Stephanie
10 2008 150
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11470
No. Telp. (021) 56942961
stephoney_9@yahoo.com
Abstrak: Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus
genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Perdarahan post partum didefinisikan
sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah anak lahir.
Kata kunci: post partum hemorrgahic (PPH)
Abstract:
Keywords:
PENDAHULUAN
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus
genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Perdarahan post partum didefinisikan
sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah anak lahir.1,2
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya
paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian
besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris
(2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan
post partum.1
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga
sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat
sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah
memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di
Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka
tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.3
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari
etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan
variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian
besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan
atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya
mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat
terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum,
laserasi vagina, cedera levator ani dan cedera pada serviks uteri.1
ISI
ANAMNESIS
Anamnesis merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Anamnesis
yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan dan
evaluasi dari tindakan yang dilakasanakan. Anamnesis dilakukan secara sistematis,
berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara
dan pemeriksaan fisik.Anamnesis terhadap pasien post partum meliputi identitas klien
Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record
dan lain-lain. Riwayat kesehatan:
1. Riwayat kesehatan dahulu:riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit
ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
2. Riwayat kesehatan sekarang. Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu:
kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), nadi lemah, pucat, luka
berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, dan mual.
Pemeriksaan Khusus:
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan
mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi:
jam berikutnya.
Tensi diawasi tiap 8 jam.
Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah.
Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan.
Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek
perdarahan yang merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat
perhatian. Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan
mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah
perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat.
3. Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di
vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya
kenaikan fundus uteri setelah uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari
perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis,
pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam.
4. Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi
abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan
lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang
keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan
pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari
serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.2
ETIOLOGI
Penyebab perdarahan postpartum ada 4 hal, yang untuk mudahnya disingkat
sebagai 4Ts: Tone, Trauma, Tissue dan Thrombin. Tone merujuk pada tonus uteri;
trauma merujuk pada trauma jalan lahir berupa laserasi vagina, serviks maupun
uterus; tissue merujuk pada retensi sisa plasenta; dan thrombin merujuk pada
koagulopati, mencakup hemofilia, DIC, penggunaan aspirin, ITP, TTP dan VWD.
Kondisi-kondisi ini kebanyakan teridentifikasi sebelum persalinan dimana rendahnya
angka trombosit menaikkan resiko perdarahan.1
Etiologi dari perdarahan post partum adalah:
A. Etiologi perdarahan postpartum dini:
a. Atonia uteri. Faktor predisposisi terjadinya atoni uteri adalah:
Umur yang terlalu muda/tua
Prioritas sering dijumpai pada multipara dan grande mutipara
Partus lama dan partus terlantar
Uterus terlalu regang dan besar misal pada gemelli,
hidromnion/janin besar
Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couveloair
PENATALAKSANAAN
Penanganan umum pada perdarahan post partum:
rawat gabung).
Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.
Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan
lahir.
Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan.
Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.
1. Hal-hal yang menyebabkan uterus meregang lebih dari kondisi normal seperti pada:
Polihidramnion
Kehamilan kembar
Makrosomi
2. Persalinan lama
3. Persalinan terlalu cepat
4. Persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Paritas tinggi
Jika seorang wanita memiliki salah satu dari kondisi-kondisi yang berisiko ini,
maka penting bagi penolong persalinan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
atoni uteri postpartum. Meskipun demikian, 20% atoni uteri postpartum dapat terjadi
pada ibu tanpa faktor-faktor risiko ini. Adalah penting bagi semua penolong
persalinan untuk mempersiapkan diri dalam melakukan penatalaksanaan awal
terhadap masalah yang mungkin terjadi selama proses persalinan.
Langkah berikutnya dalam upaya mencegah atonia uteri ialah melakukan
penanganan kala tiga secara aktif, yaitu:
1. Menyuntikan Oksitosin
Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.
Menyuntikan Oksitosin 10 IU secara intramuskuler pada bagian luar paha
kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan
bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah.
2. Peregangan Tali Pusat Terkendali
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva atau
sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bahwa kemudian ke
atas sesuai dengan kurve jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva.
Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta belum lahir, pindahkan
KOMPLIKASI
Perdarahan postpartum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan:
1. Syok hemoragic. Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan
menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan
gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia
berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan
menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan selanjutnya merusak
bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi
maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan
2. Anemia. Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan
perubahan hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia
dapat berlanjut menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak
bergairah dan juga akan berdampak juga pada asupan ASI bayi
3. Sindrom Sheehan. Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan
postpartum sampai syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat
menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisis dapat
mempengaruhi sistem endokrin.
4. Gagal jantung karena perdarahan.
5. Kematian.
PENCEGAHAN
Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan resiko tinggi akan memudahkan
penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat
perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang
sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan. akan tetapi, pada saat proses persalinan,
semua kehamilan mempunyai resiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah
satunya adalah perdarahan pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keaadaan umum dan
mengantisipasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada
saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal
2. Mengenal faktor predisposisi PPH seperti multipritas, anak besar, hamil
kembar, dan lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
Melakukan secara rutin manajemen aktif KALA III pada semua wanita yang
bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pascapersalinan
PROGNOSIS
Perdarahan post partum masih merupakan ancaman yang tidak terduga
walaupun dengan pengawasan yang sebaik-baiknya, perdarahan postpartum masih
merupakan salah satu sebab kematian ibu yang penting. Sebaliknya menurut pendapat
para ahli kebidanan modern Perdarahan post partum tidak perlu membawa kematian
pada ibu bersalin. Pendapat ini memang benar bila kesadaran masyarakat tentang hal
ini sudah tinggi dan dalam klinik tersedia banyak darah dan cairan serta fasilitas
lainnya. Dalam masyarakat kita masih besar anggapan bahwa darahnya adalah
merupakan hidupnya karena itu mereka menolak menyumbangkan darahnya,
walaupun untuk menolong jiwa istri dan keluarganya sendiri.
Pada perdarahan post partum, Mochtar R. ddk melaporkan angka kematian ibu
7,9 % dan Wiknjosastro H. 1,8-4,5 %. Tingginya angka kematian ibu karena banyak
penderita yang dikirim dari luar dengan keadaan umum yang sangat jelek dan anemis
dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong.
PENUTUP
Perdarahan postpartum adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam
pertama setelah lahirnya bayi. Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama
dikontrol oleh kontraksi dan retraksi anyaman serat-serat otot serta agregasi trombosit
dan trombus fibrin di dalam pembuluh darah desidua. Perdarahan postpartum dibagi
atas dua bagian yaitu perdarahan postpartum dini dan lanjut. Perdarahan postpartum
dini adalah perdarahan yang berlebihan selama 24 jam pertama setelah kala tiga
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom
KD. Hemorrhagic Post Partum. In: Williams Obstetrics. 22nd edition. New York:
Mc Graw-Hill, 2005.
2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Perdarahan Post Partum. Dalam:
Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 1. Cetakan ke-8. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2010.
3. Israr YA, Anita T, Lestari, Dewi A. Perdarahan Post Partum. 29 September 2008.
Diunduh
dari,
http://belibis-a17.com/2008/09/29/perdarahan-postpartum-post-