Anda di halaman 1dari 7

1.

1 LATAR BELAKANG
Untuk mengawali pembahasan makalah ini, saya akan
sedikit menjelaskan di dalam latar belakang ini mengapa saya
memilih judul Diskriminasi terhadap Anak Usia Dini, padahal
banyak masalah sosial lain yang bisa untuk diteliti, itu karena
saya beranggapan bahwa judul yang saya ambil ini jarang
dijangkau oleh mahasiswa lain. Karena sifatnya yang sangat
pribadi dan membutuhkan pengakuan dari hati yang sangat
dalam dari pelaku dan korban sebagai penunjang data untuk
mencapai target yang diinginkan serta memperoleh data yang
sebenarnya. Dalam kasus yang saya teliti ternyata masih
banyak dilakukan di desa-desa yang kurang atau minimnya
pengetahuan tentang hukum terutama tentang hak asasi
manusia. Berawal dari rasa jengkel orangtua yang tidak
sabaran terhadap anaknya, hingga kemudian anaknya salah
sedikit langsung dipukul, hingga memar. Hal ini tidak
berlangsung satu atau dua kali saja, namun hingga berkali-kali.
Sebenarnya hal ini berdampak buruk bagi si anak. Apabila
berkelanjutan, maka anak bisa mengalami gangguan psikis dan
fisiknya. Selebihnya akan dipaparkan dalam pembahasan
makalah
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari Diskriminasi?
2. Apakah pengertian dari Anak?
3. Apakah sebab-sebab dari tindak diskriminasi terhadap
anak usia dini?
4. Apakah akibat dari tindak diskriminasi terhadap anak usia
dini?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan saya dalam menulis makalah ini adalah untuk
belajar. Melatih diri saya agar terbiasa dengan tugas yang
banyak. Serta memperkuat saya dalam berusaha disiplin. Dan
untuk para pembaca saya berharap bisa memahami apa isi
yang saya sampaikan. Karena setiap manusia itu pastilah

memiliki kekeliruan. Walaupun demikian, manusia masih bisa


berusaha menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Diskriminasi
Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan
pembedaan terhadap seseorang atau sekelompok orang
berdasarkan ras, agama, suku, kelompok, golongan, status
sosial, kelas sosial, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, orientasi
seksual, pandangan ideologi dan politik, batas negara, serta
kebangsaan seseorang (Elly M. Setiadi dkk, 2006).
Kemudian menurut undang-undang, diskriminasi adalah
setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung
atau tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas
dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status
sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik,
yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau
penghapusan, pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak
asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik
individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, huk
um, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya. (Pasal 1
Ayat (3) UU
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia).
B. Pengertian Anak Berdasarkan Undang-undang tentang
Perlindungan Anak, menyebutkan bahwa:
Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan
belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
2. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi,
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.

C. Pemaparan Data
1. Analisis Kasus Pernah ada di desa Kilensari, Kecamatan
Panarukan, kabupaten Situbondo, kasus kekerasan terhadap
anak usia dini yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri.
Dan saya pun pernah melihat dengan mata kepala saya
sendiri, jelas orang tersebut memukul anaknya. Berawal dari
ketidaksabaran orang tua dalam mendidik anak, hanya
gara-gara anaknya tidak menghabiskan makanan yang
dimakan olehnya, lalu dia ditendang kepalanya dan disuruh
menghabiskan makanan itu. Tidak saya saja yang tahu, tapi
tetangganya pun juga tahu, bahkan ibu saya juga tahu.
Berikut, saya melakukan wawancara terhadap pelaku, yang
berinisial M, mengapa saya inisialkan? Karena beliau tidak
ingin biodatanya disebut dalam pengobservasian saya.
Saya :
Assalamualaikum wr. wb.
M:
Waalaikumsalam wr. wb. Iya silahkan masuk.
Saya :
Mbak M, berhubung kita
sudah saling kenal dan berdasarkan kesepakatan melalui sms
tentang waktu dan tempat, kiranya saya
datang untuk melakukan wawancara ini secara langsung.
M:
Iya Dek, saya mengerti. Apa yang akan adek tanyakan tentang
saya?
Saya :
Baik saya akan memulai p
ertanyaan. Bagaimana cara Mbak dalam mendidik anak?
Apakah dengan kasih sayang atau disertai dengan kekerasan
juga
?
M:
Saya mendidik anak saya itu keras. Kasih sayang tapi dalam
bentuk disiplin yang keras. Misalnya, harus bangun pagi untuk
bersih-bersih, cuci piring, cuci baju, dan lain-lain. Jika tidak
melakukan hal tersebut maka saya tidak memperbolehakan dia
makan dan keluar rumah.

Saya :

Mohon
maaf mbak, saya pernah melihat Anda melakukan suatu hal
yang keras terhadap anak Mbak yaitu memukul anak ketika
makan, apakah Mbak bisa menjelaskan mengapa Mbak
berbuat yang demikian?
M:
Ya saya kurang terima saja kepada anak saya sudah capekcapek saya buat, tinggal makan, terus tidak dihabiskan,
makanan itu ya nyari, nyari itu ya pakek uang ! Walaupun dia
sudah merasa kenyang, tapi jika belum dihabiskan, maka harus
dihabiskan !

Saya :
Faktor apakah yang mendoro ng Mbak berbuat demikian?
M:
Saya berkeinginan agar anak Saya tidak manja, biar bisa
mandiri, dan menumbuhkan kedisiplinan.
Saya :
Apakah keunt
ungan bagi Mbak sendiri ketika sudah melakukan
hal tersebut?
M:
Saya merasa anak Saya berbudi pekerti yang baik, terbiasa
dengan kedisiplinan, tidak kaget dan tidak terkejut saat hidup
diluar. Bahkan dia tidak pernah berbuat onar, dia nurut apa
kata
Saya.
Saya : Jadi begitu alasan Mbak, mengapa Mbak berbuat
demikian. Baik, terima kasih atas waktunya. Mohon maaf jika
kehadiran Saya
disini mengganggu Mbak. Wassalamualaikum.
M : Iya Dek, sama -sama. Waalaikumsalam.
Kemudian saya melakukan wawancara terhadap korbannya,
berinisial A, kelas dua SD. Saya melakukan wawancara yang
kedua ini tidak pada waktu yang sama dan tempat yang sama.
Saya :Hai, dek. Lagi belajar ya?
A :Iya mbak, lagi hafalan lagu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.
Saya :Hmmmm.. rajinnya.. adek, dipipi kamu ada bekas
goresan, terkena
apa?

A :Oh ini ta mbak, ini goresan pas kemarin


saya main sebulan, bungkusnya kan terbuat dari seng, jadi
pas aku gigit, terus aku tarik, sengnya kenak pipiku.
Saya :Lain kali hati-hati ya dek. Oh, ya kamu masih sering
dimarahi tidak sama orang tua? Masih dikerasi mungkin?

A :Masih mbak. Tapi aku sudah terbiasa kok. Sekarang sudah


jarang
kasih kekerasan, karena bapak udah bilangin ibu untuk tidak
terlalu kasih kekerasan, tapi kalau marah atau bentakbentak itu masih sering.
Saya :Dalam hal apa itu dek, kok dimarahi?
A :Hanya gara-gara tidak tidur siang mbak, karena aku
keasyikan main sama temen-temen. Jarang mbak bisa main
sama temen-temen, karena di rumah sepi, hanya sama ibu
yang sering ngomel.

Saya :Terus apa lagi dek?


A :Aku disuruh nyuci mbak, bajuku, baju ibu, baju bapak. Jika
tidak
dikerjain, aku dimarahin habishabisan mbak.
Saya :Terus pengaruh itu semua buat adek apa?
A :
Saya lebih bisa disiplin mbak daripada temen-temenku. Tapi
aku sebenernya juga butuh kebebasan. Di sisi lain aku juga
merasa takut.

Dari dua jenis wawancara di atas, ada sebuah titik yang


mengganjal, bahwasannya seorang orang tua yang keras
terhadap anaknya, akan merasa yakin bahwa anaknya itu
hebat dan patuh dengan apa yang diperintahkannya. Tapi pada
kenyataannya si anak merasa tersiksa dan tertekan, akibat dari
itu dia kurang sosialisasi. Dia cenderung murung dan
menyendir.
2. Sebab sebab Diskriminasi terhadap Anak Usia Dini
Berdasarkan wawancara di atas maka dapat diperoleh sebabsebab mengapa pelaku bertindak demikian, sebagai berikut :
1) Kurang adanya kesabaran yang ada dalam perasaan orang
tua dalam mendidik anak.

2) Ada dorongan yang sangat kuat bahwa hal tersebut akan


membawa anaknya menuju yang terbaik.
3)Untuk menjadikan anak tidak manja, bisa mandiri, dan
menumbuhkan kedisiplinan.
3.Akibat akibat yang ditimbulkan Berdasarkan wawancara di
atas maka dapat diperoleh di atas akibat-akibat yang
ditimbulkan pada tindak kekerasan tersebut, sebagai berikut :
(1)Suara keras dan tindak kekerasan membuat si anak, merasa
tertekan atau stres;
(2) Si anak nantinya akan menirukan apa yang dilakukan oleh
orang tuanya terhadap dirinya kepada anaknya kelak.
(3) Si anak cenderung pendiam, murung, dan menyendiri serta
kurang dalam hal bergaul.
4.Solusi Berdasarkan data yang saya teliti, maka dapat
diperoleh solusi, sebagai berikut :
1) Berhubung data yang saya teliti berasal dari pelosok desa
yang minim pengetahuan tentang hukum, maka solusinya
adalah seperti diperingati agar orang tersebut tidak terlalu
keras dalam mendidik anaknya. Tidak dengan langsung
tetapi melalui orang terdekat pelaku.
2) Apabila masih berlanjut, kemudian tambah parah, maka
orang tersebut harus dilaporkan kepada pihak yang
berwajib. Semoga pelaku dapat jera dan sadar terhadap
perilakunya yang keterlaluan itu.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Perilaku diskriminalisasi terhadap anak usia dini, sangatlah
merugikan, dan berakibat fatal. Karena dikriminalisasi memiliki
pengertian yaitu penindasan terhadap hak asasi manusia. Anak
itu butuh kasih sayang dan perlindungan, bukan sebagai
korban kekerasan. Solusi agar pelaku jera dan sadar atas
perbuatannya yaitu :

a. Diperingati agar orang tersebut tidak terlalu keras dalam


mendidik anaknya. Tidak dengan langsung tetapi melalui
orang terdekat pelaku.
b. Apabila masih berlanjut, kemudian tambah parah, maka
orang tersebut harus dilaporkan kepada pihak yang
berwajib. Semoga pelaku dapat jera dan sadar terhadap
perilakunya yang keterlaluan itu.

DAFTAR PUSTAKA
Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
Jakarta Timur : ] Bumi Aksara. 2012. file:///D:/Stop Diskriminasi
Dan Stigma Lindungi Perempuan Dan Anak Dari HIV Aids.htm
(Rabu, 21 Agustus 2013. 07:19). file:///D:/Undang-undang
Perlindungan Anak.htm

Anda mungkin juga menyukai