Anda di halaman 1dari 4

Mutasi Guru di Daerah Pinggiran : Prestasi atau Pengasingan?

Oleh :
Nur Hanifah
(Mahasiswa Pascasrajana Universitas Negeri Malang)
Isu yang sedang hangat saat ini adalah perpindahan guru yang ditujuakn ke
daerah yang kekurangan gur dalam hal ini adaah daearh pnggiran. upaya ini
dilakukan untuk memeratakan guru yang ada di kota dan di desa. usualan
iniakan dilakukan berdasarkan UU no 23 tahun 2014 tentang pemerintahan.
guru yang dipindahakan akan menemui banyak pro dan kontra. bisa jadi suatu
promosi dimana guru akan medulang pretasinya sehingga akan naik jabatan,
ataukah faktor politik saja yang menyingkirkan seseorang yang tidak
disenangi.
Mutasi atau perpindahan guru dari satu sekolah kesekolah lainnya adalah
hal yang biasa terjadi dan umum dilakukan oleh guru dengan berbagai alasan.
Biasanya guru melakukan perpindahan adalah karena alasan tugas, baik karena
mutasi promosi yaitu mutasi yang dilakukan oleh guru karena kenaikan jabatan.
Ada pula yang mutasi karena kebijakan bupati karena alasan rotasi atau apapun,
bahkan bisa jadi mutasi karena politik. Dan ada pula guru yang melakukan
perpindahan tugas karena alasan pribadi, seperti ikut suami, pindah tempat tinggal
dan lain sebagainya.Sebenarnya apapun alasan guru melakukan perpindahan tidak
masalah, selama mutasi tersebut disetujui oleh pimpinannya yang dalam hal ini
adalah bupati untuk PNS.
Mutasi atau transfer menurut Wahyudi (1995) adalah perpindahan pekerjaan
seseorang dalam suatu organisasi yang memiliki tingkat level yang sama dari
posisi pekerjaan sebelum mengalami pindah kerja. Kompensasi gaji, tugas dan
tanggung jawab yang baru umumnya adalah sama seperti sedia kala. Mutasi atau
rotas kerja dilakukan untuk menghindari kejenuhan karyawan atau pegawai pada
rutinitas pekerjaan yang terkadang membosankan serta memiliki fungsi tujuan
lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami pekerjaan lain di bidang
yang berbeda pada suatu perusahaan. Transfer terkadang dapat dijadikan sebagai
tahapan awal atau batu loncatan untuk mendapatkan promosi di waktu
mendatang. Hakekatnya mutasi adalah bentuk perhatian pimpinan terhadap
bawahan. Disamping perhatian internal, upaya peningkatan pelayanan kepada

masyarakat adalah bagian terpenting dalam seluruh pergerakan yang terjadi dalam
lingkup kerja pemerintahan.
Isu yang beredar dimasyarakat bahwa, pengelolaan SDM di SMA/SMK
akan dikelola oleh Pemerintah Provinsi. Kewenangan pengelolaan adminstrasi
yang diambil oleh Pemprov adalah bertujuan untuk menyeragamkan dan
memudahkan kebijakan sekolah. Perubahan pengelolaan merujuk pada Undangundang no 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah pengganti UndangUndang nomor 32 tahun 2004 bahwa pengeloaan manajemen SMA/SMK berada
di tangan pemereintah provinsi sedangkan pendidikan dasar dan menengah
dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota. Hal ini menimbulkan kontroversi di
berbagai kalangan. Isu yang berkembang dimasyarakat bahwa pengelolaan SDM
di SMA/SMK akan menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Hal yang menjadi kontroversi dan yang masih menjadi perdebatan adalah
tunjangan dan insentif guru yang selama ini sudah terta baik di Kabupaten/Kota
karena melihat dari sistem kinerjja guru, dan apakah nanti bila dikelola oleh
Pemprov akan mendapat hal yang sama?. Di beberapa daerah mengeluhkan
denganadanya pengalihan kewenagan akan berdampak pada proses pembeajaran.
Seperti aksi demo yang dilakukan oleh para pelajar dan beberapa guru di
Sukoharjo pada tanggal 28/03/2016 dimana Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya
yang menyuarakan penolakan pengelolaan SMA/SMK oleh provinsi. penolakan
ini di karenakan program gratis belajar selama 12 tahun telah dicanagkan oleh
kabupaten Sukoharjo. Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Sukoharjo Bambang
Sutrisno khawatir, bila pengelolaan SMA/SMK diambilalih provinsi, program
pendidikan gratis 12 tahun menjadi tidak jelas. Selama ini program itu sudah
berjalan,. (Kebumen Ekspres, 29/03/2016).
Salah satu program yang dilaksanakan pemprov dalam pengalihan
kewenanangan pengelolaan SMA/SMK adalah mutasi guru yang berada di kota
dipindakan di dearah yang kekurangan guru, dalam hal ini adalah daerah
pinggiran. bila sumber daya manusia yang akan dipindahkan tidak siap maka akan
menimbulkan masalah baru. pada dasarnya tujuan dari utasi menurut Mojiono
(2000) adalah (1) untuk meningkatkan produktivitas karyawan, (2) untuk
menciptakan keseimbangan antar tenaga kerja dengan komposisi pekerjaan atau

jabatan, (3) Untuk memperluas atau menambah pengetahuan karyawan, (4)


Untuk memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya meningkatkan karir
yang lebih tinggi, (5) Untuk alat pendorong agar spirit kerja meningkat melalui
persaingan terbuka, (6)Untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik
karyawan. Selain itu terdapat isu bahwa dengan dalam pengalihan kewenanangan
pengelolaan SMA/SMK oleh provinsi terindikasi bahwa guru yang akan dimutasi
adalah guru yang tidak disenangi dikalangan guru yang lain. Hal ini sejalan
dengan pedapat Castallo, 1992 tentang mutasi atau transfer, ada dua kategori
transfer, (1) voluntary transfer (transfer yang sifatnya fakultatif) merupakan
transfer yang umumnya terjadi karena ada suatu lowongan yang terjadi, dan (2)
involuntary transfer (transfer yang sifatnya wajib) yang pada umumnya terjadi
karena kepala sekolah menilai bahwa guru yang bersangkutan memiliki
problem sehingga dapat meminimalisir ketidak efektifan.
Dari berbagai hal banyak manfaat yang dapat diperoleh bila pengelolaan
SMA/SMK dikelolah oleh provisi salah satunya adalah adalah pengelolaan
pendidikan lebih fokus dan efisien. Karena adanya pembagian pengelolaan
pendidikan, yaitu pemerintah pusat mengelola pendidikan tinggi (dikti),
pemerintah provinsi mengelola pendidikan menengah (dikmen) dan pemerintah
kota/kabupaten mengelola pendidikan dasar ( dikdas ). Pengelolaan ini selain
lebih fokus juga akan lebih efisien dan jika terjadi keberhasilan serta kegagalan
pada dunia pendidikan pada tiap jenjangnya akan mudah diditeksi dan mudah
diambil solusinya . Setelah adanya otonomi daerah memang sebagian besar urusan
pendidikan lebih banyak dikelola oleh kota/kabupaten, sementara pemerintah
pusat dan pemerintah provinsi hanya sedikit mengelola pendidikan. Dengan
perubahan pembagian pengelolaan ini diharapkan akan lebih adil dan proporsional
pengelolan pendidikan di Indonesia.
Adanya perubahan tata kelola ini, akan membuat sepak terjang guru
semakin luas. Pengajar yang memiliki potensi unggul akan dengan mudah
dipromosikan menjadi kepala sekolah. Hal ini tentunya sangat menguntungkan
guru. Ketika tata kelola dipegang oleh Disdik kota atau kabupaten, maka guruguru potensial yang berada di wilayah itu akan susah naik jabatan. Karena
persaingan yang ketat, mereka susah untuk jadi kepala sekolah. Ketika nantinya
dipegang provinsi, mereka bisa dipromosikan menjadi kepala sekolah di kota

lain (Prof. Dr. Drs. H. Sukowiyono, S.H., M.H). hal tersebut juga akan membawa
dampak positif bagi pemerataan pendidikan di wilayah provinsi. Selama ini,
pengajar-pengajar potensial keberadaannya hanya terpusat di kota-kota besar,
seperti Malang dan Surabaya. Jika manajemen pengelolaan tenaga pengajar
SMA/SMK dikendalikan oleh Dinas Pendidikan provinsi, maka guru-guru
potensial bisa disebar di kota-kota kecil yang minim SDM unggul.
Hal ini baik untuk pemerataan pendidikan berkualitas. Selama ini yang
SDM yang berkualias hanya berkumpul di kota-kota besar. Sedangkan kota-kota
kecil kekurangan tenaga pengajar, sehinggan semua guru bisa disebar sehingga
timbul pemerataan. dengan ini bukan menjadi masalah sehingga pengajarpengajar potensial yang ingin dipromosikan juga harus menyiapkan diri untuk
dimutasi di wilayah lain.
Adanya pengalihan kewenanangan pengelolaan SMA/SMK akan
menguntungkan pemerintah daerah karena tidak akan pusing mengatur anggaran
untuk tunjangan guru SMA/SMK karena sudah diatur oleh pemerintah provinsi
Demikian setidaknya tinjauan positif dan negatif bila pengelolaan SMA/SMK
dilaihkan di Pemenerintah Provinsi. Semoga pengelolaaan guru dibawah
pemerintahan provinsi bisa lebih baik, bukan sebaliknya. Bila pengelolaan
provinsi lebih baik maka pembangunan pendidikan melalui para guru dapat lebih
baik menuju era kemandirian dan era berkepribadian. Selamat berjuang
pemerintah pusat mengelola Perguruan Tinggi. Selamat berjuang pemerintah
provinsi mengelola pendidikan menengah dan selamat berjuang pemerintah
kota/kabupaten dalam mengelola pendidikan dasar.

Anda mungkin juga menyukai