Hingga tahun 2012 ini isu-isu strategis kesenjangan gender di Kab. Malang
masih meprihatinkan. Di bidang Hukum dan HAM masih tingginya kasus
gugat cerai yang masuk ke Pengadilan Agama, meningkatnya jumlah
perempuan korban kriminalitas, tingginya jumlah kasus KDRT. Bidang
Pendidikan masih menunjukan rendahnya angka partisipasi sekolah
perempuan pada jenjang pendidikan menengah pertama dan atas, disamping
itu juga terlihat tingginya angka putus sekolah di Kab. Malang. Bidang
Kesehatan menunjukan rendahnya kesadaran Ibu untuk memberikan ASI
pada Anak, rendahnya kesadaran orang tua untuk meng-imunisasikan bayi
mereka, lebih dari itu angka kematian ibu juga relative masing tinggi. Di
bidang Politik keterlibatan perempuan dalam partlemen masih kurang
memenuhi kuota, disamping itu keterlibatan perempuan dalam pengambilan
kebijakan juga sangat rendah. Bidang social menunjukan masih banyaknya
anak jalanan yang belum tertangani dengan baik, disamping juga minimnya
sarana pendidikan khusus bagi para difable juga menjadi masalah tersendiri.
Bidang Ketenagakerjaan masih meninggalkan catatan dimana sektor formal
masih didominasi oleh laki-laki, meskipun pada angkatan kerja antar Negara
perempuan lebih banyak dibanding laki-laki namun mayoritas perempuan
masih bekerja di bidang informal baik sebagai pembantu maupun pekerja
lepas. Di bidang ekonomi pertumbuhan koperasi dan pembiayaan untuk
permodalan relative stagnan dari tahun ketahun.
pada jenjang tersebut adalah 61.7%, sedangkan perempuan ada pada angka
69.7%.
POLITIK
Keterwakilan perempuan secara proporsional dalam politik baik di kursi legislatif maupun
eksekutif sangatlah penting karena sesuai dengan apa yang ditulis dalam konvesi PBB tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, tahun 1979 bahwa
...pembangunan yang utuh dan menyeluruh dari suatu negara,
kesejahteraan dunia dan perjuangan menjaga perdamaian menuntut
partisipasi penuh kaum perempuan dalam kedudukan yang sejajar dengan
laki-laki dalam segala bidang.
Dengan peningkatan ini ada beberapa hal yang akan tercapai. Pertama,
dengan lebih banyak wakil perempuan dalam lembaga penentu kebijakan,
maka hal ini menjadi proposional dengan banyaknya jumlah perempuan yang
ada di Indonesia. Hal ini bertujuan menghindari kesenjangan dan
ketidakadilan gender. Kedua, dengan partisipasi kaum perempuan, maka
kepentinganperempuan dapat secara langsung diakomodir dalam bentuk
Namun angka 30 persen untuk perempuan ibarat jauh api dari pangang.
Angka tersebut belum sepenuhnya bisa dicapai. Jumlah perempuan pada
kursi DPRD Kab Malang 2009 masih di bawah angka 10 persen. Di Kabupaten
Malang, dari 50 kursi anggota Legislatif hanya 9 kursi yang diduduki oleh
perempuan.
KETENAGAKERJAAN
Partisipasi Angkatan Kerja
jika dilihat dari jumlah angkatan kerja dari tahun ke-tahun selalu mengalami
tren kenaikan. Sebagaimana paparan data (tabel.11.1) menunjukan bahwa
jumlah angkatan kerja pada tahun 2010 adalah berada dalam angka
1.265.118 jiwa, sedangkan data angkatan kerja pada tahun 2011 adalah
1.295.294. Tren kenaikan ini tentunya harus dibarengi dengan kesiapan
lapangan pekerjaan di masyarakat, jika tidak maka yang terjadi adalah
bertambahnya angka pengangguran yang berakibat terjadinya berbagai
permasalah sosial di masyarakat.
Angkatan Kerja Antar Daerah
Pada tingkat kabupaten malang ketika di lakukan prosentasi secara
keseluruhan maka laki-laki memiliki capaian kinerja sebesar 60.6% yakni
pada angka 13.898 jiwa sedangkan perempuan hanya menempati pada
39.4% atau berada pada angka 9.021 jiwa.
Dilihat dari aspek indeks paritas dan disparitas yang terjadi antara kinerja
perempuan dibandingkan dengan kinerja laki-laki maka indeks paritas yang
terjadi
adalah pada angka 0.63 dimana angka ideal dalam perspektif kesetaraan
gender adalah angka 1, sehingga kesimpulan dari angka indeks paritas AKAD
adalah terdapat kesenjangan capaian kinerja perempuan dibandingkan lakilaki dimana yang tertinggal adalah jenis kelamin perempuan.
Angkatan Kerja Antar Negara
Menurut data ECOSOC Rights, sekitar 2,8 juta dari 4 juta warga negara
Indonesia (WNI) yang bekerja di luar negeri adalah perempuan. Sebanyak
60% dari kaum perempuan tersebut bekerja di sektor domestik melalui
prosedur ilegal, dan memiliki bekal yang sangat minim (www.bisnis.com).
Data dari Migrant Care menyebutkan sekitar 70% TKW dari 450.000 WNI
diberangkatkan ke luar negeri tiaptahunnya. Sebanyak 46% diantaranya
diperkirakan menjadi korban perdagangan manusia.
angkatan kerja antar Negara secara keseluruhan tingkat kabupaten
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki yakni perempuan berada di
angka 71.6% dari total AKAN, sedangkan laki-laki berada di prosentase 28.4%
Keterlibatan perempuan dalam AKAN ini jika dilihat secara sepintas maka
secara kuantitatif perempuan lebih dominan, namun ketika dilihat lebih jauh
maka mayoritas pekerjaan yang menjadi lapangan kerja perempuan adalah
sector domestic atau informal, yakni sebagai pembantu rumah tangga atau
sebagai pengasuh anak. Dari status pekerjaan itulah kemudian, justru banyak
sekali problematikan yang dihadapi para TKI Indonesia.
Data Tenaga Kerja PNS
secara kuantitatif jumlah tenaga PNS laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan, dimana laki-laki berada di prosentase 55.3% atau 9.774
pegawai, sedangkan perempuan berada pada prosentase 44.8% atau 7.928
pegawai dari seluruh data PNS yang ada pada setiap kecamatan di Kab.
Malang.
EKONOMI