteloid dan giant sel,
neutrophil, eosinophil, dan limfosit. Kondisi ini mengenai hampir semua orang di
seluruh usia. Chalazion ditandai adanya massa di kelopak mata yang
menyebabkan gangguan kosmetik dan ketidaknyamanan. Chalazion berukuran
besar dapat menyebabkan ptosis dan gangguan refraktif. Secara kosmetik,
chalazion dapat tidak terlihat dan jarang menjadi conjungtivitis atau selulitis.
Pasien biasanya disarankan melakukan kompres hangat agar chalazion keluar
secara spontan. Penelitian sebelumnya menemukan 20 25% angka kesembuhan
dengan terapi konservatif. Lesi yang terus menerus (tidak hilang) diterapi dengan
pilihan terapi yang berbeda yaitu insisi dan kuretase, injeksi intralesi
triamcinolone acetonide 0,2 ml (40 mg/ml), diinjeksi lewat conjungtiva. Pada
akhir tahun 1970an, terapi dengan injeksi steroid local adalah pilihan utama. Sejak
itu, muncul beberapa penelitian intervensi prospektif untuk menilai kemanjuran,
kemudahan, dan keamanan dari intralesi triamcinolone acetonide (TA) pada
penyembuhan chalazion dan beberapa penelitian membandingkan injeksi intralesi
kortikosteroid dan tindakan operasi pada chalazion. Tapi tidak ada penelitian yang
membandingkan hasil terapi injeksi intralesi triamcinolone acetonide pada primer
dan rekuren chalazion. Depigmentasi kulit di tempat suntikan telah dilaporkan
pada injeksi transcutaneous tapi efek samping minimal pada injeksi trans
conjungtiva. Chalazion adalah penyakit tersering pada kelopak mata. Insisi dan
kuretase adalah terapi tradisional yang bersifat invasive, nyeri dan cukup mahal,
serta membutuhkan perban selama beberapa jam. Di sisi lain, intralesi
berkurang setengah dari ukuran aslinya. Dikatakan berhasil jika lesi menghilang
atau berkurang sampai diameternya 1 mm setelah 1 bulan dilakukan terapi. Jika
lesi kambuh atau berkurang minimal (<50%), dilakukan injeksi lebih lanjut.
Pasien yang tidak berespons dengan 2 injeksi dalam 1 bulan dikirim untuk
dilakukan prosedur operasi (insisi dan kuretase).
Teknik injeksi intralesi triamcinolone acetonide :
Injeksi triamcinolone acetonide 40 mg/ml dilarutkan dengan 3 ml 2%
injeksi lignocaine membentuk 10 mg/ml konsentrasi. Kemudian 1 ml
triamcinolone diambil menggunakan 1 ml insulin syringe dengan jarum ukuran
no. 27. Dilakukan anastesi tetes pada conjungtiva dengan 0,4% oxybuprocaine.
Kulit dari kelopak mata dibersihkan dengan 5% povidone iodine dan disapu
menggunakan cottonbath dengan teliti. Kelopak mata di eversi tanpa
menggunakan klem dan dilakukan suntikan melewati transconjungtiva ke dalam
chalazion. Jarum ukuran no. 27 dalam 1 ml insulin syringe dimasukkan sekitar
0,01 ml sampai 0,2 ml dari 10 mg/ml triamcinolone acetonide secara
transconjungtiva ke dalam chalazion. Jumlah yang diinjeksikan tergantung dari
ukuran lesi dan resistensi yang dirasakan dalam syringe plunger (Gambar 1).
Dalam prossedur ini, total 54 pasien dengan chalazion dilakukan injeksi
triamcinolone acetonide. Perawatan dilakukan jika dinding chalazion tidak
rupture. Jika dinding chalazion rupture maka termasuk dalam kriteria esklusi.
Setelah prosedur injeksi, kemudian diberikan salep mata chloramphenicol 3 kali
selama 5 hari dan dilakukan masssse digital diatas chalazion selama 5 menit
setelah pemberian salep mata.
Hasil :
Tabel I
Angka Kesuksesan Injeksi Triamcinolone Acetonide (Kelompok A)
berdasarkan ukuran lesi
Tabel II
Angka
Kesuksesan Insisi & Kuretase (Kelompok B)
berdasarkan ukuran lesi
Tabel III
Respons injeksi
triamcinolone acetonide (Kelompok A) berdasarkan kronisitas lesi
Tabel IV
Respons injeksi triamcinolone acetonide (Kelompok B) berdasarkan
kronisitas lesi
Tabel V
Hasil kelompok
injeksi triamcinolone (Kelompok A) setelah injeksi pertama dan kedua
(n=50)
Tabel VI
Hasil kelompok insisi & kuretase (Kelompok B) setelah operasi pertama dan
kedua (n=40)
Tabel VII
Perbandingan angka kesuksesan antara Kelompok A dan Kelompok B
Tabel VIII
Komplikasi
injeksi
triamcinolone acetonide versus insisi & kuretase
setelah 1 bulan follow up
Diskusi :
Chalazion
merupakan masalah mata tersering di Bangladesh yang sebagian besar terdiri
histiocytes sensitive corticosteroid, giant sel multinukleasi, lymphocytes, plasma
sel, polimorfonuclear leukocytes, dan eosinophils. Injeksi kortikosteroid local
mempunyai efek yang menekan sel sel inflamasi tambahan, fibrosis kronik, dan
pembentukan jaringan parut, yang secara khas terlihat kecil, tegas, keras setelah
penyembuhan chalazion akut.
Pada penelitian ini, tidak didapatkan perbedaan signifikan yang terlihat
antara injeksi triamcinolone acetonide (kelompok A) dan insisi & kuretase