Erma Aprianti
Erma Aprianti
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker payudara sering ditemukan diseluruh dunia dengan insidens relatif tinggi dan
cenderung meningkat yaitu 20% dari seluruh keganasan dan 99% terjadi pada
perempuan,sedangkan pada laki-laki hanya 1%, sehingga kanker payudara masih merupakan
salah satu masalah kesehatan yang utama pada perempuan. Pada pria, usia rata-rata untuk
terdiagnosis kanker payudara adalah 60 tahun dan sebagian besar kanker payudara pada lakilaki terdiagnosis pada tahap lanjut, kemungkinan karena laki-laki tidak terlalu menyadari
tentang benjolan payudara dibandingkan wanita.
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker
payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih
dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di
Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis
kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang
akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa
kanker payudara menduduki ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita.
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker.
Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini sedangkan
di Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami
kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 30 bulan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai bahan bacaan atau referensi
bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
D. MANFAAT PENULISAN
Dengan adanya makalh ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kanker
payudara, bagaimana ciri-cirinya serta bahaya dan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi Payudara
Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas (11-13 tahun)
karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara
pada wanita. Pada wanita perkembangan payudara aktif, sedangkan pada pria kelenjar
dan duktus mammae kurang berkembang dan sinus berkembang tidak sempurna.
Payudara yang sensitif terhadap pengaruh hormonal mengakibatkan payudara
cenderung mengalami pertumbuhan neoplastik baik yang bersifat jinak maupun
ganas.
Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya
menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari jaringan duktural, fibrosa
yang mengikat lobus-lobus, dan jaringan lemak didalam dan diantara lobus-lobus.
85% jaringan payudara terdiri dari lemak. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa
terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola.
Puting dan areola biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari
kulit di sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat,
sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Puting susu biasanya
menonjol keluar dari permukaan payudara.
Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi
mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar jaringan payudara
terdapat. Dalam menentukan lokasi kanker payudara, payudara dibagi menjadi empat
kuadran, yaitu kuadran lateral (pinggir atas), lateral bawah, medial (tengah atas), dan
median bawah.
Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar Anatomi Payudara dan Kuadran Letak Payudara
Keterangan :
1. Korpus (badan)
2. Areola
3. Papilla atau puting
1.
Penyebab dan Faktor Resiko
Penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui. Meskipun demikian, riset
mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko pada individu
tertentu, Faktor risiko timbulnya kanker payudara yaitu:
a.
Gender
Ini adalah faktor risiko terbesar gejala kanker payudara. Pria dapat terkena kanker
payudara, tapi itu 100 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, terutama
karena jaringan payudara perempuan jauh lebih terkena hormon seperti estrogen yang
mengembangkan pertumbuhan sel abnormal.
b.
Umur
Ini adalah salah satu faktor risiko terkuat terserang kanker payudara. Sekitar 85% kasus
terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, sedangkan 5% terjadi pada wanita dibawah usia 40.
c.
Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki dua atau lebih kerabat tingkat pertama (ibu, anak perempuan,
saudara perempuan) yang pernah mengalami kanker payudara atau ovarium memiliki
kemungkinan lebih besar dari 50% terkena kanker payudara. Salah satu alasan utama untuk
risiko ini merupakan mutasi diwariskan dalam salah satu dari dua gen, BRCA1 dan BRCA2.
Mutasi gen lain juga dapat mewarisi kanker payudara, tetapi ini jarang dan tidak
mempengaruhi resiko kanker payudara.
d.
Jika Anda sudah memiliki kanker pada satu payudara, Anda memiliki risiko empat kali
lipat terkena kanker baru pada payudara yang lain atau bagian lain
dari payudara yang sama. (Ini tidak sama dengan kambuhnya kanker asli).
e.
Kepadatan payudara
Wanita dengan jaringan payudara padat, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker
payudara daripada wanita yang payudaranya relatif lebih lemak. Proporsi yang lebih besar
dari jaringan payudara yang padat pada mammogram, semakin tinggi risikonya.
f.
Wanita yang pernah menjalani biopsi yang menunjukkan suatu pertumbuhan berlebih
dari sel-sel (hiperplasia) pada duktus atau lobulus memiliki peningkatan risiko penyakit
kanker payudara, terutama jika sel-sel yang abnormal muncul (suatu kondisi yang disebut
hiperplasia atipikal).
g.
Paparan radiasi
Wanita yang pernah terkena radiasi tinggi ke dada sebagai bagian dari pengobatan
untuk kanker lain (seperti penyakit Hodgkin) memiliki peningkatan risiko terkena kanker
payudara, terutama jika mereka menjalani radiasi selama masa remaja.
h.
Paparan estrogen
Semakin lama seorang wanita terkena estrogen, semakin besar risiko terkena kanker
payudara. Wanita yang mengalami menstruasi lebih awal, sebelum usia 12, dan / atau
mengalami menopause terlambat (setelah usia 55) memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena
kanker payudara, kemungkinan karena peningkatan paparan seumur hidup terhadap estrogen.
Penggunaan kontrasepsi oral saat ini sedikit meningkatkan risiko kanker payudara, tetapi
kembali normal setelah pil dihentikan.Denganpenggunaan terapi hormon postmenopause
dengan estrogen plus progestin meningkatkan risiko kanker payudara.
i.
Wanita yang menggunakan DES - obat yang digunakan dari tahun 1940 sampai tahun
1960 untuk mencegah keguguran memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena kanker
payudara.
j.
Berat badan
Kelebihan berat badan atau obesitas telah dikaitkan dengan risiko kanker payudara,
terutama bagi wanita setelah menopause. Ini mungkin bahwa risiko meningkat pada wanita
yang mengalami kenaikan berat badan di masa dewasa tetapi tidak pada mereka yang pernah
mengalami kelebihan berat badan sejak kecil.
k.
Alkohol
Kanker lainnya
Wanita yang telah didiagnosa dengan kanker ovarium, usus besar, endometrium atau
lebih mungkin terkena kanker payudara daripada wanita yang tidak memiliki kanker ini.
m. Menarche Usia Dini
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan
lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh terhadap
proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control
menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang menarche pada umur 12 tahun
terkena kanker payudara 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang
menarche pada umur >12 tahun (OR=3,6).
n.
Riwayat Kehamilan
Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan risiko mengalami
kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain
cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai risiko 3,6 kali lebih
besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker
payudara (RR=3,6). Wanita yang nullipara atau belum pernah melahirkan mempunyai risiko
4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita yang multipara atau sudah lebih dari sekali
melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).
p.
Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara daripada
wanita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang
dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang
merokok untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
yang
tidak
merokok
(OR=2,36).
Menurut
penelitian
Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, laki-laki yang merokok mempunyai
risiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan laki- laki yang tidak merokok untuk terkena kanker
payudara (RR=1,26).
r.
Dari faktor risiko tersebut di atas, riwayat keluarga serta usia menjadi faktor terpenting.
Riwayat keluarga yang pernah mengalami kanker payudara meningkatkan resiko
berkembangnya penyakit ini. Para peneliti juga menemukan bahwa kerusakan dua gen yaitu
BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko wanita terkena kanker sampai 85%. Hal
yang menarik, faktor genetik hanya berdampak 5-10% dari terjadinya kanker payudara dan
ini menunjukkan bahwa faktor risiko lainnya memainkan peranan penting.
Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% kanker
payudara terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien yang
kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker adalah 64 tahun. Studi
juga mengevaluasi peranan faktor gaya hidup dalam perkembangan kanker payudara yang
meliputi pestisida, konsumsi alkohol, kegemukan, asupan lemak serta kurangnya olah fisik.
2.
Gejala Kanker Payudara
Gejala kanker payudara dapat dilihat dari : benjolan, nyeri, perubahan warna kulit,
pembengkakan, rasa panas/terbakar, perubahan bentuk/ukuran yang di luar kewajaran, puting
melesak ke dalam, keluar cairan (selain air susu pada saat menyusui) dari puting, atau
benjolan di ketiak.
a.
Benjolan
Benjolan di payudara dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit, tetapi sebagian
besar adalah benjolan jinak. Benjolan juga dapat berbentuk padat (fibroadenoma/FAM,
lipoma, dst) atau berisi cairan (kista). Untuk benjolan yang jinak, sebenarnya tidak
diperlukan pengobatan apapun. Jika benjolan terasa mengganggu atau terus membesar,
dapat dilakukan operasi pengangkatan atau penyedotan jika benjolan berisi cairan.
b.
Nyeri
Nyeri juga dapat muncul jika ada benjolan, infeksi, atau kanker di payudara. Namun,
kanker payudara jarang menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri di payudara sering hilang
sendiri tanpa perlu pengobatan apapun. Jika rasa nyeri dirasa mengganggu, dapat
menggunakan obat pengurang rasa nyeri seperti parasetamol. Untuk rasa nyeri di
payudara terjadi dalam waktu lama (di atas 1 bulan) atau tidak bisa hilang dengan obat
pengurang rasa nyeri, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter langganannya.
c.
d.
e.
f.
g.
Keluarnya Cairan
Keluarnya cairan dari payudara sebenarnya adalah hal yang normal (saat setelah
melahirkan) karena payudara adalah kelenjar yang mengeluarkan cairan yang dikenal
sebagai air susu ibu (ASI). Jika cairan bercampur darah, yang biasanya disebabkan tumor
jinak pada kelenjar payudara atau kanker payudara. Cairan yang berwarna kehijauan
biasanya disebabkan oleh benjolan jinak. Sedangkan cairan yang bernanah & berbau
amis disebabkan oleh infeksi di payudara. Jika muncul cairan dari payudara yang terlihat
normal tetapi di luar masa menyusui & dalam waktu lama, atau cairan tersebut tidak
normal, segera berkonsultasi dengan dokter langganannya untuk dapat diobati sesuai
penyebabnya. Perempuan yang sudah menopause & mengalami keluarnya cairan adalah
tidak normal & harus berkonsultasi dengan dokter.
Untuk menghindari setiap kelainan/gangguan apapun agar segera ditangani dengan cepat
& lebih baik sebelum meluas/bertambah parah, maka setiap tahun lakukanlah
pemeriksaan payudara oleh dokter sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin &
dapat disertai pemeriksaan tambahan untuk kelainan di payudara sesuai indikasi seperti
USG, mammografi, CT-scan, MRI, atau pemeriksaan hormonal.
3.
Pemeriksaan Pada Kanker Payudara
Pemeriksaan kanker payudara dapat dilakukan sendiri atau di kenal dengan istilah
SADARI. Langkah-langkah dalam melakukan SADARI :
a.
Langkah PERTAMA
Berdiri didepan cermin, dada dibusungkan dan tangan diletakkan di pinggang. Perhatikan
UKURAN, BENTUK dan WARNA payudara, serta puting. Wajib memeriksakan ke
dokter, jika ada kulit payudara pada satu tempat masuk kedalam, berkerut, kemerahan ,
terdapat luka yang sulit menyembuh atau membengkak. Puting susu retraksi/masuk
kedalam atau letak abnormal.
b.
Langkah KEDUA
Kemudian angkat tangan, perhatikan payudara seperti pada langkah pertama diatas.
Kemudian tekan / pencet puting susu. Jika ada cairan abnormal yang keluar, maka
segeralah periksakan diri ke dokter.
c.
Langkah KETIGA
Berbaring dengan tangan (pada sisi yang sama dengan payudara yang akan diperiksa) ,
diletakkan dibawah kepala. Tangan kiri dipakai untuk memeriksa payudara kanan begitu
sebaliknya. Raba seluruh payudara (seperti pada gambar) mulai dari atas kebawah, sisi
kiri ke sisi dalam, dari lekukan ketiak sampai kearah payudara. Bisa juga mulai dari
puting, dengan arah melingkar terus sampai ke sisi luar lingkaran payudara. Pastikan
seluruh payudara terdeteksi, raba dengan kekuatan yang ringan, halus tapi mencapai
seluruh kedalaman payudara (bisa merasakan tulang iga dibelakang payudara).
d.
Langkah KEEMPAT
Langkah terakhir, lakukan dengan berdiri atau duduk. Lakukan perabaan seperti pada
langkah ke tiga. Beberapa wanita sering melakukan pada waktu mandi, karena lebih
mudah melakukan perabaan payudara dalam keadaan kulit payudara basah. Secara
berkala memeriksakan diri ke dokter, terutama jika mempunyai FAKTOR RESIKO
terkena kanker payudara.
4.
Stadium Kanker Payudara
Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan aplikasi klinik yaitu:
Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada
fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot) . Besar tumor 1 - 2 cm dan
tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening regional belum teraba. Perawatan yang
sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak
berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada
penderita adalah 70%.
Stadium II : Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada satu
atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2
cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada
stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30 - 40 %.
Stadium III A : Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10 cm, tapi masih
bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama
lain.Menurut data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
Stadium III B : Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada edema
(lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah bening aksila
melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah
menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan
otot dada.
Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah disertai
dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah
merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit,
kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalang
pengengkatan payudara. Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah palliatif bukan lagi
kuratif (menyembuhkan).
5.
Penatalaksanaan Kanker Payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi
pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi
imunologi (antibodi).
Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan
penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.
Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
a.
Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang
dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor,
umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor
(lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau
pengangkatan seluruh payudara (mastectomy).
Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi
tambahan seperti radiasi, hormon atau kemoterapi.
b.
Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel
kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
c.
Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat
dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
d.
Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak
dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti
kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya
menyerang sel kanker saja.
e.
Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau
HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara
khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa
menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan
kelayakan terapi dengan trastuzumab.
HER2 adalah protein yang diproduksi oleh gen yang berpotensi menyebabkan kanker.
protein ini bertindak sebagai antena yang menerima sinyal pada sel-sel kanker menyebar
cepat dan mematikan.Keberadaan HER2 dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang
semakin memburuk dan waktu pengulangan jauh lebih cepat pada semua tahap
perkembangan kanker payudara, sehingga menjadi hal penting bagi pasien yang telah
didiagnosis dengan kanker payudara untuk memeriksa status HER2 mereka .
f.
3.
4.
5.
Nyeri pada puting atau areola ( area yang berwarna gelap didaerah puting )
6.
Perlu diingat bahwa pembesaran kedua payudara pada pria biasanya bukan kanker.
Keadaan ini dalam kedokteran disebutgynecomastia.
Suatu studi tentang kanker payudara pada pria menemukan bahwa waktu yang
diperlukan antara tanda-tanda awal hingga diagnose membutuhkan waktu 19 bulan, atau bisa
lebih dari satu tahun. Ini mungkin disebabkan karena orang tidak menyangka / mengharap
kanker payudara terjadi pada pria, sehingga sangat jarang yang terdeteksi dini. Jadi, seperti
yang terjadi pada wanita juga, apabila terjadi perubahan yang mencolok pada payudaranya,
pria juga sebaiknya segera ke dokter. Karena semakin cepat terdeteksi maka kemungkinan
sembuh lebih besar.Sangat perlu dimengerti, factor resiko kanker payudara pada pria,
terutama karena pria tidak mengadakan screening/pemeriksaan secara rutin untuk tujuan
mengetahui ada/ tidaknya kanker pada payudaranya. Hal ini karena tidak terpikir bahwa ini
bisa terjadi. Akibatnya kanker payudara pada pria biasanya pada deteksi awal kebanyakan
sudah mencapai stadium lanjut.
Dibawah ini adalah factor-faktor yang bisan menaikkan resiko pria terkena kanker
payudara :
1.
Usia
Seperti juga pada wanita, usia bertambah resiko juga bertambah. Usia rata-rata pria
yang didiagnose terkena kanker payudara adalah 67 tahun. Itu berarti bahwa separoh pria
yang didiagnose terkena kanker payudara adalah berusia diatas 67 tahun. Dan setengahnya
lagi dibawah usia itu.
2.
Sel payudara tumbuh, baik yang normal ataupun abnormal, itu distimulasi oleh adanya
hormone estrogen. Pria bisa mempunyai level estrogen yang tinggi karena beberapa hal :
a.
b.
c.
Terexpose estrogen dari lingkungan (misalnya berasal dari estrogen atau hormone lain
yang digunakan untuk menggemukkan ternak sapi, campuran / turunan dari produk
pestisida, yang menyerupai efek estrogen dalam tubuh ).
d.
Pecandu alcohol, yang dapat mengurangi fungsi lever dalam mengatur kadar estrogen
dalam darah.
e.
3.
Klinefelter Syndrome
Mempunyai kadar hormone endrogen yang rendah dan kadar estrogen tinggi. Sehingga
mempunyai resiko mendapatkan penyakit gynecomastia dan kanker payudara. Klinefelter
syndrome adalah: kondisi yang terjadi saat lahir ( terjadinya,1 berbanding 1000 pria ).
Normalnya laki-laki mempunyai kromosom X dan Y. Tapi, pria dengan syndrome ini
mempunyai lebih dari satu kromosom X ( kadang empat ). Tanda-tanda syndrome ini adalah :
Mempunyai kaki lebih panjang, suara tinggi, jenggot yang tipis dibandingkan rata-rata pria,
mempunyai testis kecil daripada ukuran normal dan infertile ( tidak bisa memproduksi
sperma ).
4. Mempunyai riwayat keluarga yang banyak menderita kanker payudara atau perubahan
genetic.
Riwayat keluarga dapat menaikkan resiko terkena kanker payudara, terutama apabila
didalam keluarga ada pria yang terkena kanker payudara. Juga apabila terbukti adanya gen
abnormal kanker payudara didalam riwayat keluarga. Pria yang mewarisi gen abnormal
BRCA1 dan BRCA2 resiko terkena kanker payudara meningkat. Tapi bisa juga terjadi pada
pria yang tidak mempunyai riwayat keluarga terkena kanker payudara dan tidak mewarisi gen
abnormal tersebut.
5.
Terpapar radias
Memperoleh terapi radiasi didada sebelum usia 30 tahun, khususnya semasa remaja,
meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Ini terlihat pada remaja-remaja pria yang
memperoleh radiasi untuk pengobatan penyakit Hodgkin. ( Disini tidak termasuk terapi
radiasi untuk pengobata kanker payudara ).
Untuk masalah diagnose dan pengobatan sama dengan kanker payudara pada wanita.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ca Mamae adalah sel karsinoma yang tumbuh di daerah payudara. Ca Mamae ini bisa
disebabkan karena faktor internal maupun eksternal. Tanda dan gejala yang biasa muncul
pada pasien Ca Mamae adanya benjolan/massa di payudara, terasa nyeri dan terjadi
pembesaran yang abnormal.
B. SARAN
Kita harus selau waspada dan secara rutin memeriksa payudara agar apabila terdapat
kelainan, bisa langsung diobati sebelum mengalami tahap yang paling tinggi dan sebelum
kanker payudara itu bermetastasis lebih jauh