Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
052.00.14.00.128
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2016
o Masalah dan Penelitian
Menurut Arikunto (1992; 22), dalam bukunya Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik, dikatakan bahwa masalah itu mesti merupakan bagian dari kebutuhan seseorang
untuk dipecahkan. Penyebab orang ingin mengadakan penelitian adalah karena ia ingin
mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi.
Sementara itu Sedarmayanti dan Hidayat (2011), dalam bukunya Metodologi Penelitian,
mengatakan bahwa masalah adalah peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sedangkan apa yang disebut dengan permasalahan penelitian adalah suatu pembatasan
fokus perhatian pada ruang lingkupnya sampai menimbulkan pertanyaan dalam diri orangorang yang mencari permasalahan.
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengadakan sebuah penelitian adalah
mencari atau memilih sebuah masalah untuk diteliti, baik penelitian kualitatif maupun
kuantitatif sepakat bahwa hal pertama yang harus dilakukan dalam penelitian adalah
menentukan sebuah masalah.
Adapun beberapa langkah khususnya dalam melakukan penelitian kuantitatif secara umum,
yakni:
Memilih Masalah
Studi Pendahuluan
Merumuskan Masalah
Memilih Pendekatan
Menentukan Variabel
Menyusun Laporan
Menarik Kesimpulan
Analisis Data
Mengumpulkan Data
Hipotesis
2. Keaslian penelitian
Keaslian penelitian memuat pernyataan bahwa masalah yang dihadapi/diteliti ini belum
pernah dipecahkan oleh para peneliti terdahulu, atau pun dinyatakan dengan tegas
mengenai perbedaan penelitian milik kita dengan penelitian yang sudah pernah
dilaksanakan oleh para peneliti lain. Nah, uraian yang tersebut terakhir ini harus merujuk
dari pustaka yang dipakai.
3. Faedah yang didapatkan
Latar belakang juga harus memuat penjelasan mengenai faedah (manfaat) penelitian
untuk pembangunan masyarakat luas baik untuk masayarakat akademi maupun non
akademi.
Namun, jika kita masih juga merasa bingung dalam menetapkan suatu masalah atau
bertanya-tanya mengenai apa yang menyebabkan timbulnya masalah, maka dalam hal ini
pada umumnya ada 4 kriteria yang dijadikan pertimbangan dalam menetapkan suatu
masalah sebagai realitas yang muncul di lapangan, contohnya:
1. Adanya kesenjangan antara yang seharusnya (das sollen) dengan apa yang ada
(das sein).
2. Apabila kita mempunyai sesuatu hal yang diketahui, tetapi pengetahuan mengenai
hal tersebut tidak lengkap.
3. Apabila diketemukan kontradiksi antara kedua hal yang berbeda.
4. Suatu proses yang sedang berjalan dan tiba-tiba berhenti.
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Perlu diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif masalah itu bertumpu pada suatu
fokus. Fokus disini dalam penelitian kualitatif itu berarti pembatasan masalah itu sendiri yaitu
suatu usaha pembatasan dalam sebuah penelitian yang bertujuan agar mengetahui secara
jelas tentang batasan-batasan mana saja atau untuk mengetahui ruang lingkup yang akan
diteliti supaya sasaran penelitian tidak terlalu luas.
Sebenarnya ada dua maksud yang ingin dicapai dengan merumuskan masalah penelitian
melalui fokus. Pertama, penetapan fokus itu dapat membantu dalam membatasi
penyelidakan atau penelitian, artinya jika fokus itu sudah ditentukan, maka secara pasti kita
sudah mendapatkan batasan-batasan tentang yang akan diteliti, dan yang lainya kita sudah
tidak perlu lagi menelitinya.
Kedua, penetapan fokus dapat membantu dalam mengidentifikasi data-data mana yang
dibutuhkan dan mana yang tidak dibutuhkan atau sudah memenuhi bidang inklusi-ekslusi
atau kriteria masuk-keluar informasi yang baru didapatkan, maksudnya peneliti sudah
mengetahui data-data mana yang relevan bagi penelitiannya dengan adanya penetapan
fokus tersebut.
Untuk menetapkan fokus penelitian, terdapat empat alternatif yang mana dikemukakan oleh
Spradley (Faisal, 1998 dan Sugiyono, 2007) dalam Andi Prastowo (2011: 137).
1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.
2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain.
3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek.
4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang
ada.
Terdapat lima kriteria lain dalam menentukan fokus dalam penelitian kualitatif yang mana
diungkapkan oleh Bungin (2008: 64-65) dalam Andi Prastowo (2011: 137) yakni.
1. Interesting. Artinya tentukanlah fokus masalah yang akan diteliti yang menarik baik
bagi peneliti ataupun bagi masyarakat, agar bisa menarik semua kalangan.
2. Aktual. Maksudnya fokus masalah yang kita pilih itu bersifat kekinian, atau yang
terjadi sekarang atau saat ini. Agar penelitian bisa memberikan solusi bagi
permasalahan yang sedang dihadapi.
3. Monumental. Yaitu masalah yang bisa selalu bisa diingat oleh masyarakat. Seperti
masalah tentang sosial, agama dan sebagainya.
4. Spektakuler. Maksudnya masalah yang dipilih itu masalah yang menakjubkan yang
mana akan menarik perhatian banyak kalangan.
5. Fokus pada tema tertentu. Yaitu fokus masalah itu pada tema tertentu saja agar tidak
melebar dan meluas sehingga menyulitkan bagi peneliti untuk meneliti tentang apa
yang mau diteliti.
Dalam penelitian kualitatif, perumusan masalah melalui fokus itu bersifat tentatif dan ini
sudah jelas jika melihat dari contoh diatas. Terdapat tiga kemungkinan dalam penelitian
kualitatif tentang masalah yang akan kita teliti yang mana ini dikemukakan oleh Sugiyono
(2007: 30) dalam Andi Prastowo (2011: 112).
1. Masalah tetap. Yaitu masalah yang kita teliti itu tetap dan tidak berubah karena apa
yang mau kita teliti itu ada atau sesuai dengan di latar penelitian. Dengan demikian
masalahnya akan tetap dan tidak berubah. Contoh: dari awal memang kita akan
meneliti tentang pengaruh metode dialektika dalam metode belajar-mengajar di
universitas A. setelah diselidiki atau setelah peneliti mengetahui keadaan dilapangan
bahwa memang universitas A itu menggunkan metode dialektika dalam metode
belajar-mengajar, maka peneliti tidak usah mengganti fokus masalahnya.
2. Masalah berkembang. yaitu masalah bisa berkembang jika ketika kita telah di latar
penelitian ternyata ada hal-hal atau data-data baru yang sebelumnya tidak kita duga
atau justru kita menduga ada ternyata tidak ada. Contoh: kita sudah menentukan
tentang apa yang mau kita teliti yaitu metode dialektika dalam metode belajarmengajar di universitas A. ternyata ketika sudah mengetahui situasi lapangan,
universitas A tidak hanya menggunakan metode dialektika tetapi juga menggunakan
metode yang lainya. berarti masalah bisa berkembang misalnya menjadi metode
dalam belajar-mengajar di universitas A.
3. Masalah berubah total. Masalah bisa berubah total jika si peneliti sudah mengetahui
kenyataan dilapangan yang bertentang atau tidak sesuai dengan fokus masalahnya.
Contoh: kita mau meneliti tentang metode dialektika dalam metode belajar-mengajar
di universitas A. ternyata setelah mengetahui kenyataan dilapangan yang
bertentangan bahwa universitas A sama sekali tidak menggunakan metode dialektika
dalam metode belajar-mengajar, maka fokus masalah tentu akan berubah secara
total.
Dalam merumuskan masalah itu terdapat prinsip-prinsip yang dijadikan pegangan atau
patokan bagi para peneliti. Prinsip-prinsip ini ditarik dari hasil pengkajian perumusan
masalah dan bertujuan agar bisa dijadikan pegangan dan patokan bagi para peneliti. Dalam
Moleong (2010: 112-119) Terdapat Sembilan prinsip dalam perumusan masalah yang mana
sebagai berikut:
1. Prinsip yang berkaitan dengan Teori dari-dasar
Dalam prinsip ini peneliti hendaknya menyadari bahwa perumusan masalah dalam
penelitiannya itu didasarkan pada upaya menemukan teori dari-dasar sebagai acuan utama.
Dengan demikian, masalah yang sebenarnya itu berada ditengah-tengah kenyataan. Jadi,
perumusan masalah ini adalah sekedar arahan, pembimbing, atau acuan pada usaha
menemukan masalah yang sebenarnya. Masalah yang sebenarnya akan dapat dirumuskan
jika peneliti sudah berada dan bahkan mulai mengumpulkan data. Sedangkan bagi kita,
perumusan masalah itu merupakan aplikasi dari asumsi bahwa suatu penelitian itu tidak
mungkin dimulai dari sesuatu yang kosong.
2. Prinsip yang berkaitan dengan maksud perumusan masalah
Pada dasarnya penelitian kualitatif adalah upaya penemuan dan penyusunan teori baru
lebih dari sekedar menguji, mengkonfirmasi, atau verifikasi suatu teori yang berlaku. Dengan
demikian perumusan masalah disini dimaksudkan untuk menunjang upaya penemuan dan
penyusunan teori substantif yaitu teori yang bersumber dari data. Namun, tetap saja prinsip
ini tidak membatasi kita jika ingin menguji suatu teori yang berlaku karena ada pandangan
bahwa penemuan teori yang baru lebih dari sekedar menguji teori yang sedang berlaku.
Perumusan masalah yang bersifat tentative ini yang kemudian diubah, dimodifikasi, dan
disempurnakan pada latar penelitian akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam
dunia ilmu. Dengan demikian perumusan masalah mungkin bisa terjadi dua kali, atau lebih
mengalami perubahan dan penyempurnaan. Inilah salah satu cirri khas penelitian kualitatif
yang memang luwes, longgar dan terbuka.
3. Prinsip hubungan faktor
Fokus sebagai sumber masalah penelitian adalah rumusan yang terdiri dari dua atau
lebih factor yang menghasilkan tanda Tanya atau kebingungan. Faktor itu bisa berupa
konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena. Maka dengan pengertian itu mengarahkan
kita untuk memperhatikan tiga pertimbangan. Pertama, terdapat dua faktor atau lebih,
kedua, faktor-faktor itu dihubungan secara logis atau bermakna, ketiga, hasil
penghubungan tadi berupa suatu keadaan yang menimbulkan tanda tanya atau hal yang
membingungkan yang memerlukan upaya untuk menjawabnya yang mana itu biasa
dinamakan tujuan penelitian. Hal yang perlu diperhatikan disini yaitu dalam perumusan
masalah ketiga aturan itu terpenuhi.
4. Fokus sebagai wahana untuk membatasi studi
Seorang peneliti biasanya memiliki pandangan atau paradigma tertentu yang mana
mungkin berasal dari pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Penelitian kualitatif
bersifat terbuka dan tidak mengharuskan peneliti harus menganut suatu paradigma tertentu.
Namun apabila peneliti telah menetapkan masalah dan tujuan penelitianya misalkan untuk
menemukan dan menyusun teori baru yang berasal dari data, maka berarti ia harus benarbenar memegang posisi paradigma alamiahnya.
Jika hal itu terjadi, maka perumusan masalah bagi peneliti akan mengarahkan dan
membimbingnya pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan dipilih dari berbagai latar
yang sangat banyak tersedia.
5. Prinsip yang berkaitan dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Ketika peneliti sudah terjun kelapangan penelitian, maka ia akan banyak mendapatkan
data-data baik melalui pengamatan, wawancara, analisis dokumen, dan sebagainya.
Perumusan fokus yang baik yang dilakukan sebelum melakukan penelitian dilapangan dan
yang mungkin disempurnakan pada saat ia sudah terjun kelapangan akan membatasi
peneliti guna memilih mana data yang relevan dan mana yang tidak.
6. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah. Pertama, secara diskusi, cara penyajianya adalah
dalam bentuk pernyataan secara deskriptif namun perlu diikuti dengan pertanyaanpertanyaan penelitian. Kedua, secara proporsional, yaitu secara langsung menghubungkan
faktor-faktor dalam hubungan logis dan bermakna; dalam hal ini ada yang disajikan dalam
bentuk uraian atau deskriptif dan ada pula yang langsung dikemukakan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Ketiga, secara gabungan, yakni terlebih dahulu disajikan
dalam bentuk diskusi kemudian ditegaskan dalam bentuk proporsional.
7. Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
Yang dimaksud posisi disini yaitu kedudukan untuk rumusan masalah diantara unsureunsur lainya. unsure-unsur lainya yaitu latar belakang masalah, tujuan, dan acuan teori dan
metode penelitian. Prinsip posisi menghendaki agar rumusan masalah latar belakang
penelitian didahulukan karena latar belakanglah yang memberikan ancang-ancang dan
alasan diadakanya penelitian. Prinsip lainya ialah hendaknya rumusan masalah disusun
terlebih dahulu baru tujuan penelitian karena tujuan penelitian yang akan menjawab dan
menyelesaikan masalah penelitian.
8. Prinsip yang berhubungan dengan hasil penelaahan kepustakaan
Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak bisa dipisahkan dengan hasil penelaahan
kepustakaan yang berkaitan. Hal tersebut diperlukan untuk mempertajam rumusan masalah
walaupu masalah yang sebenarnya bersumber dari data. Penelaahan kepustakaan
mengarahkan serta membingbing kita untuk membentuk kategori substantif walaupun perlu
diingat bahwa kategori substantif seharusnya bersumber dari data.
Ada beberapa langkah-langkah dalam perumusan masalah yang mana sebagai berikut:
1. tentukan fokus penelitian
2. cari berbagai kemungkinan faktor yang ada kaitanya dengan fokus tersebut
dalam hal ini dinamakan subfokus
3. diantara faktor-faktor yang terkait adakan pengkajian tentang mana yang
sangat menarik untuk ditelaah kemudian tetapkan mana yang mau dipilih
4. kaitkan secara logis faktor-faktor subfokus yang dipilih dengan fokus
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA