Anda di halaman 1dari 3

Pelajaran Khutbah Jumat: Al-Fatihah membawa pesan sikap Inklusif seorang muslim pada era

global. 23/12/16
Al-Fatihah adalah surah pembuka kitab suci Al-Quran. Walau Al-fatihah bukan surah yang
pertama kali diturunkan, tapi eksistensinya sebagai surah pembuka yang dinamis, penuh makna
dan inspiratif harus kita aplikasikan dalam hidup kita. Seyogyanya sebelum belajar Qur,an ayatayat kauniyah, bahkan ayat-ayat Qur,an selanjutnya setelah sang Pembuka (al-Fatikhah). Kita
harus faham betul QS Al-Fatihah, minimal terjemah dan elaborasi akal kita, lebih-lebih aplikasi
dalam bermasyarakat.
Salah seorang penafsir Islam klasik (ar-Razi) mengatakan,: Al-fatihah adalah surah pertama
yang turun secara lengkap. Al-fatihah juga berasal dari kata Bahasa arab fa-ta-ha yang artinya
"Membuka" atau secara general Al-fatihah bisa diartikan dengan surah pembuka yang mampu
membuka tabir makna dari sesuatu yang lainnya.
Surah Al-fatihah mengajarkan kita untuk senantiasa membuka diri atau inklusif dalam bersikap
kepada siapapun. Terlebih kepada golongan yang berbeda secara ideologi, agama dan pemikiran.
Bersikap terbuka akan membuat komunikasi berjalan dengan lancar walau pemikiran dan
ideologi seseorang berbeda.
Ada beberapa pelajaran yang layak kita ambil dari makna yang terkandung dalam surah Alfatihah.
Dalam surah al-fatihah terdapat kalimat, (1)"Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang". Kalimat ini sarat dengan pelajaran tentang kasih dan sayang yang harus
diaktualisasikan dalam kehidupan kita. Walaupun zaman berubah dan waktu terus berjalan,
seorang muslim harus bisa belajar untuk terus mengasihi dan menyayangi orang lain. tidak
pernah mencurigai sesama apalagi terus menebar kebencian kepada Mereka.
Selanjutnya kita memuji Tuhan semesta alam. (2)Segala Puji hanya bagi Allah Tuhan semesta
alam. Kita mengakui bahwa hanya berkat nikmat, hidayat, dan inayah Allah kita bisa menjalani
hidup ini. Puji-pujian untuk Yang Maha Kuasa adalah tingkat pertama dalam tatacara bermunajat
dilanjutkan shalawat Nabi SAW. MemujiNya berati cinta kepadaNya. Bacalah AlQur'an seakan
anda membaca surat CintaNya kepadamu. Bacalah Sholawat seakan kau balas surat cinta Nabi
saw padamu.

Tampaknya kasih sayang sesama selalu ditanamkan, ayat selanjutnya (3)Yang Maha Pengasih
juga Maha Penyayang, diulang dua kali menegaskan bahwa sifat Allah ini yang wajib
hukumnya selalu dipegang oleh makhluk. Nabi Muhammad SAW dalam Nashoihul Ibad pernah
bersabda sayangi dan dan kasihanilah orang-orang di bumi, niscaya yang di langit (atas)
mengasihimu.
Berikutnya (4)yang memiliki hari pembalasan, Tuhan menguasai hari pembalasan (hari
kiamat), dimana pelaporan catatan amal baik dan buruk. Allah lah yang memiliki hak preogatif
setiap hambanya, bukan manusia. Sehingga kita tidak mempunyai hak sedikitpun untuk menilai
sesorang apakah ia kafir, muslim, dan lain sebagainya.
(5)Hanya kepadaMu lah kami menyembah dan hanya kepadaMu lah kami memohon
pertolongan. Tempat kita berserah dan berpasrah hanya kepada Allah bukan yang lain. Tentu
dibarengi dengan usaha kita sebagai makhluk, yakni mematuhi batasan yang telah digariskan
oleh Allah.
Dalam Surah Al-fatihah disebutkan, (6)" Bimbinglah kami kejalan yang lurus, (yaitu) (7) jalan
orang-orang yang kau beri nikmat bukan jalan orang-orang yang kau murkai bukan pula jalan
yang sesat". Ayat ini adalah doa agar Allah berkenan untuk menunjukkan jalan yang lurus jalan
yang sesuai dengan aturan Allah dan nilai-nilai Islam universal. Jalan yang lurus hanya Alah
yang tahu, kita hanya menjalankan saja. Bukan mengklaim sebagai orang yang lurus lagi benar.
Lagi-lagi ayat ini hanya berdoa dan memohon agar terus diridhoi Allah SWT. Ayat ini bukan
spirit untuk menyesat-sesatkan orang yang berbeda pemahaman, tetapi hanya sebuah
permohonan agar Tuhan memberi petunjuk ke jalan yang benar. Semoga petunjuk Allah selalu
menerangi langkah hidup kita, karena tidak ada gunanya hidup jika hidup tidak merasakan
keberadaan Tuhan dan keagungannya.
Bukan wewenang kita untuk menyesatkan orang lain, menganggap orang kafir, murtad, bidah
dan sebagainya. Sikap saling menyesatkan dan mengkafirkan di antara sesama sangat
bertentangan dengan semangat QS Al Fatihah yang mengajak kita untuk bersikap membuka diri.
Sebagai surat pembuka, sangat relavan dengan zaman sekarang, untuk membangun sikap inklusf.
Maulana Habib Luthfi bin Yahya pernah ngendiko, seorang muslim seharusnya mencontoh air
laut, ia diserang dan dimasukin dzat-dzat dari mana-mana yang bermuara ia tetap jadi air laut

tanpa merubah dirinya ataupun yang lain, namun tetap tersimpan pesan damai. Ia tidak
memaksakan diri satu sama lain.
Wallahu Alam
Khusnudzan lebih baik dibanding su'udzan, meski sangkaan baiknya ternyata salah & sangkaan
jeleknya ternyata benar ~ KH Nawawi Abd Djalil
Semoga Bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai