Anda di halaman 1dari 36

Edisi Mei 2016

ZAKAT

Yordania,
Longgarkan Pajak
bagi Pembayar
Zakat

Jangan Pelit
Biar Rezeki
Tak sulit

DPR-RI Apresiasi
Pelayanan Rumah
Sehat BAZNAS

ZAKAT
Akan
MENJADI
INSTRUMEN
FISKAL

UPZ PT Timah:

Kumpulkan
Zakat Rp500
Juta/Bulan

ii

Mei 2016 M

Salam,
Lebih melayani! Amil BAZNAS ingin dua kata ini menjadi inti dari seluruh
proses berbenah yang kami jalankan terus menerus. Kami ingin lebih melayani,
baik kepada para muzaki dan munfik yang mengamanahkan hartanya, juga
bersemangat melayani lebih kepada para mustahik yang berhak menerima.
Semangat ini makin membumbung dengan kehadiran personil-personil baru, para
senior di bidangnya dan tenaga-tenaga muda yang menyediakan hatinya untuk
melayani. Dengan amunisi baru ini, akan diformulasikan pula berbagai program
penyaluran zakat yang dapat lebih bermanfaat bagi mustahik sesuai dengan
kebutuhan sehingga dapat lebih efektif meningkatkan taraf hidup mereka.
Kami berterimakasih atas kemurahan hati dan keinginan untuk membantu
mustahik dalam upaya mereka untuk menuju kemandirian dan turut menikmati
karunia Allah SWT di buminya yang luas.

BAZNAS
AKAN
MENJADI
INSTRUMEN
FISKAL
ZAKAT &
JAMINAN SOSIAL
MODEL SINERGI
ZAKAT & WAAKAF
JANGAN PELIT
BIAR REZEKI
TAK SULIT

ZAKAT PUN
BISA MENJADI
PASSIVE INCOME

DARI ISENG
JADI SERIUS
MENCINTAI ISLAM

AGAR BUSANA
KANTORAN TIDAK
MEMBOSANKAN

Aajarakallaahu fiimaa a'thoita wabaaroka fiimaa abqoita waja'alahu laka thohuuron


(Semoga Allah memberikan pahala kepadamu pada barang yang engkau berikan
(zakatkan) dan semoga Allah memberkahimu dalam harta-harta yang masih
engkau sisakan dan semoga pula menjadikannya sebagai pembersih (dosa)
bagimu).
REDAKSI
Majalah ini diterbitkan oleh: Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Dewan Redaksi:
Prof. Dr. Bambang SudibyoArifin PurwakanantaNdari Rumi WidyawatiRatri Devy ArimbiBudi
Margono konsultan Media: rubudesign.co Redaksi: Karsono TajuddinSunan Hasan Vini
Mariyane Rosya
Fotografer: Miroslav ArofichNizzar Gaisanishutterstock.com.Desain
Grafis: Gunadi Kartasentana Redaksi dan Iklan: Gedung Artaloka Jl. Jendral Sudirman
Kav.2 Lantai 5 Jakarta Pusat 10220 telp. (021)2511434/444 fax. (021)2511442 www.baznas.go.id

1 Salam
2 Anggota Baznas
Periode 2015-2020

15 BAZNAS Menpora cup


21 memandirikan
pesantren melalui
budidaya ikan


3 ZAkat Utama: ZAKAT
akan Menjadi Instrumen
Fiskal
8 Profil Anggota Baznas
Periode 2015-2020

11 Zakat TENAnGKAN Jiwa

13 Yordania, Longgarkan
pajak bagi Pembayar
zakat

16 Gelorakan zakat pada


ibu rumah tangga

17 DPR-ri apresiasi
pelayanan rumah
sehat baznas

18 Zakat meringankan
korban banjir

23 Jangan pelit biar rejeki


tak sempit

27 UPZ PT TIMAH Kumpulkan


zakat karyawan lebih
dari 500 juta sebulan

29 data penghimpunan dan


pendayagunaan zakat

Rajab - Sya'ban 1437 H

Semangat BAZNAS
Para Anggota BAZNAS Periode 2015-2020 berpose bersama dengan Menteri Agama Lukman
Hakim Saifuddin (tengah) usai pengambilan sumbah jabatan mereka di Kantor Kementerian
Agama, Rabu (19/8). Dari kiri Irsyadul Halim, Nuryanto, Astera Primanto Bhakti, Nana Mintarti,
Emmy Hamidiyah, Masdar Farid Masudi, Bambang Sudibyo, Zainulbahar Noor, Mundzir
Suparta, Ahmad Satori Ismail, Machasin

Zakat Utama

ZAKAT
akan
Menjadi
Instrumen
Fiskal

Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.CA


Ketua BAZNAS

SEBELAS anggota BAZNAS


periode 2015-2020 resmi
dilantik Menteri Agama
Lukman Hakim Saifuddin
di Kantor Kementerian
Agama, Rabu (19/8).
Pengambilan sumpah
jabatan pun berlangsung
dengan khidmat.
4

Mei 2016 M

Keputusan Presiden RI No 66/P


Tahun 2015 tanggal 30 Juli 2015
menetapkan
Pengangkatan
Anggota Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS)
Periode
2015-2020,
berjumlah 11 orang, terdiri dari 8
orang unsur masyarakat dan 3 orang
unsur pemerintah. Prof. Dr. Bambang
Sudibyo terpilih sebagai Ketua
BAZNAS menggantikan Pro.f Dr. K.H.
Didin Hafidhuddin, MSc. Sementara

jabatan wakil ketua diamanahkan


kepada Zainulbahar Noor.
Dalam pidato pelantikannya Menteri
Agama (Menag) Lukman meminta
agar implementasi tugas dan fungsi
BAZNAS sebagai lokomotif penarik
gerbong perzakatan Indonesia lebih
profesional dan proporsional serta
pengelolaan dana zakat memenuhi
aspek akuntabilitas. Mobilisasi dana

zakat, tegasnya, harus berbanding


lurus dengan peningkatan jumlah
orang
miskin
yang
tertolong
kehidupannya.

amanah sebagai Ketua BAZNAS


pada waktu saya sudah berusia
63 tahun sementara tantangannya
banyak.

Sebagai koordinator, Lukman mengi


ngat
kan pentingnya sinkronisasi
dan integrasi sistem informasi
pengelolaan zakat nasional. BAZNAS
dan semua pengelola zakat wajib
mengupayakan kemudahan akses
bagi orang miskin terhadap dana
zakat. Hal itu harus menjadi ruh
dan spirit pengelolaan zakat yang
dikembangkan BAZNAS dan semua
lembaga pengelola zakat, tegasnya.

Dalam hal pengumpulan zakat,


Lukman pun menginstruksikan dua
fokus capaian. Pertama, optimalisasi
jejaring pengumpulan zakat di
lingkungan
kementerian/lembaga,
BUMN dan perusahan swasta
nasional serta Perwakilan RI di luar
negeri melalui pembentukan Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) BAZNAS.
Kedua, pengembangan sinergitas
dalam sistem pembayaran zakat dan
pajak dengan inovasi kebijakan dan
ijtihad yang positif.
Merespon hal itu, Ketua BAZNAS
Prof.
Dr.
Bambang
Sudibyo
memaparkan mimpi serta cita-citanya
untuk
membesarkan
BAZNAS
selama periode kepemimpinannya
kepada redaksi majalah ZAKAT di
kantor BAZNAS, Jl. Kebon Sirih,
Jakarta, beberapa waktu lalu.
Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana komentar
Bapak atas terpilihnya
Bapak sebagai Ketua
BAZNAS periode 20152020?

Alhamdulillah, saya bisa terpilih


sebagai Ketua BAZNAS, meskipun
ini sebenarnya pekerjaan yang berat
sekali . Sebab, saya mendapatkan

Tantangannya apa saja


Pak?

Ada Undang- Undang No. 23/2011


tentang Pengelolaan Zakat, yang
aturan pelaksanaannya diatur dalam
PP No.12/2014. Kemudian, ada
Inpres No.3/ 2014 melengkapi dua
perundangan itu. Undang-Undang
itu memberikan kewenangan kepada
negara atau pemerintah untuk
memungut zakat kepada warga
negaranya dan mendistribusikannya
sesuai dengan aturan perundangan
dan syariah. Ini adalah sebuah
terobosan besar. Ini harus kita
syukuri, meski baru terobosan on
paper, terobosan di atas kertas.
Tantangannya
sekarang
adalah
bagaimana terobosan di atas kertas
itu menjadi sebuah realitas. Ini
bukan pekerjaan gampang. Zakat
itu dari Al-Quran dan hadits Nabi
yang pada waktu turunnya perintah
itu ekonomi Mekah atau Madinah
masih sangat simple. Bagaimana
menerjemahkannya dalam konteks
ekonomi modern seperti sekarang?
Tak perlu hanya menerbitkan fikihfikih zakat, tapi juga perlu menerbitkan
cara mudah menghitung zakat atau
bahasa sekarang adalah akuntansi.
Maka, ada tantangan besar di sini,
yaitu
bagaimana
mengeluarkan
akuntansi zakat.
Yang menjadi
amanah BAZNAS, ada
dua
macam zakat, yaitu zakat maal
dan zakat profesi. Zakat maal itu
zakat kepemilikan, sementara zakat
profesi adalah zakat pendapatan
atau penghasilan. Kalau di pajak
ada pajak kekayaan, ada juga pajak
penghasilan di samping pajak-pajak
yang lainnya.

Zakat maal itu zakat kekayaan,


antara lain zakat perusahaan. Kalau
perusahaan
kemudian
disodori
pembayaran zakat hanya dengan
fikih zakat yang selama ini sudah
beredar, sulit bagi mereka. Mestinya
ada pedoman tersendiri dari Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI)
sebagai
upaya kita membangun sebuah
sistem perzakatan nasional .
Tantangan
yang
lain,
melalui
peraturan dan perundangan itu
amilnya sudah ditetapkan, yaitu
BAZNAS (pusat , provinsi, kabupaten/
kota) dan juga lembaga amil zakat
(LAZ). Hanya empat komponen itu
saja yang diberi kewenangan oleh UU
untuk memungut, mendistribusikan
dan mendayagunakan zakat. Dan
yang menjadi koordinator dalam
hal ini adalah BAZNAS pusat. Nah,
bagaimana agar di setiap provinsi,
kabupaten/kota
ada
BAZNAS.
Kenyataaannya,
belum
semua
daerah memiliki BAZNAS. Ini juga
bukan barang gampang.
Lalu, LAZ itu sudah ada sebelum UU
ini terbit dan mereka jalan sendiri tidak
mengikuti UU yang baru. Sekarang
mereka tak bisa seperti itu lagi. LAZ
adalah LAZ yang diberi izin untuk
beroperasi oleh Menteri Agama atas
rekomendasi dari BAZNAS pusat.
Nah, ini juga pekerjaan besar untuk
membenahinya.
Selain itu, selama ini juga banyak
BUMN yang memungut zakat melalui
Unit Pengumpul Zakat (UPZ)-nya dan
kemudian UPZ itu dijadikan LAZ oleh
BUMN. BUMN itu hanya boleh punya
UPZ. Dan zakatnya harus disetorkan
melalui BAZNAS untuk disalurkan
ke mustahiknya. Jadi, ini yang saya
maksudkan dengan membangun
sistem. Secara pelan, yang belum
ada kita adakan, yang sudah ada tapi
belum sesuai dengan UU kita benahi
agar sesuai dengan UU.
Lalu,
soal
semua
pengelola
Rajab - Sya'ban 1437 H

Wawancara Zakat Utama


zakat harus melapor ke BAZNAS
pusat. Sistem pelaporannya harus
terbangun.
BAZNAS
sekarang
sedang mengembangkan sistem
informasi dan manajemen berbasis
IT atau Simba. Kayak-nya mudah
kalau kita meminta BAZNAS daerah
supaya
tidak
mengembangkan
sistem informasi dan manajemen
sendiri-sendiri, tapi pakai saja Simba.
Tapi bagi LAZ
yang umumnya
sudah lebih lama aktif dan sudah
mengembangkan sistem informasi
dan manajemennya sendiri agak
sulit untuk minta mereka memakai
Simba.
Memang tak ada dalam
UU mereka harus menggunakan
Simba, tapi yang jelas mereka harus
melapor ke BAZNAS. Tantangannya,
bagaimana supaya sistem mereka itu
connect secara online dengan Simba
sehingga kita bisa memonitor secara
online berapa zakat yang dihimpun
dan berapa yang disalurkan. Sistem
ini harus terbangun.
Belum lagi dari segi UU
yang
mengamanahkan BAZNAS untuk
menerbitkan aturan-aturan
dan
pedoman-pedoman teknis mengenai
pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat. Ini semua
sekarang dalam proses untuk
dikerjakan.

Dengan berbagai
tantangan itu, bagaimana
visi BAZNAS di bawah
kepemimpinan Bapak?

Saya memimpikan BAZNAS itu


menjadi lembaga keuangan yang
besar, yang dicintai dan dihormati
oleh masyarakat . Saat ini, semua
orang (Muslim) belum membayar
zakat . Baru sebagian kecil yang mau
membayar zakatnya menggunakan
amil resmi, melalui sistem BAZNAS
atau LAZ.
Yang mayoritas,
mereka membayar zakat dengan

Mei 2016 M

mengangkat dirinya sendiri sebagai


amil, kemudian hampir seluruhnya
disalurkan langsung ke fakir miskin.
Mereka melakukan itu karena ingin
melihat dampaknya secara langsung.
Cuma kelemahannya, pengumpulan
zakat tanpa amil resmi itu tidak
menjadi sebuah kekuatan ekonomi
atau kekuatan keuangan. Ini berbeda
kalau semua zakat disalurkan melalui
BAZNAS. Bayangkan,
betapa
besarnya kekuatan ekonomi kita
bila potensi zakat nasional yang
berdasarkan penelitian BAZNAS dan
IPB
sebesar Rp217 triliun dapat
terelisasi. Tapi sampai sekarang
belum. Yang tersalur melalui sistem
BAZNAS baru sekitar Rp2,7 triliun.
Untuk merealisasikan itu, BAZNAS
harus menjadi lembaga keuangan
yang kredibel. Kalau perlu kita
minta supaya BAZNAS diawasi oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kenapa OJK? Karena saya tahu,
selama ini OJK
sangat sukses
mengawasi
lembaga-lembaga
keuangan.
Sekarang,
dengan
adanya OJK tugas para komisaris
di perbankan sangat diringankan
karena OJK sangat ketat dalam
mengawasi perbankan, termasuk
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang
kecil-kecil. OJK juga selalu ambisius.
Jika target aset dan pembiayaan
dalam
perencanaan
perbankan
kurang ambisius, rencana itu ditolak.
Permodalan bank juga diawasi ketat
sekali oleh OJK, sehingga capital
adequacy ratio (CAR) atau rasio
kecukupan modal perbankan secara
nasional sekarang di atas 20 persen,
jauh dari batas aman yang 8 persen.
Mestinya segera terbangun BAZNAS
yang menjadi lembaga keuangan
dan OJK yang mengawasi BAZNAS.
Cuma masalahnya, iuran OJK itu
mahal. Kami tentu tak ingin uang
zakat dipakai untuk hal seperti itu

karena tak masuk dalam kategori


asnaf. Ya, nanti kami akan minta
gratis iurannya.

Langkah-langkah apa
yang akan dilakukan
untuk mewujudkan mimpi
itu?

Langkah-langkah
yang
penting
adalah
segera
menyelesaikan
pengembangan
BAZNAS
dari
sistemnya (Simba). Kami harapkan
Simba selesai tahun ini. Kemudian,
secara struktural BAZNAS daerah
segera terbentuk di semua daerah.
Dan,
LAZ
segera
memenuhi
ketentuan perundang-undangan.
Baik
BAZNAS daerah maupun
LAZ bekerja secara sinergis sesuai
dengan arahan BAZNAS. UPZUPZ segera dibenahi. Sekarang ini
banyak UPZ yang tak sesuai dengan
perundangan , seperti UPZ di masjidmasjid yang memungut zakat dan
langsung
mendistribusikannya
sendiri.
Seharusnya
mereka
menyetorkan dulu melalui BAZNAS.
BAZNAS nanti yang membagikan
dan mendayagunakan dana zakat.
Kalau
semuanya
tersalurkan
oleh BAZNAS, dana zakat akan
menjadi sebuah kekuatan ekonomi
dan keuangan. Dan kemudian tak
terpecah-pecah tapi terkonsentrasi
menjadi besar dan bisa disalurkan
sesuai dengan saluran yang diatur
pemerintah.
Pemerintah
punya
program-program penanggulangan
kemiskinan. Yang sudah dilakukan
pemerintah itu petanya seperti apa.
Yang belum disentuh pemerintah
dilengkapi oleh BAZNAS.
Dengan cara seperti itu, kalau
BAZNAS menjadi lembaga keuangan
yang kredibel,
BAZNAS akan
menjadi instrumen fiskal pelengkap

dari Anggaran Pendapatan Belanja


Negara (APBN). Kalau APBN untuk
semua
kegiatan
pemerintahan,
termasuk di dalamnya untuk program
pemberantasan kemiskinan, tapi
kalau BAZNAS
lebih fokus untuk
pemberantasan kemiskinan,
ke
mudian mengurangi kesenjangan
sosial di Indonesia ini .

Bagaimana langkah untuk


membesarkan BAZNAS?

Membesarkan BAZNAS itu sangat


tergantung dengan jumlah dana zakat
yang dapat dihimpun. Untuk itu perlu
memperhatikan Inpres No. 3/2014
tentang pemungutan zakat PNS, TNI/
Polri
oleh kementerian, lembaga
dan BUMN dan dibayarkan melalui
BAZNAS. Di sinilah pentingnya UPZ.
Masalahnya akan banyak resistensi.
Ini ada kemiripan dengan pajak.
Orang yang akan bayar zakat
menghitung
sendiri
zakatnya
kemudian setor ke BAZNAS. Tidak
ada sanksi dari negara. Orang yang
mau bayar pajak, juga menghitung
sendiri pajaknya, tapi ada sanksi,
jika tak membayar. Maka, jalan yang
bisa ditempuh adalah yang pernah
ditempuh oleh BNI 46, ketika dirutnya
Pak Winarto (1990-an). Dia pernah
memungut zakat sebesar 2,5 %
semua pegawai BNI yang gajinya di
atas nisab zakat. Dengan catatan,
siapa pun
berhak mengajukan
keberatan secara tertulis dan
dijamin keberatan itu akan disetujui.
Dan ternyata tak satupun yang
mengajukan keberatan.
Atas pengalaman baik di BNI itu, ke
semua lembaga/kementerian saya
akan mengajak sendiri agar pegawai
(Muslim) dipotong gajinya untuk zakat
jika gajinya sudah melewati nisab
zakat. Kemudian, siapapun diberi

hak untuk mengajukan keberatan


dan keberatan itu dijamin disetujui.

potong gajinya sekian, tapi kalau


zakat maal (perusahaan) agak pelik.

Zakat yang sudah terkumpul itu,


kemudian kita distribusikan dan kita
dayagunakan
sebaiknya-baiknya
untuk para mustahik. Itu dilakukan
secara
transparan,
sehingga
masayarakat (muzaki) bisa melihat
bagaimana
zakat itu disalurkan
dan didayagunakan. Sukses dalam
menyalurkan zakat akan membuat
para muzaki semakin percaya. Ini
akan memperbesar dana zakat yang
masuk.

Untuk meningkatkan penghimpunan


zakat, saya bekerja sama dengan
Dirjen Pajak tentang zakat pengurang
pendapatan kena pajak. Saya sudah
bertemu dengan
Dirjen Pajak,
Pak Sigit. Beliau bersedia untuk
bekerja sama. Zakat dipungut oleh
kantor di mana seseorang bekerja,
kemudian kantor itu memberikan
bukti pungut zakat dan bukti pungut
pajak diakui Kantor Pajak, sehingga
bisa dimasukkan dalam pembuatan
SPT untuk menjadi pengurang
pendapatan kena pajak.

BAZNAS sudah
menerapkan Sistem
PSAK 109. Apakah ada
perbedaan dengan sistem
akuntansi yang Bapak
sampaikan tadi?

PSAK 109
itu untuk pelaporan,
ketika BAZNAS membuat laporan
keuangan,
sedangkan sistem
akuntansi adalah untuk memudahkan
muzaki perusahaan menghitung
zakatnya sendiri.
Mereka tak
hanya memerlukan fikih zakat yang
mendorong mereka berzakat, tetapi
juga memerlukan cara menghitung
zakat sendiri yang cepat dan mudah.
Kalau zakat profesi mudah tinggal

Apa manfaat bagi muzaki


dan mustahik, BAZNAS
jadi lembaga keuangan
fiskal yang kredibel ?

Bagi muzaki manfaatnya adalah


BAZNAS kemudian menjadi lembaga
yang kredibel yang dapat dipercaya
sehingga mereka tak ragu-raguragu bahwa zakat itu benar-benar
disalurkan sesuai dengan peraturan
perundangan dan syariah, tidak
dikorupsi . Itu penting sekali bahwa
bagian amilnya tidak lebih dari 12,5
persen sehingga akan lebih ikhlas
dalam berzakatnya.
Bagi mustahik manfaatnya, dia akan
diberi zakat oleh suatu lembaga
yang harga diri mereka akan lebih
terlindungi. Baik bagi muzaki maupun
mustahik lebih baik seperti itu, sehinga
muzaki tak menyalurkan sendiri rasa
sombong itu terselamatkan.

Soal Inpres No. 3/2014


apakah ada pendekatan
lain. Sebab, selama
ini sejak Inpres itu
dikeluarkan BAZNAS
sudah melakukan
sosialisasi ke beberapa
kementerian dan
lembaga?

Salah satunya adalah dengan


pembuatan surat edaran tentang
pengajuan keberatan itu. Ini harus
segera
dilakukan.
Langkah
strategisnya adalah bekerja sama
dengan yang memiliki
otoritas
dalam hal pemotongan gaji aparat
negara secara langsung
disertai
jaminan mereka berhak mengajukan
keberatan.

Rajab - Sya'ban 1437 H

Profil Anggota Baznas


Periode 2015-2020
Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.CA | Ketua BAZNAS | Lahir di Temanggung, 8 Oktober
1952. Jabatan yang pernah diemban oleh alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Gajah Mada (UGM), Yogyakarta; Program MBA, University of North Carolina, Greensboro,
dan Program DBA, University of Kentucky ini, antara lain, Menteri Keuangan (1999-2000)
dan Menteri Pendidikan Nasional (2004-2009). Penghargaan yang pernah diterimanya,
antara lain, Bintang Mahaputra Adipradana dari pemerintah Indonesia (2014) dan
SEAMEO (South-East Asia Minister of Education Organization) 50th Anniversary
Recognation Award, Conbury, Thailand (2015)

Dr. Zainulbahar Noor, SE, M.Ec, | Wakil Ketua Umum BAZNAS | Lahir pada 8 November
1943, pernah menjabat Duta Besar Indonesia untuk Yordania (2009-2012) dan Lektor
Kepala di Universitas Islam Asy-Syafiiyah, Jakarta. Sebelumnya, Doktor bidang Ekonomi
dan Keuangan Islam dari Universitas Trisakti ini berkarier di dunia perbankan mulai dari
Kepala BPR Wakalumi, Jakarta (1982-1983), Direktur Bank Pacific, Jakarta (1985-1991)
hingga Direktur Utama Bank Muamalat (1991-1996). Karya ilmiah yang pernah ditulis
Tokoh Eksekutif Indonesia (1992) dan Tokoh Bisnis Uang (1993) ini adalah Bank Muamalat,
Sebuah Mimpi, Harapan, dan Kenyataan: Fenomena Kebangkitan Ekonomi Islam.

Dr. H. Mundzir Suparta, MA | Anggota BAZNAS | Pernah menjabat sebagai Irjen


Kementerian Agama. Doktor jebolan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta (2008) kelahiran Madiun, 7 Juli 1954 ini punya banyak pengalaman
menduduki berbagai jabatan, antara lain Pembantu Rektor IAIN (kini UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Kepala Biro Keuangan Kementerian Agama, Inspektur Jenderal
Kementerian Agama. Selain itu, ayah tiga anak ini punya banyak pengalaman menulis.
Buku-bukunya, antara lain Ensiklopedi Hukum Islam, Ilmu Hadis, Watak Pendidikan Islam,
Kedewasaan Pendidikan Beragama, Metodologi Pendidikan Islam.

Masdar Farid Masudi | Anggota BAZNAS | Lahir di Purwekerto, 18 September 1954.


Tamatan Pesantren K.H Ali Maksoem Krapyak Yogyakarta ini menyelesaikan pendidikan
sarjana (S1)-nya di Fakultas Syariah, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan S2-nya, Jurusan
Studi Filsafat di Universitas Indonesia (UI), Jakarta. Jabatan lain yang diembannya, antara
lain, Ketua 1 PB NU dan Anggota Ombudsman. Buku hasil karyanya yang berjudul Agama
Keadilan, Risalah Zakat dalam Islam pada 2009 oleh majalah ilmiah Universitas
Paramadina dimasukkan dalam daftar 50 buku ke-Islaman Indonesia yang berpengaruh.

Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail | Anggota BAZNAS | Lahir di Cirebon, 6 Desember 1955.
Sejak 2003 hingga sekarang, lulusan Universitas Al-Azhar dan Universitas Al-Minya, Mesir,
ini menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Pengurus Ikatan Dai Indonesia (Ikadi).
Buku-buku yang diterbitkan Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ciputat
Jakarta ini, antara lain, Pasang Surut Perkembangan Fikih Islam, Sepuluh Pilar Dakwah di
Era Global, Merajut Tali Temali Ukhuwah

Mei 2016 M

Drh. Emmy Hamidiyah | Anggota BAZNAS | lahir di Magetan, 4 Mei 1965, pernah
menjabat sebagai Direktur Eksekutif BAZNAS dan Sekretaris Umum BAZNAS. Usai
menamatkan pendidikan sarjana (S1)-nya dari IPB (1983-1988), ia melanjutkan pendidikan
S2 di Fakultas Ekonomi Syariah, Universitas Indonesia (UI). Ia telah menjadi praktisi
perbankan syariah sejak tahun 1994.

Drs. Irsyadul Halim | Anggota BAZNAS | Lahir di Koda Gadang, 16 Juni 1957 Ketua Majelis
Wakaf Muhammadiyah dan wakil ketua LAZISMU. Alumnus Fkultas Adab IAIN Sunan
Kalijaga ini, memuliai karier sebagai guru SMA di Jakrta, lalu menjadi asisten dosen
fakultas Tarbiyah UMJ. Jabatan yang pernah diembannya, antara lain manajer proyek air
bersih bantuan jerman dan jepang di jawa tengah, direktur utama PT agro Persada
Nusantara Jakarta. Ia juga aktif sebagai pemakalah di sejumlah seminar dan lokakarya..

Ir. Nana Mintarti | Anggota BAZNAS | Lahir di Surabaya, 19 Mei 1970. Jabatan yang pernah
diemban oleh alumni Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Institut
Pertanian Bogor (IPB) ini, antara lain, Direktur Institut Manajemen Zakat (IMZ) dan
Direktur Pengembangan Sosial, Dompet Dhuafa. Nana, yang juga Sarjana Perikanan IPB ini
telah menulis 11 karya tulis berupa buku, jurnal, dan opini di berbagai media nasional,
antara lain,Manajeman Zakat Indonesia (buku) dan Tragedi Zakat dan Upaya Perubahan
Paradigma (opini)

Prof. Dr. H. Machasin, M.A | Anggota BAZNAS | Lahir di Purwokerto, 13 Oktober 1956. Saat
ini, jabatan yang dipegang lulusan IAIN Sunan Kalijaga Jurusan Sastra Arab ini adalah
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama. Sebelumnya, Guru Besar Sejarah
Kebudayaan Islam UIN Suna Kalijaga ini adalah Kepala Balitbangdiklat Kementerian
Agama dan Staf Ahli Menteri Agama Bidang Hukum dan HAM. Karya ilmiahnya, antara
lain, Islam Teologi Aplikatif dan Islam Dinamis Islam Harmonis.

Drs. Nuryanto, MPA | Anggota BAZNAS | Lahir di Kendal, 10 Oktober 1957. Saat ini,
Sarjana Penginderaan Jauh Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan Master of
Public Administration, Syracuse, University of New York ini menjabat sebagai Staf Ahli
Bidang Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga Kementerian Dalam Negeri.
Pendidikan yang pernah diikuti mantan Sekretaris Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa ini, antara lain, PPRA XLI Lemhannas dan Diklat PIM Tingkat II.

Drs. Astera Primanto Bakti, M.Tax | Anggota BAZNAS | Lahir di Jakarta, 20 Januari 1968.
Saat ini, jabatannya adalah sebagai Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara Kementerian
Keuangan. Penerima penghargaan Satya Lencana Karya Satya dari Presiden RI ini meraih
gelar Sarjana Ekonomi Manajemen dari Universitas Soedirman (1990) dan Master of
Taxation dari University of Denver, Amerika (1998). Ia menduduki berbagai posisi jabatan
di Direktorat Jenderal Pajak sejak 1992 hingga 1998.

Rajab - Sya'ban 1437 H

Inspirasi

Nur Subardiah
& Anaknya, Tri Leksono

Zakat
TENAnGKAN
Jiwa

Menjelang saat-saat terakhir hidupnya, seorang ayah


memanggil putrinya dan ia menyampaikan pesan
terakhirnya dengan kalimat terbata-bata. Nung, kalau
kamu mau hidup senang dan banyak rezeki, kamu harus
banyak bersedekah membantu kepada sesama.

esan pamungkas itu begitu


menghunjam ke dalam sanubari
anaknya, bahkan masuk ke alam
bawah sadarnya, sehingga anaknya
itu berkali-kali bermimpi tentang
pesan itu. Maka, ia pun kemudian
melaksanakan pesan ayahnya itu.
Dan, kini ia menjadi orang yang suka
berbagi dan banyak rezeki.
Yang dipanggil dengan nama
panggilan Nung saat seorang ayah
menghembuskan napas terakhirnya
pada 1982 itu adalah Nur Subardiah
(56), pemilik 10 tempat usaha
penyewaan tenda dan alat-alat pesta.

Pesan itulah yang mendorong saya


senang berbagi. Berbagi bagi saya
merupakan kebutuhan,katanya ke
pada Zakat di rumahnya di Jl. Murdai,
Cempaka Putih, Jakarta, beberapa
waktu lalu.
Menurut Nur, usaha tenda adalah
usaha yang dulu ditekuni suaminya,
sedangkan dia adalah seorang
guru Matematika SMAN 6 Jakarta.
Sepeninggal suaminya pada 2011,
ia berpikir untuk meneruskan usaha
tenda itu. Maka, pada 2013 ia pun
mengajukan pensiun dini.

Alumni
Institut
Keguruan
dan
Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta
itu bersyukur, usaha tenda yang
kemudian dijalankan dan dibantu
ketiga anaknya berjalan relatif
lancar dengan pendapatan usaha
yang cukup sehingga ia terus bisa
berbagi. Setiap Lebaran ia berbagi
atau berzakat langsung kepada
tetangga dan saudara-saudaranya di
Jakarta dan kampung halamannya,
Kebumen. Bahkan, ia pun mampu
membangun masjid di kampung
halamannya itu.
Ketiga anaknya yang masing-masing
mengurus tiga usaha tenda itu adalah
Danus Bekti (36), alumni Fakultas
Ekonomi (FE) Trisakti, dengan nama
usaha Tenda Danus; Hartadi Saleh
(35), alumni FE Trisakti, dengan
nama usaha Tenda Hartadi; dan
Tri Leksono (31), alumni Fakultas
Rajab - Sya'ban 1437 H

11

Hukum Trisakti dengan nama usaha


Tenda Tri.
Rasa syukurnya bertambah-tambah
karena salah seorang anaknya,
yaitu Tri mengingatkan dia tentang
pentingnya berzakat lewat badan
amil, yaitu BAZNAS. Ia mulai berzakat
(usaha dan pribadi) ke BAZNAS
pada 2014 sebesar Rp190.832.000.
Lalu, zakatnya meningkat menjadi
Rp301.187.500 pada 2015.
Tri tertarik berzakat ke lembaga
setelah melihat spanduk yang
mengajak berzakat dari berbagai
lembaga pada 2012. Lalu, ia mencari
informasinya dari website.Setelah
saya pelajari, saya merasa BAZNAS
yang lebih baik. Maka, saya
memutuskan berzakat ke BAZNAS
melalui rekening, belum langsung ke
konter BAZNAS, ceritanya.
Dua tahun kemudian, Tri langsung
datang ke konter BAZNAS di Jl.
Kebon Sirih Dari BAZNAS inilah
Tri mendapat pencerahan tentang
pentingnya berzakat lewat lembaga.
Saya jelaskan ke ibu bahwa zakat
itu memang harus melalui lembaga
amil. Lalu, saya minta ibu membaca
majalah Zakat yang diberi petugas
konter. Maka, ibu terpanggil untuk
berzakat ke BAZNAS, paparnya.
Nur dan putranya, Tri, berharap,
BAZNAS bisa lebih amanah dan
meluaskan jangkauan pendistribusian
zakatnya sehingga banyak dhuafa di
berbagai daerah bisa terbantu. Ini
musim kering, saya melihat di televisi,
banyak daerah yang kekeringan.
Mudah-mudahan
BAZNAS
bisa
membangun sarana air bersih di
daerah yang kekurangan air, jelas
Ibu Nur.

Tenteram
Dengan berzakat yang relatif besar
bukan berarti usaha tenda ini selalu

12

Mei 2016 M

lancar. Kadang hambatan juga


datang. Misalnya, pada 2014 lalu,
tujuh orang karyawan Tenda Tri yang
sudah terampil bekerja termasuk
ordernya dibajak oleh pesaing.
Kompetitor itu dulu bekas kepala
cabang usaha tenda saya. Dia tahu
persis siapa pelanggan yang loyal
dan siapa yang angkanya besar.
Wah, nominal yang diambil pesaing
itu besar sekali, ujar Notaris jebolan
Universitas Indonesia (UI) itu.
Menghadapi hal itu tentu Tri kecewa.
Ia jengkel karena pesaing bersaing
dengan tidak sehat. Tadinya dia mau
melawan dengan tidak sehat juga.
Tapi itu tidak ia lakukan. Ia tetap
tenang dan menyerahkan kepada
Allah yang mengatur rezekinya.
Dengan berzakat, saya diberikan
ketenangan, seakan saya punya
pelindung, yaitu Allah. Alhamdulillah,
karyawan saya yang lainnya tak
terpengaruh pindah ke pesaing,
katanya
Menghadapi masalah itu, Ibu Nur
juga diberi ketenangan sehingga
ia mendapat jalan keluar agar
karyawannya bisa balik lagi bekerja,
tidak tergoda rayuan karyawannya

yang pindah. Mereka biasanya


bertemu saat Lebaran di kampung
halaman Bu Nur. Saya bikin
kebijakan. Pertama, siapa yang
datang tepat waktu kerja kembali
ke Jakarta akan diberi uang tips.
Kedua, bagi yang membawa teman
untuk bekerja,
saya beri bonus
lagi katanya. Langkah ini berhasil
mengembalikan karyawan seperti
yang diceritakan Tri.
Tri mengakui bahwa sebelum
berzakat dirinya selalu grasa-grusu
dalam menghadapi masalah. Dia
khawatir sekali target usahanya tak
tercapai bila karyawan dan ordernya
berkurang. Tapi setelah berzakat,
katanya, tidak lagi gelisah memikirkan
rezekinya diambil orang lain.
Tri mencontohkan tentang kejadian
yang menunjukkan bahwa dirinya
harus tenang dalam mengejar rezeki.
Yang paling kentara setelah Lebaran
lalu. Saya kan enggak nongkrongin
telepon untuk mendapatkan order,
tapi ternyata pas saya datang, order
pada datang, di minggu pertama dan
omzetnya di luar dugaan. Ini mungkin,
berkahnya zakat, kata ayah dari tiga
orang anak itu.

Dunia Zakat

Yordania,
Longgarkan
Pajak bagi
Pembayar
Zakat

Yordania menjadi Negara


Islam yang mengatur zakat
dalam bingkai undangundang (UU). Mereka pun
memiliki Zakat Fund yang
tak ubahnya merupakan
BAZNAS-nya Yordania
yang dikelola pemerintah
setempat.

Panorama of Amman, Jordan

Muharam-Rabi'ul Awal 1437 H

13

eskipun
telah
mengatur
mengenai perzakatan saat itu,
undang-undang itu masih terbatas
hanya
mengatur
pemungutan
zakat pada binatang ternak, tanah,
serta barang berharga. Keluarnya
perundang-undangan tersebut bisa
dibilang prestasi. Sebab, Yordania
menjadi Negara Islam pertama
yang mengatur zakat dalam bingkai
perundang-undangan.
Seiring dengan berjalannya waktu,
peraturan yang telah diterbitkan itu
mengalami sejumlah pembenahan.
Pada 1953, perundang-undangan
zakat dihapus dan diganti dengan
pajak layanan sosial. Sebenarnya
undang-undang ini lebih mengatur
pada pajak pendapatan dan didesain
untuk menolong mereka yang
membutuhkan
Hingga akhirnya pada 1978 kembali
mengemuka penyusunan undangundang yang secara khusus mengatur
zakat. Sejak saat itu terbentuklah
badan pengumpul zakat dengan
sebutan Zakat Fund. Lembaga
ini yang selanjutnya
mengelola
penerimaan zakat. Dari lembaga
ini turut dimungkinkan bagi para
muzaki (yang membayar zakatnya)
mendapatkan pengurangan pada
pajak penghasilannya.
Di tingkat daerah, Zakat Fund ini
berkembang dengan terbentuknya
direktorat zakat yang tersebar di
masing-masing ibu kota provinsi. Di
samping itu, terbentuk pula kurang
lebih 43 Komite Voluntary Zakat
yang sekaligus mencakup para ahli
syariah. Meskipun bekerja secara
independen, lembaga zakat Yordania
inilah yang bertugas langsung di
bawah arahan Kementerian Awqaf.
Terkait dengan hak dan kewajiban,
badan zakat Yordania ini memiliki,
antara lain,
kewenangan untuk
menyusun aturannya sendiri guna

14

Mei 2016 M

Masjid Raja Abdullah di Amman, Yordania

mendukung gerak langkah mereka


dalam mengelola zakat. Sementara
itu, fokus garapan dari Zakat Fund
ini, di antaranya, mengajak sebanyak
mungkin para muzaki untuk mau
berzakat; menjalin berbagai kerja
sama yang mendukung baik di dalam
maupun di luar negeri; serta tak
ketinggalan pula untuk menyusun
laporan
yang
transparan
dan
akuntabel.

Mengutip catatan pengelolaan zakat


pada 2010 lalu, di negara yang beribu
kota di Amman itu zakat yang berhasil
dihimpun oleh masing-masing lajnah
(panitia zakat) rata rata JD 20.000
hingga JD 30.000. Sedangkan, nilai
total zakat yang berhasil dihimpun
untuk setahunnya menembus angka
JD 200.000.000 atau sekitar Rp2,7
triliun. Dan didistribusikan kepada
sekitar 750 kepala keluarga mustahik.

Berbicara
tentang pengelolaan
zakat di kerajaan yang dipimpin
raja Abdullah II saat ini, Zakat Fund
atau Shunduq
memiliki
sekitar
200 lajnah atau panitia zakat. Dari
sejumlah panitia itu, masing-masing
di antaranya terdiri dari 15 orang
relawan zakat. Para petugas inilah
yang nanti akan menghimpun zakat
dan memantau kondisi masyarakat
mendirikan proyek maupun kegiatan
lainnya yang dibutuhkan.
Menariknya, para relawan ini bekerja
secara sukarela atau tidak digaji
karena mereka merupakan orangorang yang mampu secara finansial.
Meski
begitu, ada beberapa
pengecualian, yaitu bagi pegawai
yang memang bekerja full time,
seperti sekretaris, ada sejumlah gaji
yang diberikan.

Ide menarik dalam dunia zakat


yang berlangsung di Yordania, di
antaranya, mereka yang menjadi
muzaki potensial secara khusus
dapat
menyalurkan
zakatnya
secara langsung kepada penerima
(mustahik) tertentu. Namun, hal ini
harus berdasar pada persetujuan
dan evaluasi dari lembaga zakat
setempat terlebih dahulu. Selain itu,
muzaki juga akan menikmati manfaat
kelonggaran beban pajak karena
telah turut menyalurkan zakatnya.
Hal lain yang menarik adalah sepuluh
persen dari cadangan dana zakat di
sana disalurkan bagi para mustahik
secara berkala yang
diarahkan,
antara lain,
untuk kebutuhan
infrastruktur tempat tinggal maupun
pelayanan jasa lain bagi mustahik.

Program

Dunia Zakat

BAZNAS Menpora Cup


Mengangkat Derajat Mustahik melalui Sepakbola

erik matahari yang menyengat di


Gelora Sepakbola Sunter, Jakarta
Utara kemarin tak membuat ratusan
anak-anak yang akan mengikuti
kompetisi BAZNAS-Menpora Cup
beranjak. Sejak pagi, mereka antusias
menunggu partai perdana kompetisi
yang khusus diselenggarakan untuk
anak yatim dan dhuafa.
Saat Menteri Pemuda dan Olahraga
(Menpora) Imam Nahrawi membuka
kompetisi ini, mereka berteriak
kegirangan. Impian untuk menjadi
pemain profesioanal mulai mereka
tapaki.
Untuk adik-adik peserta BAZNAS
Menpora Cup 2016, semangat untuk
bertanding. Namun jangan lupa, fair
play harus tetap diutamakan. Saya
yakin para adik-adik disini suatu
saat akan menjadi pemain timnas
profesional dikemudian hari," ujar
Cak Imam.
Liga ini diselenggarakan oleh Yayasan
Gerakan Peduli Prestasi Sepakbola
Indonesia (GRAPPSI) dengan Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan

didukung Kemenpora. Peserta liga ini


adalah kategori usia U-11 dan U-13,
masing-masing kategori terdiri dari 12
tim dengan sistem main competition
dan plate competition sesuai standar
kejuaraan sepakbola di Indonesia.
Turut hadir pada pembukaan ini para
pesepakbola legendaris Indonesia, di
antaranya Rully Nerre, Ricky Yakobi,
Robby Darwis, Dede Herdiansyah
dan Herry Kiswanto.
Cak Imam mengatakan, liga ini
membuat
pemerintah
membuat
pemerintah
terdorong
untuk
mengelola Sekolah Sepak Bola yang
lebih peduli terhadap keberadaan
pemain dari keluarga tidak mampu.
Inilah jelinya BAZNAS, anak yatim
kurang
mampu
menjadiconcern
luar biasa lebih-lebih yang memiliki
kemauan dan bakat luar biasa. Perlu
pemerintah dukung dan ucapkan
terimakasih, katanya.
Ketua GRAPPSI Dede Herdiansyah
mengatakan
setiap
tim
yang
bertanding dilatih oleh seorang
pelatih
berpengalaman.
Mereka

akan menggali dan memoles bakat


pemain-pemain muda ini.
Anak-anak kurang mampu diberi
motivasi agar mereka mampunyai
daya saing dengan pesepakbola
lain yang berkecukupan. Sehingga
di masa yang akan datang dapat
mengangkat derajatnya.
Di
berbagai
belahan
dunia,
sepakbola bisa menjadi instrument
untuk meningkatkan kesejahteraan.
Banyak cerita pemain-pemain dunia
yang berprestasi cemerlang berasal
dari keluarga tidak mampu.
Wakil Ketua BAZNAS, Zainulbahar
Noor
mengatakan,
pihaknya
memberikan
fasilitas
kepada
peserta dengan dana zakat berupa
perlengkapan peserta, pelatihan
dan kompetisi sesuai rancangan
rekomendasi dari GRAPPSI.
Para peserta merupakan salah
satu asnaf zakat yaitu fakir miskin.
Penyaluran dana ini berasal dari para
muzaki (pembayar zakat) BAZNAS.
Mudah-mudahan menjadi pemain
sepakbola kelas dunia, ujarnya.
Rajab - Sya'ban 1437 H

15

Program

Gelorakan Zakat pada


Ibu Rumah Tangga
Kerjasama BAZNAS-BKMT

ajelis
taklim
berkembang
menjadi kebutuhan bagi para
ibu, bahkan kini bukan hanya untuk
kalangan berumur tetapi sudah
merambah para kawula muda.
Salah satu wadah lembaga dakwah
majelis taklim tertua di Indonesia,
Badan Kontak Majelis Taklim
(BKMT) pimpinan Prof.Dr.Hj. Tutty
Alawiyah AS, MA juga menjadi salah
satu yang terbesar karena memiliki
sekitar 15 juta jamaah di 33 provinsi
di Indonesia.
Dakwah mantan Menteri Negara
Peranan Wanita era pemerintah
Presiden Soeharto tersebut berhasil
merebut hati para ibu yang haus
ilmu agama. Dalam Acara Muktamar
VIII dan Milad ke-35 BKMT yang
berpuncak di Stadion Gelora Bung
Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu
(12/3) lalu, ratusan ribu jamaah dari
berbagai daerah memenuhi stadion.
Di tempat ini mereka mengeratkan
tali silaturahmi dan menajamkan visi
dakwah yang penuh tantangan di era
teknologi yang dinamis ini.
Dalam sambutannya yang penuh
semangat, Tutty Alawiyah yang
kini berusia 73 tahun ini meminta
jamaahnya untuk terus menyambung
silaturahmi, agar ikatan makin kuat
dan tercapai tujuan untuk bermanfaat

16

Mei 2016 M

sebesar-besarnya bagi umat.


Dengan
acara
ini,
BAZNAS
datang
memberikan
layanan
untuk mempermudah para jamaah
menunaikan
kewajibannya
mensucikan harta dengan berzakat.
Juga memberikan fasilitas untuk
menjadi wadah bagi jamaah dalam
menunaikan infak sedekah.
Kerjasama ini dimaktubkan dalam
sebuah nota kesepahaman BAZNAS
dengan organisasi nasional tersebut
yang telah ditandatangani oleh
Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS,
MA dan Wakil Ketua BAZNAS, Dr.
Zainulbahar Noor, SE, MEc pada
Jumat (11/3) malam.
Dalam
sambutannya,
Dr.
Zainulbahar Noor menyampaikan
potensi zakat di Indonesia sebesar
Rp.217 Triliun per tahun akan
mudah dicapai jika 217 juta rakyat
muslim Indonesia mengumpulkan
infak Rp3.000 saja per hari.
Dengan Rp3.000 saja tiap hari,
maka Rp217 Triliun dana zakat
akan terkumpul dan disalurkan bagi
warga kurang mampu. Kemiskinan
di Indonesia dapat ditangani,
katanya.
Gerakan ini akan sangat baik jika

dimulai dari para ibu, yang menjadi


menteri keuangan rumah tangga
seperti halnya para jamaah BKMT.
Infak
semacam
ini,
sudah
pernah sukses diterapkan oleh
BAZNAS Kabupaten Sukabumi
yang menggalang infak Rp1.000
warganya
hingga
terbangun
gedung Pusat Pengelolaan Zakat
Kabupaten Sukabumi yang menelan
biaya Rp2,4 Miliar.
BAZNAS juga berkomitmen untuk
memberikan program pemberdayaan
bagi para jamaah BKMT berupa
bantuan pemodalan dalam program
Rumah Makmur BAZNAS (RMB)
maupun pemberdayaan lengkap
meliputi ekonomi, kesehatan dan
pendidikan dalam satu komunitas
dalam program Zakat Community
Development (ZCD).
Saat ini BAZNAS telah memiliki
ribuan mustahik penerima bantuan
program RMB dan ribuan penerima
manfaat ZCD di 49 kabupaten/
kota di Indonesia. Program ini
mengoptimalkan seluruh potensi
komunitas
atau
desa
miskin
sehingga dapat tumbuh menjadi
komunitas yang mandiri dan
sejahtera.

Program

DPR-RI Apresiasi
Pelayanan Rumah
Sehat BAZNAS
A

nggota Komisi VIII DPR


RI, Khotibul Umam Wiranu
mengapresiasi program bantuan
yang diberikan Baznas (Badan
amil zakat nasional) kepada rumahrumah sehat di beberapa daerah.
"Komisi VIII meninjau Rumah Sehat
Baznas ini untuk memastikan
apakah alokasi anggaran yang
dilaporkan
Baznas
untuk
Rumah Sehat sebesar Rp 2 Miliar
dalam setiap tahunnya benar
peruntukannya,"ungkap
Khotibul
saat meninjau Rumah Sehat
Baznas - PGN - Al Chusnaini,
Sidoarjo,
Jawa
Timur,
Senin
(21/3/2016).

Anggota Fraksi Partai Demokrat


ini menilai positif pengalokasian
anggaran sebesar Rp 2 Miliar untuk
masing-masing rumah sehat dalam
setiap tahunnya. Hal itu terbukti
dari banyaknya masyarakat yang
mendatangi Rumah Sehat BAZNAS.
"Kami melihat ini sebagai sesuatu
yang sangat baik, dan sangat
bermanfaat, mengingat tidak sedikit
masyarakat khususnya di pedesaan
yang dapat menikmati kemudahan
pelayanan
kesehatan
lewat
BPJS,"ungkapnya.
Dihadapan Tim kunjungan kerja
Komisi VIII seperti Abdul Fikri Faqih,
Itet Tridjajati,Choirul Muna, Gede

Lalu, Mahrus An'im, H.Anda, M Lutfi,


Achmad Mustaqim, Direktur Rumah
Sehat BAZNAS - PGN - Al Chusaini,
M.Hikam Alimi mengatakan, bahwa
pihaknya mendapat anggaran dari
Baznas sebesar Rp 2 miliar setiap
tahunnya. Dana itulah yang selama
ini digunakan sebagai tambahan
biaya operasional rumah sehat plus
pembelian peralatan medis.
Ditambahkannya, saat ini klinik
tersebut memiliki 10 kamar rawat
inap. Meski mendapat bantuan
anggaran dari Baznas yang identik
dengan zakat Islam, namun klinik
tersebut tetap menerima pasien
dari agama dan golongan manapun.
(dpr.go.id)

Rajab - Sya'ban 1437 H

17

Program

Zakat
Meringankan
Korban Banjir
B

AZNAS
menurunkan
tim
membantu warga korban banjir
yang melanda beberapa wilayah
Indonesia saat puncak musim
penghujan beberapa lalu. Antara lain
kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten
Bandung, Jawa Timur; Kabupaten
Sampang, Jawa Timur dan Kota
Pangkalpinang, Provinsi Bangka
Belitung.

timbul masalah tumpukan sampah


dan bau menyengat di sekitar tempat
tinggal atau penampungan warga.
Bentuk layanan kesehatan yang
diberikan antara lain pengobatan
massal yang digelar di Kelurahan
Dalpenang, Kabupaten Sampang
yang dihadiri sekitar 1.000 warga.

Di Bandung, BAZNAS membantu


evakuasi
korban,
bantuan
makanan siap santap, air bersih
dan mendirikan posko bantuan.
BAZNAS juga memberikan bantuan
pengobatan bagi korban yang
terserang penyakit pascabencana.
Tim BAZNAS Provinsi Jawa Barat
juga memberikan trauma healing
dengan memberikan dongeng bagi
anak-anak di posko pengungsian.

Selain
itu,
BAZNAS
juga
memberikan bantuan 66 alas tidur
yang nyaman bagi para korban. Ini
penting karena semua harta benda
mereka hanyut bersama air bah
yang menggenangi rumah mereka.
Tempat tidur yang nyaman, akan
membantu para korban beristrihatat
dengan baik sehingga terhindar
dari penyakit. Situasi yang nyaman
dan sehat pascabencana seperti ini
bisa mengambalikan irama hidupa
mereka seperti semula.

Di
Sampang,
BAZNAS
mengintensifkan layanan kesehatan
bagi warga korban banjir. Ini karena,
ancama penyakit pascabanjir selalu
datang pada para korban, apalagi
setelah genangan air surut akan

Bencana banjir di Pangkalpinang


menyisakan
cerita
perjuangan
bocah 10 tahun bernama Desti
yang bekerja keras seorang diri
mengurus dua adiknya Delta,7, dan
Bimo,2 serta neneknya yang sudah

18

Mei 2016 M

renta. Saat banjir melanda, kedua


orang tua bocah ini sedang bekerja
di luar kota, ayahnya seorang kuli
bangunan yang jarang pulang dan
ibunya buruh cuci yang mampunya
sepekan sekali pulang.
BAZNAS
memberikan
bantuan
berupa tempat tidur, kompor, lemari
dan santunan uang untuk memenuhi
kebutuhan
sehari-hari.
Barangbarang itu sama sekali tidak pernah
ada dalam rumah mereka yang
sangat sederhana.
Selain itu, BAZNAS juga membantu
biaya sekolah tiga bocah tersebut
sertamemberi
bantuan
modal
usaha untuk ibu mereka agar dapat
berkumpul setiap hari di rumah.

CIMB Niaga Syariah

Kembali Bantu Berdayakan Petani Bali

ank
CIMB
Niaga
Syariah
kembali
menyalurkan
dana
Corporate
Social
Responsibility
(CSR) untuk memberdayakan petani
di Desa Candi Kuning II, Baturiti,
Bedugul Kabupaten Tabanan, Bali
melalui Program Zakat Community
Development (ZCD) BAZNAS. Dana
yang dikucurkan pada tahap dua
ini senilai Rp96 juta, dengan fokus
program yang dikembangkan meliputi
penambahan
jumlah
penerima
manfaat, program intensifikasi lahan
tanam, modal usaha, serta pelatihan
dan pendampingan pascapanen.
Di
kawasan
minoritas
muslim
tersebut,
program
ZCD
telah
dirasakan manfaatnya oleh 30 Kepala
Keluarga melalui kegiatan pertanian
dan pemberian modal usaha.

Head of Syariah Banking PT CIMB


Niaga Tbk, Rusdi Dahardin berharap
petani-petani muslim di Bedugul, Bali
dapat lebih sejahtera secara finansial
dan moral, dengan bimbingan dan
edukasi dari BAZNAS.
CIMB Niaga Syariah berkomitmen
untuk membantu masyarakat di
bidang ekonomi, selama ini sebaran
bantuan CSR untuk masyarakat
pedesaan dan pinggiran kota. Setelah
ini perusahaan tersebut akan fokus
untuk melakukan pemberdayaan
nelayan di pesisir.

komprehensif
yang
pendanaan
utamanya bersumber dari zakat,
infak, dan sedekah sehingga terwujud
masyarakat sejahtera dan mandiri.
Saat ini BAZNAS bekerjasama
dengan BAZNAS Provinsi dan
BAZNAS Kabupaten/ Kota telah
membangun program tersebut di 49
titik tersebar di Pulau Jawa, Sumatera
dan Kalimantan.

Program ZCD adalah program


pengembangan komunitas dengan
mengintegrasikan
aspek
sosial
(pendidikan, kesehatan, agama,
lingkungan,
dan
aspek
sosial
lainnya) dan aspek ekonomi secara

Menggapai Keberkahan,

PT MAREIN BERZAKAT Rp586 JUTA

T Maskapai Reasuransi Indonesia


Tbk atau lebih dikenal dengan
MAREIN, merupakan perusahaan
Reasuransi tertua di Indonesia yang
berdiri pada tanggal 4 Juni 1953
dan juga merupakan satu-satunya
perusahaan Reasuransi yang sudah

Go-Public.
Budaya kerja yang baik diterapkan
dengan
menyandingkan
resep
sukses dunia dan sukses akherat.
Sejak tahun 1990-an PT MAREIN
setiap ulang tahun perusahaan selalu

mengadakan kegiatan-kegiatan baik


yang bersifat seremonial dalam rangka
menggalang kebersamaan dengan
client maupun kegiatan yang bersifat
sosial dan keagamaan. Disamping
itu perusahaan setiap tahun ajaran
baru juga memberikan beasiswa
kepada anak-anak karyawan yang
mempunyai prestasi yang baik dalam
menempuh pelajaran di sekolahnya.
Pelaksanaan kegiatan sosial biasanya
dalam bentuk menyambangi dan
menyantuni anak-anak yatim melalui
yayasan-yayasan yang mengurusi
anak
yatim
dan
memberikan
sumbangan kepada sekolah-sekolah
yang berada di lingkungan kantor PT
MAREIN maupun di luar daerah yang
dipandang perlu untuk dibantu
Mempertimbangkan
semakin
pesatnya
perkembangan
bisnis

Rajab - Sya'ban 1437 H

19

syariah di Indonesia khususnya di


sektor perasuransian, PT MAREIN
merasa terpanggil untuk membuka
divisi reasuransi syariah, sehingga
pertanggungan ulang atas penutupan
asuransi dilakukan dngan dua
prinsip yaitu konvensional dan
syariah. Melihat sifat dari bisnis di
sektor perasuransian dan untuk
memudahkan di dalam pengelolaan
operasionalnya,
PT
MAREIN
selanjutnya membagi divisi syariah
menjadi dua, yaitu Divisi Syariah
Reasuransi Umum dan Divisi Syariah
Reasuransi Jiwa.
Unit usaha syariah PT MAREIN
telah dibuka sejak tahun 2006.
Alhamdulillah unit usaha syariah
tersebut tahun demi tahun mengalami
perkembangan yang cukup baik.
Pengelola unit usaha syariah PT
MAREIN menyadari bahwa usaha
syariah ini harus terus dikembangkan
agar memberikan manfaat dan
kemaslahatan umat.
Dengan dibukanya divisi reasuransi
syariah PT MAREIN dan sesuai
prinsip-prinsip pengelolaan reasuransi
syariah serta regulasi-regulasi yang
mengaturnya, maka ada kewajiban

20

Mei 2016 M

bagi PT MAREIN untuk mengeluarkan


zakat atas pengelolaan bisnis
reasuransi syariah.
Zakat dimaksud diperhitungkan
dari hasil usaha unit syariah yang
diperoleh PT MAREIN sebagai
pengelola reasuransi syariah atas
akad Wakalah bil Ujrah dan Tabarru,
dan setiap tahunnya disalurkan
melalui amil zakat resmi, kata
Direktur PT MAREIN, H. Hardjono.
Ia merasakan berkah yang diterima
perusahaan yang ia pimpin ini
sejak menunaikan zakat dari bisnis
reasuransi syariah perusahaan yang
beralamat di Plaza Marein Lantai
18, Jl. Jendral Sudirman Kav.76-78,
Jakarta 12910 ini.
Alhamdulillah zakat telah membawa
manfaat
dan
berkah
untuk
kesinambungan bisnis reasuransi
syariah PT MAREIN hingga saat ini.
Hal ini ditunjukkan dengan semakin
meningkatnya dari tahun ke tahun
jumlah dana yang dikelola reasuransi
syariah serta pendapatan perusahaan
yang dihasilkan, baik reasuransi
syariah maupun MAREIN secara
umum, katanya.

Dalam
mengeluarkan
zakat
perusahaan tersebut, semata-mata
untuk memperoleh ridha Allah dan
barokah atas zakat yang selama ini
kami keluarkan.
Mudah-mudahan Allah
meridhai
dan memberikan barokah kepada
PT Marein sehingga perusahaan
ini bisa survive dan berkembang
pesat menjadi perusahaan yang
berskala internasional sehingga kami
bisa berperan lebih besar dalam
mengentaskan kemiskinan. Aamiin ya
Robbal alamin, katanya.
Ia berharap, PT MAREIN berharap
dana dimaksud dapat dikelola secara
professional dan disalurkan kepada
yang berhak.
Manajemen
PT
MAREIN
berkeyakinan Baznas selaku badan
amil zakat nasional dapat dipercaya
dan bekerja secara professional dalam
pengelolaan dan penyaluran zakat
serta didukung dengan jaringan yang
tersebar luas di seluruh Indonesia,
sehingga dapat menjangkau sampai
lapisan masyarakat miskin di seluruh
pelosok tanah air, kata Hardjono.

Kiprah

Memandirikan Pesantren
Melalui Budidaya Ikan

eski hujan tidak turun, sore itu,


Jumat, 21 Agustus 2015, pukul
5, udara dingin menyergap kampung
Cikupa, Desa Situdaun, Kecamatan
Tenjolaya,
Bogor,
lokasinya
Pesantren Hidayatul Husna. Kami,
redaksi Majalah Zakat, yang terbiasa
hidup di daerah panas, seperti
Jakarta, menjadi agak menggigil
kedinginan berada di lokasi itu.
Namun beruntung, saat bersilaturahim
ke pesantren salafiah yang berdiri
pada 1996 itu, kami disambut dengan
kehangatan. Sejumlah santri berpici
dan bersarung menciumi punggung
telapak tangan kami. Di pintu masuk
rumah kediaman pimpinan pondok
pesantren itu, yakni K.H. Rulis
Mukhlis
juga tersenyum dengan
penuh keakraban sambil menjabat
erat tangan kami.

Pesantren
Hidayatul Husna ini
mulai dibangun pada 1994 dan baru
selesai dibangun sekitar dua tahun
kemudian karena masyarakat
di
sekitar kampung Cikupa ini kurang
begitu perhatian kepada pendidkan
pesantren, kata kiai mengawali cerita
tentang proses berdirinya pesantren
tersebut.
Ide membangun pesantren ini datang
dari kiai asal Parung, Ciputat, itu,
karena ia ingin mengembangkan ilmu
agama (Islam) setelah ia bersusah
payah selama 12 tahun nyantri di
sejumlah pesantren di Jawa Barat,
antara lain, Jasinga, Leuwiliang,
Pandeglang, Serang, Sukabumi,
Tasikmalaya, dan Cirebon.
Pesantren yang kini punya 25 orang
santri itu, mungkin tak akan jadi

berdiri bila pemilik idenya lemah iman.


Iman kiai itu memang pernah diuji oleh
cibiran sebagian masyarakat yang
pesimistis membangun pesantren di
daerah Cikupa. Menurut dia, ada
di antaranya yang mengatakan, Pak
kiai mau ngapain berada di kampung
ini dan membangun pesantren. Siapa
yang mau ngasih makan nanti. Lalu,
siapa yang mau membiayai santri
dan apa sih untungnya?
Cibiran itu tak membuat dirinya surut
untuk membangun pesantren. Dia
sangat yakin bahwa Allah akan selalu
menolongnya bila dia dekat denganNya. Ya, omongan itu bikin saya
panas aja. Emangnya saya enggak
punya Tuhan. Saya kan santri, belajar
wirid, belajar puasa Senin-Kamis,
katanya menanggapi cibiran itu.

Rajab - Sya'ban 1437 H

21

Kiprah
Dengan segala keterbatasan fasilitas, alhamdulillah,
pesantren ini sekarang punya 7 unit kamar tidur (empat
di lantai bawah, tiga di lantai atas) yang sangat sederhana
berukuran sekitar 1,5 mx 2 m serta satu ruang belajar
yang berada di depan kamar tidur lantai bawah.
Zikir dan doanya memang didengar
Allah SWT. Buktinya, dia mendapat
tanah wakaf dari mertuanya sekitar
250 meter persegi untuk membangun
pesantren. Banyak tamu yang
bersilaturahim
ke
rumahnya
memberi bantuan untuk membangun
pesantren tersebut, seperti batu,
pasir, dan semen.
Dengan segala keterbatasan fasilitas,
alhamdulillah, pesantren ini sekarang
punya 7 unit kamar tidur (empat di
lantai bawah, tiga di lantai atas) yang
sangat sederhana berukuran sekitar
1,5 mx 2 m serta satu ruang belajar
yang berada di depan kamar tidur
lantai bawah.
Pesantren yang berlokasi sekitar 6 km
dari kampus Institut Pertanian Bogor
(IPB) Dramaga, Bogor, ini memang
sangat sederhana. Plang namanya
saja terbuat dari triplek yang dipaku
di atas tiang teras rumah. Bangunan
pondok pesantrennya berada di
belakang menyatu dengan rumah
kiai. Ya, bila tak ada plang nama
pesantren di teras samping rumah,
mungkin orang mengira, itu rumah
tempat tinggal umumnya, bukan
pesantren.

Fathul Qarib, Fathul Muin dan Tafsir


Jalalain. Usai berjamaah Zuhur,
mereka sorogan (ngaji sendiri-sendiri)
sampai pk 13.30. Mereka mengaji lagi
usai shalat Ashar, Magrib dan Isya
berjamaah. Mereka baru menikmati
istirahat panjang setelah pukul 21.00.
Kiai mengakui tak semuanya santri
akan menjadi kiai yang hidupnya
hanya mengandalkan dari aktivitas
wiridan atau mengajarkan ilmu
agama. Selain itu, katanya lebih
lanjut, hidup dan berkembangnya
pesantren gratis ini juga tak bisa
bergantung dari belas kasih para
donatur.
Karena
itu,
dia
menyambut
baik kehadiran BAZNAS pada
pertengahan 2015 yang membantu
pemberdayaan pesantren dengan
program budidaya ikan tawar dan
pertanian. Dengan bantuan sebesar
Rp100 juta untuk pembuatan kolam
dan bibit ikan, kini
pesantren
Hidayatul Husna punya 17 kolam
ikan yang berisi 2.600 ikan dengan
jenis ikan bawal dan gurame. Total
omset yang didapat bisa mencapai
Rp70 juta setiap kali panen, kata H.
Sri Wuri Handono, Pembina Ekonomi
Pesantren Hidayatul Husna.

Budidaya Ikan
Wirid hampir tak henti dibaca oleh
KH Rulis Mukhlis dan para santrinya.
Sejak pukul 4 santri sudah mulai
bangun. Setelah bertahajud, mereka
berjamaah shalat Subuh. Lalu,
membaca surat Yasin (yasinan), AlMulk (Tabarak), dan Salawat hingga
pukul 6.00. Setelah menunaikan
Shalat Dhuha pada pk 7, mereka
mengaji
berbagai kitab, seperti

22

Mei 2016 M

Menurut KH Rulis, dengan adanya


budidaya ikan ini, sekarang para santri
tidak hanya belajar agama, tetapi juga
belajar keterampilan berbisnis, antara
lain, membudidayakan ikan gurame
dan ikan bawal. Saya bilang ke para
santri saya, kamu belum tentu jadi
kiai semua. Lalu, kalau kamu jadi kiai
tetapi tidak bisa usaha, kamu mau
makan apa? Maka, saya kasih ilmu

cara menelorkan ikan gurame dan


bawal, ungkapnya.
Salah seorang santri pesantren ini
yaitu Hilman (22) asal Sumedang,
merasakan manfaat adanya budidaya
ikan gurame dan bawal ini. Nyantri
di Pesantren Hidayatul Husna selain
dapat ilmu agama, saya pribadi juga
banyak mandapat didikan di luar
bidang agama,
seperti budidaya
ikan dan pertanian,kata Hilman yang
sebelum ada program ini pernah
bekerja di budidaya ikan milik orang
lain di sekitar pesantren.
Menurut Iman Damar, dari Divisi
Pemberdayaan dan Pendistribusian
BAZNAS,
pesantren
Hidayatul
Husna baru mendapatkan satu kali
bantuan ekonomi pemberdayaan
budidaya ikan melalui Rumah
Makmur BAZNAS (RMB) dengan
memberikan pendampingan, baik
teknis maupun pembukuan.
Iman berharap, dengan adanya
bantuan program pemberdayaan ini,
pesantren Hidayatul Husna menjadi
pesantren yang mandiri secara
ekonomi dan keuangan sehingga
mereka bisa berkembang lebih
maju dan cepat serta bermanfaat
bagi masyakat di sekitar pesantren
khususnya.

Kiprah

Achmad Rohani:

Jangan Pelit
Biar Rezeki
Tak Sulit
Ojo pelit-pelit, nanti
rezeki sulit. Lima belas
tahun membanting
tulang di Jakarta, siapa
sangka petuah sederhana
ini yang justru membuka
jalan kesuksesan Achmad
Rohani sebagai tukang
sayur.

ANG tunai satu juta rupiah itu


disodorkan begitu saja oleh
salah satu tetangganya, membuat
tukang odong-odong itu kaget. Ini
buat bikin gerobak sayur katanya
dan dia tidak mau diganti uangnya
lho. Orang hebat. Pesannya cuma
satu, jangan pakai penglaris, percaya
sama Gusti Allah, ucap Acmad
Rohani mengisahkan bagaimana ia
memulai usaha jualan sayur-mayur

kepada Majalah Zakat


Sembari bercerita, hampir semua
orang yang melewati kami, ia sapa
dengan ramah dan akrab. Sesekali
ia mengenalkan kami dengan para
tetangganya. Ini Mbah Sartini, dia
ini senior (tukang sayur) di sini,
ucapnya dengan penuh canda
kepada seorang ibu paruh baya yang
juga mendorong gerobak sayur.

Atau dengan santai ia membiarkan


seorang bapak mengambil sendiri
tiga buah tomat seharga seribu
rupiah tanpa langsung menagih
bayaran. Maklum, obrolan santai ini
kami lakukan di pinggir jalan, tak jauh
dari gerobak sayur tempat Acmad
mangkal.
Achmad sendiri mengaku heran. Ia
tak menyangka angan-angannya

Rajab - Sya'ban 1437 H

23

Kiprah
untuk menjadi tukang sayur tak sulit
diwujudkan. Saat gerobak sudah jadi,
tetangga lain pun menyarankannya
mengajukan proposal modal usaha
ke BAZNAS Pusat. Modal senilai
satu juta rupiah pun dengan mudah
ia dapatkan.

halaman sepanjang pagar rumah


yang tak lagi ditinggali itu untuk
menata dagangannya. Enak jual
di sini, gratis. Kalau di pasar, belum
bayar uang sewanya, belum bayar
premannya,
ucapnya
sambal
tertawa.

Kok bisa? Ternyata resepnya


sederhana saja, Ojo pelit-pelit. Kata
orang tua dulu kalau kita pelit, rezeki
juga sulit, ucapnya. Dan benar
saja, tetangga yang dengan senang
hati memodalinya ternyata tergerak
dari aksi kedermawanan sederhana
Achmad saat masih jadi tukang
odong-odong, anak-anak yang tidak
punya uang tetap ia layani menikmati
odong-odongnya.

Tak hanya mangkal dan berkeliling


dengan gerobak sayur, pria yang kini
lebih dikenal dengan tukang sayur
odong-odong itu setidaknya juga
menyuplai sayur dan buah di empat
kantin di foodcourt Kalibata City,
sebuah warung padang di Pancoran
dan Tebet, serta warteg-warteg
maupun pesanan kecil yang tak rinci
ia hitung berapa banyaknya.

Dia suka lihat saya narik odongodong, saya sering naikin saja (anakanak ke odong-odong). Kalau kita
pelit, orang juga akan males. Mikirnya
sederhana saja. Namanya kita baik
sama orang, ya masa orang merem
terus, pasti suatu saat dia akan bayar
kalau naik. Jangan terlalu dihitunghitunglah. Justru pas saya narik
odong-odong ini, ada saja rezeki (tak
terduga), ceplosnya.
Kerja kerasnya selama dua tahun
pun mulai menuai hasil. Dengan
keuntungan bersih Rp400 ribu-Rp800
ribu per harinya, pria asal Semarang
itu tak lagi pusing memikirkan bayaran
sekolah empat orang anaknya.
Achmad Rohani bahkan sudah bisa
mencicil sebuah motor sport dan
membeli sawah seluas 1.300 hektare
di kampung sang istri, Siti Kholifah
di Desa Nawungan, Imogiri, Bantul,
Yogyakarta.
Kini, tiap pagi, setelah waktu
subuh tiba, Gang Karet tempat ia
mangkal akan selalu tersendat oleh
kerumunan orang yang membeli
sayur dan buah-buahannya. Dengan
senang hati, sang pemilik rumah
membiarkan Achmad memanfaatkan

24

Mei 2016 M

Dalam satu malam saya belanja bisa


Rp3 juta- Rp4 juta. Melon bisa 80 kg,
mangga bisa empat peti, tomat bisa
satu dus, tempe itu bisa Rp150 ribu
sendiri, paparnya.

Percepat jaringan
Tak hanya membuka jalan, petuah
jangan pelit-pelit ini pula yang
memuluskan
usahanya.
Acmad
memang tak ragu memberi bonus
kepada pembelinya, baik yang
membeli dalam jumlah besar maupun
ibu rumah tangga yang membeli
eceran. Setiap Ramadhan tiba, ia pun
selalu membagi-bagikan sirup dan
buah kepada semua pelanggannya.
Bahkan, jika hasil penjualannya
sudah melebihi modalnya, ia akan
mengikhlaskan utang pembelinya,
apalagi
jika
nominalnya
tidak
seberapa. Pokoknya kalau ada
yang minta tambah, pasti saya jawab
iya. Ibu-ibu itu beli cabai, ditambah
2-3 buah juga sudah senang. Kalau
sudah senang, pasti akrab, kalau
akrab nanti jadi langganan, ujarnya.
Kepuasan pelanggan itu pula yang
membuatnya mudah mendapatkan
pelanggan baru, terutama pelanggan
borongan. Yang kantin di Kalibata itu,

awalnya cuma satu. Sisanya bukan


saya yang menawarkan orderan,
tapi ya orang (pelanggan pertama)
itu. Tiba-tiba dia nelpon, mas ini ada
yang mau pesen lagi. Ya mungkin
dia hitung-hitung kok mending sama
saya,
barangnya
bagus-bagus,
diantar lagi, ucapnya.
Kemurahan hati ini juga menjadi
senjata andalan Acmad untuk
menjaga hubungan baik dengan
pihak-pihak
yang
bersentuhan
dengan usahanya. Setiap ada acara
di lingkungannya, Achmad dengan
senang hati ikut menyumbangkan
dagangannya. Sehingga sampai
sekarang bukan komplain yang ia
dapat lantaran berjualan di pinggir
jalan, sebaliknya justru dukungan
dan bantuan yang membanjirinya.
Ini, rumah ini (menunjuk rumah di
seberang tempat jualannya) selalu
saya repotin. Subuh-subuh saya
bongkar barang, apa enggak berisik?
Belum sampahnya. Tapi kok ya
malah baik, bantu istri saya bersihin
kalau sudah selesai. Rumah kosong
itu, pemiliknya malah izinin saya
taro peti-peti dan dus-dus buah dan
sayur di dalam. Pak RT juga enggak
pernah marah. Ya, pintar-pintar
jaga hubungan baik, sopan sama
sesepuh. Itu saja, paparnya.

Profil Basnas Daerah


Dari sekitar 16.266 orang penerima
manfaat dana ZIS, sebagian besar
santunan secara reguler diberikan
kepada para penerima beasiswa
yang lolos dalam Program SKSS. Tak
hanya itu, tahun ini BAZNAS Jawa
Barat pun merencanakan merintis
kerja sama dengan SMK Pertanian
Pembangunan
Negeri
(PPN)
Tanjung
sari Kabupaten Sumedang
untuk pembinaan mental dan agama
serta pemberian beasiswa bagi siswa
berprestasi.

BAZNAS PROV. JABAR MENGENTASKAN

Keterbelakangan Ilmu dan


Ekonomi
Upaya menyejahterakan masyarakat harus dimulai dari mengalihkan
kecenderungan bantuan bersifat konsumtif dan langsung menjadi
program pendidikan dan ekonomi jangka panjang

IDAK sulit sebenarnya memutus


mata rantai kemiskinan dan
kebodohan yang masih melanda
sebagian besar masyarakat Indo
nesia. Ketua BAZNAS Provinsi
Jawa Barat K.H. Arif Ramdani, M.H
menilai, cara paling efektif dalam
mengentaskan keterbelakangan ilmu
dan ekonomi yakni dengan mem
fokuskan penyaluran dana zakat infak
dan sedekah (ZIS) pada pendidikan
dan pemberdayaan ekonomi.

Masyarakat cenderung menyukai


jenis bantuan yang sifatnya konsumtif
dan bisa dinikmati seketika. Oleh
karena itu, pantas saja jika kemiskinan
masih banyak melanda masyarakat
kita, ungkapnya saat diwawancara
Majalah Zakat beberapa waktu yang
lalu.
Menurut Arif, upaya mengarahkan
masyarakat pada orientasi hidup yang

lebih baik dan lebih sejahtera harus


dimulai dari mendidik keluarga dhuafa
agar bisa melahirkan para sarjana
yang mampu memperbaiki kehidupan
keluarganya. Tidak mengherankan
jika program Satu Keluarga Satu
Sarjana (SKSS), sebuah program
adaptasi BAZNAS Pusat, menjadi
program yang diunggulkan BAZNAS
Provinsi Jabar.
Yang
dibutuhkan
masyarakat
Jabar saat ini adalah bantuan yang
mampu mengentaskan mereka dari
keterbelakangan secara ilmu dan
ekonomi. Oleh karena itu, BAZNAS
Jabar
berupaya
semaksimal
mungkin untuk memberikan berbagai
pencerahan
melalui
berbagai
macam pelatihan dan pendidikan
keterampilan lainnya dengan tujuan
untuk mencerdaskan akal dan
pemahamannya, jelasnya.

Penerima penghargaan Pelaksana


Program
Zakat
Community
Development (ZCD) pada Rakernas
BAZNAS 2015 ini pun berusaha
memperkuat pemberdayaan ekonomi
melalui kontinuitas program ZCD di
beberapa kabupaten. Penguatan
ini penting sehingga akan lahir
keseimbangan antara pemahaman
dan kemampuannya secara ekonomi.
Intinya, BAZNAS Jabar terus bekerja
keras untuk memberikan pendidikan
dan pembinaan mindset masyarakat
melalui berbagai program berbasis
komunitas, paparnya.
Arif mengatakan, target memutus
rantai
kemiskinan
inilah
yang
membuat BAZNAS Jabar tetap gigih
menghadapi tantangan utama, yakni
meraih kepercayaan umat dan setiap
institusi negara dalam mengelola
dana ZIS.
Berbagai upaya komunikasi dan
sosialisasi baik melalui media
massa maupun pemasangan baliho
dilakukan
untuk
menyakinkan
setiap institusi bahwa BAZNAS
adalah sebuah lembaga kredibel
yang memiliki kompetensi untuk
mengumpulkan,
mengelola
dan
menyalurkan ZIS kepada yang berhak
menerimanya. Alhamdulillah, dari
target pengumpulan ZIS tahun 2015
sebesar Rp15 miliar, telah tercapai
sebesar Rp13 miliar, ungkapnya.

Rajab - Sya'ban 1437 H

25

Profil Basnas Daerah

BAZNAS Meranti
Mimpikan Berdirinya BMT
Usia BAZNAS Kepulauan Meranti, Riau, terbilang
masih muda, namun kiprahnya tak bisa dibilang biasa.
Menginjak usianya yang kelima tahun, berbagai program
yang dijalankan BAZNAS ini banyak menuai hasil positif.

Pada Ramadhan lalu, BAZNAS


Meranti bersama pemda Kab. Meranti
dan Kementerian Sosial berhasil
membangun perkampungan yang
tempat tinggalnya layak huni bagi
17 kepala keluarga mualaf. Saat ini,
BAZNAS Meranti tengah menunggununggu bantuan ambulans darat
yang dijanjikan Bupati Meranti untuk
melengkapi ambulans laut yang
telah ada.

enurut Sekertaris BAZNAS


Meranti Muhammad Khozin,
salah satu program yang cukup
menggembirakan adalah Meranti
Produktif yang menjaring sebanyak
mungkin mustahik untuk dapat diberi
bantuan modal usaha. Belum lama
in,i sebanyak 40 orang mustahik
terpilih diberi bantuan modal mulai
Rp1 juta hingga Rp4 juta, katanya.
Pria
asli
Selat
Panjang
itu
menyebutkan, para mustahik, yang
antara lain para tukang pecel lele itu,
dibuatkan rekening untuk menjadi
nasabah bank syariah sebagai tempat
menabung sebagian keuntungan
hasil usaha mereka.
Pada tahun ketiga ini, program yang
sebelumnya dilatarbelakangi tujuan
untuk mengentaskan mustahik dari
renternir itu, telah menjaring 400
orang nasabah. Tiap tahunnya 80
orang mustahik terbantu dengan
program tersebut. Perbankan yang
turut dilibatkan adalah BRI Syariah,
Bank Riau Syariah dan Bank Syariah
Mandiri.
Selain program produktif, BAZNAS
Meranti juga menyalurkan bantuan
pendidikan
atau beasiswa bagi
siswa yang kurang mampu melalui
program
Meranti
Cemerlang.
Siswa yang berpotensi diberi
kesempatan melanjutkan jenjang
pendidikan ke pondok pesantren dan
perguruan tinggi.
Menariknya, program yang memasuki
tahun keempat ini disokong peran

26

Mei 2016 M

unit pengumpul zakat (UPZ) di setiap


sekolah, baik negeri maupun swasta,
khususnya di perkotaan. Jika zakat
yang dihimpun UPZ itu tak cukup
untuk disalurkan kembali untuk siswa
yang memang mereka pilih, BAZNAS
Meranti siap membantu, tegasnya.
Dia menjelaskan, Bupati Meranti
Drs. Irwan, M.Si saat ini merupakan
pembina BAZNAS Meranti dan
Ketua BAZNAS Meranti diangkat dari
Asisten Daerah (Asda) III Kabupaten
Meranti. Dana operasional BAZNAS
Meranti turut disokong pemerintah
setempat. Jadi, tidak ada dana zakat
yang disisihkan untuk operasional
di BAZNAS Meranti, kata lulusan
Program Pascasarjana UIN Sultan
Syarif Kasim, Riau, itu.

Ke depan, Khozin menargetkan


dapat mendirikan Baitul Maal wa
Tamwil (BMT). Dia optimistis, dengan
mustahik yang sekaligus nasabah,
BAZNAS Meranti yang telah ada itu
bisa membuat BMT berjalan. Dia
juga berharap, perluasan program
Rumah Sehat yang dicanangkan
BAZNAS pusat juga dapat sampai
di Meranti. Diakuinya, sumber daya
yang ada di sana cukup siap untuk
pendirian RSB.
Usai Ramadhan lalu, BAZNAS
Meranti berhasil menghimpun zakat
hingga Rp1,4 miliar. Dia optimistis,
akhir 2015 akan menyentuh angka
Rp2 miliar. Penghimpunan ini tercatat
selalu meningkat tiap tahunnya,
pungkasnya.

UPZ Corner

UPZ PT Timah:

Kumpulkan
Zakat Karyawan
Lebih dari Rp500
Juta/Bulan
Keberadaan
perusahaan mungkin
saja memudar, namun
kebermanfaatan untuk
masyarakat tak akan
memudar

IAT baik akan selalu berbuah keberkahan.


Berbekal keyakinan ini, PT Timah
(Persero) Tbk memantapkan untuk mendirikan
Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada 9
September 2012 lalu. Tak butuh waktu lama.
Tak sampai dua tahun, kini seluruh karyawan
yang berjumlah lebih dari 16 ribu orang secara
rutin berzakat setiap bulan.
Direktur Utama PT Timah, Sukrisno dalam
pertemuan dengan pengurus BAZNAS
beberapa waktu yang lalu mengatakan,
berzakat merupakan salah satu kenangkenangan bagi masyarakat. Masyarakat dapat
terus merasakan kebermanfaatan perusahaan
pertambangan itu, bahkan jika suatu saat
keberadaan fisiknya sudah tidak ada.

Muharam-Rabi'ul Awal 1437 H

27

Pada akhirnya (tambang) timah


itu akan habis, tapi kami ingin ada
yang menjadi kenang-kenangan
bagi masyarakat, yaitu sebuah
kebermanfaatan yang ditinggalkan
PT Timah, ucapnya.
Tak
tanggung-tanggung,
sejak
Agustus 2014, melihat efektivitas
kiprah UPZ, direksi PT Timah
pun mengambil kebijakan untuk
menaikkan seluruh gaji karyawan
sebesar 2,5 persen. Bagi karyawan
Muslim, gaji ini kemudian secara
otomatis dipotong sebagai dana
zakat kepada BAZNAS.
Pengurus Harian UPZ PT Timah
Sofiyan Rudianto mengatakan bahwa
saat ini nilai dana zakat karyawan
yang terkumpul per bulan di atas Rp
500 juta. Sekarang alhamdulillah
sudah 100 persen karyawan yang
berzakat. Tentu ini tidak terlepas dari
kiprah UPZ yang telah memberikan
kesan positif di mata Direksi sehingga
muncul kepercayaan dari mereka
terhadap UPZ dan tentunya kepada
BAZNAS, ungkapnya.
Sofiyan menyadari pada awalnya tak
mudah meyakinkan seluruh karyawan
untuk menyisihkan 2,5 persen dari
gaji mereka. Banyak karyawan
yang masih lebih suka menyalurkan
zakatnya sendiri langsung kepada
mustahik. Sejak awal dibentuk
UPZ sampai dengan Juli 2014, baru
sekitar 200 lebih karyawan yang ikut
menyetor zakat infak dan sedekah
(ZIS)-nya melalui UPZ, katanya.

28

Mei 2016 M

Memperluas
kebermanfaatan
Sofiyan
mengakui,
meski
belum memfokuskan diri pada
bidang tertentu, UPZ PT Timah
berharap dapat terus memperluas
kebermanfaatan melalui berbagai
program penyaluran. Ia menyebutkan
salah satu program penyaluran
ZIS yang paling fenomenal yakni
peresmian Rumah Sehat BAZNASTIMAH, Rabu (29/7) lalu.
Bangunan dua lantai di atas tanah
seluas 2.390 meter persegi itu
dibangun dari dana CSR PT TIMAH
(Persero) senilai Rp5,3 miliar. Dana
ini termasuk fasilitas medis dan nonmedis, di antaranya, Klinik Umum,
Klinik Gigi, Klinik Hipertensi dan
Diabetes Melitus, Instalasi Gawat
Darurat (IGD), Fisioterapi, Rawat
Inap, Laboratorium, Apotik. Ada pula
layanan kesehatan luar gedung yang
komprehensif pada mobil ambulans.
Pembangunan layanan kesehatan ini
merupakan sumbangsih perusahaan
PT TIMAH kepada masyarakat
Bangka Belitung dan mendukung
Pemerintah Kota Pangkal Pinang
dalam wujud penyediaan fasilitas
kesehatan
berkualitas
bagi
masyarakat yang membutuhkan,
jelasnya.

Tak hanya itu, program penyaluran


langsung dalam bentuk bantuan di
bulan Ramadhan juga terus dilakukan
PT Timah. Selasa (7/7) lalu, UPZ
mengajak 100 lebih kaum dhuafa
belanja gratis di pusat perbelanjaan
Ramayana Pangkalpinang. Setiap
anak pun bebas membeli barang yang
diinginkan hingga senilai Rp500 ribu.
Alhamdulillah tahun ini kami juga
melaksanakan kegiatan pesantren
anak dhuafa dan juga untuk para
mualaf, ucapnya.
Sofiyan mengakui, sejak kehadiran
UPZ, keberkahan lambat laun mulai
dirasakan para karyawan. Semakin
bermanfaat dana ZIS yang mereka
setorkan, kebahagiaan pun semakin
dirasakan para karyawan. Insya
Allah, keberkahan akan didapatkan
oleh karyawan dan perusahaan dalam
bentuk ridha Allah SWT, keberkahan
rezeki dan kebaikan hidup dunia dan
akhirat, katanya.

Daftar Nomer Rekening


Baznas
BANK

CABANG
Plaza Mandiri

syariah

REKENING INFAK

070-00 -0185555-5

0700001877773

Thamrin

700 1325498

700 1334 756

Jakarta Prapatan

0029 2855 58

0029 2829 77

Ciracas

0058 3323 62

0058 3323 70

Kwitang

6860 1487 55

6860 1485 77

011-555510

011-777710

KP Sudirman

301 007 0753

301 007 0752

Jakarta

2-700-000555

2-700-005777

Jakarta Benhil

009 555 5554

009 577 7779

Jakarta Benhil

098 888 8819

098 888 8819

Pondok Indah

971 0064 55

971 0078 77

8800255-01-6

8800277-01-0

Kuningan

10000 15559

10000 17779

Harmoni

7011 0011 55

7011 0016 77

Jakarta Benhil

1000 783214

1000782854

KP Kuningan

127.80.0001.555

127.80.0001.977

502.01.0011 8.00.9

502.01.0011.9005

Rekening Ponsel

081 00000 111

081 00000 777

KP Cik Ditiro

990 00 23 828

990 00 47 964

006.01.01.00555.5

006.01.01.00777.7

500.100.555.3

500.100.777.0

1009001189

Jatinegara

(Dollar)

REKENING ZAKAT

Melawai

Sudirman

KC Bekasi
KP Operasional Senayan
KC Slipi
KC Abdul Muis

0504.01.000239.30.0

0504.01.000240.30.1

Untuk layanan & konfirmasi donasi anda, jemput zakat, konsultasi zakat silahkan menghubungi call center BAZNAS di
021-3904555 atau email ke baznas@baznas.go.id | www.baznas.go.id

Data Penghimpunan dan


Pendayagunaan Zakat

Data sementara sampai dengan tangal 18 April 2016 menurut Sistem Informasi BAZNAS

30

Mei 2016 M

Kolom

Marwah
Zakat
Arifin Purwakananta

Direktur Amil Zakat Nasional BAZNAS

egara ini sebagian besar


rakyatnya mempercayai zakat
sebagai suatu sistem penting
untuk pengentasan kemiskinan dan juga sangat gemar berzakat namun keyakinan ini tak nyambung
dengan keyakinan negara. Zakat
adalah
wacana
kesalehan.,
wacana peribadatan dan belum
menjadi pemikiran pembanguan
sosial apalagi sebagai diskursus
ekonomi. Dalam peta pengentasan
kemiskinan zakat mungkin cuma
pelipur lara.
Banyak kita tak sempat menggali
ajaran Zakat. Tak heran banyak
yang tak mengerti zakat. Kita tahu
sebatas kewajiban zakat yang
2,5 persen. Bagaimana zakat
dikumpulkan, bagaimana zakat di
administrasikan dan didistribusikan
tak menjadi penting bagi kita.
Bayangkan
kebijakan
strategis
Rasulullah ketika membentuk tim
Amilin yang berkembang kemudian
menjadi baitul maal. Bayangkan
juga bagaimana zakat (juga infaq,
sedekah, wakaf dll) dihimpun dan
didayagunakan untuk pembangunan
negara dan dakwah pada masa itu.
Kita sering dengar tentang kisah
zakat di zaman Umar Bin Abdul Aziz
yang fenomenal itu.

Istilah penyaluran zakat sangat


menjebak. Karena zakat tidaklah
sekedar dikumpul dan diberikan
tanpa konsepsi untuk pengentasan
kemiskinan. Padahal ditetapkannya
Amil Zakat adalah untuk memetakan,
merencanakan, mengembangkan
dan memberdayakan zakat sebagai
suatu
komponen
sumberdaya
yang
akan
memakmurkan
ummat. Jadi zakat memang harus
didayagunakan, bukan sekedar
disalurkan.
Karena
targetnya
adalah memberdayakan, bukan
sekedar keterampilan mendata si
miskin, adalah penting memahami
anatomi
kemiskinan
dan
menemukan obat bagi penyakit
sosial ini. Zakat harus di arsiteki
secara terpadu bersama kekuakan
pembangunan umat lainnya seperti
sektor keuangan, perdagangan,
permodalan, asuransi, pariwisata
dll. Jadi zakat tak tunggal sebagai
obat bagi kemiskinan. Ia harus
holistic. Makanya butuh kebijakan
kepimimpinan dan aturan yang
cantik dan memberdayakan.
Ajaran zakat membuat kondisi
kesalehan
ummat
maneingkat
karena zakat mengajak kita semua
mengaitkan kehidupan keseharian

kita
dengan
kawajiban
dan
penglihatan Allah Swt. Tijaroh dan
semua sektor pekerjaan rakyat kita
dihitung dengan mengaitkannya
dengan kewajiban zakat dan anjuran
peduli kepada orang lain. Maka
kondisi ini menciptakan kesalehan
ummat. Jangankan berlaku curang
seperti mengurangi timbangan
atau kecurangan perdagangan
lainnya, dari keuntungan halalpun
kita diharapkan menyisihkannya
buat mereka yang tidak berpunya.
Budaya zakat akan membentuk
budaya bersih dan adil.
Zakat juga adalah sumberdaya yang
tak kunjung henti. Selama kewajiban
zakat masih ada, maka zakat
adalah sumber daya abadi sampai
hari kiamat. Namun keabadian
zakat tak berbanding lurus dengan
jaminan kecemerlangan zakat.
Tiga unsur zakat yaitu muzakki,
mustahik (asnaf) dan Amil adalah
penentu zakat berdaya atau tidak.
Maka kesuksesan zakat harus
serius diupayakan bukan ditunggu
atau sekedar diimpikan.
Maka ketika kebangkitan zakat
mulai berderap, dan kita semua
segera akan larut dalam gerakan
meningkatnya warwah zakat.

Rajab - Sya'ban 1437 H

31

Muzaki Corner

Sudah

Berzakat?
download aplikasi muzzaki corner

Notifikasi
pembayaran
langsung

Cetak BSZ dan


Laporan Donasi

Monitoring
Zakat

Konfirmasi
Pembayaran
Update
Profil Muzaki

Menyampaikan Amanah Anda Kepada Warga


Yang Tergusur Dari Rumahnya di Luar Batang Jakarta Utara

PENGGUSURAN selalu menyisakan penderitaan bagi


kemanusiaan. Kami menyalurkan amanah kepedulian
masyarakat kepada warga korban penggusuran di
Luar Batang Jakarta Utara pada Selasa tanggal 12
April 2015 hingga Sabtu, 16 April 2016. Kegiatan
yang dilaksanakan adalah bantuan makanan, trauma
healing bagi anak pengungsi, pemberian famili kit dan
penyediaan ambulance bagi kebutuhan pengungsi.
Saat ini kami masih menerima donasi untuk membantu
mereka mendapatkan layanan kehidupan yang layak
sebagai mana warga lainnya.

(021) 390 4555

Anda mungkin juga menyukai