Anda di halaman 1dari 11

Gangguan Pernapasan

Irine Damayanti
NIM: 10.2011.347
Email: irine_ds@yahoo.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Hidung merupakan salah satu organ penting yang seharusnya mendapat
perhatian lebih dari biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh
terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Dalam hidung manusia mempunyai
sekitar 12 rongga disepanjang atap dan bagian latral rongga udara hidung dengan
jumlah, bentuk, ukuran , dan simetri yang bervariasi.
Sinus-sinus inilah yang membentuk rongga didalam beberapa tulang wajah
dan

menjadi

salah

satu bagian

dari

hidung

yang

sering

kali

menjadi

permasalahan dikalangan masyarakat umum. Sinusitis adalah peradangan yang terjadi


pada rongga sinus. Sinus atau sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah
rongga udara yang terdapat pada bagian padat dari tulang tengkorak di sekitar wajah,
yang berfungsi untuk memperingan tulang tengkorak.
Rongga ini berjumlah empat pasang kiri dan kanan. Sinus frontalis terletak
di bagian dahi, sedangkan sinus maksilaris terletak di belakang pipi.

Sementara

itu, sinus sphenoid dan sinus ethmoid terletak agak lebih dalam di belakang rongga
mata dan di belakang sinus maksilaris. Dinding sinus terutama dibentuk oleh sel sel
penghasil cairan mukus. Udara masuk ke dalam sinus melalui sebuah lubang kecil
yang menghubungkan antara rongga sinus dengan rongga hidung yang disebut
dengan ostia. Jika oleh karena suatu sebab lubang ini buntu maka udara tidak akan
bisa keluar masuk dan cairan mukus yang diproduksi di dalam sinus tidak akan bisa
dikeluarkan.

Makroskopis

Gambar 1. Sinus paranasalis


(sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=sinus+paranasalis&hl=id&biw=)
Anatomi pernapasan
Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung sinus frontal kanan
dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila kanan dan kiri
(antrium highmore) dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang
merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui
ostium masing-masing. Pada meatus medius yang merupakan ruang diantara konka superior dan
konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris yakni muara
dari sinus maksila, sinus frontalis dan ethmoid anterior. Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia
bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak
heran jika pada foto rontgen anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk. Pada
meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara
sinus

ethmoid

posterior

dan

sinus

sfenoid.1

Fungsi sinus paranasal adalah :2

Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga

bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak.
Sebagai pengatur udara (air conditioning).
Peringan cranium
Resonansi suara.
Membantu produksi mukus.
1) Sinus Maksilaris3

Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus

I.
Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apexnya

pada pars zygomaticus maxillae.


Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa.
Berhubungan dengan :
a. Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga

jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata.


b. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Mo1ar
c. Ductus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.
2) Sinus Ethmoidalis
Terbentuk pada usia fetus bulan IV.
Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15

cellulae, dindingnya tipis.


Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung dan
mata
Berhubungan dengan :
a. Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa.
Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial
b.

(meningitis, encefalitis dsb).


Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan
operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke

daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma.


c. Nervus Optikus.
d. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan posterior.
3) Sinus Frontalis
Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.
Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis.
Volume pada orang dewasa 7cc.
Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media).
Berhubungan dengan :
a. Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta.
b. Orbita, dibatasi oleh tulang compacta.
c. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.
4) Sinus Sphenoidalis
Terbentuk pada fetus usia bulan III.
Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis.
Volume pada orang dewasa 7 cc.
Berhubungan dengan :
a. Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii.

b. Glandula pituitari, chiasma n.opticum.


c. Tranctus olfactorius.
d. Arteri basillaris brain stem (batang otak)
Mikroskopis
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan
fungsionaldibagi atas mukosa pernafasan (respiratori) dan mukosa penghidu (olfaktori).
Mukosa pernafasan biasanya berwarna merah muda, sedangkan pada daerah mukosa
penghidu berwarna coklat kekuningan.

Gambar 2. Anatomi Mikroskopis Mukosa Hidung


(Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=mikroskopis+rongga+hidung&hl=)
Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung
d a n permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan
diantaranya terdapat sel sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran
udaramukosanya lebih tebal dan kadang kadang terjadi metaplasia menjadi sel
epitalskuamosa. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu
basahkarena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket ) pada permukaannya. Palut lendir
inidihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet. Lamina propria dan kelenjar mukosa
tipis pada daerah dimana aliran udara lambat atau lemah. Jumlah kelenjar penghasil secret
dan sel goblet, yaitu sumber darimucus, sebanding dengan ketebalan lamina propria.Silia
memiliki struktur mirip rambut, panjangnya sekitar 5-7 mikron, terletak pada permukaan
epitel dan bergerak serempak secara cepat ke arah aliran lapisan , kemudian
membengkok dan kembali tegak secara lambat. Silia yang terdapat pada permukaan
epitel mempunyai fungsi yang penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam

kavum nasi akan didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mu k os a


da ya

un tu k

me mb er s i hk a n

d ir in ya

me mp un ya i

s en di ri da n j uga un tu k mengeluarkan

benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan padafungsi silia akan
menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat.
Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan, radang,
sekret kental dan obatobatan.
M u ko s a p en gh id u t er d ap a t p ad a a t ap ro ng ga hi du ng , k on ka s up er i
o r da n sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis
semu dantidak bersilia (pseudostratified columnar non ciliated epithelium). Epitelnya
dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor
penghidu. Epitelorgan pernafasan yang biasa berupa toraks bersilia, bertingkat
palsu, berbeda-beda pada berbagai bagian hidung, bergantung pada tekanan
dan kecepatan aliran udara, demikian pula suhu, dan derajat kelembaban udara.
Mukoa pada ujung anterior konka dan septum sedikit melampaui internum masih dilapisi
oleh epitel berlapis torak tanpa silia, lanjutan dari epitel kulit vestibulum. Sepanjang jalur
utama arus inspirasi epitelmenjadi toraks bersilia pendek dan agak ireguler. Selsel meatus media dan inferior yang terutama menangani arus ekspirasi
memiliki silia yang panjang dan tersusun rapi.4

Sistem Pernapasan Manusia


Pada manusia organ pernapasan utamanya adalah paru paru ( pulmo ) dan di
bantu oleh alatalat pernapasan lain. Jalur udara pernapasan untuk menuju sel sel tubuh
ialah rongga hidung faring ( rongga tekak ) laring trakea ( batang tenggorokan )
bronkus paru-paru alveolus sel-sel tubuh.5

Rongga hidung
Merupakan tempat yang paling awal di masuki udara pernapasan. Udara pernapasan
masuk melalui lubang hidung menuju rongga hidung yang di lengkapi dengan silia dan

selaput lendir yang berguna untuk menyaring debu, melekatnya kotoran pada rambut

hidung, mengatur suhu udara pernapasan,dan menyelidiki adanya bau udara.


Faring
Dari rongga hidung, udara pernapasan munuju faring. Faring ( rongga tekak ) merupakan
rongga pertigaan ke arah saluran pencernaan ( esofagus ) saluran pernapasan ( batang
tenggorok ), dan saluran ke rongga hidung. Mekanisme menelan dan bernapas ini telah di
atur sedemikian rupa dengan semacam katup epiglotis serta gerakan laring ke atas
sewaktu menelan, sehingga saluran ke rongga hidung ( saluran pernapasan ) tertutup

rapat.
Laring
Dari faring udara masuk ke laring. Dalam laring terdapat selaput suara yang
ketegangannya di atur oleh serabut serabut otot sehingga dapat mengatur tinggi rendah
nada suara yang di perlukan. Keras lemahnya suara di tentukan oleh aliran udara yang

melewati selaput suara.


Trakea
Dinding batang tenggorok ( Trakea ) dan dinding bronkus ( cabang batang tenggorokan)
terdiri atas tiga lapisan sel. Lapisan lapisan itu berturut turut dari dalam adalah lapisan
epitelium ( bersilia dan berlendir ) lapisan tulang rawan dengan otot polos, dan lapisan
terluar yang terdiri dari jaringan pengikat. Trakea terletak di daerah leher di depan
kerongkongan ( esofagus ). Trakea merupakan pipa yang terdiri dari gelang gelang
tulang rawan. Bagian pangkal selalu dalam keadaan terbuka. Di daerah dada, trakea
bercabang dua ; satu ke kiri dan satu ke kanan, yang di sebut bronkus ( cabang batang
tenggorok ). Tempat percabangan ini di sebut bifurkasi.

Bronkus dan paru paru


Bronkus masuk ke paru paru. Paru paru terletak di dalam rongga dada di kanan dan di
kiri jantung. Paru paru sebelah kanan terdiri atas tiga kelompok alveolus dan
merupakan tiga belahan. kiolus Paru paru sebelah kiri terdiri atas dua kelompok
alveolus dan merupakan dua belahan paru paru.

Bronkiolus dan Alveolus

Dari bronkus, udara masuk ke cabang bronkus yang semakin halus lagi yang di sebut
bronkiolus. Bronkiolus berakhir sebagai gelembung gelembung halus yang di sebut
alveolus. Alveo lus di selubungi oleh pembuluh darah kapiler tempat terjadinya difusi dan
pada saat paru paru mengembung dan mengempis, paru paru terlindungi dari gesekan
karena adanya cairan limfa di antara kedua selaput pembungkus paru paru ( pleura ).
Selaput sebelah dalam di sebut pleura paru paru, sedangkan selaput sebelah luar di
sebut pleura dinding rongga dada. Tekanan pada rongga pleura atau intratoraks lebih kecil
daripada tekanan udara luar.
Proses pernapasan
Mekanisme pernapasan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut.6
1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Otot
antartulang rusuk luar berperan mengangkat tulang rusuk, sedangkan otot
antartulang rusuk dalam berperan menurunkan tulang rusuk ke posisi semula.
Mekanisme pernapasan dada dapat dibedakan sebagai berikut.
a) Fase inspirasi
Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada
membesar. Akibatnya, tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
b) Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih
besar daripada tekanan luar sehingga udara dalam rongga dada yang kaya
karbon dioksida keluar.
2. Pernapasan Perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan


aktivitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap sebagai berikut.
a) Fase inspirasi
Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar.
Akibatnya, rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara
luar masuk.
b) Fase ekspirasi
Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke
posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan
menjadi lebih besar. Akibatnya, udara keluar dari paru-paru.

Gambar 3. Inspirasi dan ekspirasi


(sumber:

http://www.google.co.id/imgres?

q=inspirasi+dan+ekspirasi+)

Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada


kebutuhan tubuh. Kebutuhan oksigen dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh,
serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan. Umumnya, manusia
membutuhkan kurang lebih 300 cc oksigen dalam sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap
menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi
biasa kecuali dalam keadaan tertentu. Misalnya, konsentrasi oksigen udara inspirasi
berkurang atau karena konsentrasi hemoglobin darah berkurang. Proses pernapasan dapat
diuraikan sebagai berikut.

1. Oksigen yang dihirup pada saat menarik napas akan berdifusi masuk ke darah dalam
kapiler darah yang menyelubungi alveolus.
2. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah
(hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Hemoglobin yang terdapat dalam
butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin atau hematin yang
mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein.
3. Hasil pernapasan yang dikeluarkan adalah berupa CO 2. Sebenarnya reaksi pernapasan
berupa pengolahan O2 menjadi energi dan penglepasan CO2 tersebut dilakukan di dalam
sel dan terjadi pada bagian yang disebut mitokondria.
4. Peristiwa respirasi di dalam sel ini disebut pula sebagai oksidasi. Jadi, organ pernapasan
berfungsi

untuk

mengambil

udara

pernapasan,

menampung,

kemudian

mendistribusikannya ke seluruh jaringan, serta selanjutnya mengeluarkannya dalam


bentuk udara hasil pernapasan.
5. Udara hasil pernapasan selain CO2 adalah H2O (uap air). Oleh karena itulah, apabila kita
mengembuskan napas di kaca akan terbentuk titik-titik air. Titik-titik air itu terjadi karena
peristiwa pengembunan uap air hasil pernapasan.
Mekanisme Transpor Oksigen dan Karbondioksida Pada Paru, Dalam Aliran
Darah dan Pada Jaringan
1. Transpor O2 di darah & jaringan :7
O2 ditranspor dengan mekanisme difusi pasif, yaitu mengikuti gradien konsentrasi,
dari konsentrasi tinggi kekonsentrasi rendah. Adapun dalam sistem transpornya
O2 dapat dibagi menjadi 2:
- 1,5% O2 terlarut di plasma
- 98,5% O2 berikatan dengan hemoglobin membentuk oksihemoglobin
Dengan tingginya tekanan parsial O2 (PO2) di darah dibanding di jaringan, maka
O2 akan ditranspor dari darah ke jaringan. Faktor yang dapat mempengaruhi
transpor O2 selain PO2 adalah pH, PCO2, suhu, & 2,3 BPG. Faktor-faktor tersebut
akan mempengaruhi afinitas O2.
2. Transpor CO2 di darah & jaringan
CO2 ditranspor secara difusi pasif, yaitu mengikuti gradien konsentrasi, dari

konsentrasi tinggi ke rendah. Adapun dalam mekanisme transpornya CO2


ditranspor dalam 3 bentuk:
- 7% terdisolusi di plasma
- 23% berikatan dengan Hb membentuk karbaminohemoglobin
- 70% berbentuk ion bikarbonat
Saat tekanan parsial CO2 (PCO2) di jaringan lebih tinggi, maka CO2 akan ditranspor dari
jaringan ke darah.

Faktor faktor yang Mempengaruhi


Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga
hidung akan menyebabkan terjadinya penyakit sinusitis. Secara garis besar penyebab
sinusitis ada 2 macam, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik.8
a) Faktor lokal penyebab penyakit sinus adalah semua kelainan pada hidung yang dapat
mengakibatkan terjadinya sumbatan,antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor,
benda asing, iritasi polutan dan gangguan pada mukosilia (rambut halus pada selaput
lendir).
b) Faktor sistemik penyebab penyakit sinus adalah keadaan di luar hidung yang dapat
menyebabkan penyakit sinusitis,antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS),
penggunaan obat-obat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung.

Kesimpulan
Sinusitis dipengaruhi oleh gangguan pada sinus paranasalis, mekanisme pernapasan,
faktor-faktor lokal dan sistemik yang mempengaruhi.

Daftar Pustaka
1. Bernard SM. Anatomi umum. Jakarta: Bagian Anatomi FK-UKI; 2011.
2. Herawati S. Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001.
3. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
4. Geneser F. Atlas berwarna histologi.Jakarta: Binarupa Aksara; 2007.h.55-65.

5. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology.


5th ed. US: FA Davis Company; 2007. p. 104-34.
6. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Ed.6. Jakarta: EGC; 2011.
7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. 22nd ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005.
8. Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill
Companies; 2001.

Anda mungkin juga menyukai