Bab 1-3
Bab 1-3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ilmu memiliki peran yang sangat penting dalam islam, konsep ilmu dalam
islam tidaklah sama dengan konsep ilmu dalam pandangan barat, oleh sebab itu
akan kita bahas lebih rinci mengenai ilmu dalam perspektif pendidikan islam.
Ilmu dalam perspektif islam dan Barat berbeda disebabkan ideology yang
berbeda. Barat hanya mengakui kebenaran yang empirik dan dibuktikan dengan
metodologi kebenaran ilmiah. Barat tidak mengakui hal-hal yang ghaib begitu
juga wahyu yang datang dari Allah SWT. Barat mendefenisikan ilmu kedalam
dengan kebenaran empirik yang dapat dibuktikan dengan metode ilmiah serta
objektif tidak mengakui intuasi atapun wahyu.
Sementara islam menjelaskan bahwa sumber kebenaran yang pertama
adalah wahyu yang tertuang di dalam Al-Quran dan Hadist. Islam juga mengakui
intuisi ataupun mimpi yang benar sebagai sumber kebenaran. Karena islam
mengakui adanya hal ghaib.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Ilmu
Perbedaan perspektif islam dan barat mengenai ilmu. Para ulama islam
menjelaskan defenisi ilmu diantaranya ilmu menurut imam Eaqhib dalam buku
mufardat Al-Quran : Mengetahui sesuatu berdasarkan hakikatnya yang
sebenarnya. Ahli logika mengatakan ilmu itu adalah mengetahui zat atau hakikat
sesuatu atau yang dikenal dengan tashawwar (deskripsi). Kedua menjustifikasi
keberadaan sesuatu dengan menafikkanya darunja atau yang dikenal oleh ahli
logika dengan istilah tashdig.1
Imam Raqhib membagi ilmu dari sisi lain ilmu dibagi menjadi dua
macam : teori dan praktis, Ilmu teoritis adalah ilmu yang menuntut lebih dari
sekedar mengetahuinya jika ia mengetahuinya maka telah sempurnalah ilmunya
seperti ilmu mengenai berbagai yang ada di alam ini.
Ilmu dalam islam adalah pengtahuan akan kebenaran yang didasari atas
argument yang kuat dan dapat dipastikan (qathi) oleh sebab itu al-quran adalah
hujjah yang qathi begitu juga hadist yang mutawatir dan sahih. Maka keduanya
tergolong kepada ilmu bahkan menjadi sumber dan neraca ilmu dalam agama
1. Yusuf Al-Qardhawi, Al-Aqlu Wal Ilmu Fil Quranil Karim (Cairo : Maktabah AlWahbah, 1996), hal 71.
islam.
2. Al-Qardhawi dalam M.Zainuddin Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam (Jakarta :
Lintas Pustaka, 2006), hal: 42.
dilakukan
untuk
meminimalisasi
Imam
Bhazali
dalam
bukunya
Ihya
Ulmuddin
beliau
5.
6.
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta : Rajawali Press, 2010), hal : 98-108
Jujun Surya Sumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah pengantar popular, cet, xii (Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan 1999), hal : 50-54.
7. Surajiyo, Ilmu Filafat, suatu pengantar, cet I (Jakarta PT. Bumi Aksara, 2005), hal : 28.
2.5.Amin
Pergulatan
Ilmu Normativitas
dan Agamaatau Historisitas cet III (Yogyakarta,Pustaka
8.
Abdullah, antara
Studi Agama
Pelajar 2002), hal : 244.
Ilmu
digunakan untuk hal yang destriktif seperti menciptakan Bom, Senjata Pemusnah,
Dikotomi Pendidikan pun terjadi muncul term pendidikan agama dan pendidikan
umum. Peran pendidikan agama dipersempit karena dianggap tidak dianggap
penting dalam Negara sekular. Paham sekular ini menwarnai semua aspek
Menurut defenisi ini jelas islamisasi adalah reformasi dan rekontruksi ilmu
pengetahuan hingga sesuai dengan tuntunan islam dan kebututuhan modern
dengan menghilangkan dikotomi antara ilmu dan agama.
Ada beberapa langkah yang perlu diambil untuk mewujudkan program
islamisasi ilmu pengetahuan :
1. Merekonstruksi konsep pendidikan dan filsafat ilmu.
2. Mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam berbagai disiplin ilmu.
3. Menggali berbagai teori ilmiah baru dari sumber ajaran islami dan warisan
intelektual ulama-ulama muslim.
4. Mengakui dan mengadopsi teori-teori ilmuwan yang benar dan baik.
5. Mengoreksi hipotesa-hipotesa yang salah yang bertentangan dengan ajaran
agama islam.
6. Menentukan nilai-nilai akhlak islam bagi pendidik.
9. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam And Secularism (Kuala Lumpur : ISTAC,
1993), hal : 42-44.
10
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Ilmu pengetahuan dan pendidikan islam memiliki keterkaitan serta untuk
membangun masyarakat yang islami dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ilmu
pengetahuan yang diperoleh melalui proses pendidikan yang islami sehingga tidak
hanya mampu menggali dan mengembangkan sains tetapi dapat menemukan
konsep dan untuk dapat kiranya membangun masyarakat yang islami.
3.2.
Saran
Ilmu sebaiknya tidak diarahkan kepada subjektifitas, fanatisme, dan nafsu.
Ilmu harus bermanfaat dari segi empiris maupun non empiris dalam membangun
akidah dan akhlak.
DAFTAR PUSTAKA
11