Anda di halaman 1dari 6

GRAVES DIASEASE

A. Definisi Graves Disease


Penyakit Graves (goiter difusa toksika) merupakan penyebab tersering hipertiroidisme
adalah suatu penyakit autonium yang biasanya ditandai oleh produksi autoantibodi yang
memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Penderita penyakit Graves memiliki gejalagejala khas dari hipertiroidisme dan gejala tambahan khusus yaitu pembesaran kelenjar
tiroid/struma difus, oftamopati (eksoftalmus / mata menonjol) dan kadang-kadang dengan
dermopati.

B. Epidemiologi
Sampai saat ini belum ada didapatkan angka yang pasti insidensi dan prevalensi penyakit
Graves di Indonesia. Di Amerika Serikat Sebuah studi yang dilakukan di Olmstead Country
Minnesota diperkirakan terjadi sekitar 30 kasus per 100.000 orang per tahun. Prevalensi
tirotoksikosis pada ibu adalah sekitar 1 kasus per 500 orang. Di antara penyebab
tirotoksikosis spontan, penyakit Graves adalah yang paling umum 3. Penyakit Graves
merupakan 60-90% dari semua penyebab tirotoksikosis di berbagai daerah di dunia. Di UK,
dilaporkan 100-200 kasus per 100.000 penduduk per tahun.

C. Etiologi Graves Disease


Penyakit Graves merupakan salah satu penyakit autoimun yang disebabkan thyroidstimulating antibodies (TSAb). Antibodi ini berikatan dan mengaktifkan thyrotropin receptor
(TSHR) pada sel tiroid yang mensintesis dan melepaskan hormon tiroid. Penyakit Graves
berbeda dari penyakit imun lainnya karena memiliki manifestasi klinis yang spesifik, seperti
hipertiroid, vascular goitre, oftalmopati, dan yang paling jarang infiltrative dermopathy.
Penyakit ini mempunyai predisposisi genetik yang kuat, dimana 15% penderita
mempunyai hubungan keluarga yang erat dengan penderita penyakit yang sama. Sekitar 50%

dari keluarga penderita penyakit Graves, ditemukan autoantibodi tiroid didalam darahnya.
Penyakit ini ditemukan 5 kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria, dan dapat terjadi
pada semua umur. Angka kejadian tertinggi terjadi pada usia antara 20 tahun sampai 40 tahun

D. Patofisiologi
Graves disease merupakan gangguan autoimun berupa peningkatan kadar hormon tiroid
yang dihasilkan kelenjar tiroid Kondisi ini disebabkan karena adanya thyroid stimulating
antibodies (TSAb) yang dapat berikatan dan mengaktivasi reseptor TSH (TSHr). Aktivasi
reseptor TSH oleh TSAb. memicu perkembangan dan peningkakan aktivitas sel-sel tiroid
menyebabkan peningkatan kadar hormon tiroid melebihi normal. TSAb dihasilkan melalui
proses respon imun karena adanya paparan antigen. Namun pada Graves Disease sel-sel
APC (antigen presenting cell) menganggap sel kelenjar tiroid sebagai antigen yang
dipresentasikan pada sel T helper melalui bantuan HLA (human leucocyte antigen).
Selanjutnya T helper akan merangsang sel B untuk memproduksi antibodi berupa TSAb.
Salah satu faktor risiko penyebab timbulnya Graves Disease adalah HLA. Pada pasien
Graves Disease ditemukan adanya perbedaan urutan asam amino ke tujuh puluh empat pada
rantai HLA-DRb1. Pada pasien Graves Disease asam amino pada urutan ke tujuh puluh
empat adalah arginine, sedangkan umumnya pada orang normal, asam amino pada urutan
tersebut berupa glutamine.

E. Manifestasi klinis
Pada pasien Graves disease, gejala klinis juga dapat berupa inflamasi dan edema di otot
mata (Graves ophtalmopathy) dan gangguan kulit lokal (myxedema). Mekanisme
terjadinya Graves ophtalmopathy dan myxedema belum diketahui secara pasti namun
diperkirakan pada keduanya terjadi akumulasi limfosit yang disebabkan oleh aktivasi
sitokin pada fibroblast.

F. Diagnosis

Untuk membantu menegakkan diagnosis pasien menderita Graves disease perlu


dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan yang perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis Graves disease yaitu TSH serum, kadar hormon
tiroid (T3 dan T4) total dan bebas, iodine radioaktif, scanning dan thyrotropin receptor
antibodies (TRAb). Pada pasien Graves disease, kadar TSH ditemukan rendah disertai
peningkatan kadar hormon tiroid. Dan pada pemeriksaan dengan iodine radioaktif
ditemukan uptake tiroid yang melebihi normal.

Algoritme diagnosis hipertiroidisme

Sedangkan pada teknik scanning iodine terlihat menyebar di semua bagian kelenjar tiroid,
dimana pola penyebaran iodine pada Graves disease 8 berbeda pada hipertiroidisme lainnya.
TRAb ditemukan hanya pada penderita Graves disease dan tidak ditemukan pada penyakit
hipertiroidisme lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis Graves Disease.
Selain itu TRAb dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan terapi dan tercapainya
kondisi remisi pasien (

G. Penatalaksanaan Graves Disease


Faktor utama yang berperan dalam patogenesis terjadinya sindrom penyakit Graves
adalah proses autoimun, namun penatalaksanaannya terutama ditujukan untuk mengontrol
keadaan hipertiroidisme. Sampai saat ini dikenal ada tiga jenis pengobatan terhadap
hipertiroidisme akibat penyakit Graves, yaitu: Obat anti tiroid, Pembedahan dan Terapi
Yodium Radioaktif. Pilihan pengobatan tergantung pada beberapa hal antara lain berat
ringannya tirotoksikosis, usia pasien, besarnya struma, ketersediaan obat antitiroid dan
respon atau reaksi terhadapnya serta penyakit lain yang menyertainya

H. Komplikasi
Krisis tiroid (Thyroid storm)
Merupakan eksaserbasi akut dari semua gejala tirotoksikosis yang berat sehingga
dapat mengancam kehidupan penderita. Faktor pencetus terjadinya krisis tiroid pada
penderita tirotoksikosis antara lain:
-

Tindakan operatif, baik tiroidektomi maupun operasi pada organ lain.

Terapi yodium radioaktif.

Persalinan pada penderita hamil dengan tirotoksikosis yang tidak diobati secara
adekuat.

Stress yang berat akibat penyakit-penyakit seperti diabetes, trauma, infeksi akut,
alergi obat yang berat atau infark miokard.
Manifestasi klinis dari krisis tiroid dapat berupa tanda-tanda hipermetabolisme

berat dan respons adrenergik yang hebat, yaitu meliputi:


-

Demam tinggi, dimana suhu meningkat dari 38C sampai mencapai 41C disertai
dengan flushing dan hiperhidrosis.

Takhikardi hebat, atrial fibrilasi sampai payah jantung.

Gejala-gejala neurologik seperti agitasi, gelisah, delirium sampai koma.

Gejala-gejala saluran cerna berupa mual, muntah,diare dan ikterus.


Terjadinya krisis tiroid diduga akibat pelepasan yang akut dari simpanan hormon

tiroid didalam kelenjar tiroid. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar T4
dan T3 didalam serum penderita dengan krisis tiroid tidak lebih tinggi dibandingkan
dengan kadarnya pada penderita tirotoksikosis tanpa krisis tiroid.
Hipertiroidisme dapat mengakibatkan komplikasi mencapai 0,2% dari seluruh
kehamilan dan jika tidak terkontrol dengan baik dapat memicu terjadinya krisis
tirotoksikosis, kelahiran prematur atau kematian intrauterin. Selain itu hipertiroidisme
dapat juga menimbulkan preeklampsi pada kehamilan, gagal tumbuh janin, kegagalan
jantung kongestif, tirotoksikosis pada neonatus dan bayi dengan berat badan lahir rendah
serta peningkatan angka kematian perinatal.

Sumber:
1. Endocrinology and Metabolism: Disease of Thyroid, Harrisons Principles of Internal
Medicine 15th ed. New York, Mcgraw Hill,2000

2. Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA. Patofisiologi: Konsep klinis prosesproses penyakit. Edisi 6. Volume 2.: EGC; 2006. h. 1225-36.

Anda mungkin juga menyukai