Anda di halaman 1dari 6

HDI, yaitu indikator komposit/gabungan yang terdiri dari tiga ukuran:

kesehatan (sebagai ukuran longevity), pendidikan (sebagai ukuran


knowledge), dan tingkatan pendapatan riil (sebagai ukuran living standards).
Genderrelated development Index/GDI (indikatornya sama dengan HDI,
namun dengan memperhitungkan kesenjangan pencapaian antara
perempuan dan lakilaki: selisih yang semakin kecil antara GDI dan HDI
menyatakan semakin rendahnya kesenjangan gender)
Gender Empowerment Measurement/GEM yang menitikberatkan pada
partisipasi, dengan cara mengukur kesenjangan gender di bidang ekonomi
(perempuan dalam angkatan kerja dan ratarata upah di sektor non
pertanian), politik (perempuan di parlemen), dan pengambilan keputusan
(perempuan pekerja profesional, pejabat eselon, dan manajer).
Tahapan dan perkembangan Pembangunan gender dalam RPJPN tahun 20052025 menyebutkan bahwa pembangunan yang ingin diwujudkan adalah
terwujudnya kesejahteraan rakyat yang berkesetaraan gender

Hingga tahun 2012 ini isu-isu strategis kesenjangan gender di Kab. Malang
masih meprihatinkan. Di bidang Hukum dan HAM masih tingginya kasus
gugat cerai yang masuk ke Pengadilan Agama, meningkatnya jumlah
perempuan korban kriminalitas, tingginya jumlah kasus KDRT. Bidang
Pendidikan masih menunjukan rendahnya angka partisipasi sekolah
perempuan pada jenjang pendidikan menengah pertama dan atas, disamping
itu juga terlihat tingginya angka putus sekolah di Kab. Malang. Bidang
Kesehatan menunjukan rendahnya kesadaran Ibu untuk memberikan ASI
pada Anak, rendahnya kesadaran orang tua untuk meng-imunisasikan bayi
mereka, lebih dari itu angka kematian ibu juga relative masing tinggi. Di
bidang Politik keterlibatan perempuan dalam partlemen masih kurang
memenuhi kuota, disamping itu keterlibatan perempuan dalam pengambilan
kebijakan juga sangat rendah. Bidang social menunjukan masih banyaknya
anak jalanan yang belum tertangani dengan baik, disamping juga minimnya
sarana pendidikan khusus bagi para difable juga menjadi masalah tersendiri.
Bidang Ketenagakerjaan masih meninggalkan catatan dimana sektor formal
masih didominasi oleh laki-laki, meskipun pada angkatan kerja antar Negara
perempuan lebih banyak dibanding laki-laki namun mayoritas perempuan
masih bekerja di bidang informal baik sebagai pembantu maupun pekerja
lepas. Di bidang ekonomi pertumbuhan koperasi dan pembiayaan untuk
permodalan relative stagnan dari tahun ketahun.

Strategi peningkatan peran wanita dalam pembangunan ini berdasarkan


analisis yang lebih memfokuskan strategi pada kelompok perempuan.
Strategi ini dibangun dengan berlandaskan asumsi bahwa permasalahan
kaum perempuan berakar pada rendahnya kualitas sumber daya perempuan

itu sendiri yang berdampak pada tingkat kemampuan bersaing perempuan


terhadap laki-laki yang cenderung rendah dalam masyarakat termasuk dalam
proses pembangunan

Kesenjangan yang terjadi antara perempuan dan laki-laki dalam bidang


pendidikan, hingga saat ini masih menjadi faktor yang sangat berpengaruh
terhadap bidang lain, seperti lapangan pekerjaan, jabatan, peran sosial di
masyarakat sampai pada akses politik maupun akses publik yang lain.
Berbagai kesenjangan ini muncul karena berbagai pandangan yang
menjustifikasi klasifikasi sosial berdasarkan jenis kelamin seperti intepretasi
subyektik teks keagamaan, budaya patriarkhi, maupun pembakuan peran
yang berbasis pada perbedaan jenis kelamin di masyarakat atau komunitas
tertentu. Lebih jauh lagi proses dan institusi pendidikan tak jarang turut
berperan besar dalam mensosialisasikan dan melestarikan nilai-nilai dan cara
pandang yang mendasari munculnya berbagai diskriminasi gender dalam
masyarakat.

APK (Angka Partisipasi Kasar)


adalah rasio jumlah peserta didik, berapapun usianya, yang sedang sekolah
di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu.
Definisi dari angka partisipasi kasar adalah sebagai perbandingan antara
jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan
sebagainya) dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai, angka
APK dinyatakan dalam persentase. Angka hasil perhitungan tersebut (APK)
digunakan untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu
jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu.
Pendidikan dasar seimbang
angka partisipasi kasarnya adalah pada kisaran 94.2% untuk laki-laki dan
94.2% untuk perempuan
kesetaraan angka partisipasi kasar bidang pendidikan tersebut tren-nya
menurun pada jenjang pendidikan lanjut baik tingkat pertama (SMP/MTs)
maupun tingkat pendidikan atas (SMA/MA/SMK). Pernurunan partisipasi
tersebut memang terjadi pada seluruh jenis kelamin baik laki-laki maupun
perempuan, Namun angka penurunan tersebut lebih jelas dan lebih besar
terjadi pada jenis perempuan, sebagai perbandingan pada tingkat menengah
pertama, jumlah peserta didik laki-laki adalah 82.7%, sedangkan perempuan
ada pada angka 78% dari keseluruhan penduduk usia sekolah berjenis
kelamin perempuan. Hal yang sama juga terjadi pada jenjang pendidikan
Menengah Atas, dimana peserta didik laki-laki yang melanjutkan pendidikan

pada jenjang tersebut adalah 61.7%, sedangkan perempuan ada pada angka
69.7%.

Angka Partisipasi Murni


didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia
sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah
yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase
Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah
yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai. Semakin tinggi
APM berarti banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah pada
tingkat pendidikan tertentu.

APM bidang pendidikan di Kabupaten Malang adalah berada pada kisaran


60.3% bagi penduduk usia SD/MI untuk jenis kelamin laki-laki, sedangkan
jenis kelamin perempuan tidak banyak berbeda dengan hanya selisih 0.5 %
yakni berada di angka 59.8%. Tren selisih tipis tersebut juga terjadi pada
siswa tingkat menengah pertama dengan jumlah 48.4% adalah jenis kelamin
laki-laki dan 47.1% adalah jenis kelamin perempuan atau selisih 1.3% lebih
besar angka partisipasi laki-laki dalam bidang pendidikan. Untuk jenjang
pendidikan menengah atas, selisih capaian kinerja bidang pendidikan
mengalami peningkatan untuk jenis kelamin laki-laki namun penurunan yang
cukup tajam terjadi pada peserta didik berjenis kelamin perempuan. Jika lakilaki berada pada angka 48.5% dalam partisipasi murni pendidikan, maka
perempuan hanya mencapai angka 37.2% atau selisih 13% yang
memperlebar jarak partisipasi perempuan dalam bidang pendidikan
dibandingkan laki-laki.

POLITIK
Keterwakilan perempuan secara proporsional dalam politik baik di kursi legislatif maupun
eksekutif sangatlah penting karena sesuai dengan apa yang ditulis dalam konvesi PBB tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, tahun 1979 bahwa
...pembangunan yang utuh dan menyeluruh dari suatu negara,
kesejahteraan dunia dan perjuangan menjaga perdamaian menuntut
partisipasi penuh kaum perempuan dalam kedudukan yang sejajar dengan
laki-laki dalam segala bidang.

Dengan peningkatan ini ada beberapa hal yang akan tercapai. Pertama,
dengan lebih banyak wakil perempuan dalam lembaga penentu kebijakan,
maka hal ini menjadi proposional dengan banyaknya jumlah perempuan yang
ada di Indonesia. Hal ini bertujuan menghindari kesenjangan dan
ketidakadilan gender. Kedua, dengan partisipasi kaum perempuan, maka
kepentinganperempuan dapat secara langsung diakomodir dalam bentuk

kebijakan dan perundang-undangan. Ketiga, partisipasi tersebut akan


membantu pemberdayaan perempuan dalam rangka sebagai mitra
pembangunan.

Namun angka 30 persen untuk perempuan ibarat jauh api dari pangang.
Angka tersebut belum sepenuhnya bisa dicapai. Jumlah perempuan pada
kursi DPRD Kab Malang 2009 masih di bawah angka 10 persen. Di Kabupaten
Malang, dari 50 kursi anggota Legislatif hanya 9 kursi yang diduduki oleh
perempuan.

keterwakilan perempuan dalam bidang politik atau parlemen secara


keseluruhan adalah 18% saja, sedangkan laki-laki menempati 82% dari
seluruh jumlah kursi yang ada di Parlemen, artinya keterwakilan perempuan
belum memenuhi standart undang-undang yang mempersyaratkan 30%.

Perempuan dalam Jabatan Eksekutif


Pada badan eksekutif atau Aparatur Pemerintahan Kabupaten Malang,
Perempuan cukup mendapat tempat yang bagus
Dilihat dari jumlah pegawai
jumlah perempuan cukup tinggi walaupun jumlah laki-laki masih tetap lebih
banyak. Pada Badan dan Dinas tertentu jumlah PNS perempuan lebih banyak
seperti Kantor Pemberdayaan Perempuan, Badan Pendidikan dan Pelatihan
dan Badan Keluarga Berencana. Secara sekilas hal ini bisa saja
mengembirakan akan tetapi kalau kita amati lebih jauh, walaupun
perempuan sudah berpartisapi di area publik namun perempuan masih
terkonsentrasi pada badan dan dinas tertentu dan belum menyebar secara
merata pada badan dan dinas lainnya.

Di samping itu, representasi kaum perempuan pada posisi-posisi puncak


pengambilan keputusan di semua badan dan dinas juga sangat rendah.
Meskipun kaum perempuan adalah mayoritas pegawai negeri di badan dan
dinas penting seperti badan pendidikan dan pelatihan kebanyakan mereka
hanya menduduki posisi birokrasi menengah ke bawah.

KETENAGAKERJAAN
Partisipasi Angkatan Kerja
jika dilihat dari jumlah angkatan kerja dari tahun ke-tahun selalu mengalami
tren kenaikan. Sebagaimana paparan data (tabel.11.1) menunjukan bahwa
jumlah angkatan kerja pada tahun 2010 adalah berada dalam angka

1.265.118 jiwa, sedangkan data angkatan kerja pada tahun 2011 adalah
1.295.294. Tren kenaikan ini tentunya harus dibarengi dengan kesiapan
lapangan pekerjaan di masyarakat, jika tidak maka yang terjadi adalah
bertambahnya angka pengangguran yang berakibat terjadinya berbagai
permasalah sosial di masyarakat.
Angkatan Kerja Antar Daerah
Pada tingkat kabupaten malang ketika di lakukan prosentasi secara
keseluruhan maka laki-laki memiliki capaian kinerja sebesar 60.6% yakni
pada angka 13.898 jiwa sedangkan perempuan hanya menempati pada
39.4% atau berada pada angka 9.021 jiwa.
Dilihat dari aspek indeks paritas dan disparitas yang terjadi antara kinerja
perempuan dibandingkan dengan kinerja laki-laki maka indeks paritas yang
terjadi
adalah pada angka 0.63 dimana angka ideal dalam perspektif kesetaraan
gender adalah angka 1, sehingga kesimpulan dari angka indeks paritas AKAD
adalah terdapat kesenjangan capaian kinerja perempuan dibandingkan lakilaki dimana yang tertinggal adalah jenis kelamin perempuan.
Angkatan Kerja Antar Negara
Menurut data ECOSOC Rights, sekitar 2,8 juta dari 4 juta warga negara
Indonesia (WNI) yang bekerja di luar negeri adalah perempuan. Sebanyak
60% dari kaum perempuan tersebut bekerja di sektor domestik melalui
prosedur ilegal, dan memiliki bekal yang sangat minim (www.bisnis.com).
Data dari Migrant Care menyebutkan sekitar 70% TKW dari 450.000 WNI
diberangkatkan ke luar negeri tiaptahunnya. Sebanyak 46% diantaranya
diperkirakan menjadi korban perdagangan manusia.
angkatan kerja antar Negara secara keseluruhan tingkat kabupaten
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki yakni perempuan berada di
angka 71.6% dari total AKAN, sedangkan laki-laki berada di prosentase 28.4%
Keterlibatan perempuan dalam AKAN ini jika dilihat secara sepintas maka
secara kuantitatif perempuan lebih dominan, namun ketika dilihat lebih jauh
maka mayoritas pekerjaan yang menjadi lapangan kerja perempuan adalah
sector domestic atau informal, yakni sebagai pembantu rumah tangga atau
sebagai pengasuh anak. Dari status pekerjaan itulah kemudian, justru banyak
sekali problematikan yang dihadapi para TKI Indonesia.
Data Tenaga Kerja PNS
secara kuantitatif jumlah tenaga PNS laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan, dimana laki-laki berada di prosentase 55.3% atau 9.774
pegawai, sedangkan perempuan berada pada prosentase 44.8% atau 7.928
pegawai dari seluruh data PNS yang ada pada setiap kecamatan di Kab.
Malang.

Data Angkatan Kerja Sektor Swasta


Angkatan kerja pada sector swasta telah diakui dapat meningkatkan IPM
dalam suatu Negara. Hal ini terjadi karena dengan banyaknya pergerakan
serta perkembangan sector swasta maka angka pengangguran akan terserap
dengan maksimal.
Jika data diatas dilihat dari rata-rata angka disparitas gender maka terlihat
terjadinya ketimpangan capaian kinerja laki-laki dengan perempuan dengan
selisih 13.2%, artinya perempuan tertinggal dibandingkan laki-laki. Adapun
indeks paritasnya adalah 0.77% dengan pemahaman bahwa kinerja laki-laki
lebih dominan dibandingkan dengan perempuan.

EKONOMI

Anda mungkin juga menyukai