Makalah Resus
Makalah Resus
Disusun Oleh:
Fajar Megasari
20110310194
Pembimbing:
dr. Ardiansyah, Sp. S
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD KOTA SALATIGA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Nama: Fajar Megasari
No. Mahasiswa: 20110310194
Telah dipresentasikan
Hari/Tanggal : 15 Juni 2016
Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. M
Umur
: 53 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
: Swasta
Status PerniKahan
: Menikah
ANAMNESA
Keluhan Utama
Tidak bisa bicara
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sulit bicara dan kaki kanan kiri terasa lemas dan nyeri
sejak 3 hari yang lalu. Awalnya bicara hanya pelo sedikit sehingga tidak dibawa kerumah
sakit tetapi dihari ke 3 pasien merasa kemampuan bicaranya semakin berkurang dan semakin
sulit. Tidak ada riwayat terjatuh dan kepala terbentur sebelumnya. Keluhan pusing, mual dan
muntah disangkal. Sekarang pasien juga mengeluhkan hidung mampet, nyeri dada sampai ke
punggung serta perut bagian atas sehingga
sekarang terasa tebal-tebal. Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya . BAB dan BAK tidak
ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal. Riwayat infeksi (-). Riwayat kejang (-),
trauma kepala (-), riwayat jatuh (-), Riwayat DM (-), HT (+), Riwayat penyakit jantung dan
penyakit ginjal disangkal. Riwayat mondok di RS disangkal, riwayat tindakan bedah (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riw. Keluarga dengan keluhan serupa disangkal. Riwayat DM, HT, penyakit ginjal dan
Sistem Kardiovaskular
Sistem Respirasi
Sistem Gastrointestinal
Sistem Urinaria
Sistem Muskuloskeletal
Sistem Hormonal
Sistem Integumentum
TD
Nadi
RR
Suhu
: 244/127 mmhg
: 76x/m
: 18x/m
: 36,5 C
Kepala dan Leher : CA -/- SI -/- pupil isokor, perbesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)
Cor : S1 -S2 regular bising/ suara tambahan (-)
Pulmo : vesikuler (+/+) rhonki (-/-) wheezing (-/-)
Abdomen : Supel (+) BU (+) dbn NT (-) pembesaran organ (-)
Ekstremitas : oedem (-) akral dingin (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: E4V5M6
Orientasi
Kemampuan bicara
: Lancar, baik
Daya ingat
Kanan
Kiri
N
N
N
N
(-)
N
N
N
N, 2mm
(-)
N
N
N
N, 2mm
N
(-)
N
(-)
N
N
N
N
N
Tidak
N
N
N
N
N
Tidak
dilakukan
dilakukan
Pengenalan warna
N. III ( Okulomotorius )
Ptosis
Gerak bola mata ke superior
Gerak bola mata ke medial
Gerak bola mata ke inferior
Reflek cahaya direct
N. IV ( Troklearis )
Gerak bola mata ke lateral bawah
Diplopia
N. V ( Trigeminus )
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas wajah atas
Sensibilitas wajah tengah
Sensibilitas wajah bawah
Reflek zigomatik
Reflek masseter
Trismus
N. VI ( Abdusens )
Gerak mata ke lateral
Diplopia
N. VII ( Facialis )
Kerutan kulit dahi
Kedipan mata
Lipatan nasolabial
Sudut mulut
Mengerutkan dahi
Mengangkat alis
N
-
N
-
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
(-)
(-)
(-)
(-)
Menutup mata
Meringis
Menggembungkan pipi
N. VIII ( Akustikus )
Tes bisik
Dengan detik arloji
N. IX ( Glosofaringeus )
Sengau
Tersedak
N. X ( Vagus )
76x/menit
N
N
Denyut Nadi
Bersuara
Menelan
N. XI ( Assesorius )
Memalingkan muka
Sikap Bahu
Mengangkat Bahu
Trofi otot bahu
N
N
N
(-)
N
N
N
(-)
N. XII ( Hipoglossus )
Tidak jelas
N
(-)
N
Eutrofi
Artikulasio
Sikap Lidah
Tremor Lidah
Tidak jelas
N
(-)
N
Eutrofi
Menjulurkan Lidah
Trofi otot lidah
Pemeriksaan ekstremitas:
Anggota Gerak
Pemeriksaan
Gerakan
Sensibilitas
Kekuatan
Tonus
Klonus
Trofi
Ekstremitas
Superior (D/S)
N/N
N/N
5/4
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Eutrofi
Ekstremitas
Inferior (D/S)
N/N
N/N
5/4
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Eutrofi
Fungsi Otonom
Miksi
: Normal
Defekasi
: Normal
Sekresi keringat
: Normal
Reflek fisiologis
Refleks
Biseps
Triseps
Brachioradialis
Patella
Achiles
Dextra/Sinistra
+ N / +N
+ N / +N
+ N / +N
+ N / +N
+ N / +N
Reflek Patologis
Refleks
Babinski
Chaddock
Openheim
Gordon
Ekstremitas Dextra
-
Ekstremitas Sinistra
-
Schaeffer
Gonda
10.16
4.37
13.7
41.6
95.3
31.4
32.9
333
52
94
AB
4.5-11
4-5
12-16
38.00-47.00
86-108
28-31
30-35
150-450
6-11
6-20
2.6
0.4
24.7
2.4
69.9
1-5
0.0-1.0
22-40
4-8
29
0.7
342
251
101
10-50
0.6-1.1
<200
<150
>45
LDL Cholesterol
Asam Urat
SGOT
SGPT
204
8.2
31
27
<100
2.4-5.7
<31
<32
Kesan :
-
ringan
Tak tampak gambaran intracerebral hemorrhage
DIAGNOSIS
Skor Siriraj ={ (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala)
+ (0,1 x tekanan diastolik) } (3 x petanda ateroma) 12
= {(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0 ) + (0,1 x 127)}- (3 x 1) 12
= -2,3 Strok Non Hemoragik
Algoritma Gajah Mada :
Penurunan kesadaran (-), Nyeri Kepala (-), Refleks Babinski (-) = Stroke Iskemik
CT- SCAN Kepala:
Kesan :
-
ringan
Tak tampak gambaran intracerebral hemorrhage
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi
PENATALAKSANAAN
Di IGD :
Di Bangsal :
Inf Manitol 75 cc
Inj Pirasetam 4 x 3 gr
Inj Pirasetam 4 x 3 gr
PO. Nopres 2 x 1
Amlodipin 5mg 0-0-1/2
Atorvastain 20 mg 1 x 1
Gabapentin 2 x 150 mg
Clopidogrel 1 x 75 mg
PROGNOSIS
Ad Vitam
: Bonam
Ad Functionam
: Dubia ad bonam
Ad Sanationam
: Dubia ad bonam
FOLLOW UP
21 September 2015
S : Pasien datang dengan keluhan sulit bicara sejak 3 hari yang lalu. Riwayat HT (+).
O : KU : CM, GCS : E4V-(disatria)M6, TD : 244/127, SPO@ : 96%
KO : 5/5 4/4
A : Obs. Disatria + Susp. SNH
P : Inf. Asering + NB, Inj. Citicolin 500mg x 2, Inj. Piracetam 12 gr (4x3gr), Inj Ketorolac 1
amp, Inf. Manitol
22 September 2015
S : hidung mampet, sesak 3 hari yang lalu, tidak bisa bicara. Kedua kaki terasa tebal, nyeri
dada (+) sampai ke punggung, perut bagian atas nyeri (+).
O : KU : CM, GCS : E4V(disatria)M6, TD : 240/140, KO : 5-/5- 4/4, RF : ++/++ ++/++
A : Obs. Disatria : Susp. SNH
P : Terapi lanjut, ranitidin 2x1, PO : Nopres 1-0-0, Lisinopril 1-0-0, Amlodipin 0-0-1,
Atorvastatin 0-0-1, Gapbapentin 1-0-1
23 Septtember2015
S : Belum bisa bicara (+) keluhan masih sama dengan kemarin, nyeri dada (-), kaki kanan
nyeri (+)
O : KU : CM , GCS : E4 V(Disatria) M6, TD 190/140, KO : 5-/5 4/5, RF : ++/++ ++/++,
RP : -/- -/A : Obs. Disatria : Susp. SNH
P : Terapi lanjut, ditambah Clopidogrel 2 x 1, Konsul Sp.PD
25 September 2015
S : Pusing (+)sesak (+), nyeri perut atas (+), mata kiri gatal (+), bicara (-)
O : KU : CM, GCS : E4V(disatria)M6, TD : 130//80, KO : 5/5 4/5, RF : ++/++ ++/++, RP :
-/- -/A : SNH
P : Terapi Lanjut
26 September 2015
S : Pusing (-), sesak nafas (+), hidung tersumbat (+), tidak bisa bicara (+), BAK (+), BAB (-)
O : KU : CM, GCS : E4V(disatria)M6, TD : 130/80, Lidah : deviasi ke kanan, KO : 5-/55-/5-, RF : ++/++ ++/++, RP : -/- -/A : SNH
P : Inf. Asering 20 tpm + NB drip2 x 1 Amp, Inj. Piracetam 4x3 gr, Inj. Citicolin 2 x 500 mg,
Inj. Ranitidin 2x1 Amp, PO : Nopres 20 mg 1-0-0, Amlodipin 5mg 0-0-1, Atorvastatin 20 mg
0-0-1, Gapbapentin 150 mg 1-0-1, Clopidogrel 1 x 75 mg
28 September 2015
S : Pusing (+), Sesak (+), Hidung tersumbat (+), tidak bisa bicara (+), BAK (N), BAB (N)
O : KU : CM , GCS : E4V(disatria)M6, TD : 140/90, Lidah : deviasi ke kanan, KO : 5-/5
5-/5-, RF : ++/++ ++/++, RP : -/- -/A : SNH
P : Terapi lanjut
29 September 2015
S : Pusing (+), Sesak (+), Hidung tersumbat (+), tidak bisa bicara (+), BAK (N), BAB (N),
tangan kanan kemeng
O : KU : CM , GCS : E4V(disatria)M6, TD : 130/90, HR : 60, Lidah : deviasi ke kanan, KO :
5-/5 5-/5-, RF : ++/++ ++/++, RP : -/- -/A : SNH
P : Terapi lanjut
30 September 2015
S : Pusing (+), Sesak (+), Hidung tersumbat (+), tidak bisa bicara (+), BAK (N), BAB (N)
O : KU : CM , GCS : E4V(disatria)M6, TD : 140/100, Lidah : deviasi ke kanan, KO : 5-/5
5-/5-, RF : ++/++ ++/++, RP : -/- -/A : SNH
P : Terapi lanjut
1 Oktober 2015
S : Pusing (+), Sesak (+), Hidung tersumbat (+), tidak bisa bicara (+), BAK (N), BAB sulit,
telapak dan ujung jari kaki kaku dan kesemutan.
O : KU : CM , GCS : E4V(disatria)M6, TD : 160/90, Lidah : deviasi ke kanan, KO : 5-/5
5-/5-, RF : ++/++ ++/++, RP : -/- -/A : SNH
P : Terapi lanjut
2 Oktober 2015
S : Pusing (+), Sesak (+), bicara celat (+), susah tidur, telapak dan ujung jari kaki kaku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Definisi
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah sindrom klinis
yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau
global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan
semata-mata disebabkan gangguan peredaran darah otak non traumatik.
B Epidemiologi
Di dunia barat, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah
penyakit jantung dan kanker, serta merupakan 10% kematian di dunia. Sama halnya
dengan di Indonesia, stroke terdapat di urutan ke tiga setelah penyakit jantung dan
kanker. Pada tahun 2004, stroke merupakan penyebab kematian terbanyak di rumah sakit
pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Di Indonesia diperkirakan 500.000 penduduk terkena stroke. Dari jumlah tersebut
sepertiga dapat pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan
sampai sedang, dan sepertiga sisanya mengalami gangguan berat hingga mengharuskan
penderita terus menerus di tempat tidur.
Insidensi stroke cenderung meningkat ketika melewati umur 30 tahun. 95% penderita
stroke di atas umur 45 tahun, dan dua per tiga penderita stroke berumur di atas 65 tahun.
Stroke terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita, namun 60% kematian terjadi pada
wanita. Hal ini terjadi karena wanita hidup lebih lama daripada pria, sehingga kejadian
stroke terjadi pada usia yang sudah tua dan banyak menyebabkan kematian pada wanita.
C Anatomi Vaskularisasi Otak
Otak memperoleh darah melalui dua sistem, yakni sistem karotis dan sistem vertebral.
1 Sistem karotis
Arteri karotis interna merupakan hasil percabangan dari a. Karotis komunis
dextra dan A. Karotis komunis sinistra. A. Karotis komunis dextra berasal dari
percabangan A. Subklavia dextra, sedangkan A. Karotis komunis sinistra berasal dari
arkus aorta.
Arteri komunis interna setelah memisahkan diri dari a.carotis komunis, naik
dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus
kavernosus, mempercabangkan A. opthalmika untuk nervus opticus dan retina,
akhirnya bercabang dua : A. serebri anterior dan A. serebri media. Untuk otak sistem
ini memberi aliran darah ke lobus frontalis, parietalis dan beberapa bagian lobus
temporalis.
Sistem vertebralis
Sistem vertebral dibentuk oleh A. Vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal
di A. Subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis transversalis di kolumna
vertebralis servikalis, masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu
mempercabangkan masing-masing sepasang A. serebelli inferior. Pada batas medula
oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi A. basilaris, dan setelah
mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, A. basilaris
berakhir sebagai sepasang cabang A. serebri posterior, yang melayani daerah lobus
oksipital dan bagian medial lobus temporalis.
Ke 3 pasang arteri cerebri ini (A. serebri anterior, A. serebri media, dan A.
serebri posterior) bercabang-cabang menelusuri permukaan otak, dan beranastomosis
satu dengan yang lainnya. Cabang-cabangnya yang lebih kecil menembus ke dalam
jaringan otak dan juga saling berhubungan dengan cabang-cabang a.serebri lainnya.
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3 sistem
kolateral antara sistem karotis dan vetebral, yaitu:
1 Sirkulus Willlisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh a.serebri
media kanan dan kiri, a. komunikans anterior (yang menghubungkan kedua a.
serebri anterior), sepasang a. serebri posterior, dan a. komunikans posterior
(yang menghubungkan a. serebri media dan posterior) kanan dan kiri.
2
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna
yang yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus
sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya melalui vena-vena
jugularis, dicurahkan menuju jantung.
D Klasifikasi
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut :
1
Stroke hemoragik
Emboli serebri
Hipoperfusi sistemik
Completed stroke
Sistem karotis
Sistem vertebrobasiler
Stroke Hemoragik
Merupakan stroke karena perdarahan. Pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis
disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan
serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang
menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan intrakranial pada
gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang otak.2
berdasarkan etiologinya stroke hemoragik dibagi menjadi :
a
intrakranial yang bukan disebabkan oleh trauma. Stroke jenis ini terjadi karena
pecahnya arteri otak. Hal ini menyebabkan darah bocor ke otak dan menekan
bangunan-bangunan di otak. Peningkatan tekanan secara tiba-tiba menyebabkan
kerusakan sel-sel otak di sekitar genangan darah. Jika jumlah darah yang bocor
meningkat dengan cepat, maka tekanan otak meningkat drastis. Hal ini
menyebabkan hilangnya kesadaran bahkan dapat menyebabkan kematian.
Penyebab perdarahan intraserebral yang paling sering adalah hipertensi dan
aterosklerosis serebral karena perubahan degeneratif yang disebabkan oleh
penyakit ini biasanya dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri
dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.
Gejala klinis :
Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan dapat
didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala,
mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.
Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat
disertai kejang fokal / umum.
Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata
menghilang dan deserebrasi
Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papiledema dan
perdarahan subhialoid.
b
Gejala klinis :
Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis, berlangsung
dalam 1 2 detik sampai 1 menit.
Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan
kejang.
Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit
sampai beberapa jam.
Trombosis serebri
Biasanya ada kerusakan lokal pembuluh darah akibat aterosklerosis. Proses
aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada tunika intima arteri besar. Plak
cenderung terbentuk pada percabangan dan tempat yang melengkung. Pembuluh
darah yang mempunyai resiko adalah arteri karotis interna dan arteri
vertebralis bagian atas. Hilangnya tunika intima membuat jaringan ikat terpapar.
Trombosit akan menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan
dinding menjadi kasar. Trombosit akan melepaskan enzim adenosin difosfat yang
mengawali proses koagulasi.
Adesi trombosit (platelet) dapat dipicu oleh produk toksik yang dilepaskan
makrofag dan kerusakan moderat pada permukaan intima. Trombosit juga
melepaskan growth factors yang menstimulasi migrasi dan proliferasi sel otot
polos dan juga berperan pada pembentukan lesi fibrointimal pada subendotelial.
Emboli serebri
Embolisme serebri biasanya terjadi pada orang yang lebih muda, kebanyakan
emboli serebri berasal dari suatu trombus di jantung sehingga masalah yang
dihadapi sesungguhnya adalah perwujudan penyakit jantung. Selain itu, emboli
juga dapat berasal dari plak ateroma karotikus atau arteri karotis interna. Setiap
bagian otak dapat mengalami emboli, tempat yang paling sering adalah arteri
serebri media bagian atas.
Berdasarkan gejala klinis yang tampak stroke non hemoragik terbagi menjadi :
1
Keadaan pembuluh darah, bila menyempit akibat stenosis atau ateroma atau
tersumbat oleh trombus/ embolus.
Tekanan darah yang sistemik memegang tekanan perfusi otak. Otoregulasi otak
yaitu kemampuan intrinsik dari pembuluh darah otak agar aliran darah otak tetap
konstan walaupun ada perubahan dari tekanan perfusi.
E Faktor Resiko
Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat dimodifikasi
(modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor risiko stroke
yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung (fibrilasi atrium),
diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia, kurang aktifitas, dan
stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain
usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.
F Gambaran Klinis
Gejala neurologi yang timbul tergantung berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya. Hal ini dapat terjadi pada :
1 Sistem karotis
Gangguan penglihatan (Amaurosis fugaks / buta mendadak)
Gangguan bicara (afasia atau disfasia)
Gangguan motorik (hemiparese / hemiplegi kontralateral)
Gangguan sensorik pada tungkai yang lumpuh
2
Sistem vertebrobasiler
Gangguan penglihatan (hemianopsia / pandangan kabur)
Gangguan nervi kraniales
Gangguan motorik
Gangguan sensorik
Koordinasi
Gangguan kesadaran
G Diagnosis
1
Anamnesa, dapat memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal
Hasil :
SS > 1
= Stroke Hemoragik
1 > SS > 1 = perlu pemeriksaan penunjang ( Ct- Scan )
SS < -1
= Stroke Non Hemoragik
Gejala Klinis
PIS
SNH
PSA
Berat
Ringan
Berat/ringan
2. Permulaan (onset)
Menit/jam
1-2 menit
Pelan (jam/hari)
3. Nyeri Kepala
Hebat
Sangat hebat
Ringan/tidak ada
Sering
Sering
Tidak,kecuali lesi
di batang otak
5. Hipertensi
Hampir selalu
Biasanya tidak
Selalu
6. Kesadaran
Bisa hilang
7. Hemiparesis
Sering
awal
sejak
Area Broca
Bahasa merupakan salah satu hal penting dan aktifitas komplek dari otak manusia. Pada
sebahagian besar individu (95%), area yang berhubungan dengan ber-bahasa berlokasi di
korteks asosiasi frontal dan temporoparietal dari hemisfer kiri, yang mana biasanya
kontralateral dengan tangan yang dominan (kanan). Pusat utama berbecara terletak pada
region basal dari lobus frontalis kiri (area Broca / area 44) dan bagian posterior dari lobus
temporal (pada daerah yang berhubungan dengan lobus parietal) (area Wernicke / area 22).
Laboratorium : Bila curiga perdarahan tes koagulasi ( HT, HB, PTT, Protrombin
Time), Trombosit, Fibrinogen, GDS, Cholesterol, Ureum dan Kreatinin.
5
I
Prognosis
Sebanyak 75% penderita stroke tidak dapat bekerja kembali akibat ketidakmampuan
tubuhnya. 30-50% penderita stoke mengalami depresi post-stroke yang ditandai oleh
letargi, sulit tidur, rendah diri, dan menarik diri dari masyarakat.
Emosi yang labil dapat terjadi sebanyak 20% pada penderita stroke.
Penatalaksanaan
a
Terapi Umum
Dengan 5 B
Breath
Blood
Brain
Bladder
: Dengan pemasangan DC
Bowel
Terapi Khusus
-
Stroke Hemoragik
Anti udema otak : Deksametason, Manitol
Melindungi jaringan otak : Neuroprotektan : piracetam
Obat hemostatikum : Kalnex
Neurotropik : Neurodex
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesa pasien mengeluh datang ke IGD dengan keluhan utam tidak
dapat bicara sejak 3 hari yang lalu disertai kelemahan anggota gerak bawah yang diakui
pasien terasa tebal-tebal dan sakit. Keluhan nyeri kepala, pingsan, mual dan muntah
disangkal. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Riwayat DM (+) HT (+). Dari pemeriksaan fisik
didapatkan vital sign pasien menunjukkan angka tekanan darah yang tinggi yaitu 244/127,
suhu, nadi dan frekuensi napas dalam batas normal. Kepala, leher, cor, pulmo dan absomen
dalam batas normal. Pada ekstremitas ditemukan kelemahan anggota gerak bawah, sedangkan
untuk reflek fisiologis DBN dan reflek patologis (-) dalam batas normal.
Stroke Iskemik
Skor Sriraj :
{ (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala)
+ (0,1 x tekanan
Berdasarkan skor stroke, pasien ini mengalami stroke non hemoragik (SNH). Dari geja
klinis pasien, defisit neurologis berupa tidak bisa bicara, anggota gerak bawah terasa tebaltebal dialami pasien lebih dari 24 jam. Maka stroke ini bukan termasuk TIA.dan perlu
evaluasi lebih lanjut untuk menentukan aakah stroke ini termasuk Stroke in Evolution,
Reversible Ischemic Neurology Deficit (RIND) atau kah complete stroke.
Pemeriksaan penunjang didapatkan
profil lipid basien nilainya diatas normal (tinggi). Serta pasien juga asam uratnya tinggi.
Akumulasi lemak yang tinggi didalam darah dapat menimbulkan plak berlemak di pembuluh
darah sehingga terjadi arterosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada
tunika intima arteri besar. Plak cenderung terbentuk pada percabangan dan tempat yang
melengkung. Pembuluh darah yang mempunyai resiko adalah arteri karotis interna dan arteri
vertebralis bagian atas. Hilangnya tunika intima membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit
akan menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding menjadi kasar.
Trombosit akan melepaskan enzim adenosin difosfat yang mengawali proses koagulasi maka
terjadilah trombosis. Trombosis ini menybabkan oklusi pada pembuluh darah sehingga suplai
oksigen dan glukosa menjadi turun hal ini dapat menyebabkan hipoksia jadingan hingga
anoksia pada salah satu pembuluh darah otak. Hal tersebut menguatkan diagnosa pasien ini
mengarah pada stroke non hemoragik et causa trombosis.
Pemeriksaan CT scan menunjukkan infark di thalamus dextra dengan gambaran
ventrikulomegali ringan. Pemeriksaan ini menunjukan terjadinya infark di bagian otak. Infark
terjadi karena oklusi pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah terganggu dengan kata
lain suplai oksigen dan glukosa serta nutrisi otak terganggu atau turun yang lama-kelamaan
akan berdampak pada kematian sel jaringan diotak (infark).
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu dengan 5B Breath (oksigenasi) Blood
(memasksimalkan aliran darah keotak), Brain (menurunkan tekanan intrakranial/mengurangi
udem), Bladder (pemasangan DC), Bowel (Saluran pencetnaan dan pembuangan), serta terapi
khusus baik dengan farmakologik ataupun non farmakologik sesuai dengan keadaan pasien.
BAB IV
KESIMPULAN
Ny. M mengalami Stroke Non Hemoragik, diaman terjadi defisit neurologis yang
timbulnya mendadak, progresif dan cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam yang
disebabkan oleh ganggguan peredarahan darah di otak. Hal ini tampak pada anamnesa pasien
mengeluh tidak bisa bicara serta kedua kaki terasa tebal-tebal. Anamnesa tersebutt juga
ditunjang oleh pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan CT scan yang
menunjukkan ada peningkatan profil lipid pasien yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya
SNH serta didapatka hasil gambaran CT scan yang mengarah pada gambaran infark ditalamus
dextra disertai dengan ventrikulomegali ringan.
Penatalaksanaannya dengan 5B Breath , Blood, Brain, Bladder, Bowel. Dan juga
penatalaksanaan khusus pada stroke non hemoragik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin
Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.
2. Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical
Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders. 2007.
3. Rumantir CU. Pola Penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode
1984-1985. Laporan Penelitian Pengalaman Belajar Riset Dokter Spesialis Bidang
Ilmu Penyakit Saraf. 1986.
4. Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victors Priciples
of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
5. Widiastuti P, dan Nuartha AABN. 2015. Sistem Skoring Diagnostik untuk Stroke :
Skor Sriraj. Bali. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. Kalbe Med.
6. Setyopranoto I. 2011. Stroke Gejala dan Penatalaksanaan. Yogyakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Kalbe Med