Penanganan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Yang Menderita Cacat Mental
Penanganan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Yang Menderita Cacat Mental
CACAT MENTAL
PENANGANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK YANG MENDERITA
CACAT MENTAL
BAB II
PEMBAHASAN
Kelainan pada anak terjadi akibat perkembangan abnormal yang dialami oleh anak tersebut
dalam fase tumbuh kembangnya, fase ini tidak hanya terbatas pada keadaan postnatal dari anak
tersebut, tetapi kondisi prenatal juga berpengaruh penting terhadap perkembangan abnormal
yang dialami oleh anak.
Perkembangan dilukiskan sebagai suatu proses yang dinamis, oleh karena itu jika terjadi
ketidakdinamisan perkembangan maka akan terjadi gangguan perkembangan. Gangguan
perkembangan ini sering disebut sebagai kecacatan atau handicap. Kecacatan dapat berupa fisik,
cacat mental, cacat motorik, cacat social dan lain sebagainya. Tidak jarang kecacatan itu
dianggap sebagai kesalahan orang tua, misalnya: anak yang lahir dengan tangan yang tidak
normal dihubungkan dengan dosa orangtua yang pernah mencelakakan orang lain dan memotong
tangannya pada saat istrinya sedang hamil.3
Gangguan perkembangan antara lain meliputi gangguan fisik dan psikomotorik, gangguan fungsi
intelektual dan gangguan yang nampak pada prilaku psikososial dan moral yang dicakup dalam
pengertian devisiensi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam penjelasan sebagai berikut:
Menurut Sukarman, cacat fisik adalah cacat yang ada hubungannya dengan tulang sendi dan
pergerakan otot. Cacat fisik adalah jenis cacat dimana salah satu atau lebih anggota tubuh bagian
tulang atau persendian mengalami kelainan, sehingga timbul rintangan dalam melakukan fungsi
gerak. Cacat fisik seperti ini disebut ortopedi. Sedangkan menurut kedokteran, disebutkan bahwa
cacat tubuh adalah kelainan pada anggota gerak yang meliputi tulang, otot dan persendian baik
dalam struktur maupun fungsinya sehingga dapat menjadi rintangan pada penderita untuk
melakukan kegiatan secara layak.
Sementara itu analitasi (1995) menyatakan bahwa gangguan fungsi fisik dan psikomotor pada
umumnya disebabkan pada kerusakan-kerusakan otak atau organ perifer yaitu kerusakan pada
susunan syaraf pusat atau pada anggota badan, urat daging atau panca indra. Dalam ruang
lingkup ini sering digunakan terminology cacat (handicap) dan meliputi hal-hal sebagai berikut:
Impairement
Adalah suatu kehilangan atau keadaan abnormalitas dari psikis atau fisik baik struktur atau
fungsinya. Termasuk dalam kelompok ini adalah gangguan mata yaitu buta keseluruhan maupun
sebagian, gangguan pendengaran baik yang sukar mendengar maupun tuli, gangguan bicara atau
tuna wicara, dan lumpuh atau tuna grahita. Beberapa sebab kecacatan antara lain cacat fisik sejak
lahir yang disebabkan oleh pemakaian obat-obatan tertentu pada ibu hamil; cacat karena trauma
pada proses persalinan (misalnya paralisa plexus brakhialis, cacat karena kecelakaan, dsb)2,3
Disability
Adalah suatu hambatan atau gangguan dari kemampuan untuk melaksanakan aktifitas yang
biasanya dapat dikerjakan oleh orang yang normal sebagai akibat dari impairement.
Handicaped
Adalah suatu kerugian yang diderita oleh individu akibat impairement dan disabiility. Kerugian
ini dapat timbul dari dirinva sendiri (intrinsik handicapped ) dan dapat puia timbul dari
lingkungan ( Extrinsik handicapped).3
sindroma down. Selain itu, berkurangnya muscule tone menyebabkan efisiensi mengunyah dan
natural cleansing dari gigi. Kemungkinan makanan tertinggal pada gigi setelah makan yang
diakibatkan oleh pengunyahan yang tidak sempurna.5
Insiden dari mouth breathing sangat tinggi disebabkan oleh jalan nasal yang kecil. Lidah dapt
protrusi dan membesar atau makroglosia atau berfissura pada permukaan dorsal 2/3 anterior
dengan panjang dan kedalaman yang bervariasi. Pada penderita sindroma down, hal ini dapat
terjadi dengan kombinasi geographic tongue. Permukaan dorsal lidah biasanya kering dan
merekah serta tepinya mempunyai pola cetakan gigi yang dinamakan scalloped tongue.
Kebiasaan menjulurkan lidah selama waktu minum, menghisap dot, makan, dan bicara terjadi
pada lidah hipotonus. Jaringan lidah pada bagian tengah bersifat hipotonus dengan cekungan
berlebihan dibagian 2/3 anterior lidah dan hipotonus pada frenulum lidah. Makroglosia
sebenarnya sangat jarang ditemukan, makoglosia hanya relatif ditemukan bilamana lidah
berukuran normal tetapi ukuran rongga mulut yang kecil disebabkan karena tidak
berkembangnya pertumbuhan dari wajah bagian tengah.5,6
Pada pemeriksaan palatum penderita sindroma down terlihat sempit dengan cekungan yang
tajam. Cekungan tersebut normal tingginya, namun ukuran dari palatum durum yang abnormal
tebal. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya ruangan pada kavitas oral untuk lidah, yang akan
mempengaruhi fungsi bicara dan mastikasi.5
Keadaan jaringan keras
Erupsi gigi pada anak sindroma down biasanya tertunda. Waktu erupsi berbeda-beda bagi anak
sindroma down dan beberapa anak, gigi primernya tidak erupsi hingga berumur 2 tahun. Pada
beberapa kasus masalah erupsi dapat disebabkan oleh gingival hiperplasia yang dihasilkan dari
beberapa medikasi seperti phenytoin dan cyclosporin. Pemeriksaan gigi secara rutin pada saat
anak sindroma down berumur satu tahun dapat membantu dalam mengidentifikasi
ketidakteraturan pola erupsi gigi.7
Bruksism terjadi pada anak sindroma down dan dapat dipicu oleh maloklusi gigi, disfungsi TMJ
dan tidak berkembangnya nervus kontrol. Mikrodontia dan malformasi gigi juga dapat
ditemukan. Crowding yang berat dapat terjadi pada penderita sindroma down yang telah erupsi
semua gigi permanennya.5,8
crowding.5
3. Ahli anastesi diperlukan pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan perawatan yang lebih
luas, dengan obat-obatan anastesi, baik sedasi ringan maupun anastesi umum.5,11
4. Ahli gizi menginstruksikan kepada orang tua atau penjaga anak tentang makanan siplemen,
sehubungan dengan keterbatasan otot-otot pengunyahan anak sindroma down. 5,11
Secara khusus penanganan gigi dan mulut anak sindroma down yang dapat dilakukan dokter
gigi:
Tindakan preventif
a. Pemberian fluor
Pemberian fluor secara sistemik pada anak sindroma down dapat berbentuk cairan, tablet
maupun obat kumur. Pemberian fluor dengan topikal diberikan setelah pembersuhan gigi yang
rutin.11
b. Kontrol Plak
Dalam hal ini perlu diperhatikan diet anak sindroma down termasuk disini adalah kualitas
makanan dan macam makanannya. Meskipun umumnya anak sindroma down cepat menelan
makanannya dengan hanya sedikit mengunyahnya, tetapi sisa makanan sering kali masih
terkumpul disekitar giginya, terlebih dengan keadaan hipotonia ototnya, maka sulit dicapai self
cleansing yang baik. Untuk itu obat kumur dapat digunakan unutk membantu membersihkan sisa
makanan tersebut, disamping obat kumur berperan sebagai antiseptik.5
c. Scalling dan root planing
Keberadaan calculus supra dan subgingiva, inflamasi gingiva dan poket periodontal (lebih besar
atau sama dengan 5 mm) dan kehilangan tulang alveolar ditemukan pada anak-anak (10 19
tahun) dengan sindroma down pada grup kontrol berdasarkan usia dan jenis kelamin. Anak-anak
sindroma down menderita oleh karena inidensi yang tinggi dari penyakit Rapid Destructive
Periodontitis yang dapat disebabkan oleh faktor lokal, seperti morfologi gigi, bruksism,
maloklusi dan oral hygiene yang rendah. Faktor-faktor sistemik tertentu diyakini memberikan
konstribusi yang penting terhadap penyakit periodontal, seperti sistem sirkulasi yang buruk,
penurunan respon humoral, kemunduran fisik secara umum pada usia dini, dan pengaruh
genetik.5,11
Oral hygiene yang bagus dan semi annual prophylaxis appoitment mungkin tidak mencukupi
untuk mencegah terjadinya penyakit periodontal pada pasien ini. Perawatan yang cepat dan
agresif diperlukan. Pasien ini perlu dikontrol sedikitnya 3 bulan sekali untuk scaling dan root
planing dan juga menguntungkan bila diberikan obat kumur Chlorhexidine dan terapi antibiotik
sistemik.5
d. Penutupan pit dan fissure sealant
Penutupan pit dan fissure sealant secara efektif dapat mengurangi karies oklusal. Sealant cocok
digunakan dalam populasi anak sindrom down dan sebaiknya digunakan apabila dibutuhkan.
Pasien yang membutuhkan prosedur gigi dibawah anastesi umum sebaiknya memiliki pit dan
fissure oklusal yang dalam yang direstorasi dengan amalgam atau komposit pemakaian jangka
panjang untuk mencegah kerusakan gigi lebih lanjut.11
Tindakan kuratif
a. Pemberian tumpatan
b. Pencabutan gigi
Tindakan rehabilitatif
a. Perawatan orthdonsi
2. Retardasi mental
Retardasi mental dan gejalanya timbul pada masa perkembangan anak usia dibawah 18 tahun
dan apabila munculnya setelah umur 1 tahun, maka bukan merupakan retardasi mental tetapi
merupakan penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya, biasanya anak seperti ini tidak bisa
mengikutipendidikan sekolah biasa karena cara berfikirnya secara sederhana daya tangkap dan
daya ingatannya rendah, demikian pula dengan cara berhitung dan bahasanya terlalu lemah,
sehingga menyebabkan dia ketinggalan dari teman-temannya. Gangguan adaptif yang menonjol
pada anak ini adalah kesulitan diri untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat di sekitarnya,
tingkah lakunya kekanak-kanakan dan tidak sesuai dengan umurnya. Penyebab dari retardasi
mental sangat kompleks dan multifactor yaitu factor non organic meliputi factor kemiskinan,
keluarga yang tidak harmonis, factor sosio cultural, selain itu terdapat juga factor organic yang
berperan, yaitu:
Faktor prakonsepsi ( abnormalitas gen, penyakit metabolic, dan kelainan kromosom seks)
Faktor prenatal yaitu gangguan pertumbuhan otak pada trimester 1 akibat zat-zat tetatogen,
idiopatik dan disfungsi plasenta, gangguan otak trimester II dan gangguan otak trimester III,
Faktor prenatal premature asfiksi, meningitis dan hiperbilirubin.
Faktor post natal yang berupa trauma berat pada kepala, neurotoksin, kecelakaan otak, infeksi
otak dan metabolik.
Dalam keadaan seperti ini, anak yang lemah ingatan harus sebanyak mungkin diasuh dalam
lingkungan yang normal dengan sejauh mungkin memperhatikan keadaan anak tersebut. Hal ini
mengandung pengertian bahwa tidak hanya anak lemah mental, yang harus menyesuaikan diri
terhadap masyarakat yang juga harus menyesuaikan diri terhadap mereka.3
Kesehatan mulut pasien retardasi mental
Pada umumnya pasien dengan retardasi mental memiliki kesehatan rongga mulut dan oral
hygiene yang lebih rendah dibanding dengan orang-orang yang tanpa cacat perkembangan. Data
menunjukkan bahwa pasien dengan retardasi mental memiliki karies yang lebih banyak dan
prevalensi gingivitis yang lebih tinggi serat penyakit-penyakit periodontal lainnya dibanding
dengan masyarakat umum.12
Penyakit Periodontal
Early, Severe periodontal (gum disease) dapat terjadi pada anak-anak dengan gangguan sistem
imun atau gangguan jaringan penghubung dan oral hygiene yang adekuat. Gingivitis ringan
diakibatkan oleh suatu akumulasi bakteri plak dan terjadinya peradangan, pembengkakan gusi
yang mudah berdarah. Periodontitis yang lebih berat dan menyebabkan kehilangan gigi jika tidak
dirawat. Pembersihan secara profesional oleh penyedia layanan kesehatan mulut, antibiotik
sistemik dan instruksi di rumah diperlukan untuk menghentikan infeksi. 12,13
Penanganan:
Jelaskan kepada orangtua tentang perlunya membantu untuk menyikat gigi dan menggunakan
dental floss serta dibutuhkan untuk sering membuat janji bertemu dengan penyedia layanan
kesehatan mulut.13
Karies Gigi
Pasien dengan retardasi mental memiliki penigkatan karies yang sama dengan orang-orang tanpa
keterbelakangan mental. Meskipun demikian prevalensi karies gigi yang tidak dirawat lebih
tinggi pada pasien dengan retardasi mental terutama bagi mereka yang tinggal di lingkungan
yang tidak mendukung,12
Karies gigi atau kerusakan gigi dapat berhubungan dengan frekuensi muntah atau
gastroesophangeal refluks, kurang dari jumlah saliva normal, pengobatan yang mengandung gula
atau diet khusus yang memerlukan pemberian susu botol yang diperpanjang atau makanan
ringan. Ketika oral hygiene rendah, terjadi peningkatan resiko karies gigi.13
Penanganan
Beritahukan kepada orangtua bahwa pemeliharaan oral hygiene yang dilakukan setiap hari
meliputi frekuensi berkumur dengan air dan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride
atau obat kumur,
Menjelaskan perlunya mengawasi anak-anak untuk mengindari menelan fluoride.
Berikan pengobatan tanpa gula bila memungkinkan 13
Maloklusi
Prevalensi maloklusi pada pasien dengan retardasi mental serupa dengan yang ditemukan pada
masyarakat umum. Hampir 25 % dari 80% kelainan anomali craniofacial dapat mempengaruhi
perkembangan oral yang dihubungkan dengan retardasi mental. Gigi yang berjejal atau keluar
dari lengkung rahang lebih sulit untuk menjaga kebersihannya, menyebabkan penyakit
periodontal dan karies gigi. Kemampuan pasien atau orangtua untuk menjaga oral hygiene setiap
hari dengan baik mempengaruhi keberhasilan dan kesuksesan dan perawatan. Gangguan
perkembangan yang dialami seharusnya tidak dirasa sebagai suatu penghalang untuk perawatan
ortodonsi.12,13
Tidak adanya benih gigi permanen, delayed erupsi, dan hipoplasia email
Pada umumnya terjadi pada pasien dengan retardasi mental erupsi gigi dapat tertunda, dipercepat
atau tidak menentu pada anak-anak dengan gangguan pertumbuhan. Gusi dapat berwarna merah
atau ungu kebiru-biruan sebelum gigi erupsi. erupsi gigi bergantung pada genetik, pertumbuhan
rahang, aksi otot dan faktor-faktor lain.12,13
Bruksism
Kebiasaan menggerinding gigi, merupakan suatu kebiasaan yang umum pada pasien dengan
retardasi mental berat. Pada kasus-kasus yang ekstrim, bruksism menyebabkan gigi abrasi dan
permukaan oklusal menjadi datar.13
Penanganan :
Untuk menangani bruksism dapat digunakan bite guard.13
Trauma dan injuri
Trauma dan injuri pada mulut akibat jatuh atau kecelakaan pada pasien yang retardasi mental.12
Penanganan :
Disarankan menyiapkan kotak penyimpanan gigi di rumah
Jika gigi avulsi atau patah segera antar pasien atau bawa giginya ke dokter gigi.
Instruksikan juga kepada orang tua untuk mengumpulkan setiap potongan gigi yang patah.
Tekankan kepada orang tua bahwa trauma memerlukan perhatian segera dan jelaskan prosedur
yang dilakukan jika gigi permanen patah.
Beritahukan kepada orang tua cara mencegah trauma dan apa cara yang dilakukan jika terjadi
trauma.12,13
Anomali gigi
Anomali gigi merupakan vareiasi dalam ukuran dan bentuk dari gigi. Pasien dengan retardasi
mental dapat mengalami kehilangan benih gigi, gigi berlebih atau malformasi gigi.13
Diskolorisasi gigi
Cacat perkembangan dapat mengakibatkan diskolorisasi pada gigi. Demam yang sangat tinggi
agtau pengobatan tertentu dapat mengganggu pembentukan gigi dan dapat mengakibatkan
kecacatan. Banyak gigi dengan suatu cacat cenderung mengakibatkan karies gigi dan sulit untuk
menjaga kebersihan. 13
Infeksi virus
Infeksi virus biasanya disebabkan oleh virus herpes simplek. Anak-anak jarang mengalami
ginggivostomatitis atau herpes herpetik labialis sebelum usia 6 bulan. Herpetik
ginggivostomatitis paling umum pada anak-anak tetapi dapat terjadi pada remaja dan dewasa
muda. Infeksi virus biasanya terasa sakit dan disertai demam.13
3. Cerebral palsy
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam
perkembangan anak, mengenai sel-sel saraf motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik
dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai
pertumbuhannya.14
Perawatan gigi di rumah untuk anak cerebral palsy:15
Pilih posisi yang nyaman sehingga dapat melihat ke dalam mulut anak.
Bagaimanapun posisi orang tua saat menyikat gigi anaknya, ingatlah selalu untuk menyangga
kepala anak.
Beri pujian sewaktu menyikat gigi anak.
Orang tua sebaiknya menolong menggosok gigi anak setiap hari, tiap selesai makan, menyikat
lidah, karena hal ini dapat mencegah terjadinya halitosis.
Orang tua dapat menolong agar gigi anaknya lebih resisten terhadap decay dengan
menggunakan pastagigi anak-anak yang diakui oleh ADA. Tempatkan pastagigi seukuran kacang
polong di atas sikat gigi.
Gambaran umum yang berhubungan dengan celebral palsy antara lain: 16
Retardasi mental
Gangguan sensori,
Gangguan belajar dan emosi
Gangguan berbicara dan komunikasi
Berkurangnya refleks mengunyah
Kondisi rongga mulut yang berhubungan dengan cerebral palsy antara lain :16
Meningkatnya periodontitis dan hiperplasia ginggiva.
Frekuensi penyakit periodontal terjadi lebih besar pada penderita cerebral palsy. Secara fisik
penderita tidak dapat menggosok dan membersihkan giginya secara adekuat. Penderita cerebral
palsy umumnya mempunyai derajat pembesaran ginggiva hal ini disebabkan karena komsumsi
Hallman dan Kauffman (1991) maka definisi yang mungkin dapat diberikan adalah bahwa anak
mempunyai permasalahan yang menonjol. Tingkah laku yang termasuk tingkah laku bermasalah
mencakup berbagai macam tingkah laku yang sangat banyak cirri-ciri tingkah laku itu dan
berbeda dalam akibat yang ditimbulkan pada lingkungan ataupun pada anaknya sendiri.
Misalnya anak yang pemalu tidak merugikan lingkungannya tetapi dia akan diejek temantemannya dan cenderung defresif.3
Termasuk gangguan psikososial dan perilaku adalah3
1. Autistik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks dan berat, gejalanya mulai
tampak pada usia kurang dari 3 tahun. Gangguan perkembangan ini mencakup bidang
komunikasi, interaksi, dan perilaku.17
Penderita autisme menunjukkan kondisi kesehatan mulut yang tidak normal. Walaupun
umumnya menggunakan medikasi dan oral habit yang merusak menyebabkan masalah, frekuensi
karies yang tinggi dan penyakit periodontal pada penderita autisme berbanding dengan populasi
umum.18
Anak autistik tidak mempunyai banyak masalah medis yang perlu dipertimbangkan, namun pada
umumnya diduga mengalami penderitaan penyakit gigi dan mulut yang lebih berat karena
kondisinya yang tidak normal. Kebersihan mulut rata-rata rendah, frekuensi karies dan gingivitis
yang tinggi dibanding anak normal lainnya, sedangkan tingkah lakunya yang akan menyebabkan
perawatan gigi agak sulit. Sebagian besar anak autistik menderita penyakit epilepsi, dengan
mengkonsumsi obat-obatan anti kejang phenytoin, menyebabkan gingiva hiperplasia, bengkak,
dan mudah berdarah.19
Penanganan anak autistik lebih bersifat multidisipliner karena banyaknya masalah yang
didapatkan. Anak autistik sering mempunyai tonus otot yang kurang, koordinasi yang buruk,
terus-menerus mengeluarkan air liur (drooling), tindakan gerak lutut yang hiperaktif, sering
disertai strabismus, dan 30% mengalami epilepsy. Anak autistik mempunyai suatu kebiasaan
yang teratur dan ketat, dan biasanya lebih menyukai makanan lunak dan yang manis-manis.
Karena koordinasi gerakan lidahnya yang tidak teratur, maka sering makanannya ditahan,
diemut, dan tidak langsung ditelan. Kebiasaan ini ditambah mengkonsumsi makanan yang manis
menyebabkan peningkatan kerusakan pada karies. Tingginya indeks def/DMF pada anak autistik
disebabkan karena besarnya lesi karies yang tidak terawat, dan gigi yang hilang disebabkan
karena kerusakan karies. Tinggi rata-rata penyakit periodontal dikaitkan dengan status
kebersihan mulutnya yang dipengaruhi oleh ketidakmampuan merawat giginya sendiri dirumah
serta ketergantungannya pada orang tua untuk membersihkannya.19,20
Oral habit yang merusak sering terjadi pada penderita autisme antara lain bruxism, tongue
thrusting, kebiasaan melukai diri sendiri seperti menggigit bibir maupun gingiva, menggigit
objek seperti puntung rokok atau pulpen. Pemberian perintah kepada penderita dapat
memberikan toleransi pada kebiasaan buruk tersebut. Erupsi gigi mungkin dapat mengalami
keterlambatan karena phenytoin menginduksi hiperplasia gingiva. Phenytoin umumnya terdapat
pada penderita autisme.21
Pada penderita autisme terjadi pula gangguan mengunyah, yaitu keterlambatan makan makanan
kasar. Bila anak muntah akan terlihat tumpahannya terdapat bentukan makanan masih utuh
seperti semula. Hal ini menunjukkan bahwa proses mengunyah makanan tersebut tidak
sempurna. Gangguan koordinasi motorik mulut ini juga mengakibatkan kejadian tergigit sendiri
bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja.22
Selain karena kecacatan anak autistik menyebabkan keterbatasan, hal tersebut dapat juga akibat
kebiasaan makan yang tidak lancar, diet lunak yang buruk dan serba manis. Peranan orang tua
yang serba terbatas (baik dari tindakan dan pengetahuan) memperburuk keadaan yang sudah
kurang baik, sehingga lebih memperburuk masalah kebersihan mulutnya. Oleh karena itu penting
sekali peranan dokter gigi untuk membantu membimbing untuk menjaga dan memelihara
kebersihan mulut anak autistik.19
pemberian anestesi umum atau sedasi inhalasi dapat diberikan, tetapi ada beberapa yang sedang
mengkonsumsi obat misalnya anti depressan yang dapat mempersulit perawatan giginya. Jika
penderita autisme mempunyai masalah kesehatan yang serius (misalnya gangguan hati,
pernafasan, seizure, atau gangguan jalan nafas) biasanya tidak aman jika dilakukan anestesi pada
perawatan gigi, dan diperlukan perawatan di rumah sakit.19,24
Teknik pilihan pada perawatan gigi penderita autisme adalah sedasi yang dalam, dimana
penderita tertidur, tidak menyadari rasa sakit, bernafas secara spontan, dan memiliki tanda vital
yang stabil. Ahli anestesi secara konstan memperhatikan. Anestesi dimulai dari sedasi penderita
mealui intravena. Terdapat dua cara untuk melakukan hal ini : 24
1. jika penderita kooperatif, oral midazolam (Versed), seperti Valium sedatif diberikan. Penderita
akan menjadi rileks, tertidur, dan akan dipisah dengan orang tuanya dengan sakit yang seminimal
mungkin. Intra vena lalu dimulai pada ruang operasi menggunakan sedikit anestesi lokal yang
diinjeksikan pada kulit.
2. jika penderita tidak kooperatif secara emosional, injeksi diberikan pada otot di daerah bahu
atau paha. Digunakan kombinasi dari midazolam, ketamin, dan atropin. Kombinasi ini akan
membuat pasien tertidur selama 5-10 menit. Pada saat inilah pasien dipisahkan dengan orang tua
dan intravena dilakukan di ruang operasi.
Monitor dari tanda vital dilakukan terhadap pasien termasuk pulse (nadi) oximeter,
electrocardiogram, tekanan darah, dan stetoskop. Sedasi tambahan ditambahkan via intravena
yang dibutuhkan untuk mempertahankan sedasi yang dalam secara aman. Dibutuhkan pengganti
narkotik seperti meperidine (demerol) atau sedatif jangka pendek propofol. Kadang kala anestesi
lokal diinjeksikan oleh dokter gigi. Ketika prosedur dental telah selesai, penderita tetap tinggal
sampai sadar kembali, biasanya hal ini memakan waktu hingga 30 menit. Efek setelah dilakukan
anestesi adalah tertidur/rasa mengantuk yang berlangsung agak lama, pusing, dan pada beberapa
penderita terjadi sikap yang agresif.24
dapat mengerti kebutuhan menjaga kebersihan mulutnya dapat menjadi kacau dan berlawanan.
Maka perlu dilakukan tindakan restorasi gigi. Restorasi gigi dapat memperbaiki kualitas hidup
anak autistik dengan membebaskan dan mencegah gigi dari infeksi peradangan, proses mastikasi
yang baik dan dapat makan dengan nyaman sehingga meningkatkan daya psikologis melalui
penampilan fasial yang estetik.19
tunjukkan kepada mereka dan orang terdekatnya cara lain yang lebih mudah dari menyikat gigi
dan membersihkan gigi dengan dental floss.
Gambar 12. Seorang dokter gigi professional sedang memeriksa keadaan oral hygiene pada
penderita autisme
(Sumber : http://www.dentaleconomics.com/display_article/12266... Accessed January 1, 2008.)
5. beberapa dari mereka tidak dapat menyikat dan membersihkan gigi dengan mandiri. Tekankan
bahwa membersihkan mulut setiap hari adalah penting.
Pencegahan penyakit periodontal
Penyakit periodontal terjadi pada penderita autisme berbanding dengan masyarakat umumnya
yang tidak menderita gangguan perkembangan.
1. beberapa pasien tertolong dari penggunaan agen anti mikroba harian seperti chlorhexidine.
2. hal yang terpenting dari pencegahan penyakit periodontal adalah teliti terhadap OH dan
frekuensi prophylaxis.
autis dapat dilakukan dengan cara pendekatan non-farmakologis dan farmakologis. Braff dan
Nealon menyatakan bahwa perawatan gigi pada anak penyandang autisme hanya dapat dilakukan
dengan sedasi, Namun menurut Nazif dan Ranalli teknik penanggulangan perilaku dengan teknik
tell-show-do dan pemberian positive reinforcement sangat membantu. Weddell dkk menyarankan
menggunakan pedi-wrap atau papoose board untuk membantu menenangkan anak. Pendekatan
secara farmakologis ditujukan untuk anak autis yang tidak kooperatif, yaitu dengan cara
premedikasi, sedasi sadar N2O-O2, dan anastesi umum.25,26,27
2. Anak Sukar dididik dan Anak dengan Gangguan Belajar
Mendidik adalah memberikan bantuan kepada orang lain. Salah satu lembaga pendidikan yang
fundamental adalah keluarga dan sekolah. Dalam proses belajar untuk memperoleh perilaku baru
yang diharapkan, setiap anak memiliki kemampuan yang tidak sama. Sering dijumpai adanya
kesulitan dalam setiap upaya meberikan pendidikan . Salah satu factor kesulitan adalah
karakteristik anak yang sukar dididik. Gangguan belajar adalah penyimpangan dalam proses
belajar yang berhubungan dengan deskrepansi yang signifikan antara kemampuan yang
diperlukan. Gangguan seperti ini disebabkan oleh fungsi otak bagian himesfere yaitu pusat
kemampuan bahasa yang terganggu.3
3. Aleansi atau Pecandu
Aleansi adalah perasaan menjadi asing terhadap sesuatu. Aleansi merupakan problematic
identitas kepribadian anak, sehingga mereka lari dari kenyataan hidup yang sebenarnya untuk
mendapatkan kenikmatan baru. Oleh karena itu, aleansi sering disebut sebagai pecandu. Pertanda
awal dari kemungkinan terjadinya aleansi adalah karena terlepasnya remaja akan kasih sayang,
perhatian dari keluarganya, dan lain-lain.3
Sebagian besar individu penderita cacat mempunyai kebersihan mulut yang buruk dibandingkan
individu normal, yang disebabkan diet makanan yang buruk dan kurangnya pemeliharaan
dirumah, sehingga giginya banyak yang rusak dan berlobang. Ada penderita cacat yang
mempunyai kebersihan mulut yang buruk akibat memakan obat-obatan tertentu. Penderita yang
sering kejang dan memakai Sodium Dilantin, perlu diberitahukan akibat samping pada jaringan
gusinya yang bengkak dan berdarah. Hiperplasia gusi akibat dilantin yang berlebihan, dapat
dikonsultasikan pergantian obat lain untuk mengatasi kejang dengan hasil yang baik.1
Perawatan gigi pada penderita cacat adalah suatu tugas yang menyenangkan jika dapat
menghasilkan hasil yang baik. Peranan tenaga pembantu medis yang turut menangani akan
tergerak, bermotivasi dan memahami tujuan perawatan gigi pada penderita cacat ini. Tujuan
pemeriksaan perawatan dari penderita cacat harus berorientasi terhadap ketidakmmampuan
cacatnya, dan dilakukan secara hati-hati. Program perawatan gigi dilaksanakan untuk mencapai
kesehatan manusia seutuhnya, dan berorientasi terhadap pencegahan penyakit gigi. Penanganan
perawatan gigi penderita cacat pada umumnya, dapat dicapai dengan cara tata pelaksanaan pada
anak normal, tanpa banyak rintangan dan halangan khusus, dan tidak terlalu memerlukan
modifikasi teknik perawatan.1
Pada dokter gigi yang merawat penderita cacat membutuhkan sedikit investasi pada
perlengkapan yang dibutuhkan, seperti 1,20
Pediwrap
Merupakan alat bantu berupa bantalan yang diletakkan di bawah pasien baik pada lengan
ataupun kaki. Keuntungan alat ini ialah alat ini dapat digunakan pada pasien hipotonik dan
spatik. Sedangkan kerugiannya ialah mempunyai banyak ikatan dan harus dijaga agar pasien
tidak jatuh.
Papoose Board
Yaitu suatu alat pengendali fisik yang berupa papan penahan tubuh dengan ikatan dimana pasien
dapat diatur posisi tubuhnya. Keuntungan alat ini ini adalah alat ini bersifat sederhana, mudah
disimpan, ukuran bervariasi dan mempunyai stabilisier kepala. Sedangkan kerugiannya, bila alat
ini digunakan terlalu lama dapat menyebabkan hypertemia.
Available from Internet (Accessed on April 23th, 2008): www.natus.com/index.cfm?
page=products_1&crid=109
Triangular sheet
Alat bantu yang dikaitkan pada tubuh dan ekstrimitas untuk mempertahankan posisi tubuh.
Keuntungan : pasien dapat duduk tegak pada kursi gigi
Kerugian : Banyak ikatan, dapat membuat pasien sesak nafas dan hypertemia.
Bean bag
Merupakan alat bantu berupa bantalan yang diletakkan di bawah pasien. Keuntungan dari alat ini
yaitu dapat digunakan untuk pasien hypotonic dan spastic serta digunakan berulang kali
Plastik bowl
Alat berupa pengendali kepala yang berfungsi untuk mendapatkan posisi kepala yang baik.
Available from Internet (Accessed on April 23th, 2008): www.natus.com/index.cfm?
page=products_1&crid=109
Posey strap
Alat bantu yang digunakan untuk mengendalikan ekstrimoitads yang dapat merangsang relaksasi
dan mencegah refleks yang tidak terkendali. Gambar di bawah merupakan salah satu contoh
Posey strap yang digunakan pada kaki.
Available from Internet (Accessed on April 23th, 2008):
http//:www.cridge.org/posey_strap.htm
tingkah laku penderita dengan orang tua, sebelum tindakan perawatan, supaya dapat dipahami
tindak-tanduk, aksi reaksi penderita cacat terhadap teknik penanganan kerja dokter giginya.1
Teknik Penanganan Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada penderita Cacat:
Perawatan gigi dan mulut pada penderita cacat dengan orang normal pada dasarnya sama, hanya
pendekatan damn teknik yang dilakukan operator lebih lama dan tergantung dari manifestasi atau
karekteristiknya. Pada umumnya apabila pendekatan tidak bias dilakukan maka tindakan
perawatan gigi di bawah anastesi umum dan ini merupakan salah satu pilihan yang dapat
dilakukan maka tindakan perawatan gigi dibawah anastesi umum, dan ini merupakan salah satu
teknik alternative yang digunakan oleh para dokter gigi dalam menangani pasien dengan kondisi
cacat.27
dilakukan oleh dokter gigi. Bentuk imbalan dapat berupa materi atau imbalan social misalnya
dengan senyuman, belaian atau pujian.18
Desensitasi
Desensitasi adalah cara yang paling sering digunakan oleh psikolog untuk mengatasi rasa takut.
Desensitasi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan
kebiasaan respon takut dengan pertama kali menghadirkan rangsangan yang menimbulkan suatu
respon yang ringan. Desensitasi meliputi: melatih pasien melemaskan otot, menyusun hierarki
rasa takut, dan mengerjakan berdasarkan hieraraki rasa takut.Ikatan antara rangsangan dan rasa
takut diperlemah perlahan-lahan dengan rileksasi rasa takut dan relaksasi otot yang dalam hal
adalah hal yang bertentangan dan tidak akan terjadi bersama-sama.18
Sedasi
Berbagai cara yang telah dikemukakan adalah yang paling sering diterapkan, dan merupakan
dasar modifikasi tingkah laku. Setelah dilakukan beberapa kali kunjungan, mungkin anak masih
merasa takut mengahadapi perawatan gigi dan tidak kooperatif terhadap tindakan khusus,
biasanya suntikan atau bur. Pilihan lain untuk menghadapi kasus demikian, digunakan sedasi,
sehingga waktu pasien menghadapi menghadapi perawtan gigi telah rileks.
Golongan obat-obatan yang digunakan adalah sedasi-hipnotik, agen ansietas dan narkotik. Sedasi
dapat diberikan dengan cara: Oral, intra venous dan intra muskuler serta inhalasi.18
BAB III
KESIMPULAN
- Aleansi adalah perasaan menjadi asing terhadap sesuatu. Aleansi merupakan problematic
identitas kepribadian anak, sehingga mereka lari dari kenyataan hidup yang sebenarnya untuk
mendapatkan kenikmatan baru.
Gambaran Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Penderita Cacat
Penyakit gigi dan mulut lainnya yang terdapat pada penderita cacat adalah:
Karies Gigi
Penyebabnya antara lain:
- berhubungan dengan etiologi cacat, misalnya hipoplasia email, pit dan fissure yang dalam.
- Berkaitan dengan terapi cacat, misalnya penggunaan obat-obatan cair dengan rasa manis dalam
jumlah yang besar
- Berkaitan dengan kemauan, misalnya sulit melakukan perawatan kesehatan mulut secara rutin
setiap hari
- Berkaitan dengan pemeliharaan gigi yang tidak adekuat
2. Penyakit Periodontal
Terjadi gangguan periodontal yang disebabkan oleh:
- Kebersihan mulut yang kurang diperhatikan karena ketidakmampuan mengguanakan sikat gigi
dengan benar.
- Diet yang kurang baik.
3. Maloklusi
Penyebabnya antara lain:
- gangguan fungsi hubungan otot-otot intra oral dan periodontal sehingga terjadi ovejet yang
besar, open bite dan cross bite.
- Bruksism pada penderita serebral palsy yang mengakibatkan protrusi
1. Gangguan fungsi fisik dan motorik yang terdiri dari gangguan pada panca indera baik
sebagian maupun total dan pada anggota tubuh seperti tangan dan kaki.
2. Gangguan mental antara lain sindrom Down (kondisi keterbelakangan perkembangan
fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom),
cerebral palsy (gangguan yang mengenai sel-sel saraf motorik di dalam susunan saraf
pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan pada jaringan otak), dan
retardasi mental.
3. Gangguan psiko sosial dan perilaku antara lain autism, gangguan pemusatan perhatianhiperaktivitas dan aleansi (perasaan menjadi asing terhadap sesuatu).
Mengapa mereka beresiko tinggi?
Gigi berlubang dan radang gusi dapat terjadi pada semua anak, namun anak-anak berkebutuhan
khusus lebih sering mengalaminya. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan kemampuan kognitif
dan mobilitas, gangguan perilaku dan otot, refleks muntah dan gerakan tubuh tidak terkontrol.
Keadaan inilah yang membatasi anak-anak tersebut untuk dapat melakukan pembersihan gigi
yang optimal dan menempatkan mereka pada posisi berisiko mengalami masalah kesehatan gigi
dan mulut.
Masalah kesehatan gigi dan mulut apa saja yang sering dialami anak-anak berkebutuhan
khusus?
1. Gigi berlubang (karies gigi) disebabkan antara lain oleh kelainan bentuk dan struktur gigi
(anomali), frekuensi muntah atau gastroesophangeal refluks, jumlah air ludah kurang,
pengobatan yang mengandung gula atau diet khusus yang memerlukan pemberian susu
botol yang diperpanjang dan keterbatasan anak ataupun kemauan dari orang-orang sekitar
untuk membantu membersihkan gigi dan mulut secara rutin setiap hari.
2. Penyakit jaringan penyangga gigi (periodontal) seperti gusi berdarah, kegoyongan gigi
dan karang gigi. Kondisi ini disebabkan oleh kebersihan mulut yang kurang diperhatikan
karena ketidakmampuan menggunakan sikat gigi dengan benar, pola makan yang kurang
baik dan efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi. Radang pada jaringan
periodontal yang parah dapat mengakibatkan anak kehilangan gigi.
3. Maloklusi terjadi karena adanya keterlambatan erupsi gigi, tidak ada benih gigi, gigi
berlebih, gangguan fungsi hubungan otot-otot dalam mulut dan periodontal sehingga
rahang atas maju, gigitan terbuka dan gigitan silang. Bruksism (ngerot) pada penderita
cerebral palsy mengakibatkan gigi rahang atas maju ke depan. Untuk menangani
bruksism dapat digunakan bite guard.
4. Bernafas melalui mulut (pernapasan mulut kronik) disebabkan oleh jalan nafas yang lebih
sempit sehingga anak berkebutuhan khusus cenderung bernafas melalui mulut.
Pernafasan mulut kronis ini menyebabkan ukuran lidah membesar (makroglosia) dan
permukaan lidah beralur dalam dan kering sehingga menimbulkan bau mulut (halitosis)
dan iritasi pada sudut bibir (angular cheilitis). Kondisi ini akan mempengaruhi fungsi
bicara dan pengunyahan.
5. Trauma atau benturan sering terjadi pada anak-anak dengan gangguan psikososial dan
perilaku karena jatuh ataupun kecelakaan.
Karies
Anomali Gigi
Radang Gusi
Maloklusi
Bruxism
Trauma
Perawatan gigi apa saja yang dapat dilakukan pada anak berkebutuhan khusus?
Perawatan Preventif.
Tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus:
1. Pemberian fluor. Pemberian fluor pada anak berkebutuhan khusus dapat diberikan secara
sistemik atau topikal dalam bentuk gel.
2. Kontrol Plak dengan cara menyikat gigi yang tepat, mengatur pola makan anak dan
penggunaan obat kumur. Pada anak berkebutuhan khusus yang disertai gangguan fungsi
otot pengunyahan biasanya sisa makanan sering kali masih terkumpul disekitar giginya.
Pemberian obat kumur yang tidak mengandung alkohol dapat digunakan pada anak yang
sudah dapat berkumur untuk membantu membersihkan sisa makanan dan berfungsi
sebagai antiseptik. Pemberian antiseptik bentuk gel juga dapat diberikan secara rutin.
3. Pembersihan karang gigi
4. Penutupan pit dan fissure sealant. Sealant adalah bahan tambal cair yang mengisi aluralur permukaan gigi geraham tetap anak yang dalam sehingga mencegah partikel
makanan masuk. Penutupan pit dan fissure sealant efektif mencegah gigi berlubang.
Perawatan Kuratif dan rehabilitatif.
Penambalan maupun pencabutan pada anak berkebutuhan khusus maupun normal pada dasarnya
sama, namun jika disertai dengan adanya kelainan sistemik maka penanganannya dilakukan
secara multidisipliner dengan dokter anak dan dokter anestesia. Kerjasama dengan terapis wicara
dan ahli gizi sangat berpengaruh pada kesuksesan perawatan. Penggunaan alat orthodonsi juga
dapat dilakukan pada anak berkebutuhan khusus dengan pertimbangan yang tepat.
Tips untuk diingat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila anak berkebutuhan khusus datang ke dokter gigi
antara lain:
1. Sebaiknya sebelum anak mendatangi dokter gigi anak, orang tua datang terlebih dahulu
berkonsultasi sebab perawatan gigi anak berkebutuhan khusus membutuhkan identifikasi
dini mengenai riwayat medis, kemampuan kooperatif, pemahaman, adanya tidaknya fobia
dan hal-hal spesifik lain yang penting. Hal ini akan menjadi dasar pemilihan teknik
manajemen tingkah laku yang diberikan pada anak. Pada kasus ringan dokter gigi anak
akan menerapkan teknik non farmakologi, yaitu Tell Show Do, modelling, positive
reinforcement, distraksi, desensitisasi. Sedangkan pada kasus berat akan dipilih teknik
farmakologi: sedasi dan general anastesia.
2. Membuat perjanjian jadwal kunjungan dokter gigi anak terlebih dahulu. Sebaiknya
kunjungan dilakukan pada jam-jam yang tidak terlalu sibuk, atau dijadwalkan pada
urutan pertama agar anak tidak perlu menunggu.
3. Pada anak dengan gangguan psikososial dan perilaku membutuhkan waktu untuk
membiasakan diri dengan lingkungan baru. Oleh sebab itu perlu kerjasama orang tua dan
dokter gigi anak. Pada kunjungan pertama, anak diperkenalkan dengan dokter gigi anak
dan lingkungan perawatannya. Alat bantu visual seperti gambar sikat gigi, pasta, cara
menggosok gigi dan alat elektronik (kamera) dapat digunakan untuk menumbuhkan sikap
positif anak.