Nefropati
Nefropati
PENDAHULUAN
Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskuler utama dari
diabetes mellitus (DM) baik pada tipe 1 maupun tipe 2 yang dapat berakhir
sebagai gagal ginjal.1 Nefropati diabetik didefinisikan sebagai proteinuria
(albuminuria) yang menetap (>300 mg/24 jam) secara klinis pada minimal dua
kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan tekanan darah dan penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerulus).2,3
Diperkirakan satu pertiga pasien dengan DM tipe 1 dan satu perenam
pasien dengan DM tipe 2 akan berkembang menjadi nefropati diabetik. 1 Ketika
nefropati diabetik telah terjadi, interval menuju end stage renal disease (ESRD)
bervariasi dari 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun dan terjadi kemiripan antara
DM tipe 1 dan tipe 2. Meskipun DM tipe 2 merupakan penyebab ESRD yang
umum terjadi, orang dengan penyakit ginjal dan DM tipe 2 tidak mencapai ESRD
karena mortalitas kardiovaskular meningkat dua sampai empat kali lipat karena
adanya mikroalbuminuria atau nefropati.2,4
Faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi pada pasien nefropati diabetik
adalah kontrol gula darah, tekanan darah, dislipidemia dan merokok. Sedangkan
faktor-faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu jenis kelamin, lamanya
menderita diabetes, genetik keluarga dan faktor etnis. Penelitian di Inggris
membuktikan bahwa pada orang Asia jumlah penderita nefropati diabetik lebih
tinggi dibandingkan dengan orang barat. Hal ini disebabkan karena penderita DM
tipe 2 orang Asia terjadi pada umur yang relatif lebih muda sehingga
berkesempatan mengalami nefropati diabetik lebih besar. Di Thailand prevalensi
nefropati diabetik dilaporkan sebesar 29,4%, di Filipina sebesar 20,8%, sedang di
Hongkong 13,1%. Di Indonesia terdapat angka yang bervariasi dari 2,0% sampai
39,3%.4-7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Nefropati diabetik adalah sindrom klinis pada pasien DM yang
ditandai dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam) pada minimal dua
kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan yang berhubungan
dengan peningkatan tekanan darah dan penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerulus).2-3
Mikroalbuminuria didefinisikan sebagai ekskresi albumin lebih dari 30
mg/hari dan dianggap sebagai indikator penting timbulnya nefropati
diabetik.2
B. Epidemiologi
Insidens kumulatif mikroalbuminuria pada pasien DM tipe 1 adalah
12.6%
berdasarkan
European
Diabetes
(EURODIAB)
Prospective
Complications Study Group selama lebih dari 7,3 tahun dan hampir 33% pada
follow-up selama 18 tahun pada penelitian di Denmark. Pada pasien dengan
DM tipe 2, insidens mikroalbuminuria adalah 2% per tahun dan prevalensi
selama 10 tahun setelah diagnosis adalah 25% di United Kingdom Prospective
Diabetes Study (UKPDS). Proteinuria terjadi pada 15-40% dari pasien dengan
DM tipe 1 dengan puncak insidens sekitar 15-20 tahun dari pasien diabetes.
Pada pasien dengan DM tipe 2, prevalensi sangat berubah-ubah, berkisar
antara 5 sampai 20%.2,4,6
Nefropati diabetik lebih umum di antara orang Afrika-Amerika, Asia,
dan Amerika asli daripada orang Kaukasia. Di antara pasien yang memulai
renal replacement therapy pada tahun 2001-2011, insidens nefropati diabetik
dua kali lipat dari tahun 1991-2001. Rata-rata peningkatan menjadi semakin
menurun, mungkin karena pemakaian pada praktek klinis bermacam-macam
langkah yang berperan pada diagnosis awal dan pencegahan nefropati
diabetik, yang dengan cara demikian menurunkan perkembangan penyakit
Products), peningkatan
Ekstrasel
Hipertrofi sel
sintesa matriks
ekstraselular
Inhibisi sintesis NO
kemudian menginduksi perubahan pada ekspresi gen pada sel endotel, sel
mesangial, dan makrofag.
intraselular
(hiperglisolia)
akan
menyebabkan
oleh
enzim
glutamin:
fructose-6-phosphate
mesangial
yang
difus,
hialinosis,
mikroaneurisma,
dan
hipokontraktil
memiliki
sedikit
autoregulasi.
Sehingga
10
diabetes
mellitus
tipe
(IDDM)
dan
tipe
(NIDDM).
11
G. Diagnosis
Berdasarkan visibilitas, diagnosis, manifestasi klinik, dan prognosis maka
telah dibuat kriteria diagnosis klasifikasi Nefropati Diabetikum tahun 1983
yang praktis dan sederhana. Diagnosis nefropati diabetik dapat dibuat apabila
dipenuhi persyaratan seperti di bawah ini: 4,8
1. Diabetes mellitus
2. Retinopati Diabetikum
3. Proteinuria yang presisten selama 2x pemeriksaan interval 2 minggu tanpa
penyebab proteinuria yang lain, atau proteinuria 1x pemeriksaan plus
kadar kreatinin serum >2,5 mg/dl.
Data yang didapatkan pada pasien antara lain pada:
1. Anamnesis
Dari anamnesis kita dapatkan gejala-gejala khas maupun keluhan tidak
khas dari gejala penyakit diabetes. Keluhan khas berupa poliuri, polidipsi,
polifagi, penurunan berat badan yang terus menerus. Keluhan tidak khas
berupa: sering kesemutan, pandangan kabur, luka sukar sembuh, gatalgatal pada kulit, ginekomastia, impotens.2,8
2. Pemeriksaan fisik
Pada nefropati diabetikum didapatkan kelainan pada retina yang
merupakan tanda retinopati yang spesifik dengan pemeriksaan funduskopi,
berupa : 2,4-6,8
a. Obstruksi kapiler yang menyebabkan berkurangnya aliran darah
dalam kapiler retina.
b. Mikroaneusisma berupa tonjolan dinding kapiler, terutama daerah
kapiler vena.
c. Eksudat berupa :
1) Hard exudates berwarna kuning, karena eksudasi plasma yang
lama.
1) Cotton wool patches berwarna putih, tak berbatas tegas,
dihubungkan dengan iskhemia retina.
12
bintik
atau
perdarahan
bercak,
akibat
gangguan
mungkin.
Diabetes
terkendali
yang
dimaksud
adalah
pengendalian secara intensif kadar gula darah, lipid dan kadar HbAlc
sehingga mencapai kadar yang diharapkan. Selain itu pengendalian status
gizi dan tekanan darah juga perlu diperhatikan.16
2. Pengendalian Tekanan Darah
Pengendalian tekanan darah merupakan hal yang penting dalam
pencegahan dan terapi nefropati diabetik. Pengendalian tekanan darah juga
telah ditunjukkan memberi efek perlindungan yang besar, baik terhadap
ginjal, renoproteksi maupun terhadap organ kardiovaskuler.17
14
menghindarkan
obat-obat
nefrotoksik
(NSAID,
keseluruhan
prevalensi
dari
mikroalbuminuria
dan
BAB III
KESIMPULAN
1. Nefropati diabetikum adalah sindrom klinis pada pasien diabetes mellitus
yang ditandai dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam) pada minimal
dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan yang berhubungan
dengan peningkatan tekanan darah dan penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerulus).
2. Berbagai teori tentang patogenesis nefropati diabetik adalah peningkatan
produk glikosilasi dengan proses non enzimatik yang disebut AGEs
(Advanced Glicosylation End Products), peningkatan reaksi jalur poliol
(polyol pathway), protein kinase-C, dan jalur Hexoamine memberikan
kontribusi pada kerusakan ginjal.
3. Diagnosa Nefropati Diabetika ditegakkan apabila memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. DM
b.
Retinopati Diabetika
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Navarro-Gonzlez JF, Mora-Fernndez C, Fuentes MM and Garca-Prez J.
2011. Inflammatory molecules and pathways in the pathogenesis of diabetic
nephropathy. Nat. Rev. Nephrol. 7: 327-340.
2. Daniel WF. 2007. Diabetes Mellitus. Dalam Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta: EGC. pp: 2212-2213.
3. Thomas MC and Groop PH. 2011. New approaches to the treatment of
nephropathy in diabetes. Informa Journals 20(8): 1057-1071.
4. Batuman V, Rebecca JS, Soman AS and Soman SS. 2011. Diabetic
nephropathy. Med. Scape. 1:1-6.
5. Adam JMF. 2005. Komplikasi kronik diabetik masalah utama penderita
diabetes dan upaya pencegahan. Supl. 26:3.
6. Boner G and Cooper ME. 2005. Management of Diabetic Nephropathy.
London: Martin Dunitz, Ltd. pp: 3-8.
7. Buraczynska M, Ksiazek P, Gaszczyk IB and Jozwiak L. 2006. Association of
the VEGF gene polymorphism with diabetic retinopathy in type 2 diabetes
patients. Oxford Journals. 22(3): 827-832.
19
20
21. Chobanian, AV et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA.
2003;289;19; pp 2560-2572.
21