f. Suhrowardi Al-Maqtul
Pandangan Suhrowardi terhadap metafisika dan cahaya pada dasarnya
tetap bersifat immaterial. Entitas yang pertama yang diciptakan
Tuhan adalah akal pertama, kemudian melalui proses emanasi
timbul akal kedua dan seterusnya.
g. Ibnu Sina
Dari Tuhanlah kemajuan yang mesti, mengalir intelegensi pertama
sendirian karena hanya dari yang tunggal. Yang mutlak, sesuatu
yang dapat mewujud. Tetapi sifat ontelegensi pertama tidak
selamanya mutlak satu, karena ia bukan ada dengan sendirinya, ia
hanya mungkin dan kemungkinannnya itu diwujudkan oleh Tuhan.
Berkat kedua sifat itu, yang sejak saat itu melingkupi seluruh
ciptaan di dunia, intelgensi pertama memunculkan dua kewujudan
yaitu:
a. Intelegensi kedua melalui kebaikan ego tertinggi dari adanya
aktualitas.
b. Lingkungan pertama dan tertingi berdasarkan segi terendah
adanya, kemungkinan alamiyah. Dua proses pamancaran inii
berjalan terus sampai kita mencapai intelegensi kesepuluh yang
mengatur dunia ini, yang oleh kebanyakan filosuf muslim disebut
sebagai malaikat Jibril.
h. Al-Ghazali
Pada mulanya ia berangggapan bahwa pengetahuan itu adalah
hal-hal yang dapat ditangkap oleh panca indra. Tetapi kemudian
ternyata bahwa baginya panca indra juga berdusta. Karena tidak
percaya pada panca indra, al Ghazali kemudian meletakan
kepercayaannya kepada akal. Alasan lain yang membuat al
Ghazali terhadap akal goncang, karena ia melihat bahwa aliranaliran yang mengunakan akal sebagai sumber pengetahuan,
ternyata
menghasilkan
pandangan-pandangan
yang
bertentangan, yang sulit diselesaikan dengan akal.
Lalu al Ghazali mancari ilm al yaqini yang tidak mengandung
pertentangan pada dirinya. Tiga bulan kemudian Allah memberikan nur
yang disebut juga oleh Al Ghazali sebagai kunci marifat ke dalam
hatinya. Dengan demikian bagi Al Ghazali intuisi lebih tinggi dan lebih
dipercaya daripada akal untuk menangkap pengetahuan yang betul-betul
diyakini.
i. Ibnu Thufail
Ibn Thufail menunjukkan jalan untuk sampai kepada objek
pengetahuan yang maha tingi atau Tuhan. Jalan pertama melalui
wahyu, dan jalan kedua adalah melalui filsafat. Marifat melalui
akal ditempuh dengan jalam keterbukaan, mengamati, meneliti,
mancari, mencoba, membandingkan, klasifikasi, generalisasi dan
menyimpulkan. Jadi marifah adalah sesuatu yang dilatih mulai
dari yang kongkrit berlanjut kepada yang abstrak. Dan khusus
menuju global. Seterusnya dilanjutkan dengan perenungan yang
terus menerus. Marifah melalui agama terjadi lewat pemahaman