ASI: Mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi. Antara lain, faktor pembentuk sel-sel otak, terutama
DHA, dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama dari susu yang
berbentuk cair) lebih banyak daripada casein (protein utama dari susu yang berbentuk
gumpalan) dengan perbandingan 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI
lebih mudah diserap oleh tubuh bayi.
Susu formula: Tidak seluruh zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat diserap oleh
tubuh bayi. Misalnya, protein susu sapi tidak mudah diserap karena mengandung
lebih banyak casein. P erbandingan whey : casein susu sapi adalah 20:80.
Mudah dicerna
ASI: Pembentukan enzim pencernaan bayi baru sempurna pada usia kurang lebih 5
bulan. ASI mudah dicerna bayi karena mengandung enzim-enzim yang dapat
membantu proses pencernaan, antara lain lipase (untuk menguraikan lemak), amilase
(untuk menguraikan karbohidrat), dan protease (untuk menguraikan protein).
Sisa metabolisme yang akan diekskresikan (dikeluarkan) melalui ginjal pun hanya
sedikit, sehingga kerja ginjal si kecil menjadi lebih ringan. Asal tahu saja,
metabolisme ini penting karena merupakan proses pembakaran zat-zat di dalam tubuh
menjadi enerji, sel-sel baru, dan lain-lain.
Susu formula: Sulit dicerna karena tidak mengandung enzim perncernaan. Perlu
diketahui, serangkaian proses produksi di pabrik mengakibatkan enzim-enzim
pencernaan tidak berfungsi. Akibatnya, lebih banyak sisa pencernaan yang dihasilkan
dari proses metabolisme, yang membuat ginjal bayi harus bekerja keras.
ASI: Komposisi zat gizi ASI sejak hari pertama menyusui biasanya berubah dari hari
ke hari. Perubahan komposisi ASI ini terjadi dalam rangka menyesuaikan diri dengan
kebutuhan gizi bayi. Misalnya, kolostrum (cairan bening berwarna kekuningan yang
biasanya keluar pada awal kelahiran sampai kira-kira seminggu sesudahnya) terbukti
mempunyai kadar protein yang lebih tinggi, serta kadar lemak dan laktosa (gula susu)
yang lebih rendah dibandingkan ASI mature (ASI yang keluar hari ke-10 setelah
melahirkan). Kandungan kolostrum yang seperti ini akan membantu sistem
pencernaan bayi baru lahir yang memang belum berfungsi optimal.
Selain itu, komposisi ASI pada saat mulai menyusui (fore milk) berbeda dengan
komposisi pada akhir menyusui (hind milk). Kandungan protein fore milk (berwarna
bening dan encer) tinggi, tetapi kandungan lemaknya rendah bila dibandingkan hind
milk (berwarna putih dan kental). Walau tampak sehat, pertambahan berat badan bayi
yang hanya mendapat fore milk kurang baik. Makanya, jangan terlalu cepat
memindahkan bayi untuk menyusu pada payudara yang lain, bila ASI pada payudara
yang sedang diisapnya belum habis.
ASI ibu yang melahirkan bayi prematur juga sesuai dengan kebutuhan bayinya.
Antara lain, kandungan proteinnya lebih tinggi dan lebih mudah diserap.
Susu formula: Komposisi zat gizinya selalu sama untuk setiap kali minum (sesuai
aturan pakai).
ASI: Mengandung banyak zat pelindung, antara lain imunoglobulin dan sel-sel darah
putih hidup, yang perlu untuk membantu kekebalan tubuh bayi. Selain itu, ASI
mengandung zat yang tidak terdapat dalam susu sapi, dan tidak dapat dibuat duplikasi
atau tiruannya dalam susu formula, yaitu faktor bifidus. Zat ini penting untuk
merangsang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus yang membantu melindungi
usus bayi dari peradangan atau penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi beberapa jenis
bakteri merugikan, seperti keluarga coli .
Susu formula: Hanya sedikit mengandung imunoglobulin, dan sebagian besar
merupakan jenis yang salah (tidak dibutuhkan oleh tubuh bayi). Selain itu, tidak
mengandung sel-sel darah putih dan sel-sel lain dalam keadaan hidup
Hormon Prolaktin sebagai sekresi asi
Hormon Oksitosin sebagai penekan keluarnya asi
3. Mengapa anak sering menderita diare dan batuk pilek, dan apakah hubungannya
dengan riwayat KEP rendah?
Pada anak-anak, temuan dari kenaikan berat badan yang buruk atau penurunan berat badan,
memperlambat pertumbuhan linier, dan perubahan perilaku, seperti mudah tersinggung,
apatis, penurunan respon sosial, kecemasan, dan defisit perhatian mungkin menunjukkan
kekurangan energi protein. Secara khusus, anak apatis ketika tidak terganggu tetapi mudah
marah jika diangkat. Kwashiorkor khas mempengaruhi anak-anak yang sedang disapih.
Gejalanya termasuk diare dan perubahan psikomotor.
Alleyne G.A.O., Hay R.W., Picau D.I., Stanfield J.P., White head R.G., 1977. The ecology
and pathogenesis of proteinenergic malnutrition. Dalam : Alleyne GAO, Hay RW, Picau DI
et al, eds. Proteinenergy malnutrition. London : Edward Arnold Ltd, 8-24.
Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari
berbagai penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi < 6 bl belum sempurna.
Pemberian MPASI dini sama saja dg membuka pintu gerbang masuknay berbagai
jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti
di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6
bl, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi
yg hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan
dunia lainnya[3].
Tidak ada untungnya memberikan makanan pengganti ASI sebelum enam bulan - selain
kelebihan berat badan yang tidak perlu. Malahan, bisa jadi MPASI tersebut memicu alergi
pada bayi, gangguan pencernaan, atau obesitas[4].
Dampak KEP
Banyak dampak merugikan yang diakibatkan oleh KEP, antara lain yaitu
merosotnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan, gangguan
perkembangan mental anak, serta merupakan salah satu penyebab dari
angka kematian yang tinggi ( Sihadi, 2000 ). Anak yang menderita KEP apabila
tidak segera ditangani sangat berisiko tinggi, dan dapat berakhir dengan
kematian anak. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya kematian bayi yang
merupakan salah satu indikator derajat kesehatan ( Latinulu, 2000 ).
Menurut Jalal ( 1998 ) dikatakan bahwa dampak serius dari kekurangan gizi
adalah timbulnya kecacatan, tingginya angka kecacatan, dan tingginya
percepatan kematian. Dilaporkan bahwa lebih dari separuh kematian anak di
negara berkembang disebabkan oleh KEP. Anak-anak balita yang menderita KEP
ringan mempunyai resiko kematian dua kali lebih tinggi dibandingkan anak
normal. Hal ini didukung oleh Sihadi ( 1999 ) yang menyatakan bahwa
kekurangan gizi diantaranya dapat menyebabkan merosotnya mutu kehidupan,
tergangguanya pertumbuhan, gangguan perkembangan mental anak, serta
merupakan salah satu, sebab dari angkat kematian yang tinggi pada anakanak.
Anak-anak dengan malnutrisi dini mempunyai peluang lebih tinggi untuk
mengalami retardasi pertumbuhan fisik jangka panjang, perkembangan
mental yang suboptimal, dan kematian dini apabila dibandingkan dengan
anak-anak yang normal. Malnutrisi juga dapat mengakibatkan retardasi
pertumbuhan fisik yang pada gilirannya berhubungan dengan risiko
kematian yang tinggi ( Karyadi, 1971 ). Hal tersebut didukung oleh Astini
( 2001 ) yang menyatakan bahwa pada masa pasca natal sampai dua tahun
merupakan masa yang amat kritis karena terjadi pertumbuhan yang amat pesat
dan terjadi differensiasi fungsi pada semua organ tubuh. Gangguan yang
terjadi pada masa ini akan menyebabkan perubahan yang menetap pada
struktur anatomi, biokimia, dan fungsi organ. Jadi setiap gangguan seperti
lapar dan minum sebagai pelepas rasa hausnya. Memulai memperkenalkan makanan baru
dengan cara memberikan satu atau 2 sendok teh setiap makan. Tambahkan sedikit demi
sedikit menjadi 3-5 sendok teh. Memberikan makanan padat dari mangkuk atau piring,
jangan mencampur sereal dengan ASI atau susu formula dalam botol susu. Anak harus selalu
diajarkan perbedaan apa yang dimakan dan apa yang diminum. Perhatikan baik-baik isyarat
sang anak, bila masih lapar akan membuka mulut jika sudah kenyang akan mendorong atau
membelakangi makanan. Bersabarlah dengan anak anda pada saat memperkenalkan makanan
padat, kadang-kadang anak perlu waktu untuk membiasakan diri dengan makanan atau cara
makan yang baru.
5. Panduan pemberian makanan untuk penyapihan dalam tahun
pertama khususnya anak umur 6-12 bulan
ASI atau susu formula yang diperkaya zat besi berupa makanan diberikan sedikit tapi sering,
4-6 kali perhari atau 30-32 gram perhari 3-5 kali perhari atau 30-32 grm perhari. Sereal bayi
yang diperkaya zat besi diberikan 2-5 sendok makan perhari), dicampur ASI atau susu
formula. Sereal bayi atau sereal panas lain (5-8 sendok makan perhari) berupa potongan kecil
roti bagel atau biskuit. Pemberian jus buah diberikan 2-8 gram perhari. Sayur berwarna
kuning, orange dan hijau yang disaring atau dihaluskan, -1 botol berukuran 10 cc atau
cangkir perhari. Buah segar dan matang yang disaring atau dihaluskan, -1 botol berukuran
50 gram atau cangkir perhari. Semua buah segar, dikupas dan dibuang bijinya cangkir
perhari. Pilihlah buah yang sesuai dengan balita yaitu tidak berbau merangsang. Pemberian
protein berupa Yoghurt polos (bisa dicampur dengan buah atau saus apel) pure daging 3-4
sendok makan perhari. Daging tanpa lemak, ayam, ikan (disaring atau dalam potongan kecil
halus), kuning telur, yoghurt, keju lembut. Potongan kecil dan halus dari daging, ayam atau
ikan, telur, keju, mentega 4-5 sendok makan perhari
Panduan pemberian makanan untuk penyapihan dalam tahunpertama khususnya
anak umur 6-12 bulan
ASI atau susu formula yang diperkaya zat besi berupa makanan diberikan
sedikit tapi sering, 4-6 kali perhari / 30-32 gram perhari 3-5 kali perhari /
30-32 grm perhari.
Sereal bayi yang diperkaya zat besi diberikan 2-5 sendok makan perhari),
dicampur ASI atau susu formula.
Sereal bayi atau sereal panas lain (5-8 sendok makan perhari) berupa
potongan kecil roti bagel atau biskuit.
Pemberian jus buah diberikan 2-8 gram perhari. Sayur berwarna kuning,
orange dan hijau yang disaring atau dihaluskan, -1 botol berukuran 10 cc
atau cangkir perhari.
Buah segar dan matang yang disaring atau dihaluskan, -1 botol berukuran
50 gram atau cangkir perhari. Semua buah segar, dikupas dan dibuang
bijinya cangkir perhari. Pilihlah buah yang sesuai dengan balita yaitu
tidak berbau merangsang.
Pemberian protein berupa Yoghurt polos (bisa dicampur dengan buah atau
saus apel) pure daging 3-4 sendok makan perhari. Daging tanpa lemak,
ayam, ikan (disaring atau dalam potongan kecil halus), kuning telur,
yoghurt, keju lembut. Potongan kecil dan halus dari daging, ayam atau ikan,
telur, keju, mentega 4-5 sendok makan perhari
Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari
berbagai penyakit.
Hal ini disebabkan sistem imun bayi < 6 bl belum sempurna. Pemberian MPASI dini
sama saja dg membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika
tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa
bayi yg mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bl, lebih banyak terserang diare,
sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI eksklusif.
Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.
Resiko pemberian MPASI terlalu dini
(Dirangkum & ditulis bebas oleh Luluk Lely Soraya I, 26 March 2005)
Banyak sekali pertanyaan dan kritik yang timbul mengenai pemberian MPASI di usia < 6 bl.
Bahkan banyak dari kita tidak pernah tahu mengapa WHO & IDAI mengeluarkan statement
bahwa ASI eksklusif (ASI saja tanpa tambahan apapun bahkan air putih sekalipun) diberikan
pada 6 bl pertama kehidupan seorg anak. Kemudian setelah umur 6 bulan anak baru mulai
mendapatkan MPASI berupa bubur susu, nasi tim, buah, dsb.
Alasan menunda pemberian MPASI
Mengapa harus menunda memberikan MPASI pada anak sampai ia berumur 6 bl ?!
Kalo jaman dulu (baca : sebelum diberlakukan ASI eksklusif 6 bl) umur 4 bl aja dikasih
makan bahkan ada yg umur 1 bl. Dan banyak yang berpendapat gak ada masalah apa-apa tuh
dg anaknya.
Satu hal yg perlu diketahui bersama bahwa jaman terus berubah. Demikian juga
dengan ilmu & teknologi. Ilmu medis juga terus berkembang dan berubah berdasarkan riset2
yg terus dilakukan oleh para peneliti. Sekitar lebih dari 5 th yg lalu, MPASI disarankan
diperkenalkan pada anak saat ia berusia 4 bl. Tetapi kemudian beberapa penelitian tahun2
terakhir menghasilkan banyak hal sehingga MPASI sebaiknya diberikan >6bl.
Mengapa umur 6 bl adalah saat terbaik anak mulai diberikan MPASI ?!
1.
Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari
berbagai penyakit.
Hal ini disebabkan sistem imun bayi < 6 bl belum sempurna. Pemberian MPASI dini
sama saja dg membuka pintu gerbang masuknay berbagai jenis kuman. Belum lagi jika
tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa
bayi yg mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bl, lebih banyak terserang diare,
sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI eksklusif.
Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.
2. Saat bayi berumur 6 bl keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap
menerima MPASI.
Beberapa enzim pemecah protein spt asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase,
dsb baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6 bl.
3. Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan
Saat bayi berumur < 6 bl, sel2 di sekitar usus belum siap utk kandungan dari
makanan. Sehingga makanan yg masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi
alergi.
4. Menunda pemberian MPASI hingga 6 bl melindungi bayi dari obesitas di kemudian
hari. Proses pemecahan sari2 makanan yg belum sempurna.
Pada beberapa kasus yg ekstrem ada juga yg perlu tindakan bedah akibat pemberian
MPASi terlalu dini. Dan banyak sekali alasan lainnya mengapa MPASI baru boleh
diperkenalkan pada anak setelah ia berumur 6 bl.
Masih banyak yg mengenalkan MPASI < 6 bl
Kalo begitu kenapa masih banyak orangtua yg telah memberikan MPASI ke anaknya
sebelum berumur 6 bl ? Banyak sekali alasan kenapa ortu memberikan MPASI < 6 bl.
Umumnya banyak ibu yg beranggapan kalo anaknya kelaparan dan akan tidur nyenyak jika
diberi makan. Meski gak ada relevansinya banyak yg beranggapan ini benar. Kenapa ?
Karena belum sempurna, sistem pencernaannya harus bekerja lebih keras utk mengolah &
memecah makanan. Kadang anak yg menangis terus dianggap sbg anak gak kenyang.
Padahal menangis bukan semata2 tanda ia lapar.
Belum lagi masih banyak anggapan di masyarakat kita spt ortu terdahulu bahwa anak
saya gak papa tuh dikasih makan pisang pas kita umur 2 bl. Malah sekrg jadi orang.
Alasan lainnya juga bisa jadi juga tekanan dari lingkungan dan gak ada dukungan spt
alasan di atas. Dan gencarnya promosi produsen makanan bayi yg belum mengindahkan ASI
eksklusif 6 bl.
Aturan MPASI setelah 6 bulan : Karena < 6 bl mengandung resiko
Sekali lagi tidak mungkin ada saran dari WHO & IDAI jika tidak dilakukan penelitian
panjang. Lagipula tiap anak itu beda. Bisa jadi gak jadi masalah utk kita tapi belum tentu utk
yg lain.
Misalkan, ilustrasinya sama spt aturan cuci tangan sebelum makan. Ada anak yg dia
tidak terbiasa cuci tangan sebelum makan. Padahal ia baru bermain2 dengan tanah dsb. Tapi
ia tidak apa2. Sedangkan satu waktu atau di anak yg lain, begitu ia melakukan hal tsb ia
langsung mengalami gangguan pencernaan karena kotoran yg masuk ke makanan melalui
tangannya. Demikian juga dengan pemberian MPASI pada anak terlalu dini. Banyak yang
merasa anak saya gak masalah tuh saya kasih makan dari umur 3 bulan. Sehingga hal tsb
menjadi excuse atau alasan utk tidak mengikuti aturan yg berlaku. Padahal aturan tsb
dibuat karena ada resiko sendiri. Lagipula penelitan ttg hal ini terus berlanjut. Saat ini
mungkin pengetahuan dan hasil riset yg ada masih terbatas dan kurang bagi beberapa
kalangan. Tapi di kemudian hari kita tidak tahu. Ilmu terus berkembang.
Dan satu hal yg penting. Aturan agar menunda memberikan MPASi pada anak < 6 bulan
bukan hanya berlaku utk bayi yg mendapatkan ASI eksklusif. Tetapi juga bagi bayi yg tidak
mendapatkan ASI (susu formula atau mixed).
Semuanya akan kembali kepada ayah & ibu. Jika kita tahu ada resiko dibalik
pemberian MPASI < 6 bl, maka mengapa tidak kita menundanya. Apalagi banyak sekali
penelitian & kasus yang mendukung hal tsb.
Apapun keputusan ibu & ayah, apakah mau memberikan MPASi < 6 bl ataupun > 6bl,
alangkah baiknya dipertimbangkan dg baik untung ruginya bagi anak, bukan bagi orang
tuanya. Sehingga keputusan yg diambil adalah yg terbaik utk sang anak.
Sumber :
Solid Food in Early Infancy increases risk of Eczema, from original source :
Fergusson DM et al Early solid feeding and recurrent childhood eczema: a 10-year
longitudinal study Pediatrics 1990 Oct; 86:541-546.[Medline abstract][Download
citation]
World Health Organization (WHO). 2003. Global Strategy for Infant and Young
Child Feeding. www.who.int
AAP. 1990. Early solid feeding and recurrent childhood eczema: a 10-year
longitudinal study. DM Fergusson, LJ Horwood and FT Shannon.
http://pediatrics.aappublications.org/cgi/content/abstract/86/4/541
NCBI. Protective nutrients and bacterial colonization in the immature human gut.
Dai
D,
Walker
WA.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?
cmd=Retrieve&db=PubMed&list_uids=10645469&dopt=Abstract
Relation between early introduction of solid food to infants and their weight and
illnesses during the first two years of life. Forsyth JS, Ogston SA, Clark A, Florey CD,
Howie PW. Dept of Child Health, Ninewells Hospital and Medical School, Dundee.
Artikel : Stop MPASI terlalu dini. Majalah Ayahbunda Edisi/No.01 Januari 2005
5. Bagaimana anak dikatakan kekurangan energi dan protein?
Kurang Energi Protein (KEP) adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan
protein dan atau kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekurangan gizi sebagai
ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan kebutuhan tubuh
bagi mereka untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi tertentu.
Kurang Energi Protein (KEP) berlaku untuk sekelompok gangguan terkait yang
termasuk marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.
Marasmus berasal dari kata Yunani marasmos, yang berarti layu atau wasting. Marasmus
melibatkan kurangnya asupan protein dan kalori dan ditandai oleh kekurusan. Para
kwashiorkor istilah diambil dari bahasa Ga dari Ghana dan berarti penyakit dari
penyapihan. Williams pertama kali digunakan istilah tahun 1933, dan mengacu pada asupan
protein yang tidak memadai dengan wajar (energi) asupan kalori. Edema adalah karakteristik
dari kwashiorkor tetapi tidak ada dalam marasmus. Studi menunjukkan bahwa marasmus
merupakan respon adaptif terhadap kelaparan, sedangkan kwashiorkor merupakan respon
maladaptif kelaparan. Anak-anak dapat hadir dengan gambaran beragam marasmus dan
kwashiorkor, dan anak-anak dapat hadir dengan bentuk ringan dari kekurangan gizi. Untuk
alasan ini, disarankan Jelliffe protein-kalori panjang (energi) gizi buruk untuk menyertakan
kedua entitas.
Meskipun kekurangan energi protein mempengaruhi hampir semua sistem organ, artikel ini
terutama berfokus pada manifestasi kulit nya. Pasien dengan kekurangan energi protein juga
mungkin memiliki kekurangan vitamin, asam lemak esensial, dan elemen, yang semuanya
dapat menyebabkan dermatosis mereka.
KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan seharihari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya
kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat
kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi,
pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi.Malnutrisi sekunder bila kondisi
masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan
bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan
kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan
nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan
makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran
cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses
katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan
meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini
terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD3SD), maka terjadilah kwashiorkor
(malnutrisi akut/decompensated malnutrition). Pada kondisi ini penting peranan radikal
bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD,
maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat
teradaptasi
sampai
dibawah
-3
SD
maka
akan
terjadilah
marasmik
(malnutrisikronik/compensated malnutrition). Sehimgga pada KEP dapat terjadi : gangguan
pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin,
penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.
Lapisan lemak bawah kulit sangat sedikit kulit mudah diangkat, kulit
(baggy pant)
Ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol, mata besar dan
dalam
Tekanan darah, detak jantung pernafasan berkurang
Kulit kering, hiperpigmentasi dan bersisik, serta ada tanda lain crazy
pavement dermatosis ( bercak-bercak putih/merah muda dengan tepi hitam
edema
Anoreksia
Kemunduran jaringan subkutan
Kehilangan tonus otot
Hati membesar
vii. Aliran plasma ginjal, angka filtrasi glomerulus, dan fungsi tubuler
ginjal menurun
viii. Jantung pada awalnya mengecil kemudian membesar
ix. Dermatitis dan dipigmentasi
x. Pada anak berambut hitam hipokromotrichia (abu-abu pada warna
rambut)
xi. Infeksi dan infestasi parasit
b. Marasmus
i. Ada kegagalan menaikkan berat nadan sampai kurus
ii. Kehilangan turgor pada kulit kulit kendor dan berkerut karena
lemak subkutan hilang
iii. Abdomen dapat kembung atau datar serta gambaran usus mudah
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
dilihat
Terjadi atrofi otot akibat hipotoni
Suhu subnormal
Nadi mungkin lambat
Angka metabolisme basal cenderung menurun
Awalnya bayi rewel kemudian menjadi lesu dan nafsu makan hilang
Konstipasi, tetapi dapat muncul diare tipe kelaparan buang air besar
esensial.
Hal ini dapat terjadi karena:
1. Kelebihan makan
2. Penggunaan vitamin atau suplemen makanan lainnya yang berlebihan
3. Kurang melakukan aktivitas.
www.medicastore.com
Faktor Risiko
Orang-orang yang memiliki resiko mengalami kekurangan gizi:
1. Bayi dan anak kecil yang nafsu makannya jelek
2. Remaja dalam masa pertumbuhan yang pesat
3. Wanita hamil dan wanita menyusui
4. Orang tua
5. Penderita penyakit menahun pada saluran pencernaan, hati atau ginjal, terutama
jika terjadi penurunan berat badan sampai 10-15%
6. Orang yang menjalani diet untuk jangka panjang
7. Vegetarian
8. Penderita ketergantungan obat atau alkohol yang tidak cukup makan
9. Penderita AIDS
10. Pemakaian obat yang mempengaruhi nafsu makan, penyerapan atau pengeluaran
zat gizi
11. Penderita anoreksia nervosa
12. Penderita demam lama, hipertiroid, luka bakar atau kanker.
Orang-orang yang memiliki resiko mengalami kelebihan gizi:
1. Anak-anak dan dewasa yang makannya banyak tetapi tidak melakukan olah raga
2. Kelebihan berat badan >20%
c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami
gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk
ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
e) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
e) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau
pindah ke pita warna diatasnya.
1) Gizi baik, jika BB menurut umur > 80% standart WHO NHCS.
2) Gizi kurang, jika berat badan menurut umur 61% sampai 80% standart WHO
NHCS.
3) Gizi buruk, jika berat badan menurut umur 60% standart WHO NHCS.
( Supariasa, 2002)
Rumus Antropometri pada anak : ( Soetjiningsih : 1998).
1) Berat badan
Umur 1 6 tahun = ( tahun ) x 2 + 8
2) Tinggi badan
Umur 1 tahun = 1,5 x tinggi badan lahir
Umur 2 12 tahun = umur ( tahun ) x 6 + 77
Sutantyo. E, Idrus J. . 1999. Menilai Keadaan Gizi Anak dengan Antropometri dan KMS.
Jakarta : AKZI Depkes RI.
Sutantyo. E. 1997. Antropometri Gizi. Jakarta : Sabunit Kuliah Kerja Nyata Unit
Pengabdian Masyarakat AKZI Depkes RI,.
Interpretasi
Terdapat 5 arah garis pertumbuhan, yang dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
o Kelompok N yang berarti naik lebih atau naik sesuai
o Kelompok T yang berarti turun, tetap, atau naik tidak sesuai
Ke lima garis pertumbuhan tersebut antara lain :
o N1 atau tumbuh kejar : jika garis pertumbuhan anak melebihi arah garis dalam
KMS
o N2 atau tumbuh normal : jika garis pertumbuhan sesuai arah garis baku dalam
KMS
o T1 atau tumbuh kurang sesuai : jika BB saat ini lebih dibanding BB bulan lalu,
tetapi peningkatan BB tidak sesuai sehingga arah garis dalam KMS kurang
dari seharusnya
o T2 atau tumbuh datar : jika tidak terjadi peningkatan BB dalam 2 periode
penimbangan.
o T3 atau turun : jika terjadi penurunan BB
Dalam menilai pertumbuhan adalah arah & bukan dimana letak titik BB tersebut
dalam 5KMS. Jadi setidaknya ada 2 titik yang harus dihubungkan untuk nmenentukan
arah. Hal ini berbeda dengan status gizi yang menilai titik itu berada dimana, sehingga
hanya memerlukan satu titik saja dalam KMS. Arah pertumbuhan juga tidak
memperhatikan tempat garis tersebut ada dimana. Anak yang tumbuh normal (N2) di
pita hijau sama baiknya dengan N2 yang ada di pita kuning diatas atau N2 yang
berada dibawah pita merah. Sebaliknya anak dengan T3 tetapi titiknya ada diatas pita
hijau, lebih jelek dibandingkan dengan arah garis N1 sekalipun garis tersebut berada
di bawah merah.
(Buku Manajemen Gizi Buruk)
13. Bagaimana penatalaksanaan?
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit : Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama
(diutamakan penanganan kegawatan)
Penanganan hipoglikemi
Penanganan hipotermi
Penanganan dehidrasi
Pengobatan infeksi
Pemberian makanan
Perawatan Medis
Pada anak dan orang dewasa, langkah pertama dalam pengobatan kekurangan energi
protein (KEP) adalah untuk mengoreksi kelainan cairan dan elektrolit dan untuk
mengobati setiap infeksi. Kelainan elektrolit yang paling umum adalah hipokalemia,
hipokalsemia, hypophosphatemia, dan hypomagnesemia.
Sebuah studi double-blind dari 8 anak dengan kwashiorkor dan ulserasi kulit
menemukan bahwa pasta seng topikal lebih efektif dibandingkan plasebo dalam
bidang penyembuhan kerusakan kulit. Suplemen seng oral juga ditemukan efektif.
Langkah kedua dalam pengobatan kekurangan energi protein (yang mungkin tertunda
24-48 jam pada anak) adalah menyediakan macronutrients dengan terapi diet.
Susu formula berbahan dasar adalah pengobatan pilihan. Pada awal pengobatan diet,
pasien harus diberi makan ad libitum. Setelah 1 minggu, harga asupan harus
mendekati 175 kkal / kg dan 4 g / kg protein untuk anak-anak dan 60 kkal / kg dan 2 g
/ kg protein untuk orang dewasa. Sebuah multivitamin setiap hari juga harus
ditambahkan.
Defisiensi vitamin A Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1,
2 dan 14 atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis
diberikan vit. A dengan dosis :
: 200.000 SI/kali
2. umur 6 12 bulan
: 100.000 SI/kali
3. umur 0 5 bulan
: 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan : Tetes mata khloramfenikol atau salep mata
tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari, Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali
sehari selama 3-5 hari. Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
Parasit/cacing Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau
preparat antihelmintik lain.
Diare berkepanjangan Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan
keadaan umum. Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus
dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin,
lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8
jam selama 7 hari.
Tindakan kegawatan
Syok (renjatan) Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan
sulit membedakan keduanya secara klinis saja. Syok karena dehidrasi akan membaik
dengan cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi
tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi. Pedoman pemberian cairan :
1. Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar
dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.
2. Evaluasi setelah 1 jam :
3. Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan status
hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1
jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per
oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula
khusus (F-75/pengganti).
4. Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam hal ini, berikan
cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10
ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian
formula (F-75/pengganti)
Anemia berat Transfusi darah diperlukan bila : Hb < 4 g/dl atau Hb 4-6 g/dl disertai
distress pernapasan atau tanda gagal jantung. Transfusi darah : Berikan darah segar 10
ml/kgBB dalam 3 jam. Bila ada tanda gagal jantung, gunakan packed red cells untuk
transfusi dengan jumlah yang sama. Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat
transfusi dimulai. Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok).
Bila pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6
g/dl, jangan diulangi pemberian darah.
Alleyne G.A.O., Hay R.W., Picau D.I., Stanfield J.P., White head R.G., 1977. The
ecology and pathogenesis of proteinenergic malnutrition. Dalam : Alleyne GAO,
Hay RW, Picau DI et al, eds. Proteinenergy malnutrition. London : Edward Arnold
Ltd, 8-24.