Anda di halaman 1dari 36

PENANGANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK YANG MENDERITA

CACAT MENTAL
PENANGANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK YANG MENDERITA
CACAT MENTAL

BAB II
PEMBAHASAN
Kelainan pada anak terjadi akibat perkembangan abnormal yang dialami oleh anak tersebut
dalam fase tumbuh kembangnya, fase ini tidak hanya terbatas pada keadaan postnatal dari anak
tersebut, tetapi kondisi prenatal juga berpengaruh penting terhadap perkembangan abnormal
yang dialami oleh anak.
Perkembangan dilukiskan sebagai suatu proses yang dinamis, oleh karena itu jika terjadi
ketidakdinamisan perkembangan maka akan terjadi gangguan perkembangan. Gangguan
perkembangan ini sering disebut sebagai kecacatan atau handicap. Kecacatan dapat berupa fisik,
cacat mental, cacat motorik, cacat social dan lain sebagainya. Tidak jarang kecacatan itu
dianggap sebagai kesalahan orang tua, misalnya: anak yang lahir dengan tangan yang tidak
normal dihubungkan dengan dosa orangtua yang pernah mencelakakan orang lain dan memotong
tangannya pada saat istrinya sedang hamil.3
Gangguan perkembangan antara lain meliputi gangguan fisik dan psikomotorik, gangguan fungsi
intelektual dan gangguan yang nampak pada prilaku psikososial dan moral yang dicakup dalam
pengertian devisiensi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam penjelasan sebagai berikut:

A. Gangguan Fungsi Fisik dan Motorik

Menurut Sukarman, cacat fisik adalah cacat yang ada hubungannya dengan tulang sendi dan
pergerakan otot. Cacat fisik adalah jenis cacat dimana salah satu atau lebih anggota tubuh bagian
tulang atau persendian mengalami kelainan, sehingga timbul rintangan dalam melakukan fungsi
gerak. Cacat fisik seperti ini disebut ortopedi. Sedangkan menurut kedokteran, disebutkan bahwa
cacat tubuh adalah kelainan pada anggota gerak yang meliputi tulang, otot dan persendian baik
dalam struktur maupun fungsinya sehingga dapat menjadi rintangan pada penderita untuk
melakukan kegiatan secara layak.
Sementara itu analitasi (1995) menyatakan bahwa gangguan fungsi fisik dan psikomotor pada
umumnya disebabkan pada kerusakan-kerusakan otak atau organ perifer yaitu kerusakan pada
susunan syaraf pusat atau pada anggota badan, urat daging atau panca indra. Dalam ruang
lingkup ini sering digunakan terminology cacat (handicap) dan meliputi hal-hal sebagai berikut:
Impairement
Adalah suatu kehilangan atau keadaan abnormalitas dari psikis atau fisik baik struktur atau
fungsinya. Termasuk dalam kelompok ini adalah gangguan mata yaitu buta keseluruhan maupun
sebagian, gangguan pendengaran baik yang sukar mendengar maupun tuli, gangguan bicara atau
tuna wicara, dan lumpuh atau tuna grahita. Beberapa sebab kecacatan antara lain cacat fisik sejak
lahir yang disebabkan oleh pemakaian obat-obatan tertentu pada ibu hamil; cacat karena trauma
pada proses persalinan (misalnya paralisa plexus brakhialis, cacat karena kecelakaan, dsb)2,3
Disability
Adalah suatu hambatan atau gangguan dari kemampuan untuk melaksanakan aktifitas yang
biasanya dapat dikerjakan oleh orang yang normal sebagai akibat dari impairement.
Handicaped
Adalah suatu kerugian yang diderita oleh individu akibat impairement dan disabiility. Kerugian

ini dapat timbul dari dirinva sendiri (intrinsik handicapped ) dan dapat puia timbul dari
lingkungan ( Extrinsik handicapped).3

B. Gangguan Mental/ Cacat Mental


1. Sindroma Down
Sindrom Down merupakan suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak
yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadinya pembelahan.
Kelainan kromosom ini dipengaruhi oleh umur ibu, kelainan kehamilan , kelainan endokrin pada
ibu.4
Gambaran umum rongga mulut anak sindroma down
Oral hygiene
Sesuai dengan meningkatnya usia, baik pada lidah maupun bibir terbentuk celah dan fissure. Ini
merupakan hasil dari mouth breathing yang kronis. Pembentukan fissure pada lidah dapat
menjadi berat dan merupakan faktor konstribusi pada terjadinya halitosis.5
Pasien diinstruksikan untuk menyikat pada saat menyikat gigi. Pernapasan mulut kronik lainnya
dapat menurun dalam saliva dengan mengeringnya mulut. Terjadi penurunan pembersihan
alamiah pada kavitas mulut dapat menjadi faktor konstribusi pada perkembangan karies.
Pernapasan melalui mulut dapat menyebabkan iritasi pada sudut mulut ( angular cheilitis ).5
Keadaan jaringan lunak
Menurunnya muscule tone umumnya ditemukan pada sindroma down. Hal ini mempengaruhi
otot-otot kepala dan rongga mulut sesuai dengan otot-otot tengkorak yang lebar. Menurunnya
muscule tone pada bibir dan pipi memepengaruhi tekanan yang tidak seimbang pada gigi dan
tekanan pada lidah menjadi lebih besar. Hal ini menyebabkan terjadinya open bite pada penderita

sindroma down. Selain itu, berkurangnya muscule tone menyebabkan efisiensi mengunyah dan
natural cleansing dari gigi. Kemungkinan makanan tertinggal pada gigi setelah makan yang
diakibatkan oleh pengunyahan yang tidak sempurna.5
Insiden dari mouth breathing sangat tinggi disebabkan oleh jalan nasal yang kecil. Lidah dapt
protrusi dan membesar atau makroglosia atau berfissura pada permukaan dorsal 2/3 anterior
dengan panjang dan kedalaman yang bervariasi. Pada penderita sindroma down, hal ini dapat
terjadi dengan kombinasi geographic tongue. Permukaan dorsal lidah biasanya kering dan
merekah serta tepinya mempunyai pola cetakan gigi yang dinamakan scalloped tongue.
Kebiasaan menjulurkan lidah selama waktu minum, menghisap dot, makan, dan bicara terjadi
pada lidah hipotonus. Jaringan lidah pada bagian tengah bersifat hipotonus dengan cekungan
berlebihan dibagian 2/3 anterior lidah dan hipotonus pada frenulum lidah. Makroglosia
sebenarnya sangat jarang ditemukan, makoglosia hanya relatif ditemukan bilamana lidah
berukuran normal tetapi ukuran rongga mulut yang kecil disebabkan karena tidak
berkembangnya pertumbuhan dari wajah bagian tengah.5,6
Pada pemeriksaan palatum penderita sindroma down terlihat sempit dengan cekungan yang
tajam. Cekungan tersebut normal tingginya, namun ukuran dari palatum durum yang abnormal
tebal. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya ruangan pada kavitas oral untuk lidah, yang akan
mempengaruhi fungsi bicara dan mastikasi.5
Keadaan jaringan keras
Erupsi gigi pada anak sindroma down biasanya tertunda. Waktu erupsi berbeda-beda bagi anak
sindroma down dan beberapa anak, gigi primernya tidak erupsi hingga berumur 2 tahun. Pada
beberapa kasus masalah erupsi dapat disebabkan oleh gingival hiperplasia yang dihasilkan dari
beberapa medikasi seperti phenytoin dan cyclosporin. Pemeriksaan gigi secara rutin pada saat

anak sindroma down berumur satu tahun dapat membantu dalam mengidentifikasi
ketidakteraturan pola erupsi gigi.7
Bruksism terjadi pada anak sindroma down dan dapat dipicu oleh maloklusi gigi, disfungsi TMJ
dan tidak berkembangnya nervus kontrol. Mikrodontia dan malformasi gigi juga dapat
ditemukan. Crowding yang berat dapat terjadi pada penderita sindroma down yang telah erupsi
semua gigi permanennya.5,8

Masalah kesehatan rongga mulut pada sindroma down


Orang-orang dengan sindrom down tidak memiliki masalah rongga mulut yang unik. Akan
tetapi, beberapa masalah cenderung sering terjadi dan bisa menjadi parah. Perwatan professional
secara dini dan perawatan harian di rumah dapat mengurangi keparahannya dan membuat
penderita sindroma down memiliki perbaikan kesehatan rongga mulut.9
1. Penyakit periodontal
Merupakan masalah rongga mulut yang paling utama pada penderita sindrom down, dimana
anak cepat mengalami penyakit periodontal. Sebagai akibatnya, kehilangan banyak gigi
permanen anterior di usia muda. Faktor lain yang mendukung termasuk oral hygiene buruk,
maloklusi, bruksism, bentuk akar yang konus, dan respon host yang abnormal, karena sistem
imun yang menurun.9
2. Karies gigi
Anak-anak dan dewasa muda penderita sindrom down memiliki insidensi lebih tinggi terkena
karies dibandingkan dengan orang tanpa cacat mental. Beberapa gambaran rongga mulut anak
dengan sindroma down menunjukkan bahwa erupsi gigi sulung dan permanen yang terlambat,
kehilangan gigi permanen dan ukuran gigi yang kecil dengan space atau jarak satu sama lain

yang memberikan kemudahan untuk menghilangkan plak.9


3. Maloklusi
pada sebagian besar penderita sindrom down ditemukan maloklusi karena erupsi dari gigi
permanen yang terganggu dan tidak berkembangnya maksilla. Kecilnya maksilla menyebabkan
terjadinya open bite, posisi gigi yang jelek dan meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit
periodontal dan karies gigi.9
4. Anomali gigi
Keadaan anomali gigi umumnya terjadi pada sindrom down misalnya kongenitalis missing teeth
lebih sering terjadi pada penderita sindrom down daripada populasi umum. Gigi yang lebih
sering tanggal umumnya insisivus lateral dan premolar kedua rahang bawah.9

Penanganan gigi dan mulut pada penderita sindroma down


Pada penderita sindroma down dapat ditemukan adanya perubahan mental dan fisik yang akan
berpengaruh pada rongga mulut sebelum menentukan perawatan, medical history pasien harus
diketahui. Konsultasi antara dokter, keluarga dan perawat sangat penting unutk mendapatkan
medical history yang akurat. Selain itu, harus ditentukan siapa yang akan dimintai informed
consent untuk pelaksanaan perawatan pasien sindroma down.10
Secara umum penanganan gigi dan mulut untuk sindroma down yang dapat dilakukan dokter
gigi:
1. Speech Pathologist dapat menolong untuk mengajari posisi lidah dan meningkatkan
penyesuaian terhadap otot-otot orofacial. Pada kasus-kasus berat, pembedahan lidah dapat
diindikasikan.5
2. Alat orthodonsi diperlukan unutk mengawasi pencabutan gigi pada saat penanganan

crowding.5
3. Ahli anastesi diperlukan pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan perawatan yang lebih
luas, dengan obat-obatan anastesi, baik sedasi ringan maupun anastesi umum.5,11
4. Ahli gizi menginstruksikan kepada orang tua atau penjaga anak tentang makanan siplemen,
sehubungan dengan keterbatasan otot-otot pengunyahan anak sindroma down. 5,11
Secara khusus penanganan gigi dan mulut anak sindroma down yang dapat dilakukan dokter
gigi:

Tindakan preventif
a. Pemberian fluor
Pemberian fluor secara sistemik pada anak sindroma down dapat berbentuk cairan, tablet
maupun obat kumur. Pemberian fluor dengan topikal diberikan setelah pembersuhan gigi yang
rutin.11
b. Kontrol Plak
Dalam hal ini perlu diperhatikan diet anak sindroma down termasuk disini adalah kualitas
makanan dan macam makanannya. Meskipun umumnya anak sindroma down cepat menelan
makanannya dengan hanya sedikit mengunyahnya, tetapi sisa makanan sering kali masih
terkumpul disekitar giginya, terlebih dengan keadaan hipotonia ototnya, maka sulit dicapai self
cleansing yang baik. Untuk itu obat kumur dapat digunakan unutk membantu membersihkan sisa
makanan tersebut, disamping obat kumur berperan sebagai antiseptik.5
c. Scalling dan root planing
Keberadaan calculus supra dan subgingiva, inflamasi gingiva dan poket periodontal (lebih besar
atau sama dengan 5 mm) dan kehilangan tulang alveolar ditemukan pada anak-anak (10 19

tahun) dengan sindroma down pada grup kontrol berdasarkan usia dan jenis kelamin. Anak-anak
sindroma down menderita oleh karena inidensi yang tinggi dari penyakit Rapid Destructive
Periodontitis yang dapat disebabkan oleh faktor lokal, seperti morfologi gigi, bruksism,
maloklusi dan oral hygiene yang rendah. Faktor-faktor sistemik tertentu diyakini memberikan
konstribusi yang penting terhadap penyakit periodontal, seperti sistem sirkulasi yang buruk,
penurunan respon humoral, kemunduran fisik secara umum pada usia dini, dan pengaruh
genetik.5,11
Oral hygiene yang bagus dan semi annual prophylaxis appoitment mungkin tidak mencukupi
untuk mencegah terjadinya penyakit periodontal pada pasien ini. Perawatan yang cepat dan
agresif diperlukan. Pasien ini perlu dikontrol sedikitnya 3 bulan sekali untuk scaling dan root
planing dan juga menguntungkan bila diberikan obat kumur Chlorhexidine dan terapi antibiotik
sistemik.5
d. Penutupan pit dan fissure sealant
Penutupan pit dan fissure sealant secara efektif dapat mengurangi karies oklusal. Sealant cocok
digunakan dalam populasi anak sindrom down dan sebaiknya digunakan apabila dibutuhkan.
Pasien yang membutuhkan prosedur gigi dibawah anastesi umum sebaiknya memiliki pit dan
fissure oklusal yang dalam yang direstorasi dengan amalgam atau komposit pemakaian jangka
panjang untuk mencegah kerusakan gigi lebih lanjut.11
Tindakan kuratif
a. Pemberian tumpatan
b. Pencabutan gigi
Tindakan rehabilitatif
a. Perawatan orthdonsi

b. Pembuatan gigi tiruan


Pemberian tumpatan, pencabutan gigi, perawatan orthodonsi dan pembuatan gigi tiruan dapat
dilakukan sama seperti halnya anak normal. Namun hal yang perlu diingat adalah penderita
sindrom down mempunyai masalah retardasi mental dan hipotonia otot yang perlu penanganan
khusus dalam perawatan. Masalah tersebut menyangkut komunikasi, kooperatif anak, mulut
yang selalu terbuka, lidah yang menjulur atau saliva yang berlebihan. Untuk anak yang masih
kecil sering kali dilakukan perawatan dengan knee to knee, yaitu dokter gigi dan orang tua duduk
berhadapan dengan lutut saling beradu dan anak ditidurkan diatas pangkuan sehingga perawatan
dapat dilakukan dengan lebih stabil.11
Perawatan ortodontik pada anak-anak sindroma down perlu dipertimbangkan secara hati-hati
karena beberapa mungkin menguntungkan sementara yang lainnya tidak. Kemampuan dari
pasien atau perawat untuk menjaga kebersihan oral hygiene sangat berpengaruh terhadap
kesuksesan perawatan.9

2. Retardasi mental
Retardasi mental dan gejalanya timbul pada masa perkembangan anak usia dibawah 18 tahun
dan apabila munculnya setelah umur 1 tahun, maka bukan merupakan retardasi mental tetapi
merupakan penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya, biasanya anak seperti ini tidak bisa
mengikutipendidikan sekolah biasa karena cara berfikirnya secara sederhana daya tangkap dan
daya ingatannya rendah, demikian pula dengan cara berhitung dan bahasanya terlalu lemah,
sehingga menyebabkan dia ketinggalan dari teman-temannya. Gangguan adaptif yang menonjol
pada anak ini adalah kesulitan diri untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat di sekitarnya,
tingkah lakunya kekanak-kanakan dan tidak sesuai dengan umurnya. Penyebab dari retardasi

mental sangat kompleks dan multifactor yaitu factor non organic meliputi factor kemiskinan,
keluarga yang tidak harmonis, factor sosio cultural, selain itu terdapat juga factor organic yang
berperan, yaitu:
Faktor prakonsepsi ( abnormalitas gen, penyakit metabolic, dan kelainan kromosom seks)
Faktor prenatal yaitu gangguan pertumbuhan otak pada trimester 1 akibat zat-zat tetatogen,
idiopatik dan disfungsi plasenta, gangguan otak trimester II dan gangguan otak trimester III,
Faktor prenatal premature asfiksi, meningitis dan hiperbilirubin.
Faktor post natal yang berupa trauma berat pada kepala, neurotoksin, kecelakaan otak, infeksi
otak dan metabolik.
Dalam keadaan seperti ini, anak yang lemah ingatan harus sebanyak mungkin diasuh dalam
lingkungan yang normal dengan sejauh mungkin memperhatikan keadaan anak tersebut. Hal ini
mengandung pengertian bahwa tidak hanya anak lemah mental, yang harus menyesuaikan diri
terhadap masyarakat yang juga harus menyesuaikan diri terhadap mereka.3
Kesehatan mulut pasien retardasi mental
Pada umumnya pasien dengan retardasi mental memiliki kesehatan rongga mulut dan oral
hygiene yang lebih rendah dibanding dengan orang-orang yang tanpa cacat perkembangan. Data
menunjukkan bahwa pasien dengan retardasi mental memiliki karies yang lebih banyak dan
prevalensi gingivitis yang lebih tinggi serat penyakit-penyakit periodontal lainnya dibanding
dengan masyarakat umum.12
Penyakit Periodontal
Early, Severe periodontal (gum disease) dapat terjadi pada anak-anak dengan gangguan sistem
imun atau gangguan jaringan penghubung dan oral hygiene yang adekuat. Gingivitis ringan
diakibatkan oleh suatu akumulasi bakteri plak dan terjadinya peradangan, pembengkakan gusi

yang mudah berdarah. Periodontitis yang lebih berat dan menyebabkan kehilangan gigi jika tidak
dirawat. Pembersihan secara profesional oleh penyedia layanan kesehatan mulut, antibiotik
sistemik dan instruksi di rumah diperlukan untuk menghentikan infeksi. 12,13
Penanganan:
Jelaskan kepada orangtua tentang perlunya membantu untuk menyikat gigi dan menggunakan
dental floss serta dibutuhkan untuk sering membuat janji bertemu dengan penyedia layanan
kesehatan mulut.13
Karies Gigi
Pasien dengan retardasi mental memiliki penigkatan karies yang sama dengan orang-orang tanpa
keterbelakangan mental. Meskipun demikian prevalensi karies gigi yang tidak dirawat lebih
tinggi pada pasien dengan retardasi mental terutama bagi mereka yang tinggal di lingkungan
yang tidak mendukung,12
Karies gigi atau kerusakan gigi dapat berhubungan dengan frekuensi muntah atau
gastroesophangeal refluks, kurang dari jumlah saliva normal, pengobatan yang mengandung gula
atau diet khusus yang memerlukan pemberian susu botol yang diperpanjang atau makanan
ringan. Ketika oral hygiene rendah, terjadi peningkatan resiko karies gigi.13
Penanganan
Beritahukan kepada orangtua bahwa pemeliharaan oral hygiene yang dilakukan setiap hari
meliputi frekuensi berkumur dengan air dan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride
atau obat kumur,
Menjelaskan perlunya mengawasi anak-anak untuk mengindari menelan fluoride.
Berikan pengobatan tanpa gula bila memungkinkan 13
Maloklusi

Prevalensi maloklusi pada pasien dengan retardasi mental serupa dengan yang ditemukan pada
masyarakat umum. Hampir 25 % dari 80% kelainan anomali craniofacial dapat mempengaruhi
perkembangan oral yang dihubungkan dengan retardasi mental. Gigi yang berjejal atau keluar
dari lengkung rahang lebih sulit untuk menjaga kebersihannya, menyebabkan penyakit
periodontal dan karies gigi. Kemampuan pasien atau orangtua untuk menjaga oral hygiene setiap
hari dengan baik mempengaruhi keberhasilan dan kesuksesan dan perawatan. Gangguan
perkembangan yang dialami seharusnya tidak dirasa sebagai suatu penghalang untuk perawatan
ortodonsi.12,13
Tidak adanya benih gigi permanen, delayed erupsi, dan hipoplasia email
Pada umumnya terjadi pada pasien dengan retardasi mental erupsi gigi dapat tertunda, dipercepat
atau tidak menentu pada anak-anak dengan gangguan pertumbuhan. Gusi dapat berwarna merah
atau ungu kebiru-biruan sebelum gigi erupsi. erupsi gigi bergantung pada genetik, pertumbuhan
rahang, aksi otot dan faktor-faktor lain.12,13
Bruksism
Kebiasaan menggerinding gigi, merupakan suatu kebiasaan yang umum pada pasien dengan
retardasi mental berat. Pada kasus-kasus yang ekstrim, bruksism menyebabkan gigi abrasi dan
permukaan oklusal menjadi datar.13
Penanganan :
Untuk menangani bruksism dapat digunakan bite guard.13
Trauma dan injuri
Trauma dan injuri pada mulut akibat jatuh atau kecelakaan pada pasien yang retardasi mental.12
Penanganan :
Disarankan menyiapkan kotak penyimpanan gigi di rumah

Jika gigi avulsi atau patah segera antar pasien atau bawa giginya ke dokter gigi.
Instruksikan juga kepada orang tua untuk mengumpulkan setiap potongan gigi yang patah.
Tekankan kepada orang tua bahwa trauma memerlukan perhatian segera dan jelaskan prosedur
yang dilakukan jika gigi permanen patah.
Beritahukan kepada orang tua cara mencegah trauma dan apa cara yang dilakukan jika terjadi
trauma.12,13
Anomali gigi
Anomali gigi merupakan vareiasi dalam ukuran dan bentuk dari gigi. Pasien dengan retardasi
mental dapat mengalami kehilangan benih gigi, gigi berlebih atau malformasi gigi.13
Diskolorisasi gigi
Cacat perkembangan dapat mengakibatkan diskolorisasi pada gigi. Demam yang sangat tinggi
agtau pengobatan tertentu dapat mengganggu pembentukan gigi dan dapat mengakibatkan
kecacatan. Banyak gigi dengan suatu cacat cenderung mengakibatkan karies gigi dan sulit untuk
menjaga kebersihan. 13
Infeksi virus
Infeksi virus biasanya disebabkan oleh virus herpes simplek. Anak-anak jarang mengalami
ginggivostomatitis atau herpes herpetik labialis sebelum usia 6 bulan. Herpetik
ginggivostomatitis paling umum pada anak-anak tetapi dapat terjadi pada remaja dan dewasa
muda. Infeksi virus biasanya terasa sakit dan disertai demam.13

3. Cerebral palsy
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam
perkembangan anak, mengenai sel-sel saraf motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik

dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai
pertumbuhannya.14
Perawatan gigi di rumah untuk anak cerebral palsy:15
Pilih posisi yang nyaman sehingga dapat melihat ke dalam mulut anak.
Bagaimanapun posisi orang tua saat menyikat gigi anaknya, ingatlah selalu untuk menyangga
kepala anak.
Beri pujian sewaktu menyikat gigi anak.
Orang tua sebaiknya menolong menggosok gigi anak setiap hari, tiap selesai makan, menyikat
lidah, karena hal ini dapat mencegah terjadinya halitosis.
Orang tua dapat menolong agar gigi anaknya lebih resisten terhadap decay dengan
menggunakan pastagigi anak-anak yang diakui oleh ADA. Tempatkan pastagigi seukuran kacang
polong di atas sikat gigi.
Gambaran umum yang berhubungan dengan celebral palsy antara lain: 16
Retardasi mental
Gangguan sensori,
Gangguan belajar dan emosi
Gangguan berbicara dan komunikasi
Berkurangnya refleks mengunyah
Kondisi rongga mulut yang berhubungan dengan cerebral palsy antara lain :16
Meningkatnya periodontitis dan hiperplasia ginggiva.
Frekuensi penyakit periodontal terjadi lebih besar pada penderita cerebral palsy. Secara fisik
penderita tidak dapat menggosok dan membersihkan giginya secara adekuat. Penderita cerebral
palsy umumnya mempunyai derajat pembesaran ginggiva hal ini disebabkan karena komsumsi

phenytoin untuk mengontrol serangan tiba-tiba.11


Maloklusi
Prevalensi maloklusi pada penderita cerebral palsy kira-kira 2 kali lebih besar dibandingkan
populasi umum. Kondisi umum yang banyak diamati seperti protrusi gigi anterior rahang atas,
excessive overbite dan overjet, open bite dan unilateral open bite. Penyebab utamanya mungkin
disebabkan hubungan disharmonis antara otot intraoral dan perioral. Tidak terkoordinasi dan
tidak terkontrolnya pepindahan rahang,bibir,dan lidah juga diamati pada penderita cerebral
palsy.11
Menjulurkan lidah dan bernafas lewat mulut
Meningkatnya karies
Enamel hipoplasia
Trauma gigi, fraktur gigi
Penderita cerebral palsy lebih mudah terserang trauma, terutama pada gigi anterior rahang atas.
Situasi ini dihubungkan dengan seringnya jatuh, dan kurangnya reflex otot extensor untuk
menghindari jatuh.11
Gangguan TMJ dan bruksism
Bruksism umumnya diamati pada pasien cerebral palsy dengan atheoid. Parahnya atrisi
permukaan oklusal dari gigi susu dan hermanen, juga hilangnya vertical dimensi antar rahang.11
Oral hygiene yang buruk
Mengeluarkan saliva

C. Gangguan Psiko Sosial dan Perilaku


Cukup sukar untuk memberikan definisi yang mengenai permasalahan tingkah laku. Menurut

Hallman dan Kauffman (1991) maka definisi yang mungkin dapat diberikan adalah bahwa anak
mempunyai permasalahan yang menonjol. Tingkah laku yang termasuk tingkah laku bermasalah
mencakup berbagai macam tingkah laku yang sangat banyak cirri-ciri tingkah laku itu dan
berbeda dalam akibat yang ditimbulkan pada lingkungan ataupun pada anaknya sendiri.
Misalnya anak yang pemalu tidak merugikan lingkungannya tetapi dia akan diejek temantemannya dan cenderung defresif.3
Termasuk gangguan psikososial dan perilaku adalah3
1. Autistik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks dan berat, gejalanya mulai
tampak pada usia kurang dari 3 tahun. Gangguan perkembangan ini mencakup bidang
komunikasi, interaksi, dan perilaku.17
Penderita autisme menunjukkan kondisi kesehatan mulut yang tidak normal. Walaupun
umumnya menggunakan medikasi dan oral habit yang merusak menyebabkan masalah, frekuensi
karies yang tinggi dan penyakit periodontal pada penderita autisme berbanding dengan populasi
umum.18
Anak autistik tidak mempunyai banyak masalah medis yang perlu dipertimbangkan, namun pada
umumnya diduga mengalami penderitaan penyakit gigi dan mulut yang lebih berat karena
kondisinya yang tidak normal. Kebersihan mulut rata-rata rendah, frekuensi karies dan gingivitis
yang tinggi dibanding anak normal lainnya, sedangkan tingkah lakunya yang akan menyebabkan
perawatan gigi agak sulit. Sebagian besar anak autistik menderita penyakit epilepsi, dengan
mengkonsumsi obat-obatan anti kejang phenytoin, menyebabkan gingiva hiperplasia, bengkak,
dan mudah berdarah.19
Penanganan anak autistik lebih bersifat multidisipliner karena banyaknya masalah yang

didapatkan. Anak autistik sering mempunyai tonus otot yang kurang, koordinasi yang buruk,
terus-menerus mengeluarkan air liur (drooling), tindakan gerak lutut yang hiperaktif, sering
disertai strabismus, dan 30% mengalami epilepsy. Anak autistik mempunyai suatu kebiasaan
yang teratur dan ketat, dan biasanya lebih menyukai makanan lunak dan yang manis-manis.
Karena koordinasi gerakan lidahnya yang tidak teratur, maka sering makanannya ditahan,
diemut, dan tidak langsung ditelan. Kebiasaan ini ditambah mengkonsumsi makanan yang manis
menyebabkan peningkatan kerusakan pada karies. Tingginya indeks def/DMF pada anak autistik
disebabkan karena besarnya lesi karies yang tidak terawat, dan gigi yang hilang disebabkan
karena kerusakan karies. Tinggi rata-rata penyakit periodontal dikaitkan dengan status
kebersihan mulutnya yang dipengaruhi oleh ketidakmampuan merawat giginya sendiri dirumah
serta ketergantungannya pada orang tua untuk membersihkannya.19,20
Oral habit yang merusak sering terjadi pada penderita autisme antara lain bruxism, tongue
thrusting, kebiasaan melukai diri sendiri seperti menggigit bibir maupun gingiva, menggigit
objek seperti puntung rokok atau pulpen. Pemberian perintah kepada penderita dapat
memberikan toleransi pada kebiasaan buruk tersebut. Erupsi gigi mungkin dapat mengalami
keterlambatan karena phenytoin menginduksi hiperplasia gingiva. Phenytoin umumnya terdapat
pada penderita autisme.21

Pada penderita autisme terjadi pula gangguan mengunyah, yaitu keterlambatan makan makanan
kasar. Bila anak muntah akan terlihat tumpahannya terdapat bentukan makanan masih utuh
seperti semula. Hal ini menunjukkan bahwa proses mengunyah makanan tersebut tidak
sempurna. Gangguan koordinasi motorik mulut ini juga mengakibatkan kejadian tergigit sendiri
bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja.22

Selain karena kecacatan anak autistik menyebabkan keterbatasan, hal tersebut dapat juga akibat
kebiasaan makan yang tidak lancar, diet lunak yang buruk dan serba manis. Peranan orang tua
yang serba terbatas (baik dari tindakan dan pengetahuan) memperburuk keadaan yang sudah
kurang baik, sehingga lebih memperburuk masalah kebersihan mulutnya. Oleh karena itu penting
sekali peranan dokter gigi untuk membantu membimbing untuk menjaga dan memelihara
kebersihan mulut anak autistik.19

Pilihan Rencana Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut


Keberhasilan perawatan gigi pada anak penderita autisme memerlukan hubungan kerjasama yang
erat dengan pihak orang tua dengan operator. Tidak terdapat ciri-ciri penyakit gigi dan mulut
yang khas, meskipun bisa terjadi akibat trauma membentur kepala ke tembok yang keras ataupun
karena epilepsi. Usahakan jangan sampai anak autisme menunggu terlalu lama dalam kunjungan
berobat serta rencanakan kunjungan yang singkat. Biasakan menemui operator dan staf perawat
gigi yang sama dan menyenangkan. Anak autisme dapat terganggu oleh suara handpiece, oleh
karena itu sebaiknya dihindarkan. Sensitivitas yang tinggi terhadap suara, cahaya, bau, dan
warna menghendaki perhatian yang khusus untuk mengurangi ataupun menghindarkan stimulasi
sensoris. Pengetahuan tentang fobia penderita autistik misalnya pada cotton roll, bau yang
menyengat dan aktivitas favorit seperti musik, bermain air mungkin membuat tindakan preventif
dan kuratif lebih mudah.19,23

Pilihan Pemberian Anestesi


Kebanyakan anak autisme sulit untuk diberi anestesi lokal pada perawatan giginya karena
ketidakmampuan memberi respon terhadap permintaan ataupun perintah tindakan. Kemungkinan

pemberian anestesi umum atau sedasi inhalasi dapat diberikan, tetapi ada beberapa yang sedang
mengkonsumsi obat misalnya anti depressan yang dapat mempersulit perawatan giginya. Jika
penderita autisme mempunyai masalah kesehatan yang serius (misalnya gangguan hati,
pernafasan, seizure, atau gangguan jalan nafas) biasanya tidak aman jika dilakukan anestesi pada
perawatan gigi, dan diperlukan perawatan di rumah sakit.19,24
Teknik pilihan pada perawatan gigi penderita autisme adalah sedasi yang dalam, dimana
penderita tertidur, tidak menyadari rasa sakit, bernafas secara spontan, dan memiliki tanda vital
yang stabil. Ahli anestesi secara konstan memperhatikan. Anestesi dimulai dari sedasi penderita
mealui intravena. Terdapat dua cara untuk melakukan hal ini : 24
1. jika penderita kooperatif, oral midazolam (Versed), seperti Valium sedatif diberikan. Penderita
akan menjadi rileks, tertidur, dan akan dipisah dengan orang tuanya dengan sakit yang seminimal
mungkin. Intra vena lalu dimulai pada ruang operasi menggunakan sedikit anestesi lokal yang
diinjeksikan pada kulit.
2. jika penderita tidak kooperatif secara emosional, injeksi diberikan pada otot di daerah bahu
atau paha. Digunakan kombinasi dari midazolam, ketamin, dan atropin. Kombinasi ini akan
membuat pasien tertidur selama 5-10 menit. Pada saat inilah pasien dipisahkan dengan orang tua
dan intravena dilakukan di ruang operasi.
Monitor dari tanda vital dilakukan terhadap pasien termasuk pulse (nadi) oximeter,
electrocardiogram, tekanan darah, dan stetoskop. Sedasi tambahan ditambahkan via intravena
yang dibutuhkan untuk mempertahankan sedasi yang dalam secara aman. Dibutuhkan pengganti
narkotik seperti meperidine (demerol) atau sedatif jangka pendek propofol. Kadang kala anestesi
lokal diinjeksikan oleh dokter gigi. Ketika prosedur dental telah selesai, penderita tetap tinggal
sampai sadar kembali, biasanya hal ini memakan waktu hingga 30 menit. Efek setelah dilakukan

anestesi adalah tertidur/rasa mengantuk yang berlangsung agak lama, pusing, dan pada beberapa
penderita terjadi sikap yang agresif.24

Pertimbangan Pemberian Medikasi


Ada sedikit masalah pada kesehatan medis pada anak autistik yang perlu dipertimbangkan oleh
dokter gigi. Biasanya anak autistik cukup sehat, tetapi tentu ada juga yang menderita kelainan
kekejangan (epilepsi), dan hiperplasia gingiva akibat pengobatannya. Pertimbangan pemberian
medikasi harus diperhatikan karena respon dari obat depresan otak yang dapat berlebih atau
kurang tidak dapat diramalkan. Oleh karena itu dokter gigi harus mempunyai keberanian
mencoba memberi berbagai tingkat dosis dan obat-obatan selama anak masih menetap di rumah,
demi menghemat waktu ke rumah sakit dan biaya lainnya.19

Pertimbangan Perawatan Orthodontik dan Tindakan Bedah


Prioritas tindakan perawatan meratakan gigi pada anak autistik sangat rendah, kecuali jika dapat
berkooperasi dan patuh dengan baik. Kebanyakan anak autistik sulit berbicara dan memerlukan
speech-terapis maka perlu untuk dipertimbangkan supaya anak dapat mencapai penampilan yang
meyakinkan. Tindakan pembedahan masih dibatasi, hanya pada kasus tertentu yang tidak
memerlukan estetika dan fungsi pengunyahannya.19

Pertimbangan Tindakan Restorasi Gigi


Anak autistik tidak mempunyai manifestasi penyakit gigi langsung, dimana tindakan restorasi
gigi tidak jauh berbeda dari tindakan yang dilakukan terhadap orang normal. Kondisi anak
autistik tidak selalu memperlihatkan sifat pola tingkah laku yang sesungguhnya, kemampuan
psikomotorik untuk melakukan fisioterapi kebersihan mulut maupun kapasitas intelektual untuk

dapat mengerti kebutuhan menjaga kebersihan mulutnya dapat menjadi kacau dan berlawanan.
Maka perlu dilakukan tindakan restorasi gigi. Restorasi gigi dapat memperbaiki kualitas hidup
anak autistik dengan membebaskan dan mencegah gigi dari infeksi peradangan, proses mastikasi
yang baik dan dapat makan dengan nyaman sehingga meningkatkan daya psikologis melalui
penampilan fasial yang estetik.19

Tindakan pencegahan karies gigi


Peranan orang tua sangat penting untuk menjaga kebersihan mulut anak autistik, agar tak terlalu
banyak gigi yang rusak karena karies. Karies gigi meningkat pada penderita autisme karena
mereka sering mengkonsumsi makanan yang lunak, lengket, dan yang manis. Mereka juga
mempunyai oral habit yang buruk, dan mereka juga sulit untuk menyikat dan membersihkan gigi
mereka. Berikut ini beberapa cara tips untuk tindakan pencegahan karies gigi terhadap penderita
autisme : 18
1. merekomendasikan tindakan pencegahan dengan flouride dan sealants.
Gambar 11. Pit dan fissure sealants yang telah daplikasikan pada gigi Molar Rahang Bawah
(Sumber : http://drali.enana.com/kids/index.htm. Accessed January 1, 2008.)
2. memperingatkan pasien atau orang terdekatnya tentang obat yang mereduksi saliva atau yang
mengandung gula. Sarankan kepada pasien untuk lebih banyak mengkonsumsi air, menghindari
obat yang mengandung gula.
3. menyarankan kepada orang terdekatnya untuk menawarkan makanan kariogenik dan minuman
alternatif sebagai hadiah.
4. memberi semangat pada oral hygiene sehari-hari. Mintalah dengan sabar kepada mereka untuk
menunjukkan bagaimana mereka menyikat gigi, dan diikuti dengan rekomendasi yang spesifik.
Tunjukkan dengan gerakan tangan kepada mereka cara yang baik menyikat gigi. Jika diperlukan,

tunjukkan kepada mereka dan orang terdekatnya cara lain yang lebih mudah dari menyikat gigi
dan membersihkan gigi dengan dental floss.
Gambar 12. Seorang dokter gigi professional sedang memeriksa keadaan oral hygiene pada
penderita autisme
(Sumber : http://www.dentaleconomics.com/display_article/12266... Accessed January 1, 2008.)

5. beberapa dari mereka tidak dapat menyikat dan membersihkan gigi dengan mandiri. Tekankan
bahwa membersihkan mulut setiap hari adalah penting.
Pencegahan penyakit periodontal
Penyakit periodontal terjadi pada penderita autisme berbanding dengan masyarakat umumnya
yang tidak menderita gangguan perkembangan.
1. beberapa pasien tertolong dari penggunaan agen anti mikroba harian seperti chlorhexidine.
2. hal yang terpenting dari pencegahan penyakit periodontal adalah teliti terhadap OH dan
frekuensi prophylaxis.

Trauma dan injury


Trauma dan injury yang sering terjadi pada penderita autisme adalah disebabkan karena jatuh
ataupun kecelakaan. Tekankan kepada orang terdekat mereka bahwa trauma menghendaki
perhatian profesional secepat mungkin dan penjelasan prosedur yang perlu untuk diikuti jika gigi
permanent terlepas. Kemudian menginstruksikan orang terdekat untuk menyimpan gigi yang
terlepas tersebut dan menjelaskan bahwa radiografi dari pasien penting untuk menjelaskan
fragmen mana yang perlu di aspirasi.19
Pendekatan untuk perawatan gigi pada penderita autism berbeda-beda bergantung dari
manifestasi gangguan autisme yang ditimbulkan. pendekatan perawatan gigi dan mulut anak

autis dapat dilakukan dengan cara pendekatan non-farmakologis dan farmakologis. Braff dan
Nealon menyatakan bahwa perawatan gigi pada anak penyandang autisme hanya dapat dilakukan
dengan sedasi, Namun menurut Nazif dan Ranalli teknik penanggulangan perilaku dengan teknik
tell-show-do dan pemberian positive reinforcement sangat membantu. Weddell dkk menyarankan
menggunakan pedi-wrap atau papoose board untuk membantu menenangkan anak. Pendekatan
secara farmakologis ditujukan untuk anak autis yang tidak kooperatif, yaitu dengan cara
premedikasi, sedasi sadar N2O-O2, dan anastesi umum.25,26,27
2. Anak Sukar dididik dan Anak dengan Gangguan Belajar
Mendidik adalah memberikan bantuan kepada orang lain. Salah satu lembaga pendidikan yang
fundamental adalah keluarga dan sekolah. Dalam proses belajar untuk memperoleh perilaku baru
yang diharapkan, setiap anak memiliki kemampuan yang tidak sama. Sering dijumpai adanya
kesulitan dalam setiap upaya meberikan pendidikan . Salah satu factor kesulitan adalah
karakteristik anak yang sukar dididik. Gangguan belajar adalah penyimpangan dalam proses
belajar yang berhubungan dengan deskrepansi yang signifikan antara kemampuan yang
diperlukan. Gangguan seperti ini disebabkan oleh fungsi otak bagian himesfere yaitu pusat
kemampuan bahasa yang terganggu.3
3. Aleansi atau Pecandu
Aleansi adalah perasaan menjadi asing terhadap sesuatu. Aleansi merupakan problematic
identitas kepribadian anak, sehingga mereka lari dari kenyataan hidup yang sebenarnya untuk
mendapatkan kenikmatan baru. Oleh karena itu, aleansi sering disebut sebagai pecandu. Pertanda
awal dari kemungkinan terjadinya aleansi adalah karena terlepasnya remaja akan kasih sayang,
perhatian dari keluarganya, dan lain-lain.3

Sebagian besar individu penderita cacat mempunyai kebersihan mulut yang buruk dibandingkan
individu normal, yang disebabkan diet makanan yang buruk dan kurangnya pemeliharaan
dirumah, sehingga giginya banyak yang rusak dan berlobang. Ada penderita cacat yang
mempunyai kebersihan mulut yang buruk akibat memakan obat-obatan tertentu. Penderita yang
sering kejang dan memakai Sodium Dilantin, perlu diberitahukan akibat samping pada jaringan
gusinya yang bengkak dan berdarah. Hiperplasia gusi akibat dilantin yang berlebihan, dapat
dikonsultasikan pergantian obat lain untuk mengatasi kejang dengan hasil yang baik.1
Perawatan gigi pada penderita cacat adalah suatu tugas yang menyenangkan jika dapat
menghasilkan hasil yang baik. Peranan tenaga pembantu medis yang turut menangani akan
tergerak, bermotivasi dan memahami tujuan perawatan gigi pada penderita cacat ini. Tujuan
pemeriksaan perawatan dari penderita cacat harus berorientasi terhadap ketidakmmampuan
cacatnya, dan dilakukan secara hati-hati. Program perawatan gigi dilaksanakan untuk mencapai
kesehatan manusia seutuhnya, dan berorientasi terhadap pencegahan penyakit gigi. Penanganan
perawatan gigi penderita cacat pada umumnya, dapat dicapai dengan cara tata pelaksanaan pada
anak normal, tanpa banyak rintangan dan halangan khusus, dan tidak terlalu memerlukan
modifikasi teknik perawatan.1
Pada dokter gigi yang merawat penderita cacat membutuhkan sedikit investasi pada
perlengkapan yang dibutuhkan, seperti 1,20

Pediwrap
Merupakan alat bantu berupa bantalan yang diletakkan di bawah pasien baik pada lengan
ataupun kaki. Keuntungan alat ini ialah alat ini dapat digunakan pada pasien hipotonik dan
spatik. Sedangkan kerugiannya ialah mempunyai banyak ikatan dan harus dijaga agar pasien
tidak jatuh.

Papoose Board
Yaitu suatu alat pengendali fisik yang berupa papan penahan tubuh dengan ikatan dimana pasien
dapat diatur posisi tubuhnya. Keuntungan alat ini ini adalah alat ini bersifat sederhana, mudah
disimpan, ukuran bervariasi dan mempunyai stabilisier kepala. Sedangkan kerugiannya, bila alat
ini digunakan terlalu lama dapat menyebabkan hypertemia.
Available from Internet (Accessed on April 23th, 2008): www.natus.com/index.cfm?
page=products_1&crid=109

Triangular sheet
Alat bantu yang dikaitkan pada tubuh dan ekstrimitas untuk mempertahankan posisi tubuh.
Keuntungan : pasien dapat duduk tegak pada kursi gigi
Kerugian : Banyak ikatan, dapat membuat pasien sesak nafas dan hypertemia.

Bean bag
Merupakan alat bantu berupa bantalan yang diletakkan di bawah pasien. Keuntungan dari alat ini
yaitu dapat digunakan untuk pasien hypotonic dan spastic serta digunakan berulang kali

Plastik bowl
Alat berupa pengendali kepala yang berfungsi untuk mendapatkan posisi kepala yang baik.
Available from Internet (Accessed on April 23th, 2008): www.natus.com/index.cfm?
page=products_1&crid=109

Posey strap
Alat bantu yang digunakan untuk mengendalikan ekstrimoitads yang dapat merangsang relaksasi
dan mencegah refleks yang tidak terkendali. Gambar di bawah merupakan salah satu contoh
Posey strap yang digunakan pada kaki.
Available from Internet (Accessed on April 23th, 2008):
http//:www.cridge.org/posey_strap.htm

Perjanjian Kunjungan Perawatan Gigi pada Penderita Cacat


Kunjungan pertama perawatan gigi pada penderita cacat harus diperiksa dengan baik dan dinilai
rasa kooperatifnya oleh dokter gigi, pemeriksaan umum didasarkan terhadap kecacatannya;
khusus dalam pemberian anastesi local, apakah penderita dapat tenang duduk sendiri atau
memerlukan pediwrap dan papoose bord supaya stabil dan tidak berontak liar.1
Pada kunjungan pertama ini dilakukan pemeriksaan lengkap terhadap riwayat medisnya,
pentingnya riwayat medis yang memperlihatkan pengalaman kesehatan yang lalu dapat memberi
jawaban terhadap ketidakjelasan keadaan saat tersebut. Orang tua sering tidak dapat memberi
penjelasan yang baik dan lengkap terhadap keadaan medis dan kesehatan mulut anaknya,
misalnya: keadaan alergi terhadap antibiotic penicillin. Ini dapat berakibat fatal bagi dokter gigi,
jika sampai diberikan.Jika perlu berkonsultasi dengan dokter umum/ spesialis, si penderita
tersebut.1
Hubungan komunikasi penderita cacat-dokter gigi-orang tua, harus dijaga dengan baik. Orang
tua akan melindungi dan saying terhadap anak cacatnya hingga menjadi manja dan kurang
disiplin; sehingga menyulitkan kerjasama pada perawatan giginya. Dokter gigi perlu bersikap
tegas dan berani dalam bertindak, supaya tercapai hasil yabg baik. Sebaiknya berdiskusi masalah

tingkah laku penderita dengan orang tua, sebelum tindakan perawatan, supaya dapat dipahami
tindak-tanduk, aksi reaksi penderita cacat terhadap teknik penanganan kerja dokter giginya.1

Teknik Penanganan Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada penderita Cacat:
Perawatan gigi dan mulut pada penderita cacat dengan orang normal pada dasarnya sama, hanya
pendekatan damn teknik yang dilakukan operator lebih lama dan tergantung dari manifestasi atau
karekteristiknya. Pada umumnya apabila pendekatan tidak bias dilakukan maka tindakan
perawatan gigi di bawah anastesi umum dan ini merupakan salah satu pilihan yang dapat
dilakukan maka tindakan perawatan gigi dibawah anastesi umum, dan ini merupakan salah satu
teknik alternative yang digunakan oleh para dokter gigi dalam menangani pasien dengan kondisi
cacat.27

Teknik TSD (Tell- Show-Do)


Teknik perawatan ini dapat dilakukan pada penderita autism yaitu salah satu cara pendekatan
yang bias dilakukan dengan membangun kepercayaan antara dokter gigi dan pasien. Dengan
kunjungan yang berulang dan pengenalan terhadap peralatan kedokteran gigi, dapat
memfamiliriasasi pasien terhadap lingkungan. Hindari tindakan yang dapat menimbulkan rasa
sakit pada penderita cacat, terutama penderita cacat yang mengalami gangguan mental. 27
Reinforcement
Merupakan tindakan untuk menghargai prestasi yang telah dicapai, agar prestasi tersebut diulang.
Tindakan ini dapat dilakukan pada anak penderita cacat fisik dan psikososial yang cenderung
merasa terabaikan oleh lingkungan sosialnya. Dengan menghargai prestasi yang telah dicapainya
terhadap apresiasi yang ditunjukkan terhadap perawatan giginya dapat meningkatkan
kekooperatifan pasien anak sehingga dapat memperlancar tindakan perawatan yang akan

dilakukan oleh dokter gigi. Bentuk imbalan dapat berupa materi atau imbalan social misalnya
dengan senyuman, belaian atau pujian.18

Desensitasi
Desensitasi adalah cara yang paling sering digunakan oleh psikolog untuk mengatasi rasa takut.
Desensitasi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan
kebiasaan respon takut dengan pertama kali menghadirkan rangsangan yang menimbulkan suatu
respon yang ringan. Desensitasi meliputi: melatih pasien melemaskan otot, menyusun hierarki
rasa takut, dan mengerjakan berdasarkan hieraraki rasa takut.Ikatan antara rangsangan dan rasa
takut diperlemah perlahan-lahan dengan rileksasi rasa takut dan relaksasi otot yang dalam hal
adalah hal yang bertentangan dan tidak akan terjadi bersama-sama.18

Sedasi
Berbagai cara yang telah dikemukakan adalah yang paling sering diterapkan, dan merupakan
dasar modifikasi tingkah laku. Setelah dilakukan beberapa kali kunjungan, mungkin anak masih
merasa takut mengahadapi perawatan gigi dan tidak kooperatif terhadap tindakan khusus,
biasanya suntikan atau bur. Pilihan lain untuk menghadapi kasus demikian, digunakan sedasi,
sehingga waktu pasien menghadapi menghadapi perawtan gigi telah rileks.
Golongan obat-obatan yang digunakan adalah sedasi-hipnotik, agen ansietas dan narkotik. Sedasi
dapat diberikan dengan cara: Oral, intra venous dan intra muskuler serta inhalasi.18

BAB III
KESIMPULAN

1. Macam-macam Gangguan perkembangan abnormal pada anak antara lain


a. Gangguan Fungsi Fisik dan Motorik yang terdiri dari
- Impairement adalah suatu kehilangan atau keadaan abnormalitas dari psikis atau fisik baik
struktur atau fungsinya. Termasuk dalam kelompok ini adalah gangguan mata yaitu buta
keseluruhan maupun sebagian, gangguan pendengaran baik yang sukar mendengar maupun tuli,
gangguan bicara atau tuna wicara, dan lumpuh atau tuna grahita.
- Disability Adalah suatu hambatan atau gangguan dari kemampuan untuk melaksanakan
aktifitas yang biasanya dapat dikerjakan oleh orang yang normal sebagai akibat dari
impairement.
- Handicaped adalah suatu kerugian yang diderita oleh individu akibat impairement dan
disabiility. Kerugian ini dapat timbui dari dirinva sendiri (intrinsik handicapped ) dan dapat puia
timbul dari lingkungan ( Extrinsik handicapped ).
b. Cacat Mental
Sindrom Down merupakan suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak
yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadinya pembelahan.
c. Gangguan Psiko Sosial dan Perilaku
Termasuk gangguan psikososial dan perilaku adalah
- Autism adalah suatu sindroma gangguan perkembangan anak yang sangat kompleks dan berat
dengan dugaan penyebab yang sangat bervariatif, serta gejala klinik yang biasanya muncul pada
tiga tahun pertama dari keadaan anak tersebut.
- Anak Sukar dididik dan Anak dengan Gangguan Belajar

- Aleansi adalah perasaan menjadi asing terhadap sesuatu. Aleansi merupakan problematic
identitas kepribadian anak, sehingga mereka lari dari kenyataan hidup yang sebenarnya untuk
mendapatkan kenikmatan baru.
Gambaran Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Penderita Cacat
Penyakit gigi dan mulut lainnya yang terdapat pada penderita cacat adalah:
Karies Gigi
Penyebabnya antara lain:
- berhubungan dengan etiologi cacat, misalnya hipoplasia email, pit dan fissure yang dalam.
- Berkaitan dengan terapi cacat, misalnya penggunaan obat-obatan cair dengan rasa manis dalam
jumlah yang besar
- Berkaitan dengan kemauan, misalnya sulit melakukan perawatan kesehatan mulut secara rutin
setiap hari
- Berkaitan dengan pemeliharaan gigi yang tidak adekuat
2. Penyakit Periodontal
Terjadi gangguan periodontal yang disebabkan oleh:
- Kebersihan mulut yang kurang diperhatikan karena ketidakmampuan mengguanakan sikat gigi
dengan benar.
- Diet yang kurang baik.
3. Maloklusi
Penyebabnya antara lain:
- gangguan fungsi hubungan otot-otot intra oral dan periodontal sehingga terjadi ovejet yang
besar, open bite dan cross bite.
- Bruksism pada penderita serebral palsy yang mengakibatkan protrusi

Penanganan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Penderita Cacat


Perawatan gigi dan mulut pada penderita cacat dengan orang normal pada dasarnya sama, hanya
pendekatan damn teknik yang dilakukan operator lebih lama dan tergantung dari manifestasi atau
karekteristiknya. Pada umumnya apabila pendekatan tidak bias dilakukan maka tindakan
perawatan gigi di bawah anastesi umum dan ini merupakan salah satu pilihan yang dapat
dilakukan maka tindakan perawatan gigi dibawah anastesi umum, dan ini merupakan salah satu
teknik alternative yang digunakan oleh para dokter gigi dalam menangani pasien dengan kondisi
cacat.

Perawatan Gigi dan Mulut Bagi Anak Berkebutuhan Khusus


oleh: drg. Lila Susanti, Sp.KGA
Anak-anak berkebutuhan khusus merupakan kelompok berisiko tinggi terhadap masalah
kesehatan sehingga membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan orang lain untuk mendapatkan
dan memelihara kesehatan, termasuk dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut mereka. Kondisi
gigi dan mulut yang bersih dan sehat sangat penting untuk menunjang kehidupan anak-anak
tersebut. Oleh karena itu, para orang tua sebaiknya mempersiapkan anak untuk melakukan
kunjungan ke dokter gigi dan tidak menunda-nunda perawatan agar pengalaman ke dokter gigi
menjadi hal yang positif dan menyenangkan.
Siapakah anak berkebutuhan khusus?
Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami:

1. Gangguan fungsi fisik dan motorik yang terdiri dari gangguan pada panca indera baik
sebagian maupun total dan pada anggota tubuh seperti tangan dan kaki.
2. Gangguan mental antara lain sindrom Down (kondisi keterbelakangan perkembangan
fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom),
cerebral palsy (gangguan yang mengenai sel-sel saraf motorik di dalam susunan saraf
pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan pada jaringan otak), dan
retardasi mental.
3. Gangguan psiko sosial dan perilaku antara lain autism, gangguan pemusatan perhatianhiperaktivitas dan aleansi (perasaan menjadi asing terhadap sesuatu).
Mengapa mereka beresiko tinggi?
Gigi berlubang dan radang gusi dapat terjadi pada semua anak, namun anak-anak berkebutuhan
khusus lebih sering mengalaminya. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan kemampuan kognitif
dan mobilitas, gangguan perilaku dan otot, refleks muntah dan gerakan tubuh tidak terkontrol.
Keadaan inilah yang membatasi anak-anak tersebut untuk dapat melakukan pembersihan gigi
yang optimal dan menempatkan mereka pada posisi berisiko mengalami masalah kesehatan gigi
dan mulut.
Masalah kesehatan gigi dan mulut apa saja yang sering dialami anak-anak berkebutuhan
khusus?
1. Gigi berlubang (karies gigi) disebabkan antara lain oleh kelainan bentuk dan struktur gigi
(anomali), frekuensi muntah atau gastroesophangeal refluks, jumlah air ludah kurang,

pengobatan yang mengandung gula atau diet khusus yang memerlukan pemberian susu
botol yang diperpanjang dan keterbatasan anak ataupun kemauan dari orang-orang sekitar
untuk membantu membersihkan gigi dan mulut secara rutin setiap hari.
2. Penyakit jaringan penyangga gigi (periodontal) seperti gusi berdarah, kegoyongan gigi
dan karang gigi. Kondisi ini disebabkan oleh kebersihan mulut yang kurang diperhatikan
karena ketidakmampuan menggunakan sikat gigi dengan benar, pola makan yang kurang
baik dan efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi. Radang pada jaringan
periodontal yang parah dapat mengakibatkan anak kehilangan gigi.
3. Maloklusi terjadi karena adanya keterlambatan erupsi gigi, tidak ada benih gigi, gigi
berlebih, gangguan fungsi hubungan otot-otot dalam mulut dan periodontal sehingga
rahang atas maju, gigitan terbuka dan gigitan silang. Bruksism (ngerot) pada penderita
cerebral palsy mengakibatkan gigi rahang atas maju ke depan. Untuk menangani
bruksism dapat digunakan bite guard.
4. Bernafas melalui mulut (pernapasan mulut kronik) disebabkan oleh jalan nafas yang lebih
sempit sehingga anak berkebutuhan khusus cenderung bernafas melalui mulut.
Pernafasan mulut kronis ini menyebabkan ukuran lidah membesar (makroglosia) dan
permukaan lidah beralur dalam dan kering sehingga menimbulkan bau mulut (halitosis)
dan iritasi pada sudut bibir (angular cheilitis). Kondisi ini akan mempengaruhi fungsi
bicara dan pengunyahan.
5. Trauma atau benturan sering terjadi pada anak-anak dengan gangguan psikososial dan
perilaku karena jatuh ataupun kecelakaan.

Karies

Anomali Gigi

Radang Gusi

Maloklusi

Bruxism

Trauma

Perawatan gigi apa saja yang dapat dilakukan pada anak berkebutuhan khusus?
Perawatan Preventif.
Tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus:
1. Pemberian fluor. Pemberian fluor pada anak berkebutuhan khusus dapat diberikan secara
sistemik atau topikal dalam bentuk gel.
2. Kontrol Plak dengan cara menyikat gigi yang tepat, mengatur pola makan anak dan
penggunaan obat kumur. Pada anak berkebutuhan khusus yang disertai gangguan fungsi
otot pengunyahan biasanya sisa makanan sering kali masih terkumpul disekitar giginya.
Pemberian obat kumur yang tidak mengandung alkohol dapat digunakan pada anak yang
sudah dapat berkumur untuk membantu membersihkan sisa makanan dan berfungsi
sebagai antiseptik. Pemberian antiseptik bentuk gel juga dapat diberikan secara rutin.
3. Pembersihan karang gigi

4. Penutupan pit dan fissure sealant. Sealant adalah bahan tambal cair yang mengisi aluralur permukaan gigi geraham tetap anak yang dalam sehingga mencegah partikel
makanan masuk. Penutupan pit dan fissure sealant efektif mencegah gigi berlubang.
Perawatan Kuratif dan rehabilitatif.
Penambalan maupun pencabutan pada anak berkebutuhan khusus maupun normal pada dasarnya
sama, namun jika disertai dengan adanya kelainan sistemik maka penanganannya dilakukan
secara multidisipliner dengan dokter anak dan dokter anestesia. Kerjasama dengan terapis wicara
dan ahli gizi sangat berpengaruh pada kesuksesan perawatan. Penggunaan alat orthodonsi juga
dapat dilakukan pada anak berkebutuhan khusus dengan pertimbangan yang tepat.
Tips untuk diingat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila anak berkebutuhan khusus datang ke dokter gigi
antara lain:
1. Sebaiknya sebelum anak mendatangi dokter gigi anak, orang tua datang terlebih dahulu
berkonsultasi sebab perawatan gigi anak berkebutuhan khusus membutuhkan identifikasi
dini mengenai riwayat medis, kemampuan kooperatif, pemahaman, adanya tidaknya fobia
dan hal-hal spesifik lain yang penting. Hal ini akan menjadi dasar pemilihan teknik
manajemen tingkah laku yang diberikan pada anak. Pada kasus ringan dokter gigi anak
akan menerapkan teknik non farmakologi, yaitu Tell Show Do, modelling, positive
reinforcement, distraksi, desensitisasi. Sedangkan pada kasus berat akan dipilih teknik
farmakologi: sedasi dan general anastesia.

2. Membuat perjanjian jadwal kunjungan dokter gigi anak terlebih dahulu. Sebaiknya
kunjungan dilakukan pada jam-jam yang tidak terlalu sibuk, atau dijadwalkan pada
urutan pertama agar anak tidak perlu menunggu.
3. Pada anak dengan gangguan psikososial dan perilaku membutuhkan waktu untuk
membiasakan diri dengan lingkungan baru. Oleh sebab itu perlu kerjasama orang tua dan
dokter gigi anak. Pada kunjungan pertama, anak diperkenalkan dengan dokter gigi anak
dan lingkungan perawatannya. Alat bantu visual seperti gambar sikat gigi, pasta, cara
menggosok gigi dan alat elektronik (kamera) dapat digunakan untuk menumbuhkan sikap
positif anak.

Anda mungkin juga menyukai