Anda di halaman 1dari 47

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

BEDAH ORTHOPEDI
Daftar isi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Fraktur
Dislokasi bahu
Debridement
Pemasangan alat dan bahan muskuloskeletal yang lain
Fraktur tertutup diafisis radius pada anak
Fraktur humerus 1/3 tengah
Fraktur tertutup supracondyler humerus reduksi tertutup dengan

pemasangan gips pada fraktur tibia anak


8. Fraktur tertutup distal radius
9. Fraktur Femur
10. fraktur tertutup diafisis tibia pada anak
11. fraktur tertutup diafisis femur pada anak reduksi tertutup dengan spica
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

cast pada femur


Reduksi tertutup dengan cast pada radius anak
Closed reduction + perkutanues pinning + cast dengan c-arm
Reduksi tertutup tanpa disertai internal fiksasi
Reduksi terbuka disertai internal fiksasi
Reposisi tertutup tanpa internal fiksasi
CTEV
Carpal tunnel syndrome
Dislokasi sendi panggul kongenital

Fraktur
Definisi:
terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan dan lempeng
pertumbuhan tulang. Fraktur tertutup bila tidak ada hubungan antara daerah
fraktur dengan udara luar dan disebut terbuka untuk kejadian sebaliknya. Fraktur

patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelum fraktur sudah
menderita/patologi.
Anamnesis :
adanya riwayat trauma yang adekuat (bukan fraktur patologis) karena
fraktur merupakan akibat dari trauma maka perlu diperiksa kemungkinan cedera
pada organ atau bagian tubuh yang lain yang segera mengancam nyawa.
nyeri pada bagian fraktur dan tidak dapat digerakkan yang disertai
bengkak sering menjadi keluhan utama fraktur.
Pemeriksaan fisik :
status lokalis diperiksa adanya tanda-tanda fraktur secara sistematis (look,
feel, move) seperti bengkak, luka pada kulit (fraktur terbuka dan tertutup),
deformitas, nyeri tekan, kondisi neurovaskular distal, adanya gerakan abnormal
pada daerah yang diduga fraktur.
Kriteria diagnosis :
sesuai kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas di pertegas dengan
pemeriksaan penunjang radiologi.
Diagnosis : Close/Open fraktur (nama tulang) (lokasi fraktur)
Diagnosis banding : terutama pada fraktur dekat dengan sendi, fraktur dislokasi
atau fraktur dan dislokasi
Pemeriksaan penunjang:
foto polos untuk menentukan diagnosis pasti dan penting untuk
perencanaan penatalaksanaan.
-pada pemeriksaan patologis tentukan lokasi tulang yang fraktur, bagiannya,
ekstensi ke sendi, jenis garis fraktur.
-dibuat minimal dua proyeksi (ap dan lateral)
-dibuat mencakup dua sendi
-pada pasien anak dibuat juga x-ray dari sisi yang sehat (untuk perbandingan)
-pemeriksaan radiologis khusus seperti tomografi, penggunaan za kontras, ct scan,
mri, radio isotop scanning, usg, dll.
-pemeriksaan darah dan urine
Terapi :

Penanganan secara umum: tindakan penyelamatan jiwa sesuai dengan


prosedur atls. Penanganan terhadap frakturnya : pada pertolongan pertama,
dilakukan pemasangan bidai pada anggota gerak yang diduga patah/dislokasi
untuk mengurangi pergerakan antara fragmen tulang sehingga dapat mengurangi
nyeri, perdarahan, dan menghindari kerusakan jaringan lebih lanjut serta
memudahkan transportasi. Pada prinsipnya 4r :
Recognition (diagnosis klinis dan keadaan sosial pasien)
Reduction ( bila terjadi pergeseran fragmen, dapat dilakukan secara terbuka dan
tertutup)
Retention (mempertahankan kedudukan hasil reduksi, dapat bersifat internal
maupun eksternal)
Rehabilitation (anggota gerak bawah penting untuk mobilisasi dan untuk anggota
gerak atas, ketrampilan lebih dipentingkan).
Pada patah tulang terbuka perlu tindakan debridement dan diberikan
antibiotik profilaksis dan merupakan bagian dari indikasi operasi segera pada
bidang orthopedi.
Edukasi :
-

Pasien diinformasikan tentang penyakitnya dan untuk tidak banyak

bergerak
Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi dan perkiraan waktu
pemulihan fraktur

Prognosis :
bergantung pada lokasi tulang yang fraktur, penanganan yang dipilih, dan
penyulit.
-

Ad vitam : dubia at bonam


Ad sanationam : dubia at bonam
Ad functionam : dubia at bonam

Indikator medis:
-

Kepulangan pasien bergantung pada klinis pasien dengan harapan output

dapat kembali mengerjakan kegiatan sehari-hari.


Untuk pasien fraktur diindikasikan rawat inap dan untuk terbuka dapat
diadakan tindakan segera.

Kepustakaan :
1. Vernan t toto, master tehnique in orthopaedic surgery pediatric, lippincott
willian & wilkins
2. Helmi zn, buku ajar gangguan muskuloskeletal. Salemba medika 2011,
jakarta.

Dislokasi bahu (anterior)


Definisi :
Pindahnya atau lepasnya permukaan sentuh tulang yang menyusun sendi
disebabkan gaya yang membuat sendi melampaui batas normal anatomisnya.
Anamnesis :
riwayat trauma, nyeri, tonjolan pada bagian depan bahu.

Pemeriksaan fisik :
look : terlihat penonjolan akromion, bahu menjadi rata, penonjolan kepala
humerus, lengan abduksi dan eksterna rotasi, fleksi siku, dan lengan bawah
dibantu lengan normal.
feel : kepala humerus, periksa adanya gangguan fungsi sensorik dan
motorik dari muskulotaneus dan saraf radial
move : ketidakmampuan menggerakkan bahu secara adduksi dan rotasi
interna.
Kriteria diagnosis :
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas ditegaskan dengan
pemeriksaan penunjang radiologi.
Diagnosis : dislokasi bahu
Diagnosis banding :
-

Dislokasi akromioklavikula
Fraktur klavikula
Fraktur kolum humeri
Fraktur humerus proksimal

Pemeriksaan penunjang :
foto rontgen bahu proyeksi ap/aksial
Terapi :
Non operatif : reposisi tertutup dengan manuver kocher, imobilisasi dengan
verban atau collar cuff selama 3 minggu.
Operatif : prosedur bristow pada dislokasi anterior bahu rekuren.
Edukasi :
-

Pasien diinformasikan tentang penyakitnya dan untuk tidak banyak

bergerak
Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi dan perkiraan waktu
pemulihan dislokasi

Prognosis :
-

Ad vitam : dubia at bonam


Ad sanationam : dubia at bonam
Ad functionam : dubia at bonam

Indikator medis:

Kepulangan pasien bergantung pada klinis pasien dengan harapan output

dapat kembali mengerjakan kegiatan sehari-hari.


Indikasi operasi dilakukan pada pasien yang neglected dan rekuren

Kepustakaan :
1. Vernan t toto, master tehnique in orthopaedic surgery pediatric, lippincott
willian & wilkins
2. Helmi zn, buku ajar gangguan muskuloskeletal. Salemba medika 2011,
jakarta.

Debridement (86.22)

Definisi :
Suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk mengevaluasi dan
mengeliminasi abses pada sendi mencegah kerusakan sendi
Indikasi :
1. Septic arthritis
2. Coxitis

Kontra indikasi
Persiapan :
1. Bila hasil aspirasi cairan sendi tidak terbukti purulent dan tidak
ditemukan adanya pertumbuhan kuman
Prosedur tindakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sign in
Pasien terlentang di meja operasi
Time out
Dilakukan pembiusan (ga)
Dilakukan pengambilan sample kultir pus dan sensitivity test
Dilakukan evakuasi cairan sendi dan jaringan nekrotik serta pencucian

berulang ulang dengan cairan isotonik


7. Dilakukan pengambilan jaringa synovial sendi dan evaluasi permukaan
sendi
8. Dilakukan pemasangan selang drain untuk evakuasi dan irigasi sendi
9. Dilakukan penjahitan luka operasi
10. Operasi selesai
Pasca prosedur tindakan :
1. Sign out
2. Observasi pasca pembiusan
3. Perawatan selama minimal 2-3 minggu serta pemberian ab sesuai
kultur
4. Observasi ateri dan nervus distal, serta adanya keadaan umum dan
adanya tanda tanda septicemia
5. Edukasi mengenai komplikasi dan perawatan selama perawatan
diruangan
Indikator prosedur tindakan :
Perbaikan l;inis dimana demam menurun serta nyeri berkurang
Pasien dipulangkan bila keadaan membaik dan dapat mengkonsumsi obat
oral

Kepustakaan :
1. Vernan t toto, master tehnique in orthopaedic surgery pediatric, lippincott
willian & wilkins
2. Helmi zn, buku ajar gangguan muskuloskeletal. Salemba medika 2011,
jakarta.

Pemasangan alat
Dan
Bahan muskuloskeletal yang lain (84.5)

Definisi :
Pemasangan pavlik harness orthosis pada pasien anak dengan ddh (0-6
bulan)
Indikasi :
1. Pada pasien anak ddh dengan usia < 6 bulan
2. Mencegah ekstensi dan adduksi sendi

panggul

yang

dapat

menyebabkan redislokasi
Kontra indikasi :
1. Pada pasien anak ddh dengan usia > 6 bulan
8

2. Pada pasien dengan tetrologi


Persiapan :
1. Dilakukan foto kontrol x-ray pelvis
2. Dilakukan pengukuran alat untuk pemasangan pavlik harness
3. Konsul pasien ke bagian rehabilitasi medik untuk pembuatan alat
pavlik harness
Prosedur tindakan
1.
2.
3.
4.

Pasien tidur posisi supine


Pasien diposisikan artholani positif
Dilakukan pemasangan pavlik harness orthosis
Dilakukan evaluasi kesesuaian orthosis dengan pasien

Pasca prosedur tindakan :


1. Edukasi mengenai perawatan orthosis tersebut dan komplikasi dari
pemasangan orthosis
2. Edukasi kontrol rutin sampai 6 minggu post pemasangan orthosis

Indikator prosedur tindakan :


Pasien anak anak yang mengalami ddh dengan umur 0-6 bulan
Kepustakaan :
1. Beaty, james h; kasser, james r, rockwood & wilkins fractures in
children, 6th edition, 2006
2. Marissy, raymond t: weinstein, shart l, lovell & winters pediatrics
orthopaedis 6th edition 2006
3. Canale terry s, beaty, james h, compbells operative orthopaedics 11 th
edition 2008
4. Miller, mark d. Review of orthopaedics 5th edition 2008
5. Salomon, luis; warwick, david nayagam, selvadurai, appleys system
of orthopaedics and fractures 9th edition

Fraktur tertutup diafisis radius


Pada anak (s52.4)

Definisi :
Patah tulang diafisis radius tertutup
Anamnesis :
adanya riwayat trauma yang adekuat (bukan fraktur patologis) karena
fraktur merupakan akibat dari trauma maka perlu diperiksa kemungkinan cedera
pada organ atau bagian tubuh yang lain yang segera mengancam nyawa.
1.
2.
3.

Nyeri pada daerah lengan bawah


Riwayat trauma
Gangguan fungsi

Pemeriksaan fisik :
1.
2.
3.
4.

Pembengkaan
Deformitas angulasi
Nyeri tekan
Gangguan ruang lingkup sendi (rom)

Kriteria diagnosis :
1. Riwayat trauma
2. Deformitas disertai pembengkakan dan nyeri tekan

10

3. Gambaran radiologis
Diagnosis kerja
Fraktur tertutup diafiasis radius ulna (s52.4)
Diagnosis banding
1. Strain injury pada lengan bawah
Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos antebracii proyeksi ap dan lateral
Gambaran garis patah inkomplit / komplit, transverse, extraarticular ,
pada diafiasis, angulasi, pembengkakan pada jaringan lunak
Terapi
1. Splint
2. Closed reduction + cast (dengan bantuan c-arm)
3. Pemberian antinyeri oral : paracetamol 10mg/kgbb 3 -6x per hari
Edukasi
1. Prosedur tindakan dan rencana perawatan
2. Penyulit
3. Komplikasi yang dapat terjadi
Prognosis
Ad vitam

: bonam

Ad sanationam

: bonam

Ad fungsionam

: bonam

Indikator medis
80 % pasien dirawat dalam waktu 4 5 hari
80 % pasien sembuh dalam waktu 4 6 minggu
Kepustakaan
Bucholz, et al. 2006. Rackwood & greens fractures in children,
6th edition. Lippincott williams & wilkins

11

Fraktur humerus 1/3 tengah (s 42.3)

Definisi
Patah tulang tertutup pada bagian diafisis dari humerus
Anamnesis
1. Nyeri pada bagian tengah dari lengan atas
2. Riwayat trauma (jatuh saat bermain dengan lengan posisi ekstensi),
menahan benturan dengan menangkis
3. Bengkak dan kaku saat menggerakkan lengan atas, siku
4. Keluhan kesemutan dan kelemahan pada jari jari tangan ataupun
pergelangan tangan
5. Riwayat child abuse
Pemeriksaan fisik
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pembengkakan, hematom
Ada tidaknya riwayat trauma di tempat lain (child abuse)
Deformitas angulasi
Nyeri pada lengan atas
Gangguan pada ruang lingkup sendi
Pemeriksaan motoris, sensoris dan keterlibatan pembuuh darah ataupun
nervus pada daerah sekitar fraktur

Kriteria diagnosis
1. Riwayat trauma (jatuh dengan siku posisi ekstensi)
2. Tampak deformitas, hematom, pembengkakan pada lengan atas
3. Terdapat gambaran fraktur pada pemeriksaan radiologi
Diagnosis kerja
12

Fraktur tertutp humerus 1/3 tengah (s 42.3)


Diagnosis banding
1. Fraktur proksimal humerus
2. Fraktur humerus segmental
Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos x-ray humerus ap/lateral/oblique tampak garis fraktur bs
dalam berbagai macam varian (inkomplit, komplit, kominutif,
transverse, oblik). Orthogonal view untuk melihat keterlibatan dari
bahu dan siku
Terapi
1. Imobilisasi dan dilakukan sling dan swathe atau collar & cuff
2. Reposisi terbuka bila didapatkan keterlibatan neurvaskular post reduksi
tertututp, disertai floating elbow, pasien dengan multiple trauma,
cedera bahu
3. Pemberian anti nyeri per oral dengan paracetamol 10 mg/kgbb/hari atau
dengan ibuprofen 5 mg/kgbb/hari
Edukasi
1.
2.
3.
4.

Prosedur tindakan dan perawatan gips tergantung


Komplikasi compartement syndrom
Penyulit pada saat pemasangan gips
Evakuasi dr keterlibatan neurovaskuler

Prognosis
Ad vitam

: bonam

Ad sanationam

: bonam

Ad fungsionam

: bonam

Indikator kritis
80% fraktur tertutup humerus 1/3 tgh tidak memerlukan rawat inap
Kepustakaan
1. Beaty, james h; kasser, james r, rockwood & wilkins fractures in
children, 6th edition, 2006
2. Marissy, raymond t: weinstein, shart l, lovell & winters pediatrics
orthopaedis 6th edition 2006

13

3. Canale terry s, beaty, james h, compbells operative orthopaedics 11 th


edition 2008
4. Miller, mark d. Review of orthopaedics 5th edition 2008
5. Salomon, luis; warwick, david nayagam, selvadurai, appleys system
of orthopaedics and fractures 9th edition
6. Www.orthobullets.com/pediatrics/4005/humerus-shaft-fracturepediatric

14

Fraktur tertutup
Supracondyler humerus (s.42.4)
Definisi
Patah tulang tertutup pada bagian distal humerus diatas epicondylus
(sering pada anak anak)
Anamnesis
1. Nyeri pada 1/3 bawah lengan atas
2. Riwayat trauma (jatuh saat bermain dengan siku pada posisi full
extensi)
3. Bengkak dan kaku saat menggerakkan siku
4. Keluhan kesemutan dan kelemahan pada jari jari tangan ataupun
pergelangan tangan
Pemeriksaan fisik
1. Pembengkakakan, hematom
2. Deformitas angulasi (berbentuk s)
3. Pucker sign (defek pada kulit dimana fragmen distal menarik kulit ke
arah dalam)
4. Gangguan pada ruang lingkup sendi
5. Pemeriksaan motoris, sensoris dan keterlibatan pembuluh darah ataupun
nervus pada daerah sekitar fraktur
Kriteria diagnosis
1. Riwayat trauma (jatuh dengan siku posisi ekstensi)
2. Dari pemeriksaan klinis : bengkak, deformitas angulasi pucker sign,
hematom, nyeri tekan, gangguan neurovaskuler pada jari jari tangan
atau pergelangan tangan
3. Terdapat gambaran fraktur pada pemeriksaan radiologi
Diagnosis kerja
Fraktur tertutup supracondyler humerus (s.42.4)

15

Diagnosis banding
1. Fraktur olecranon
2. Fraktur humerus 1/3 tgh
3. Fraktur humerus intraartikular
Pemeriksaan penunjang
1. Arthrogram (untuk mendeteksi perluasan dari cedera pada siku)
2. Mri/usg membantu evaluasi cedera dari unosified epifisis
3. Foto polos x-ray humerus ap/lateral/oblique tampak garis fraktur bisa
dalam berbagai macam varian (inkomplit, komplit, kominutif,
transverse, oblik) bisa diserta rotasi ataupun angulasi dari distal
humerus, disertai pembengkakan dari jaringan lunak di bagian anterior
atau posterior
Terapi
1. Imobilisasi sederhana dengan posterior splint (untuk sementara) dengan
siku fleksi 60-90 0 dan dilakukan supprot dengan collar and cuff
2. Reposisi tertutup dengan pembiusan dan dilakukan pemasangan
perkutaneus pinning (cross pinning atau lateral pin fiksasi,
intramedullary pin fiksasi) serta splint dan dilakukan pemasangan
collar and cuff (bila diperlukan bisa dibantu dengan c-arm)
3. Reposisi terbuka dengan pembiusan umum dan dilakukan k-wire
insertion
4. Traksi dan insersi wing nut
5. Bila terdapat neurovascular involvement dapat dilakukan explorasi
6. Pemberian anti nyeri per oral dengan paracetamol 10 mg/ kg bb/hari
atau dengan ibuprofen 5 mg/ kg bb/ hari
Edukasi
1.
2.
3.
4.

Prosedur tindakan dan perawatan gips dan collar and cuff


Komplikasi compartement syndrom
Penyulit pada saat pemasangan gips
Evaluasi dari keterlibatan neurovaskular

Prognosis
1. Ad vitam
2. Ad sanationam
3. Ad fungsionam

: bonam
: bonam
: bonam

Indikator kritis
1. 80% fraktur tertutup supracondyler tipe 1 tidak memerlukan rawat inap
16

2. 70% fraktur tertutup supracondyler tipe 2 dan memerlukan rawat inap


Kepustakaan
1. Beaty, james h; kasser, james r, rockwood & wilkins fractures in
children, 6th edition, 2006
2. Marissy, raymond t: weinstein, shart l, lovell & winters pediatrics
orthopaedis 6th edition 2006
3. Canale terry s, beaty, james h, compbells operative orthopaedics 11 th
edition 2008
4. Miller, mark d. Review of orthopaedics 5th edition 2008
5. Salomon, luis; warwick, david nayagam, selvadurai, appleys system
of orthopaedics and fractures 9th edition

Fraktur tertutup distal radius (s 52.5)


Definisi
Patah tulang tertutup pada bagian distal radius pada anak
Anamnesis
1. Nyeri pada bagian pergelangan tangan
2. Riwayat trauma (jatuh saat bermain dengan tangan posisi dorsifleksi)
3. Bengkak dan kaku saat mengerakkan pergelangan tangan

17

4. Keluhan kesemutan dan kelemahan pada jari-jari tangan ataupun


pergelangan tangan
Pemeriksaan fisik
1. Pembekakan ,hematom
2. Deformitas angulasi
3. Gangguan pada ruang lingkup sendi pergelangan, lengan bawah dan
tangan
4. Pemeriksaan motoris, sensoris dan keterlibatan pembuluh darah ataupun
nervus pada daerah sekitar fraktur
Kriteria diagnosis
1. Riwayat trauma (jatuh dengan wrist posisi dorsifleksi)
2. Dari pemeriksaan klinis : bengkak, deformitas angulasi, pucker sign,
hematom, nyeri tekan, gangguan neurovaskuler pada jari-jari tangan
atau pergelangan tangan
3. Terdapat gambaran fraktur os radius pada pemeriksaan radiologi
Diagnosis kerja
Fraktur tertutup distal radius (s 42.4)
Diagnosis banding
1. Fraktur diafisis os radius
2. Fraktur os carpalia
3. Fraktur distal ulna
Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos x-ray antebrachii ap/lateral untuk mendiagnosis adanya
fraktur distal radius disertai derajat dari salter harris
2. Ct scan untuk mendiagnosis pola dr fraktur dan derajat dari
intraartikular displacement
3. C-arm untuk reposisi tertutup
Terapi
1.
2.
3.
4.

Imobilisasi dengan gips tanpa dilakukan reduksi


Reposisi tertutup dan imobilisasi dengan pembiusan umum
Reposisi tertutup disertai imobilisasi dengan pin
Reposisi terbuka dengan pin fiksasi

Edukasi
1. Edukasi prosedur tindakan baik imobilisasi dengan gips maupun
reposisi tertutup ataupun reposisi terbuka

18

2. Komplikasi compartement syndrom post pemasangan gips


3. Penyulit pada saat pemasangan gips
4. Evaluasi dr keterlibatan neurovaskular
Prognosis
Ad vitam

:bonam

Ad sanationam

:bonam

Ad fumgsionam

:bonam

Kepustakaan
1. Beaty, james h; kasser, james r, rockwood & wilkins fractures in
children, 6th edition, 2006
2. Marissy, raymond t: weinstein, shart l, lovell & winters pediatrics
orthopaedis 6th edition 2006
3. Canale terry s, beaty, james h, compbells operative orthopaedics 11 th
edition 2008
4. Miller, mark d. Review of orthopaedics 5th edition 2008
5. Salomon, luis; warwick, david nayagam, selvadurai, appleys system
of orthopaedics and fractures 9th edition
Fraktur Femur
Definisi :
Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot , kondisi-kondisi tertentu
seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Batang Femur dapat mengalami fraktur
akibat trauma langsung, puntiran, atau pukulan pada bagian depan yang berada
dalam posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas.
Anamnesis :
Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus
diperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah
trauma, dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme
trauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara
sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan perut
Pemeriksaan Fisik :

19

Look (inspeksi): bengkak, deformitas, kelainan bentuk.


Feel/palpasi: nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur.
Movement/gerakan: gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit krepitasi.
Kriteria Diagnosis :
-

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan dipertegs denga


pemeriksaan penunjang radiologi

Diagnosis : Close/open Fraktur Femur (lokasi fraktur)


Diagnosis Banding :
-

Dislokasi hip
Dislokasi patella
Tumor/cancer dan infeksi pada femur

Pemeriksaan Penunjang :
-

Foto rontgen x-ray femur ap/lateral


Pemeriksaan darah

Terapi:
Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat
dimobilisasi dengan salah satu cara dibawah ini:
a. traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi adalah
untuk menangani fraktur, dislokasi atau spasme otot dalam usaha untuk
memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan. Traksi menggunakan
beban untuk menahan anggota gerak pada tempatnya. Tapi sekarang sudah jarang
digunakan. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk
mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang
di posterior untuk mencegah pelengkungan. Traksi pada anak-anak dengan fraktur
femur harus kurang dari 12 kg, jika penderita yang gemuk memerlukan beban
yang lebih besar.
b.fiksasi interna
Fiksasi interna dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan
piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi interna

20

merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang
disertai komplikasi
c.pembidaian
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma
sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita
yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu benda keras yang
ditempatkan di daerah sekeliling tulang (Anonim, 2010). b
d. Pemasangan Gips atau Operasi Dengan Orif
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus
secara keras daerah yang mengalami patah tulang. Pemasangan gips bertujuan
untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga
dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang
yang patah tersebut.
Edukasi :
-

Menjelaskan perjalanan penyakit dan komplikasi yang dapat terjadi


Menginformasikan penyembuhan fraktur dibantu oleh pembebanan
fisiologis pada tulang , sehingga dianjurkan untuk melakukan aktifitas otot
dan penahanan beban secara lebih awal. Tujuan ini tercakup dalam tiga
keputusan yang sederhana : reduksi, mempertahankan dan lakukan latihan.

Prognosis :
-

Ad vitam : dubia at bonam


Ad sanationam : dubia at bonam
Ad functionam : dubia at bonam

Indikator Medis :
-

Hampir semua fraktur femur mengindikasikan rawat inap, lama perawatan


minimal 3 hari.

Kepustakaan :
1. Salomon, luis; warwick, david nayagam, selvadurai, appleys system
of orthopaedics and fractures 9th edition.
2. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
System. 2nd ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co; 1983.p.274-275.

21

Fraktur tertutup diafisis tibia


Pada anak (s82.2)

Definisi
Patah tulang diafisis tibia tertutup
Anamnesis
1. Nyeri pada daerah tungkai bawah
2. Riwayat trauma
3. Gangguan fungsi
Pemeriksaan fisik
1.
2.
3.
4.

Pembengkakan
Deformitas angulasi
Nyeri tekan
Gangguan ruang lingkup sendi (rom)

Kriteria diagnosis
1. Riwayat trauma
2. Deformitas disertai pembengkakan dan nyeri tekan
3. Gambaran radiologis
Diagnosis kerja
Fraktur tertutup diafisis tibia (s82.2)
Diagnosis banding
1. Fraktur tibial plateau
22

2. Fraktur diafisis fibula


3. Fraktur pylon
Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos cruris proyeksi ap dan lateral: gambaran garis patah
ikomplet/komplit, transverse,extraarticular, pada jaringan lunak
Terapi
1. Splint
2. Closed reduction + cast
3. Pemberian antinyeri oral: paracetamol 10mg/kgbb 3-6x per hari
Edukasi
1. Prosdur tindakan dan rencana perwatan
2. Penyulit
3. Komplikasi yang dapat terjadi
Prognosis
Ad vitam

:bonam

Ad sanationam

:bonam

Ad fumgsionam

:bonam

Indikator kritis
Kepustakaan
Bucholz, et al. 2006. Rockwood & greens fractures in chidren, 6th
edition. Lippioncott williams & wilkins

23

Fraktur tertutup diafisis femur


Pada anak (s72.30)
Definisi
Patah tulang paha yang terjadi pada diafisis, yaitu di antara 5cm distal dari
trochanter minor sampai dengan 5cm proksimal dari tuberkel adduktor.
Anamnesis
1. Nyeri akut pada daerah paha sisi terkena.
2. Riwayat trauma
3. Gangguan fungsi/gerak
Pemeriksaan fisik
1.
2.
3.
4.

Pembengkakan pada daerah paha.


Deformitas angulasi dan perbedaan panjang tungkai
Nyeri tekan
Gangguan ruang lingkup sendi (rom)

Kriteria diagnosis
1. Riwayat trauma
2. Deformitas disertai pembengkakan, nyeri dan ketidakmampuan untuk
berjalan.
3. Gambaran radiologis
Diagnosis kerja
Fraktur tertutup diafisis femur (s72.30)
Diagnosis banding
1. Fraktur subtrochanter femur
2. Fraktur intercondyler
Pemeriksaan penunjang

24

1. Foto polos pelvis proyeksi ap,femur ap/ laternal: gambaran garis patah
komplit

pada

diafisis

femur,

simple/kominutif,

angulasi,

pembengkakan pada jaringan lunak


Terapi
1. Skin traksi sementara
2. Pemberian antinyeri oral pada waktu skin traksi (fase akut):
paracetamol 10mg/kg berat badan p.o.
3. Spica cast
Edukasi
1.
2.
3.
4.

Prosedur tindakan konservatif


Penyulit pada traksi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan cast
Rehabilitasi pasca pelepasan cast

Prognosis
Ad vitam

:bonam

Ad sanationam

:dubia et bonam

Ad fumgsionam

:dubia et bonam

Kepustakaan
1. Bucholz, robert w;heckman, james d; court- brown, charles. Rockwood
& greens fractures in children, 6th edition,2006

25

Reduksi tertutup dengan pemasangan gips


Pada fraktur tibia anak (79.16)

Definisi :
Mengembalikan posisi fraktur dan melakukan reduksi pada fraktur tibia
secara tertutup dilanjutkan dengan pemasangan gips
Indikasi :
1. Fraktur komplit dan displaced dari tibia
2. Usia anak
Persiapan :
1.
2.
3.
4.

Patah tulang terbuka derajad 3


Evaluasi prosedur pembiusan
Persiapan alat alat berupa gips, sofban, stockinet
1 asisten

Prosedur tindakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sign in
Pasien terlentang di meja operasi
Time out
Dilakukan pembiusan (ga)
Pasien diposisikan tungkai bawah menggantung
Dilakukan reduksi tertutup dengan traksi longitudinal
Malakukan pemasangan stockinet, sofban dan pemasangan gips
sirkuler dimulai dari pedis sampai di atas sendi lutut, posisi planty

grade dan sendi lutut semi fleksi (pemakaian c-arm jika diperlukan)
8. Pertahankan posisi dengan gips keras
9. Pasien dibangunkan
Pasca prosedur tindakan :
1.
2.
3.
4.

Sign out
Observasi pasca pembiusan
Perawatan selama 1 hari
Observasi ateri dan nervus distal, serta tanda tanda sindroma
kompartemen

26

5. Edukasi mengenai komplikasi pemasangan gips


Indikator prosedur tindakan :
80 % tindakan selesai dalam waktu 20 menit
80% dirawat 1 hari
Kepustakaan :
1. Bucholz, et al. 2006 rockwood & greens fractures in children, 6th
edision, lippincott williams & wilkins

Reduksi tertutup
Dengan spica cast pada femur (79.15)

27

Definisi :
Memfiksasi posisi fraktur setelah dilakukan traksi dan memasang spica
cost
Indikasi :
1. Fraktur komplit dan displaced dari femur setelah di traksi
2. Usia anak anak
Kontra indikasi
Fraktur site belum sticky (belum terbentuk soft calus)
Persiapan :
1.
2.
3.
4.

Puasa 4-6 jam


Evaluasi prosedur pembiusan
Persiapan alat alat berupa gips, softban dan stockinet
2 asisten

Prosedur tindakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sign in
Pasien terlentang di meja operasi
Time out
Dilakukan pembiusan (ga)
Melakukan pemeriksaan fraktur site, stabil atau non stabil
Jika stabil (sticky) dilakukan posisi fleksi hip dan sendi lutut pada

posisi 90 serta abduksi hip


7. Dilakukan pemasangan stokinet, softban dan gips secara sirkuler
dimulai dari proksimal ankle (ankle bebas) sampai hip
8. Dipertahankan posisi gips sampai dengan gips kering
9. Pasien dibangunkan
Pasca prosedur tindakan :
1.
2.
3.
4.
5.

Sign out
Observasi pasca pembiusan
Perawatan selama 1 hari
Observasi ateri dan nervus distal, serta tanda sindroma kompartemen
Edukasi mengenai komplikasi dan perawatn selama terpasang spica
cost

Indikator prosedur tindakan :


80 % tindakan selesai dalam waktu 20 menit
80 % dirawat 1 hari post pemasangan spica cast

28

Kepustakaan :
1. Bucholz, et al. 2006. Rackwood & greens fractures in children, 6 th
edition. Lippincott williams & wilkins
2. Helmi zn, buku ajar gangguan muskuloskeletal. Salemba medika 2011,
jakarta.

Reduksi tertutup dengan cast


Pada radius anak (79.12)

Definisi :
melakukan reduksi tertutup fraktur radius dan dilakukan pemasangan cast
Indikasi :

29

1. Fraktur komplit atau inkomplit dari radius


2. Usia anak anak
Persiapan :
1.
2.
3.
4.

Puasa 4-6 jam


Evalusi prosedur pembiusan
Persiapan alat alat berupa gips, sofban dan stockinet
2 asisten

Prosedur tindakan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sign
Pasien terlentang di meja operasi
Time-out
Dilakukan pembiusan (ga)
Melakukan pemeriksaan fraktur site (bisa dengan bantuan c-arm)
Dilakukan pemasangan stockinet,sofban dan gips secara sirkuler

dimulai dari metacarpal sampai dengan 1/3 tengah tungkai atas


7. Dipertahankan posisi gips sampai dengan gips kering
8. Pasien dibangunkan
Pasca prosedur tindakan :
1.
2.
3.
4.
5.

Sign out
Observasi pasca pembiusan
Perawatan selama 1 hari
Observasi ateri dan nervus distal, serta tanda sindroma kompartemen
Edukasi mengenai komplikasi dan perawatn selama terpasang cast

Indikator prosedur tindakan :


80 % tindakan selesai dalam waktu 20 menit
80 % dirawat 1 hari post pemasangan spica cast
Kepustakaan :
Bucholz, et al. 2006. Rackwood & greens fractures in children, 6th
edition. Lippincott williams & wilkins

30

Closed reduction + perkutanues pinning


+ cast dengan c-arm
Definisi
Mengembalikan posisi fraktur dan melakukan insersi k-wire percutaneus
serta melakukan imobilisasi
Indikasi :
1. Fraktur pada supracondyler humerus gartland 2
Kontra indikasi :
1. Patah tulang dengan luka yang besar dan membutuhkan perawatan berkala
2. Patah tulang dengan indikasi orif
3. Patah tulang dengan kecurigaan sindroma kompartemen
Persiapan :
31

1. Kie pasien
2. Site marking
3. Persiapan alat-alat berupa stockinette, gips 10 cm, softbann 10 cm, arm
sling, k-wire
4. Air
5. 2 orang asisten
Prosedur tindakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sign in
Pasien tidur di bed tindakan
Dilakukan desinfeksi dan demarkasi pada lapangan operasi
Dilakukan reposisi tertutup bisa dengan bantuan c-arm
Dilakukan perkutaneus pinning dengan c-arm
Cek stabilitas sendi siku
Dilakukan perawatan luka dan pemasangan gips dengan flesi sendi siku

60-900
8. Menunggu gips mengering sambil tetap mempertahankan posisi yang
diinginkan
9. Membersihkan kembali sisa gips pada kulit pasien
10. Pemasangan arm sling
11. Pasien dibangunkan
Pasca prosedur tindakan :
1.
2.
3.
4.
5.

Sign out
Observasi pasca pembiusan
Edukasi mengenai komplikasi pemasangan gips dan perkutaneus pinning
Edukasi perawatan luka di ruangan
Pemberian analgetik dan antibiotik

Indikator prosedur tindakan :


1. 80% tindakan reposisi tertutup dengan perkutaneus pinning dan
pemasangan cast membutuhkan rawat inap disertai observasi perawatan
luka
Kepustakaan :
1. Beaty, james h.; kasser, james r. Rockwood & wilkins fractures in
children, 6th edition, 2006
2. Morrisy, raymond t; weinstein, stuart l, lovell & winters pediatric
orthopaedics 6th edition. 2006
3. Canale, tery s; beaty, james h. Campbells operative orthopaedics 11th
edition. 2008

32

Reduksi tertutup tanpa disertai


Internal fiksasi (79.01)
Definisi
Mengembalikan posisi fraktur dan melakukan pemasangan splint dengan
posisi fleksi sendi siku 60-900 dan pemasangan splint tambahan yang
dikaitkan ke leher dan pergelangan tangan
Indikasi :
1. Fraktur pada supracondyler humerus gartland 1
Kontra indikasi :
1. Patah tulang dengan luka yang besar dan membutuhkan perawatan
berkala
2. Patah tulang dengan indikasi orif
3. Patah tulang dengan kecurigaan sindroma kompartemen
Persiapan :
1. Kie pasien
2. Site marking
3. Persiapan alat-alat berupa stockinette, gips 10 cm, softbann 10 cm, arm
sling, k-wire
4. Air
5. 2 orang asisten
Prosedur tindakan :

33

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sign in
Pasien tidur di bed tindakan
Dilakukan desinfeksi dan demarkasi pada lapangan operasi
Dilakukan reposisi tertutup bisa dengan bantuan c-arm
Dilakukan perkutaneus pinning dengan c-arm
Cek stabilitas sendi siku
Dilakukan perawatan luka dan pemasangan gips dengan flesi sendi siku

60-900
8. Menunggu gips mengering sambil tetap mempertahankan posisi yang
diinginkan
9. Membersihkan kembali sisa gips pada kulit pasien
10. Pemasangan arm sling
11. Pasien dibangunkan
Pasca prosedur tindakan :
1.
2.
3.
4.
5.

Sign out
Observasi pasca pembiusan
Edukasi mengenai komplikasi pemasangan gips dan perkutaneus pinning
Edukasi perawatan luka di ruangan
Pemberian analgetik dan antibiotik

Indikator prosedur tindakan :


1. 80%

tindakan reposisi tertutup dengan perkutaneus pinning dan

pemasangan cast membutuhkan rawat inap disertai observasi perawatan


luka
Kepustakaan :
1. Beaty, james h.; kasser, james r. Rockwood & wilkins fractures in
children, 6th edition, 2006
2. Morrisy, raymond t; weinstein, stuart l, lovell & winters pediatric
orthopaedics 6th edition. 2006
3. Canale, tery s; beaty, james h. Campbells operative orthopaedics 11th
edition. 2008

34

Reduksi terbuka
Disertai internal fiksasi (79.3)
Definisi :
Mengembalikan posisi fraktur dengan operasi terbuka dan disertai
pemasangan fleksible nail
Indikasi :
1. Fraktur pada diafisis humerus pada semua umur
2. Fraktur terbuka pada humerus
3. Fraktur humerus disertai keterlibatan struktur neurovaskuler
Kontra indikasi :
1. Patah tulang tertutup dan sederhana
Persiapan :
1.
2.
3.
4.

Kie pasien
Site marking
Persiapan alat-alat : fleksible nail
Antibiotik profilaksis

Prosedur tindakan :
1. Sign in
2. Pasien tidur di bed tindakan
3. Dilakukan insisi lapis demi lapis
4. Diidentifikasi fraktur site pada os humerus
5. Dilakukan insersi flexible nail dengan boor
6. Cek dengan c-arm (bila perlu)
7. Cek stabilitas
8. Jahit luka lapis demi lapis
9. Rawat luka dengan tulle
10. Pasien dibangunkan
Pasca prosedur tindakan :
1.
2.
3.
4.

Sign out
Observasi luka pasca operasi
Edukasi mengenai komplikasi operasi humerus
Edukasi kontrol perawatan luka

Indikator prosedur tindakan :


35

1. 80% tindakan orif memerlukan rawat inap


Kepustakaan :
1. Beaty, james h.; kasser, james r. Rockwood& wilkins fractures in
children, 6th edition,2006
2. www.orthobullets.com/pediatrics/4005/humerus-shaft-fracture-pediatric
3. Canale,terry s; beaty, james h. Campbells operative orthopaedics 11 th
edition. 2008

Reposisi tertutup
Tanpa internal fiksasi (79.32)

36

Definisi :
Mengembalikan posisi fraktur dan melakukan pemasangan splint dan
dilakukan pemasangan sling melingkar di leher
Indikasi :
1. Fraktur pada diafisis humerus pada semua umur
2. Fraktur diafisis humerus tanpa disertai keterlibatan intraartikular pada
anak semua umur
Kontra indikasi :
1. Patah tulang dengan luka yang besar dan membutuhkan perawatan
berkala
2. Patah tulang dengan indikasi orif
3. Patah tulang dengan kecurigaan sindroma kompartemen
Persiapan :
1. Kie pasien
2. Site marking
3. Persiapan alat-alat berupa stockinette, elastic bandage 10cm, gips
10cm, softbann 10cm
4. Air
5. 2 orang asisten
Prosedur tindakan :
1.
2.
3.
4.

Sign in
Pasien tidur di bed tindakan
Dilakukan reposisi
Asisten menahan posisi yang diinginkan, operator melakukan

pemasangan backslab
5. Membersihkan kembali sisa gips pada kulit pasien
6. Pemasangan collar dan cuff ke leher
7. Pasien dibangunkan
Pasca prosedur tindakan :
1. Sign out
2. Observasi pasca pemasangan backslab
3. Edukasi mengenai komplikasi pemasangan backslab dan perawatan
backslab
4. Edukasi durasi backslab dipakai
Indikator prosedur tindakan :

37

80% tindakan pemasangan backslab dan collar and cuff selesai dalam
waktu 30 menit dan tidak memerlukan rawat inap
Kepustakaan :
1. Beaty, james h.;kasser, james r. Rockwood & wilkins fractures in
children, 6th edition, 2006
2. www.orthobullets.com/pediatrics/4005/humerus-shaft-fracture-pediatric
3. Canale,terry s; beaty, james h. Campbells operative orthopaedics 11 th
edition. 2008

CTEV (q 66.0)
Definisi
Suatu sindrom congenital dari clubfoot yang terdiri dari: adduksi kaki
depan, supinasi dari sendi midtarsal, heel varus pada sendi subtalar,
equines pada sendi engkel dan medial deviasi dari seluruh kaki terhadap
lutut
Anamnesis
1. Nyeri akut pada daerah paha sisi yang terkena.
38

2. Riwayat trauma
3. Gangguan fungsi/gerak
Pemeriksaan fisik
1.
2.
3.
4.

Pembengkakan pada daerah paha.


Deformitas angulasi dan perbedaan panjang tungkai
Nyeri tekan
Gangguan ruang lingkup sendi (rom)

Kriteria diagnosis
1. Riwayat trauma
2. Deformitas disertai pembengkakan, nyeri dan ketidakmempuan untuk
berjalan.
3. Gambaran radiologis
Diagnosis kerja
Fraktur tertutup diafisis femur (s72.30)
Diagnosis banding
1. Fraktur subtrochanter femur
2. Fraktur intercondyler femur
Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos pelvis proyeksi ap, femur ap/laternal: gambaran garis patah
komplit pada diafisis femur, simple/kominutif, angulasi, pembekakan
pada jaringan lunak.
Terapi
1. Skin traksi sementara
2. Pemberian antinyeri oral pada waktu skin traksi (fase akut):
paracetamol 10mg/kg berat badan p.o.
3. Spica cast
Edukasi
1.
2.
3.
4.

Prosedur tindakan konservatif


Penyulit pada traksi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan cast
Rehabilitasi pasca pelepasan cast

Prognosis
Ad vitam

:bonam

Ad sanationam

: dubia et bonam

Ad fungsinam

: dubia et bonam

39

Indikator kritis
Kepustakaan
1. Bucholz, robert w; heckman, james d; court-brown, charles. Rockwood
& greens fractures in children, 6th edition, 2006

Carpal Tunnel Syndrome/ Sindroma Terowongan Karpal


Definisi :
Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan neuropati tekanan atau
cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan
tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum
Anamnesis :
Tahap awal: gangguan sensorik. Gejala awal berupa parestesia, kurang
merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan
setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jarijari. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari.
Tahap akhir: jari-jarinya kurang trampil misalnya saat menyulam atau
memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga dapat dijumpai, sering

40

dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang dialami penderita sewaktu


mencoba memutar tutup botol atau menggenggam. Pada penderita STK pada
tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang
diinnervasi oleh nervus melanus .
Pemeriksaan Fisik :
Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan
perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan.
Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu
menegakkan diagnosa STK adalah:
a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau
menggerak-gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau
menghilang akan menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa
tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya
atrofi otot-otot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk
melakukan

abduksi

maksimal

palmar

lalu

ujung

jari

dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan


jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai
dengan meminta penderita melakukan gerakan yang rumit seperti
menulis atau menyulam.
d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara
maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan
sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejalagejala seperti STK, maka tes ini menyokong diagnosa STK.
e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal.
Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini
menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini
sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa STK.

41

f.

Torniquet

test.

Dilakukan

pemasangan

tomiquet

dengan

menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas


tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes
ini menyokong diagnosa.
g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau
nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan
perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit
dorsofleksi.
Kriteria Diagnosis :
-

Kriteria berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas.

Diagnosis : Carpal Tunnel Syndrome/ Sindroma Terowongan Karpal


Diagnosis Banding :
1. Cervical radiculopathy.
2. lnoracic outlet syndrome.
3. Pronator teres syndrome.
4. de Quervain's syndrome.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik,
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otototot thenar.
b. Kecepatan Hantar Saraf(KHS).
2. Pemeriksaan radiologis. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang
selektif terutama yang akan dioperasi.
3. Pemeriksaan laboratorium.
Terapi:
Selain ditujukan langsung terhadap STK, terapi juga harus diberikan
terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya STK. Oleh karena
itu sebaiknya terapi STK dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
1. Terapi langsung terhadap STK
a. Terapi konservatif.

42

1. Istirahatkan pergelangan tangan.


2. Obat anti inflamasi non steroid.
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan.
Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada
malam hari selama 2-3 minggu.
4. lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison
10-25 mg atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg
diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan
menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke
arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial
tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil,
suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih.
Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi
belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat
bahwa salah satu penyebab STK adalah defisiensi
piridoksin sehingga mereka menganjurkan pemberian
piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi
beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan
neuropati bila diberikan dalam dosis besar
7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi
pergelangan tangan.
b. Terapi operatif.
Tindakan operasi pacta STK disebut neurolisis nervus medianus
pada pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus
yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau
hila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otototot thenar. Pada STK bilateral biasanya operasi pertama dilakukan

43

pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan


operasi bilateral.
Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka
dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik
operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan
mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang
minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini
lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada
saraf. Beberapa penyebab STK seperti adanya massa atau anomali
maupun tenosinovitis pacta terowongan karpal lebih baik dioperasi
secara terbuka
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK . Keadaan
atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi, sebab
bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali. Pada keadaan di
mana STK terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan
penyesuaian ataupun pencegahan.
Edukasi :
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya STK
atau mencegah kekambuhannya antara lain:
Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral
Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah
seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan
hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk.
Batasi gerakan tangan yang repetitif.
Istirahatkan tangan secara periodik.
Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki
waktu untuk beristirahat.
Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan
secara teratur.
Prognosis :
-

Ad vitam : dubia at bonam

44

Ad santionam : dubia at bonam


Ad functionam : dubia at bonam

Indikator medis :
-

Lebih dari 80% pasien tidak memerlukan operasi dan rawat inap
Atropi otot thenar dan gangguan sensibilitas yang menetap saja yang
merupakan indikasi operasi

Kepustakaan :
1. Moeliono F. Etiologi, Diagnosis dan Terapi Sindroma Terowongan Karpal
(S.T.K.) atau (Carpal Tunnel Syndrome/CTS). Neurona. 1993; 10 : 16-27.
2. DeJong RN. The Neurologic Examination revised by AF.Haerer, 5 th ed,
JB Lippincott, Philadelphia, 1992; 557-559.
3. Krames Communication (booklet). Carpal Tunnel Syndrome. San Bruno
(CA) : Krames Comm ; 1994: 1-7.
4. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
System. 2nd ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co; 1983.p.274-275.

Dislokasi sendi panggul kongenital (q 65.0)


Definisi
Suatu kompleks kelainan termasuk displasia asetabular tanpa disertai
displacement, subluksasi dan dislokasi
Anamnesis
1. Riwayat keluarga dengan ddh
2. Riwayat anc dan riwayat persalinan (perempuan, anak pertama dan
posisi sungsang)
3. Riwayat pembedongan paska persalinan
Pemeriksaan fisik
1. Ortholani tes (+)
2. Barlow provocation tes (+)

45

3. Adanya lipatan kulit yang berlebih pada bagian dalam paha dan
4.
5.
6.
7.

eksternal rotasi dari bagian bawah tubuh


Rom terbatas (abduksi pasif dari hip fleksi)
Elatisitas ligamen yang berlebih
Perbedaan panjang kaki
Pada anak usia lebih dr 2 tahun ditemukan gejala pincang, berjalan
dengan jari2 kaki, gaya berjalan seperti bebek, tanpa galeazzi

Kriteria diagnosis
1.
2.
3.
4.
5.

Usg dinamik dan morologik pada sendi panggul


X-ray pelvis ap/latera
Riwayat keluarga dan persalinan
Pemeriksaan fisik : (ortholani tes dan barlow tes+)
Terdapat perbedaan panjang dari kaki

Diagnosis kerja
Dislokasi sendi panggul kongenital (q 65.0)
Diagnosis banding
1. Hemihypertrofi kongenital
Pemeriksaan penunjang
1. Usg dinamik pada sendi panggul
2. X-ray pelvic ap/lateral
3. Mri pelvic untuk evaluasi diagnosis ddh dan evaluasi ddh
Terapi
1. Tergantung dari usia : usia 1-2 tahun dengan menggunakan orthosis
pavlik harness selama 1-2 bulan,1-6 bulan menggunakan spica cast
Edukasi
1. Edukasi mengenai gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang
diderita pada pasien
2. Edukasi mengenai jenis terapi dan car penggunaan orthosis
3. Edukasi mengenai jenis operasi yang dilakukan bila keadaan tidak
membaik
Prognosis
Ad vitam

:bonam

Ad sanationam

:dubia ad bonam

Ad fumgsionam

:dubia ad bonam

Kepustakaan

46

1. Beaty, james h; kasser, james r, rockwood & wilkins fractures in


children, 6th edition, 2006
2. Marissy, raymond t: weinstein, shart l, lovell & winters pediatrics
orthopaedis 6th edition 2006
3. Canale terry s, beaty, james h, compbells operative orthopaedics 11 th
edition 2008
4. Miller, mark d. Review of orthopaedics 5th edition 2008
5. Salomon, luis; warwick, david nayagam, selvadurai, appleys system
of orthopaedics and fractures 9th edition

47

Anda mungkin juga menyukai