Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Ilmu memiliki peran yang sangat penting dalam islam, konsep ilmu dalam

islam tidaklah sama dengan konsep ilmu dalam pandangan barat, oleh sebab itu
akan kita bahas lebih rinci mengenai ilmu dalam perspektif pendidikan islam.
Ilmu dalam perspektif islam dan Barat berbeda disebabkan ideology yang
berbeda. Barat hanya mengakui kebenaran yang empirik dan dibuktikan dengan
metodologi kebenaran ilmiah. Barat tidak mengakui hal-hal yang ghaib begitu
juga wahyu yang datang dari Allah SWT. Barat mendefenisikan ilmu kedalam
dengan kebenaran empirik yang dapat dibuktikan dengan metode ilmiah serta
objektif tidak mengakui intuasi atapun wahyu.
Sementara islam menjelaskan bahwa sumber kebenaran yang pertama
adalah wahyu yang tertuang di dalam Al-Quran dan Hadist. Islam juga mengakui
intuisi ataupun mimpi yang benar sebagai sumber kebenaran. Karena islam
mengakui adanya hal ghaib.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Ilmu

Perbedaan perspektif islam dan barat mengenai ilmu. Para ulama islam
menjelaskan defenisi ilmu diantaranya ilmu menurut imam Eaqhib dalam buku
mufardat Al-Quran : Mengetahui sesuatu berdasarkan hakikatnya yang
sebenarnya. Ahli logika mengatakan ilmu itu adalah mengetahui zat atau hakikat
sesuatu atau yang dikenal dengan tashawwar (deskripsi). Kedua menjustifikasi
keberadaan sesuatu dengan menafikkanya darunja atau yang dikenal oleh ahli
logika dengan istilah tashdig.1

Al-khardhoui dalam penelitiannya terhadap kitab Al-Mujam al-Murfahrah


li al-afazh al-quran al-karim menjelaskan bahwa kata ilmu dalam al-quran
terdapat 80 kali, sedangkan kata yang berkaitan seperti allama (menajarka)
yalamu (ia mengetahui) alim (tahu) dan seterusnya disebutkan berates-ratus kali.2

Imam Raqhib membagi ilmu dari sisi lain ilmu dibagi menjadi dua
macam : teori dan praktis, Ilmu teoritis adalah ilmu yang menuntut lebih dari
sekedar mengetahuinya jika ia mengetahuinya maka telah sempurnalah ilmunya
seperti ilmu mengenai berbagai yang ada di alam ini.

Ilmu dalam islam adalah pengtahuan akan kebenaran yang didasari atas
argument yang kuat dan dapat dipastikan (qathi) oleh sebab itu al-quran adalah
hujjah yang qathi begitu juga hadist yang mutawatir dan sahih. Maka keduanya
tergolong kepada ilmu bahkan menjadi sumber dan neraca ilmu dalam agama

1. Yusuf Al-Qardhawi, Al-Aqlu Wal Ilmu Fil Quranil Karim (Cairo : Maktabah AlWahbah, 1996), hal 71.
islam.
2. Al-Qardhawi dalam M.Zainuddin Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam (Jakarta :
Lintas Pustaka, 2006), hal: 42.

Sedangkan dalam pespektif Barat pengetahuan adalah informasi yang


belum dibuktikan melalui metode ilmiah.

Ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa


penyebab sesuatu dan mengapa ada persyaratan lemah sesuatu disebut ilmu sifat
awal sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam
yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif yaitu ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu
golongan masalah yang sama sifat hakikatnya tampak dari luar
maupun bentuknya dari dalam.
2. Metodis yaitu upaya yang

dilakukan

untuk

meminimalisasi

kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran


konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk
menjamin kepastian kebenaran.
3. Sistematis yaitu dalam perjalanannya mencoba dan menyelesaikan
suatu objek ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara
utuh, menyeluruh, terpadu mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya.
4. Universal yaitu kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran
universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
2.2. Klasifikasi Umum
Menurut

Imam

Bhazali

dalam

bukunya

Ihya

Ulmuddin

beliau

menerangkan secara khusus tentang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan


tatanan sosial masyarakat. Ia mengklasifikasikan ilmu pengetahuan berdasarkan
tiga criteria yaitu :

1. Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut tingkat kewajibannya berdasarkan


tingkat kewajarannya ini imam Al-Ghazali membagi kepada dua
kewajiban yaitu :
a. Ilmu pengetahuan yang fardhu ain
Segala macam ilmu pengetahuan yang dengan dapat digunakan untuk
bertauhid (pengabdian, peribadatan, kepada Allah secara benar, untuk
mengetahui zat serta sifat-sifatnya).
b. Ilmu pengetahuan Fardhu Kifayah
Setiap ilmu pengetahuan yang tidak dapat dikesampingkan dalam
menegakkan kesejahteraan dunia. Misalnya : kedokteran, berhitung,
ilmu bekam, politik dan lain sebagainya.
2. Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut sumbernya.
Adapun klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut sumbernya. Al-Ghazali
membagi kepada dua sumber :
a) Sumber dari pengetahuan syariah
Ilmu diperoleh dari para nabi as, bukan dari penggunaan ilmu akal
seperti berhitung atau dari eksperimen seperti ilmu kedokteran :
Kemudian dari pengetahuan syariah diklasifikasikan menjadi 4 bagian
yaitu :
1) Ushul yaitu, Al-Quran, As-Sunnah, Ijma dan atsar sahabat.
2) Furo yaitu Ilmu Fiqih, Ilmu akhlak atau etika islam.
3) Mukaddimah yaitu ilmu merupakan adat seperti ilmu bahasa dan
nahuru.
4) Mutammimah (Penyempurnaan) yakni ilmu Al-Quran dan hadist
dan ilmu atsar, sahabat dan lainnya.
b) Pengetahuan Ghair : Syariah (akliyah)
Sumber primernya akal pikiran, eksperimen dan akulturasi atau
sesuatu yang dapat diganti (dicari) dan tercapai oleh persepsi.
3. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menuru fungsi sosialnya.
a) Ilmu pengetahuan yang terpuji, yakni pengetahuan yang bermanfaat
dan tidak dapat dimisalnya kedokteran dan berhitung.

b) Ilmu pengetahuan yang terkutuk yaitu pengetahuan yang merugikan


dan merusak manusia misalnya : Ilmu magik (sihir) azimat-azimat
(thulasamat) ilmu tenung (syabitzah) dan astrologi. (talbisat).

2.3. Sumber Ilmu


Dr.Mulyadi Kertanegara mendefenisikan sumber pengetahuan adalah alat
atau sesuatu dari mana manusia bias memperoleh informasi tentang objek ilmu
yang berbeda sifat dasarnya.3 karena sumber pegetahuan adalah alat, maka ia
menyebut indera, akal dan hati sebagai sumber pengethuan.4
Secara umumnya, sumber ilmu pengetahuan adalah diperoleh melalui
wahyu, Pancaindra, akal dan intuasi atau ilham.
Amsal Bakhtiar berpendapat sumber pengetahuan dengan istilah yang
berbeda ia menyebutkan empat macam sumber pengetahuan yaitu empirisme,

3. Mulyadhi Kartanegara : Integrasi Ilmu, sebuah rekontruksi holistik, (Jakarta : UIN


Jakarta Press 2005), hal : 101. 5
rasionalisme,
intuisi dan wahyu. Begitu juga dengan Jujun Surya Sumantri, ia
4. Ibid, hal : 101-102.

menyebutkan empat sumber pengetahuan tersebut.6


Sedangkan John Hosper dalam bukunya yang berjudul An Intriction to
Filosofical Analysis sebagaimana yang dikutip oleh surajiyo menyebutkan
beberapa alat untuk memperoleh pengetahuan meliputi : Pengalaman Indera,
nalar, otoritas, intuisi, wahyu dan keyakinan.7 Sedangkan Amin Abdullah
menyebutkan dua aliran besar idealism dan imperisme.8
Dalam ajaran islam sumber ilmu pengetahuan utama adalah wahyu yang
tertuang dalam Al-Quran dan Hadist, kemudian akal, indera, hati, intuisi dan
mimpi yang benar.

2.4. Keutamaan Ilmu


Tidak ada agama yang seperti agama islam dan tidak ada kitab buku yang
seperti al-quran yang begitu mengutamakan ilmu dan menganjurkan manusia
untuk mencarinya. Allah SWT juga meninggikan kedudukan orang yang berilmu
dan menjelaskan keutamaannya, serta kelebihannya di dunia dan akhirat. Allah
SWT juga menganjurkan untuk belajar dan mengajarkan ilmu serta meletakkan
kaedah dasar hukum dalam hal tersebut sebagaimana yang tercantum di dalam AlQuran.
Sebagai bukti wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
adalah perintah untuk membaca yang merupakan kunci bagi ilmu dengan
menyebutkan pena sebagai sarana untuk mentransfer ilmu dari satu generasi
kepada generasi lainnya.

5.
6.

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta : Rajawali Press, 2010), hal : 98-108
Jujun Surya Sumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah pengantar popular, cet, xii (Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan 1999), hal : 50-54.
7. Surajiyo, Ilmu Filafat, suatu pengantar, cet I (Jakarta PT. Bumi Aksara, 2005), hal : 28.
2.5.Amin
Pergulatan
Ilmu Normativitas
dan Agamaatau Historisitas cet III (Yogyakarta,Pustaka
8.
Abdullah, antara
Studi Agama
Pelajar 2002), hal : 244.

Dalam bahasa arab istila sekular disebut dengan ilmaniyah, sedangkan


dalam bahasa inggris disebut secularism. Maksudnya non agamis atau duniawi
dimana ideologi ini mengajak untuk menjalankan kehidupan tanpa kendali agama.
Tegasnya agama tidak dapat mengatur kehidupan bernegara dan berpolitik
manusia, terus ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan terus ilmu atau aliran
ilmiah (scientism). Namun mereka mengklaim diri mereka sebagai kaum
ilmuwan. Kaum sekuler ditunggangi oleh Free Mansory Yahudi yang bertujuan
untuk menguasai Eropa.
Propaganda sekularisme ini muncul di Eropa kemudian menyebar luas ke
seluruh dunia melalui pengaruh penjajahan Misionaris dan Komunis.

Sebagian kaum sekuler adalah yang mangingkari keberadaan tuhan,


sebagian meyakini adanya tuhan namun mereka menyadari bahwa tuhan tidak
memiliki hubungan dengan kehidupan manusia.
Mereka juga menyebarkan paham jika terjadi pertentangan antara logika
dan agama maka yang benar adalah akal. Hal ini diberlakukan sama terhadap
ajaran islam meskipun tidak satupun Nash yang gathI (Al-Quran dan Hadist)
yang bertentangan dengan temuan ilmuwan yang benar. Meskipun islam tidak
menentang temuan sains yang benar seperti yang dilakukan oleh geraja nasrani
bahkan islam lebih dulu menggunakan metode penentuan dan menyebarkan ilmuilmu yang bermanfaat. Kaum sekuler mengingkari kehidupan akhirat dan
kehidupan ini satu-satunya adalah di dunia yang ditujukan hanya untuk
bersenang-senang. Sebagian membeli agama dan bertujuan memusnahkannya.
Sebagian lagi menganggap agama sebagai suatu hal yang penting untuk menata
moral masyarakat namun mereka sepakat agama tidak boleh mengatur Negara.

2.6. Dampak Negatif Sekularisasi bagi Ilmu Pengetahuan


Menjadikan ilmu bebas nilai dan memerdekakan ilmu pengetahuan dari
nilai-nilai agama. Pendidikan didasari atas pemikiran sehingga menghasilkan
generasi yang berpola fikir pragmatis dan materialis. Semua dinilai dengan materi,
sehingga peran agama dalam kehidupan manusia semakin sempit.

Ilmu

digunakan untuk hal yang destriktif seperti menciptakan Bom, Senjata Pemusnah,
Dikotomi Pendidikan pun terjadi muncul term pendidikan agama dan pendidikan
umum. Peran pendidikan agama dipersempit karena dianggap tidak dianggap
penting dalam Negara sekular. Paham sekular ini menwarnai semua aspek

kehidupan manusia seperti kehidupan berpendidik, berekonomi, bersosial,


berbudaya, berpendidikan dan mengkikis agama sedikit demi sedikit dari hati dan
fikiran manusia. Agama hanya tinggal seremonial yang dianggap tidak penting
dalam kehidupan manusia.
Islam sebagai agama sains yang tidak bertentangan dengan kebenaran
tentu tidaklah sama dengan agama lain yang ajarannya banyak bertentangan
dengan kebenaran sains. Oleh sebab itu tidaklah patut jika agama islam
diposisikan sama dan tidak patut juga jika pemeluknya mengabaikan nilai-nilai
islam.

2.7. Pentingnya Islamisasi Ilmu Pengetahuan


Islamisasi merupakan gambaran Universal sebagai langkah atau suatu
usaha untuk memahambakn sesuatu dengan kerangka Islam (Islamic framework)
dengan memasukkan suatu pemahaman Islam. Untuk itu suatu pemahaman atau
sesuatu yang jauh dari nilai islam tersebut ketika masuk dalam wilayah islam
dibutuhkan adanya upaya yang disebut islamisasi.
Al-attas menegaskan bahwa defenisi dari islamisasi ilmu pengetahuan
adalah : pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur
nasional (yang bertentangan dengan islam) dari belenggu paham sekuler terhadap
pemikiran dan bahasa juga pembebasan dari control dorongan fisiknya yang
cenderung sekuler dan tidak adil terhadap hakikat dirinya yang sebenarnya, dan
berbuat tidak adil terhadapnya.9

Menurut defenisi ini jelas islamisasi adalah reformasi dan rekontruksi ilmu
pengetahuan hingga sesuai dengan tuntunan islam dan kebututuhan modern
dengan menghilangkan dikotomi antara ilmu dan agama.
Ada beberapa langkah yang perlu diambil untuk mewujudkan program
islamisasi ilmu pengetahuan :
1. Merekonstruksi konsep pendidikan dan filsafat ilmu.
2. Mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam berbagai disiplin ilmu.
3. Menggali berbagai teori ilmiah baru dari sumber ajaran islami dan warisan
intelektual ulama-ulama muslim.
4. Mengakui dan mengadopsi teori-teori ilmuwan yang benar dan baik.
5. Mengoreksi hipotesa-hipotesa yang salah yang bertentangan dengan ajaran
agama islam.
6. Menentukan nilai-nilai akhlak islam bagi pendidik.
9. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam And Secularism (Kuala Lumpur : ISTAC,
1993), hal : 42-44.

10

BAB III
PENUTUP

3.1.

Simpulan
Ilmu pengetahuan dan pendidikan islam memiliki keterkaitan serta untuk

membangun masyarakat yang islami dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ilmu
pengetahuan yang diperoleh melalui proses pendidikan yang islami sehingga tidak
hanya mampu menggali dan mengembangkan sains tetapi dapat menemukan
konsep dan untuk dapat kiranya membangun masyarakat yang islami.
3.2.

Saran
Ilmu sebaiknya tidak diarahkan kepada subjektifitas, fanatisme, dan nafsu.

Ilmu harus bermanfaat dari segi empiris maupun non empiris dalam membangun
akidah dan akhlak.

DAFTAR PUSTAKA

11

Abdullah,Amin : Studi agama normativitas atau historisitas, Yogyakarta : Pustaka


Pelajar, 2002 cet 3.
Al-Kardhawi,Yusuf : al aqlu wal ilmu fil quranil karim : Maktabah al Wahbah,
Cairo ; 1996
Bakhtiar, Asmal, Filsafat Ilmu, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007
Kartanegara, Mulyadhi : Integrasi Ilmu, sebuah sebuah rekontruksi holistik,
Bandung : Arasy : PT. Mizan Pustaka, 2005.
Sumantri, Jujun. S,Suriya, Filsafat Ilmu : sebuah pengantar popular,
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995, cet. 9
Surajiyo, Ilmu Filsafat : Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005, cet 1.
Syadiis, Mohammad : Konsep Pendidikan Dalam al-quran, Jakarta : Penebar
Salam, 2001.
Zainuddin, M ; Filsafat Ilmu,Perspektif Pemikiran Islam, Jakarta : Lintas Pustaka,
2006.

Anda mungkin juga menyukai