PENDAHULUAN
Bahan bakar reaktor daya (BBRD) atau pelet sinter U02 jenis PWR adalah berdensitas
tinggi yakni sekitar 93-95% DT. Untuk memperolehnya, kompakan serbuk U02 ukuran menengah
(150-800 IJm) perlu disinter dengan suhu tinggi yakni 1700 c. sintering suhu tinggi tentu
menyebabkan biaya produksi besar., resiko kerusakan alat sinter cukup tingggi dan periode waktu
sinter cukup lama. Oleh karenanya suhu sinter perlu diturunkan. Hal ini sesuai dengan
kecenderungan Negara maju sa at ini, yang melakukan penyinteran
BBRD pada suhu rendah
(1200c).
Salah satu usaha untuk menurunkan suhu sinter adalah dengan penggunaan serbuk halus
U02 Dari berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kompakan atau pelet mentah yang
berasal dari serbuk yang lebih halus dapat disinter pada suhu yang lebih rendah. Dalam proses
pengompakannya akan terajadi friksi atau gesekan antara sesama serbuk dan antara serbuk dengan
cetakannya atau dinding Dies. Friksi sesama serbuk menyebabkan densitas kompakan menjadi
rendah karena terbentuknya Bridging yakni jembatan antar partikel serbuk. Sementara itu, friksi
antara serbuk dengan Dies menyebabkan pengikisan dinding Dies, bahkan sering menyebabkan
kompakannya pecah atau retak. Untuk mengatasi hal ini, maka ke dalam serbuk perlu dicampurkan
pelumas hingga homogen. Dalam hal ini menggunakan Zn-stearat sebagai pelumas. Masalahnya
adalah seberapa banyak pelumas dicampurkan ke dalam serbuk U02, sebab jika berlebihan,
pelumas juga dapat menyebabkan densitas kompakan turun, karena transmisi tekanan tidak
maksimal. Oleh karenanya penelitian ini perlu dilakukan.
TEORI
Teori Pengompakan
Pengompakan
serbuk U02
dimaksudkan
untuk memberikan
bentuk,
gesekan sesama partikel serbuk yang berdekatan. Friksi ini menyebabkan pengelasan
40
dingin atau cold welding. Akibatnya terbentuk kohesi sisa (perpaduan), berupa titik kontak antar
partikel serbuk atau the point of particle contact dalam kompakan atau pelet mentah. Melalui titik
kontak inilah pertukaran atom-atom berlangsung selama proses sintering. Makin halus ukuran
serbuk, makin banyak jumlah serbuk atau jumlah titik kontak tersebut dan makin cepat pertukaran
atom-atom selama penyinteran sehingga densitas pelet meningkat dengan cepat.
Teori Sintering
Proses sintering terbagi dalam 3 tahapan yakni :
a) Tahap awal (initial stage)
Proses sintering berawal pada titik kontak antar partikel serbuk. kemudian titik kontak tersebut
bertambah luas dan membentuk neck atau leher. Neck ini kemudian menjadi batas butir atau
grain-boundary.
Pada sa at bersamaan, rongga antar partikel serbuk mengecil dan membentuk
pori.
b) Tahap pertengahan (intermediate stage)
Dalam tahap ini batas butir membesar dan porinya mengecil dengan cepat. Akibatnya pelet
mengalami shringkage atau pengerutan dan densitasnya meningkat tajam. Hal ini terjadi selama
kenaikan suhu dari 300C hingga suhu puncak. Disini terjadi densifikasi secara cepat karena
adanya interaksi antara pori dan batas butir.
Selama pertumbuhan butir (grain growth) :
Pori-pori dapat dikeluarkan oleh pergerakan batas butir sehingga densitas pelet meningkat.
Pori-pori tersebut ditinggalkan oleh pergerakan batas butir dalam butir, sehingga densitas
pelet tetap
Mekanisme sintering
Terbagi atas surface transport dan bulk transport. Secara sederhana kedua mekanisme ini
dapat dijelaskan :
Surface transport
Mekanisme sintering surface transport adalah mekanisme yang disebabkan adanya aliran atau
perpindahan massa dari permukaan ke permukaan partikel serbuk, yang mengakibatkan
pertumbuhan neck. Akan tetapi kedua partikel serbuk tersebut tidak mengalami shringkage
(pengerutan) sehingga peletnya tidak terdensifikasi (tidak mengalami perubahan dimensi).
Mekanisme surface transport meliputi difusi permukaan dan evaporasi kondensasi yang biasanya
terjadi pada tahap awal sintering
Bulk transport
Mekanisme sintering bulk transport adalah mekanisme yang disebabkan adanya aliran atau
perpindahana massa dari dalam partikel serbuk (sumber massa internal) ke daerah neck
sehingga pertumbuhan neck semakin cepat. Mekanisme ini meliputi difusi volume (kisi), difusi
batas butir, aliran plastis dan sebagainya. Dalam mekanisme ini terjadi shringkage partikel serbuk
atau densifikasi pelet. Mekanisme ini biasanya terjadi pada tahap pertengahan dan tahap akhir
sintering.
41
TAT A KERJA
1.
2.
Serbuk halus tersebut kemudian ditimbang dengan berat tetap 6,8 gr sebanyak 35 sam pel.
Sam pel tersebut dibagi atas 7 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5 sam pel.
Setiap sam pel dalam kelompoknya dicampur dengan pelumas Zn-stearat hingga homogen
dengan persentase berat yang sama, masing-masing kelompok adalah 0,2 , 0,4, 0,8 ,
1,2 , 1,6 , 2,0 , 3,0% berat.
42
densitasnya dari 90,36 hingga 73,48% DT. Densitas pelet sinter yang terbesar diperoleh pada
kandungan pelumas 0,4% berat, yakni 93,11 % DT. Untuk bahan bakar jenis PWR (enriched),
densitas tersebut telah memenuhi persyaratan BBRD. Penurunan densitas pelet sinter akibat
kenaikan kandungan pelumas dalam pelet mentah mungkin disebabkan karena ketebalan pelumas
diatas permukaan aglomer serbuk dalam kompakan bisa memperlambat proses sintering atau
densifikasi pelet. Terutama dalam pertumbuhan neck (Ieher), batas butir dan butir (grain growth).
Pencapaian densitas yang tinggi (93,11 % DT) dari pelet sinter UOz dengan kandungan
pelumas 0,4% berat dalam serbuk halusnya menunjukkan bahwa pelumasan tersebut tidak
mempengaruhi proses sintering terutama pada tahap awal dim ana titik kontak antar partikel serbuk
tumbuh menjadi neck (leher) dan batas butir (grain boundary).
TABEL 1. Densitas pelet mentah (7 ton) dan pelet sinter (1100 C) jenis PWR dari serbuk halus UOz
%
Berat
--.--"'-.0. 10,224
__
.I~_
___
..UOz
____ ..........
_" """""'"11_""
%DT
8,710
55,83
79,32
8,683
56,57
79,08
82,93
8,090
56,66
73,69
73,70
9,438
9,084
9,478
9,101
8,066
8,079
56,69
56,63
56,68
86,15
73,4
73,58
85,96
57,50
82,89
7.. ,.,.6,420
9,481
9,921
9,431
9,923
90,23
90,36
57,67
59,97
59,94
10,219
59,99
59,92
93,16
MENTAH
DENSITAS
PELET _II """'--'-"'1 J-IIM "",,'u"',,",u
9,926
9,915
90,33
90,37
58,45
8,723
79,45
55,84
8,735
8,713
9,105
55,82
55,79
79,56
55,81
79,36
53,39
53,37
82,74
1,2
1,6
6,321
6,223
9,092
9,459
8,092
86,25
57,54
72,98
53,31
53,21
53,80
57,57
82,81
0,8
6,336
9,918
9,928
9,914
57,55
57,67,
86,43
90,42
57,53
85,80
57,75
57,70
57,76
10,221
93,12
93,09
0,4
10,228
,587
93,68
10,223
59,96
93,11
0,2
6
9,922
90,38
,245
90,41
90,31
58,52
58,47
58,48
58,49
6,131
2,0
6,129
6,130
5,862
3,0
5,842
6,221
6,224
6,314
6,581
%DT
6,422
SINTER
6,418
6,129
6,211
5,861
6,318
5,853
6,218
6,316
6,341
6,579
6,583
6,421
6,128
5,863
6,332
6,584
6,319
grl
cm3 UOz
DENSIT AS PELET
grl cm3
43
Tabelll
Densitas rata-rata pelet mentah ( 7 ton) dan pelet sinter ( 11000e jenis PWR dari serbuk
halus U021olos 38 Um dengan persentase berat pelumas ( Zn-stearat ) yang berbeda.( dari Tabell ).
% (59,96
Berat
)
3,0
DENSIT
ASU02
PELET
53,42
10,223
8,084
5,856
73,48
93,11
57,54
57,71
56,65
9,094
8,713
6,317
6,128
0,2
0,4
58,48
9,920
6,583
6,421
90,36
0,8
55,82
2,0
1,2
1,6
9,457
9,921
6
6,336
86,14
90,35
82,83
79,36
,219
%DT
gr/
%DT
cm3 MENTAH
SINTER
U02
DENSITAS
PELET
gr/ cm3
Q.
"iij
Q)
CUtQ)
N
80.00
70.00
0.50
-.19~Ec_
90.00
0
50.00
"0
60.000.00
-:JccQ. 100.00
.19~
.s::.~
Q)
Q)
..
Qj
UI
"iij
Qj
-+-- Densitas
---
1.00
Kandungan
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Gambar 1. Grafik pengaruh kandungan pelumas Zn- stearat dalam serbuk halus U02 terhadap
densitas pelet mentah dan pellet sinter U02
44
KESIMPULAN
1.
Dengan menggunakan
serbuk awal CAMECO
2.
Kandungan pelumas (Zn-stearat) dalam serbuk halus U02 lolos 38 um dapat mempengaruhi
densitas dari pelet mentah dan pelet sinter
Campuran 0,4% berat pelumas (Zn-stearat) dalam serbuk halus U02 lolos 38 IJm dapat
dikompakkan dan disinter pada suhu rendah (1100 C) menjadi pelet sinter berdensitas
maksimal, yakni 93,11 % DT
3.
ayakan kecil, maka serbuk halus U02 lolos 38 IJm dapat dihasilkan dari
SARAN
Perlu dipesan ayakan besar berukuran kecil, 38 IJm dan 53 IJm
45