Anda di halaman 1dari 49

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH


2.1. Aspek Geografi dan Demografi
Aspek geografi dan demografi merupakan salah satu aspek kondisi kewilayahan yang
mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan. Dari uraian ini diharapkan dapat
terpetakan potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Kabupaten Sumbawa lima
tahun kedepan.
2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
2.1.1.1.

Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Sebagai salah satu dari sepuluh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten
Sumbawa terdiri dari 24 kecamatan, 8 kelurahan, 157 desa dan 576 dusun dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat

: Laut Flores
: Kabupaten Dompu,
: Samudera Indonesia,
: Kabupaten Sumbawa Barat dan Selat alas.

Luas wilayah keseluruhan mencapai 11.556,44 km (45,52% NTB), yang terdiri dari daratan
6.643,98 km, dan lautan 4.912,46 km. Dengan luasan tersebut menjadikan Kabupaten Sumbawa
memiliki potensi sumberdaya alam cukup besar dengan posisi geostrategis Kabupaten Sumbawa
pada jalur lalu lintas perdagangan Surabaya-Waingapu dan berada pada koridor lima Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang berorientasi pada
pembangunan pariwisata, perikanan dan peternakan.
2.1.1.2.

Letak dan Kondisi Geografis

kondisi geografis Kabupaten Sumbawa sebagian besar merupakan dataran tinggi dan
berbukit-bukit tandus dengan curah hujan rendah, dan secara astronomis yang ditentukan
berdasarkan garis lintang dan garis bujur, Kabupaten Sumbawa terletak diantara 116042118022
BT, 808907 LS, yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil berpenduduk; seperti Pulau Moyo, Pulau
Medang, Pulau Tapan, Pulau Bungin, Pulau Kaung dan Pulau Panjang.
2.1.1.3.

Topografi

Menurut karakteristik topografinya, permukaan tanah Kabupaten Sumbawa cenderung


berbukit-bukit dengan ketinggian antara 0-1.730 meter diatas permukaan laut (mdpal). Ketinggian
0-100 mdpalmencapai luas 26,51%; 100-500 m dpal 42,31%; 500-1.000 m dpal 27,69% dan >
1.000 m dpal 3,49%. Adapun berdasarkan klasifikasi kemiringan lahan, kemiringan 0-2% seluas
33,79%; kemiringan 2-15% seluas 27,96%; kemiringan 15-40% seluas 49,49% dan kemiringan
>40% seluas 54,03% (Data Pokok NTB, 2008).
Dalam konteks pembangunan daerah, kondisi topografi berpengaruh penyediaan
infrastruktur dan fasilitas publik. Wilayah yang didominasi kemiringan lahan >40% seperti
Kecamatan Batulanteh, Ropang, Lenangguar, dan Orong Telu anggaran untuk penyediaan
infrastruktur dan fasilitas publik lebih mahal dibandingkan dengan wilayah kecamatan lain,
sehingga pada umumnya aksesibilitas masyarakat di wilayah tersebut amat rendah.
Disamping itu, topografi berkaitan erat pula dengan kerentanan erosi. Menurut Data Pokok
NTB, sekitar 64%, lahan di Kabupaten Sumbawa tergolong peka hingga sangat peka terhadap erosi,
sehingga upaya rehabilitasi lahan amat penting dan mendesak dilakukan.
II - 1

2.1.1.4.

Geologi

Kabupaten Sumbawa sebagaimana sebagian wilayah Indonesia terletak dalam sabuk gunung
api (ring of fire). Dalam Peta Tatanan Geologi dan Gunung Berapi Indonesia, Kabupaten Sumbawa
tempat pertemuan 2 lempeng aktif dunia yaitu Lempeng Indo-Australia (bagian selatan) dan
Lempeng Eurasia (bagian utara) (Katili, 1994). Kondisi geologis tersebut menyebabkan Kabupaten
Sumbawa kaya akan deposit sumberdaya mineral sekaligus rawan terhadap bencana alam. Prakiraan
potensi sumberdaya mineral potensial yang dimiliki, berupa emas (180 ribu m3), tembaga (1,575
juta m3), lempung/tanah liat (5,9 juta m3), batu gamping (274,29 juta m3) dan marmer (43,06 juta
m3), pasir besi (304,5 m3), sirtu (793 ribu m3) dan batu bangunan (269,22 juta m3).
Potensi lain seperti energi panas bumi juga terdapat di Kecamatan Maronge dengan potensi
6 Mwe untuk pemanfaatan langsung. Potensi angin juga cukup memadai untuk pembangkit listrik
skala kecil terutama pada 6 kecamatan yakni Alas Barat (376,177 watt), Labuhan Badas (612,541
watt), Labangka (525,177 watt), Empang (376,177 watt), Plampang (313,621 watt) dan Lape
(258,415 watt).Demikian pula potensi sumberdaya air, disamping digunakan sebagai air irigasi juga
dapat digunakan untuk pembakit Listrik Mikro Hidro yang terdapat di 16 lokasi potensial dengan
potensi energi 3.082 Kwatt.
2.1.1.5.

Hidrologi

Kabupaten Sumbawa memiliki 7 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan 153 titik mata air.
Tingginya sedimentasi, berkurangnya jumlah dan debit mata air, serta semakin meluasnya wilayah
bukaan di bagian hulu DAS menunjukkan kondisi DAS sebagian besar mengalami degradasi
sehingga upaya rehabilitasi mendesak dilakukan. Dalam mendukung pengembangan pertanian,
terdapat 35 Daerah Irigasi (DI) teknis yang terdiri dari 2 DI kewenangan Pusat, 8 DI Kewenangan
Provinsi dan 25 DI kewenangan kabupaten. Disamping itu terdapat pula 534 DI yang dikelola oleh
desa.
Dalam mendukung supply air irigasi terdapat 12 unit bendung teknis, 28 unit embung dan 4
unit bendungan. Permasalahan sedimentasi, biaya operasional dan pemeliharaan DI menjadi aspek
utama dalam pengelolaan DI di Kabupaten Sumbawa. DAS di Kabupaten Sumbawa disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 2.1.
Potensi Sumber Daya Air Di Kabupaten Sumbawa
No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7

Lape/Lopok
Lunyuk
Moyo Hulu
Pelampang/Empang
Labuan badas
Alas/Alas Barat
Utan/Rhee

Sub Satuan wilayah


Sungai (SSWS)

Luas
(km2)

Ketersediaan Air (Juta


m3)

Bako
Beh
Moyo Hulu
Ampang
Pulau Moyo
Rea
Rhee

754
2255
956
1059
454
1049
1335

453
2189
290
399
214
415
437

Sumber data : Balai Informasi Sumber Daya Air Dinas P U Prov. NTB Tahun 2010

2.1.1.6.

Klimatologi

Kabupaten Sumbawa beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yakni musim hujan
dan kemarau. Dalam kurun waktu 2005-2009, jumlah hari hujan setahun rata-rata 106 hari dengan
hari hujan tertinggi 117 hari (2006) dan terendah 94 hari (2009). Curah hujan tahunan rerata 1.238
mm per tahun dengan tertinggi 1.601,66 mm (2006) dan terendah 970 mm (2009). Curah hujan
tertinggi sebulan berkisar 387,6 mm (antara Januari-Maret), tertinggi 630,4 mm (Februari 2006) dan
terendah 271,1 mm (Februari 2005). Adapun bulan kering setahun rata-rata 2,6 bulan dengan bulan
kering tertinggi 5 bulan (2006) dan terendah 1 bulan (2008).
II - 2

Suhu udara dalam kurun waktu 2005-2009, suhu rata-rata tahunan sekitar 27,20C, sedangkan
suhu maksimum rata-rata 34,80C (tertinggi 34,40C tahun 2009) dan suhu minimum 20,90C
(terendah 18,3 tahun 2009). Adapun tekanan udara rata-rata 1.008 mb dengan kelembaban udara
76,2% dan penyinaran 79,2%. Kondisi klimatologis demikian amat cocok dalam pengembangan
berbagai komoditi pertanian, peternakan, perikanan dan beberapa jenis komoditi perkebunan.
Dalam 5 tahun terakhir ini di Kabupaten Sumbawa belum menunjukkan terjadinya kondisi
ekstrim pada musim hujan dan musim kemarau. Namun fenomena terjadi La Nina dan El Nino
dalam 3 tahun terakhir yang disertai dengan curah hujan yang lebih tinggi dan musim kemarau yang
lebih pajang perlu diwaspadai.
2.1.1.7.

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa sampai tahun 2009 terbagi dalam beberapa
kategori penggunaan meliputi: 1) lahan sawah (terdiri dari: irigasi teknis, irigasi teknis, irigasi PU
dan tadah hujan); 2) lahan kering (terdiri dari: kolam/tebat/empang, tegal/kebun, ladang/huma,
pengembalaan/padang rumput, sementara tidak diusahakan, hutan rakyat, tambak, perkebunan dll);
3) lahan lainnya (terdiri dari: rawa-rawa/tidak ditanami, rumah/ bangunan/halaman sekitarnya,
hutan negara dan lainnya).
Tabel 2.2.
Penggunaan Lahan Di Kabupaten Sumbawa
No.

Penggunaan

1.
2.
3.

2007

Luas Lahan Sawah


Luas Lahan Kering
Luas Lahan Lainnya

Luas Lahan (Ha)


2008

2009

43.179
338.100
283.119

46.873
241.160
296.945

48.254
240.245
375.959

Sumber data : Sumbawa Dalam Angka (BPS)

Rendahnya luasan lahan sawah dan masih tingginya luasan lahan kering sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 2.2, menunjukkan bahwa peluang pengembangan pembangunan ekonomi
daerah dari sector pertanian dalam arti luas masih sangat terbuka, diantaranya melalui peningkatan
kemampuan teknologi dan industri ramah lingkungan yang mampu untuk menghasilkan nilai
tambah bagi usaha ekonomi masyarakat di masa depan.
2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan kondisi karakteristik wilayah dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki
potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya sebagai seperti terlihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3.
Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Dalam RTRW Kabupaten Sumbawa
No.

Jenis Kawasan

Lokasi
3

Kawasan Hutan Produksi Tetap

Kawasan Hutan Produksi Tetap yaitu Ngali RTK 12 (1.135,10 Ha),


Serading RTK 36 (826 Ha), Pusuk Pao RTK 38 (2.072,30 Ha), Buin
Soway RTK 57 (3.813,90 Ha), Selalu Legini RTK 59 (5.415 Ha),
Klongkang P. Ngengas RTK 60 (976,06 Ha), Batu Lanteh RTK 61
(1.891,40 Ha), Dodo Jaran Pusang RTK 64 (12.571,10 Ha), Ampang
Kampaja RTK 70 (11.113 Ha), Olat Lake/Olat Cabe RTK 78
(3.451,78 Ha), Gili Ngara/Olat Puna RTK 79 (2.617,80 Ha), P. Rai
Rakit Kwangko RTK 80 (4.745,31 Ha), Samoko Lito RTK 89
(251,50 Ha).

Kawasan Peruntukan Perikanan,


Kelautan, Pesisir dan Pulau Kecil

Kawasan Alas dan Pantai Utara Kabupaten Sumbawa dan sekitarnya


sebagai kawasan penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya tambak,
pertambangan, cagar wisata, konservasi terumbu karang dan lamun,
perlindungan cagar alam dan pelabuhan;

II - 3

No.

Jenis Kawasan

Lokasi
Kawasan Teluk Saleh dan sekitarnya sebagai kawasan penangkapan
ikan, budidaya laut, budidaya tambak, pertambangan, wisata bahari,
pelestarian ekosistem dan pelabuhan;

Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi terdiri dari beririgasi teknis


seluas 17.714 Ha;
Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi setengah teknis seluas
8.839 Ha;
Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi sederhana seluas4.602 Ha;
Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi non PU seluas 4.397Ha;
Kawasan pertanian lahan sawah tadah hujan seluas 7.627 Ha;
Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering tersebar di seluruh
kecamatan seluas 23.795 Ha.
Kawasan pertanian tanaman hortikultura semusim tersebar di seluruh
wilayah kecamatan seluas 91.905 Ha.

Kawasan Peruntukan Perkebunan

Perkebunan dikembangkan di Kawasan Industri Masyarakat


Perkebunan (KIM-Bun): Rhee dengan tanaman unggulan kelapa,
jambu mete; Batulanteh dengan tanaman unggulan kopi,
Komoditi unggulan jambu mete di KIM-Bun : Utan Rhee,
Komoditi kelapa di KIM-Bun : Sumbawa;
Komoditi kopi di KIM-Bun : Batulanteh,
Komoditi kemiri di KIM-Bun : Batulanteh,
Kawasan perkebunan dikembangkan kegiatan agroindustri Hasil
tanaman perkebunan dan tanaman komoditi unggulan;

Kawasan Peruntukan Pertambangan

WUP operasi produksi di Pulau Sumbawa seluas 100.536,29 Ha


Zona-zona tertentu yang telah dinyatakan layak berdasarkan Hasil
kajian teknis, ekonomi dan lingkungan.

Kawasan Peruntukan Peternakan

Kec. Rhee (240 Ha), Lape Lopok (1.426 Ha), Moyo Hilir (13.097
Ha), Moyo Hulu (1.175 Ha), Utan (1.025 Ha), Empang (920 Ha),
Tarano (685 Ha), Plampang (1.455 Ha), Labangka (458 Ha), Maronge
(1.700 Ha), Ropang (0.539 Ha), Batu Lanteh (269 Ha).

Sumber : Draf Akhir Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa 2011-2025.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana


Kabupaten Sumbawa memiliki ancaman bencana kegempaan yang cukup tinggi dan tsunami
terutama di wilayah pesisir bagian Selatan, dikarenakan posisi Pulau Sumbawa diapit oleh dua
lempeng tektonik (utara dan selatan) yang pergerakannya dapat menimbulkan gempa, yang pada
skala dan kedalaman tertentu dapat menyebabkan tsunami.

II - 4

Gambar 2.1
Peta Lempeng Tektonik

Berdasarkan Gambar 2.1, kawasan rawan tsunami terletak pada kawasan pesisir bagian
utara dan selatan yaitu Alas, Utan, Badas, Sumbawa Besar, Prajak, Labuhan Moyo Hilir, Empang
dan Plampang bagian Selatan, Lunyuk dan Teluk Panas, Plampang.
Pada musim hujan, ancaman banjir terjadi wilayah dengan catchment area besar dengan
kondisi DAS yang mulai terganggu seperti sepanjang Brang Moyo, Brang Beh di Lunyuk, Brang
Labuhan Mapin di Alas, Brang Utan, Brang Buer, dan Brang Muir. Ancaman terhadap permukiman
penduduk disepanjang tebing sungai juga menjadi permasalahan tersendiri pada saat musim hujan.
Kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan rawan banjir di Kabupaten Sumbawa terletak
pada sepanjang Brang Moyo di daerah Poto Tengke Moyo Hilir, Brang Beh di Lunyuk, Brang
Labuhan Mapin di Alas, Brang Utan di Utan Rhee, Brang Muir di Plampang, Empang, Moyo Hulu,
Ropang dan Lape Lopok. Demikian pula dengan ancaman tanah longsor. Di Kabupaten Sumbawa,
kawasan rawan longsor dikelompokkan ke dalam 2 (dua) type, yaitu (1) lokasi rawan tanah longsor
type A (Kawasan sekitar Alas, Semongkat, Lenangguar, dan Empang), dan (2) lokasi rawan tanah
longsor type B (Jalur jalan Orong Telu-Ropang-Lunyuk-Jalur ke Sumbawa Barat dan pada desadesa di Kecamatan Batu Lanteh).
Acaman kekeringan juga berpeluang terjadi pada banyak titik di Kabupaten Sumbawa
terutama pada wilayah lumbung pangan di Kecamatan Labangka, Lunyuk, Moyo Hilir, Moyo
Utara, Utan, Alas dan Alas Barat. Bencana alam lainnya yang perlu diwaspadai adalah tanah
longsor terutama di wilayah Kecamatan Batulanteh, Lunyuk, Ropang, Lantung dan Orong Telu
termasuk di beberapa bagian permukiman padat penduduk di wilayah perbukitan Kecamatan
Sumbawa. Bencana abrasi pantai terutama dirasakan di wilayah permukiman padat penduduk di
pesisir pantai labuhan Kecamatan Labuhan Sumbawa. Sedangkan ancaman angin topan terkadang
menerjang beberapa wilayah permukiman terbuka seperti wilayah Pulau Kaung, Pulau Bungin, dan
wilayah pesisir sepanjang pantai sebelah utara Kabupaten Sumbawa.
Kondisi geologis seperti itu memberikan peluang sekaligus tantangan bagi Kabupaten
Sumbawa dalam pembangunan daerah.Pengelolaan potensi sumberdaya geologis yang berwawasan
lingkungan sekaligus mitigasi bencana alam dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) menjadi jawaban untuk dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya geologis yang
dimiliki Kabupaten Sumbawa.

II - 5

2.1.4. Demografi
2.1.4.1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa dalam kurun waktu tahun 2005-2010 sebagaimana
tergambar pada tabel berikut, menunjukkan perubahan menurut trend linear y = 5473.x + 38888.
Selanjutnya dinamika populasi penduduk menurut kecamatan disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.4.
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa (2005-2010)
No
1

Luas
Wilayah
(km2)
3

Kecamatan
2

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Lunyuk
Orong Telu
Alas
Alas Barat
Buer
Utan
Rhee
Batulanteh
Sumbawa
Labuhan Badas
Unter Iwes
Moyo Hilir
Moyo Utara
Moyu Hulu
Ropang
Lenangguar
Lantung
Lape
Lopok
Plampang
Labangka
Maronge
Empang
Tarano
Kab. Sumbawa

513.74
465.97
123.04
168.88
137.01
155.42
230.82
391.40
44.83
435.89
82.38
186.79
90.80
311.96
444.48
504.32
167.45
204.43
155.59
418.69
243.08
274.75
558.55
333.71
6643.98

2005

2006

21507
27291
18872
14859
27027
6779
10008
50053
25224
16999
20433
8736
19323
13922
31286
24492
8849
9467
20958
14086
390171

Jumlah Penduduk (Jiwa)


2007
2008

16482
5760
28223
19517
15366
27950
7010
10350
50053
26086
16999
21131
9034
19983
14398
15419
16936
25329
9152
9790
21674
14567
401209

16620
5808
28460
19681
15495
28185
7069
10437
52198
26305
17728
21308
9110
20151
5621
6270
2628
15548
17078
25542
9229
9872
21856
14689
406888

16905
5908
28948
20019
15761
28669
7190
10616
53094
26756
18032
21674
9266
20497
5717
6378
2673
15815
17371
25980
9387
10041
22231
14941
413869

2009

2010*)

17183
6009
29417
20366
16018
29187
7305
10788
53956
27207
18341
22027
9417
20846
5808
6484
2717
16077
17652
26408
9540
10205
22593
15199
420750

18123
4530
27993
18425
13408
28828
6908
10127
56649
28870
18108
22238
9023
19871
5017
6286
2767
16131
17550
27813
10148
9767
21580
15203
415363

Sumber : Sumbawa Dalam Angka, BPS (Beberapa tahun terbitan)


*) Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010

Pada sensus penduduk (SP) tahun 2010, penduduk Kabupaten Sumbawa berjumlah 415.363
jiwa terdiri dari 211.451 laki-laki (50,91%) dan perempuan 203.912 jiwa (49,09%).
Tabel 2.5.
Distribusi, Sex Rasio dan Rata-Rata Anggota Keluarga Penduduk Kab. Sumbawa (2010)
No
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Kecamatan
2

Lunyuk
Orong Telu
Alas
Alas Barat
Buer
Utan
Rhee
Batulanteh
Sumbawa
Labuhan Badas
Unter Iwes
Moyo Hilir
Moyo Utara

Kepadatan (Jiwa/Km2)

Sex Ratio

Rata-rata Anggota
Keluarga

35,28
9,72
227,51
109,10
97,86
185,48
29,93
25,87
1.263,64
66,23
219,81
119,05
99,37

106
108
102
105
100
102
108
108
100
101
105
103
102

3,84
4,04
3,97
3,74
3,82
3,83
3,95
3,63
3,69
3,81
3,79
3,85
3,80

II - 6

No

Kecamatan

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Kepadatan (Jiwa/Km2)

Moyu Hulu
Ropang
Lenangguar
Lantung
Lape
Lopok
Plampang
Labangka
Maronge
Empang
Tarano
Rata-Rata Kab. Sumbawa

Sex Ratio

Rata-rata Anggota
Keluarga

63,70
11,29
12,47
16,52
78,91
112,80
66,43
41,75
35,55
38,64
45,56
125,52

106
112
110
104
105
102
105
107
108
105
103
104,96

3,62
3,69
3,75
3,24
3,93
3,75
4,07
3,52
3,92
3,90
3,97
3,80

Sumber : Diolah dari DDA dan Sensus Penduduk 2010, BPS 2011

2.1.4.2. Pertumbuhan Penduduk


Tingkat pertumbuhan penduduk dihitung dengan menggunakan data sensus penduduk. Data
sensus penduduk (SP) yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali (sejak tahun 1980). Berdasarkan SP
2010, jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten serta perbandingannya
dengan Provinsi NTB dan Nasional berdasarkan hasil sensus disajikan pada tabel 2.6.
Tabel 2.6.
Jumlah Penduduk Kabupaten Sumbawa Berdasarkan Sensus Penduduk
No

Jenis Kelamin

1
Laki-Laki
2
Perempuan
Jumlah
Pertumbuhan Penduduk (%)
Pertumbuhan Penduduk NTB
Pertumbuhan Penduduk Nasional

1971

1980

Sensus Penduduk
1990

2000

98.014
95.107
193.121
-

123.325
121.058
244.383
2,38
2,36
2,3

152.871
152.660
305.531
2,26
2,14
1,97

183.511
177.068
360.579
1,67
1,82
1,49

2010
7

211.451
203.912
415.363
1,42
1,17
1,48

Sumber : Data Sensus Penduduk, Diolah dari BPS Sbw, BPS NTB dan BPS Pusat.

Laju perkembangan penduduk baik Kabupaten Sumbawa (KS), Provinsi NTB (NTB) dan
Nasional (Nas) memperlihatkan kecenderungan penurunan. Penurunan yang paling tajam terjadi di
tingkat Provinsi NTB antara periode 2000-2010 yakni 1,17% per tahun dibandingkan KS (1,42%)
dan Nasional (1,48%). Yang menarik disini adalah terjadinya karakteristik penurunan pertumbuhan
penduduk antara periode 1990-2000 dengan periode 2000-2010 seperti terlihat melalui Gambar 2.2.

II - 7

Sumber : Data Sensus Penduduk, Diolah dari BPS Sbw, BPS NTB dan BPS Pusat.

Gambar 2. 2
Pertumbuhan Penduduk Tahunan Kabupaten Sumbawa, Provinsi NTB dan Nasional

2.1.4.3. Struktur dan Komposisi Penduduk


Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010, struktur penduduk Kabupaten Sumbawa
berbentuk piramida dari kelompok umur 25-29 tahun ke atas, namun menyempit pada kelompok
umur 15-24 tahun, lalu kembali melebar pada kelompok usia 10-14 tahun kebawah. Penyempitan
pada kelompok umur 15-24 tahun merupakan hasil dari penurunan jumlah kelahiran karena
keberhasilan Program KB di era tahun 1980-1990. Gambaran struktur penduduk Kabupaten
Sumbawa Tahun 2010 seperti terlihat pada gambar 2.3.

Sumber :Diolah dari Sensus penduduk 2010, BPS Kab. Sumbawa 2011

Gambar 2. 3
Piramida Penduduk Kabupaten Sumbawa Tahun 2010

Pada gambar 2,3 ditunjukkan bahwa proporsi penduduk usia muda (14 tahun kebawah)
berkisar antara 30,13% sampai dengan 33,43% dengan rata-rata 31,79%, proporsi penduduk
muda/produktif (15-65 tahun) : berkisar antara 62,69% sampai dengan 64,68% dengan rata-rata
64,34%, dan proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun keatas) : berkisar antara 3,10 sampai dengan
3,87% dengan rata-rata 3,86%.

II - 8

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat


2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
yang merupakan nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor ekonomi
suatu daerah. Nilai tambah bruto disini mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah
dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung netto. Dengan
menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor danmenjumlahkan nilai tambah bruto
dari seluruh sektor akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto.
Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dari tahun ke tahun
menggambarkan perkembangan PDRB yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume
produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. Untuk mengukur
perubahan volume produksi atau perkembangan produksi secara nyata, faktor pengaruh harga perlu
dihilangkan dengan cara menghitung PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
Dalam 10 tahun terakhir, perekonomian Kabupaten Sumbawa ditunjukkan oleh Angka
PDRB ADHB telah tumbuh hampir empat kali lipat yakni Rp.1,17 Trilyun pada tahun 2000
menjadi Rp.3,43 Trilyun pada tahun 2009. Pertumbuhan nilai tambah tersebut belum banyak
disebabkan oleh peningkatan volume barang/jasa, namun lebih disebabkan oleh pengaruh kenaikan
harga, sehingga bila faktor kenaikan harga (factor inflasi) dikeluarkan dari perhitungan maka
perkembangan nilai perekonomian Kabupaten Sumbawa dalam sepuluh tahun terakhir jauh lebih
rendah.
Kondisi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai PDRB ADHK yang tumbuh dari Rp. 1,16
Trilyun pada tahun 2000 menjadi Rp. 1,72 Trilyun pada tahun 2009. Data ini menunjukkan bahwa
nilai perekonomian Kabupaten Sumbawa dalam satu dasawarsa terakhir masih dominan disebabkan
oleh faktor kenaikan harga dibandingkan peningkatan jumlah atau volume produk barang atau jasa
yang dihasilkan. Nilai PDRB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten Sumbawa tahun 2000-2009
ditunjukkan pada gambar 2.4.

Sumber : Diolah dari PDRB Sumbawa, BPS 2005-2010

Gambar 2. 4
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
Kabupaten Sumbawa (2000 2009)

Gambar 2.4. memperlihatkan perbedaan laju pertumbuhan PDRB ADHB dan PDRB ADHK
yang cukup senjang. Oleh karena itu, upaya peningkatan perekonomian daerah kedepan harus
diarahkan pada peningkatan nilai dan volume produk barang atau jasa yang dihasilkan di Kabupaten
Sumbawa.
II - 9

Sumber : Diolah dari BPS Sumbawa 2005-2010

Gambar 2. 5
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

Dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Sumbawa (2000 2009)

Adapun perbandingan laju pertumbuhan ekonomi (PDRB ADHK) Kabupaten Sumbawa


(KS), Provinsi NTB dan Nasional ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.7.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab. Sumbawa, Provinsi NTB Dan Nasional
(2005-2009)
Tahun

Kab. Sumbawa

Prov. NTB

4,1%
5,0%
5,7%
6,7%
8,1%
5,9%

5,7%
5,5%
6,3%
6,1%
6,4%
6,0%

2005
4,0%
2006
4,7%
2007
4,8%
2008
4,5%
2009
5,2%
RERATA
4,7%
Sumber : Diolah dari BPS Kab.Sbw dan BPS NTB 2010, RPJMN.

Nasional

Adapun laju pertumbuhan ekonomi sektoral Kabupaten Sumbawa disajikan pada Tabel 2.8.
Laju pertumbuhan sektoral memperlihatkan bahwa 7 (tujuh) perekonomian tumbuh diatas rata-rata,
yakni: (1) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (7,74%); (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran
(6,38%); (3) Pengangkutan dan Komunikasi (5,68%); (4) Bangunan (5,82%); (5) Industri
Pengolahan (5,26%); (6) Pertambangan dan Penggalian (5,02%) dan (7) Keuangan, Persewaan dan
Jasa Usaha (4,98%). Sedangkan 2 (dua) sektor lainnya masih berada dibawah rata-rata, yakni sektor
pertanian (3,33%) dan sektor jasa-jasa lainnya (2,98%).
Tabel 2.8.
Laju Pertumbuhan Sektoral PDRB ADHK Kab. Sumbawa (2001-2009)
NO

Sektoral

2001

1
1
2
3
4
5
6
7
8

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdag, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Usaha
Jasa-Jasa Lainnya
Kab. Sumbawa

2002

2003

2004

2005

2006

5
4,64
4,53
5,04
2,6
4,76
6,19
4,47

6
3,53
5,02
5,76
7,89
5,6
6,63
4,22

7
1,85
5,25
5,25
7,86
6,78
6,07
7,8

2,4
4,91
5,35
9,76
6,34
5,83
2,12

4
2,72
4,35
4,96
8,6
4,9
5,81
6,85

3,2

5,16

5,24

4,99

0,74
3,36

3,03
3,94

1,96
4,6

3,45
4,49

2007

2008

2009

Rerata

3,6
5,01
5,27
7,38
5,68
6,19
8,42

9
4,07
4,65
5,27
7,65
4,54
6,31
8,34

10
3,62
3,82
4,27
8,8
6,51
6,47
4,8

11
3,53
7,6
6,14
9,08
7,31
7,92
4,14

12
3,33
5,02
5,26
7,74
5,82
6,38
5,68

4,99

5,02

5,33

4,13

6,76

4,98

3,98
4,03

3,24
4,68

3,14
4,79

3,08
4,55

4,22
5,21

2,98
4,41

Sumber : Diolah dari BPS Sumbawa, 2005-2009

II - 10

Data ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Sumbawa


didorong oleh laju pertumbuhan sektor non primer yakni terutama sektor tersier dan sekunder,
sedangkan sektor pertanian sebagai sektor primer dan merupakan sektor yang menjadi lapangan
usaha sebagian besar masyarakat Kabupaten Sumbawa justru tumbuh dengan laju dibawah rata-rata
kabupaten. Meskipun demikian pangsa (share) sektor pertanian masih menjadi yang terbesar
diantara 9 sektor perekonomian daerah, sebagaimana ditunjukkan melalui tabel 2.9.
Tabel 2.9.
Pangsa (Share) Sektoral PDRB ADHK Kabupaten Sumbawa (2001-2009)
No

Sektoral

2000

2001

RataRata
13

2009

10

11

12

43,51

43,21

42,84

42,14

44,34

Pertambangan dan
Penggalian

2,10

2,13

2,14

2,14

2,15

2,18

2,18

2,18

2,17

2,21

2,16

Industri Pengolahan

4,07

4,14

4,18

4,20

4,25

4,30

4,33

4,35

4,34

4,37

4,25

Listrik, Gas dan Air


Bersih

0,42

0,44

0,46

0,45

0,47

0,49

0,50

0,51

0,52

0,55

0,48

Bangunan

10,44

10,74

10,84

10,86

10,97

11,26

11,37

11,34

11,56

11,79

11,12

15,97

16,35

16,64

16,90

17,24

17,58

17,83

18,08

18,42

18,90

17,39

5,48

5,42

5,57

5,56

5,55

5,75

5,96

6,16

6,17

6,11

5,77

2,73

2,72

2,76

2,77

2,79

2,81

2,82

2,84

2,82

2,87

2,79

12,52

12,20

12,09

11,79

11,67

11,67

11,50

11,32

11,14

11,06

11,70

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

8
9

Keuangan, Persewaan
dan Jasa Usaha
Jasa-Jasa Lainnya
Kabupaten Sumbawa

2008

43,97

2007

44,91

2006

45,33

Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi

2005

45,31

2004

45,85

Pertanian

2003

46,28

2002

Sumber : Diolah dari BPS Sumbawa, 2005-2009

Kontribusi atau pangsa sektor pertanian adalah yang terbesar (rata-rata 44,34%) namun dari
tahun ke tahun menunjukkan penurunan rata-rata 0,46% per tahun. Sedangkan 5 (lima) sektor
lainnya yakni Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Jasa-jasa dan Sektor Bangunan, Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi dan Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi mencapai
50,23% dengan rata-rata kenaikan 0,42% per tahun. Kondisi ini menunjukkan terjadinya
kecenderungan perubahan struktur ekonomi Kabupaten Sumbawa dari sektor pertanian (sektor
primer) ke sektor sekunder dan tersier, yang wajar terjadi sebagai dampak dari keberhasilan
pembangunan di sector-sektor lainnya yang lebih cepat berkembang. Meskipun demikian, kinerja
sektorpertanian masih perlu ditingkatkan dengan mengoptimalkan potensi dan nilai tambahnya bagi
perekonomian daerah.
Untuk memperoleh gambaran kinerja perekonomian secara regional di luar subsektor
pertambangan non migas, maka disajikan nilai PDRB ADHB dan laju pertumbuhan PDRB ADHK
10 kabupaten/kota dalam Provinsi NTB sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.10.
PDRB ADHB dan Laju Pertumbuhan PDRB ADHK
Kabupaten/Kota se-Provinsi NTB (2004-2009)
(diluar Subsektor Pertambangan Non Migas)
PDRB ADH Berlaku (Milyar Rp)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Kabupaten / Kota
2004

2005

2006

2007

2008

2009

2004

2005

2006

2007

2008

10

11

12

2009
13

1. Lombok Barat

1.791,96

2.095,72

2.392,12

2.720,19

3.113,21

3.550,55

5,8

4,61

5,82

5,26

4,58

5,91

2. Lombok Tengah

2.131,04

2.415,63

2.703,06

3.038,47

3.528,36

4.102,55

4,55

4,3

5,09

4,71

6,96

7,26

3. Lombok Timur

3.007,91

3.418,93

3.825,77

4.285,70

4.863,86

5.511,51

4,85

4,57

4,69

5,09

5,47

5,71

4. Sumbawa
5. Dompu
6. Bima

1.795,53
0,98
1.525,62

2.078,96
1.111,86
1.670,15

2.339,42
1.235,21
1.856,38

2.637,99
1.931,72
2.064,07

3.015,47
1.552,67
2.385,75

3.432,02
1.762,22
2.721,15

4,49
1,88
4,92

4,03
2,38
1,37

4,68
4,11
4,26

4,79
4,97
4,56

4,52
4,05
5,96

5,21
5,1
6,43

7. Sumbawa Barat

0,41

0,47

0,54

0,61

0,70

0,82

4,08

4,32

6,99

6,74

6,84

8,04

8. Lombok Utara

0,69

0,79

0,89

1.010,96

1.143,21

1.259,12

5,04

2,74

4,91

4,94

3,52

4,97

II - 11

PDRB ADH Berlaku (Milyar Rp)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Kabupaten / Kota
2004

2005

2006

2007

2008

2009

1
9. Mataram
10. Kota Bima

2
1.894,37
0,46

3
2.312,22
0,53

4
2.651,94
0,59

5
3.078,20
0,68

6
3.624,34
0,77

7
4.140,35
0,88

2004
8
9,53
4,21

2005
9
7,77
3,41

2006
10
7,86
4,74

2007
11
7,92
5,97

2008
12
7,76
4,46

2009
13
8,47
6,38

NTB

14.563,96

16.828,63

18.980,59

21.405,07

25.042,50

29.641,83

4,97

4,05

4,95

5,70

6,69

8,07

Sumber :PDRB NTB, BPS NTB, 2010

Berdasarkan tabel 2.10, bahwa nilai PDRB ADHB Kabupaten Sumbawa pada tahun 2004,
berada pada posisi terbesar ke-4 dengan nilai Rp.1,79 Trilyun setelah Lombok Timur (Rp.3
Trilyun), Lombok Tengah (Rp.2,13 Trilyun), dan Kota Mataram (Rp.1,8 Trilyun). Sedangkan pada
tahun 2009, mengalami penurunan menjadi posisi ke-5 dengan nilai Rp.3,42 Trilyun setelah
Lombok Timur (5,51 trilyun), Lombok Tengah (4,10 Trilyun), Kota Mataram (4,14 Trilyun) dan
Lombok Barat (Rp.2,55 Trilyun).
Dari laju pertumbuhan PDRB ADHK, pada tahun 2004 laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Sumbawa 4,49% berada pada urutan ke-7 tertinggi setelah Mataram (9,53%), Lombok
Barat (5,80%), Bima (4,92%), KLU (5,04%), Lombok Timur (4,85%) dan Bima (4,92%), namun
pada tahun 2009, posisi tersebut mengalami penurunan menjadi urutan ke-8 dengan tingkat
pertumbuhan 5,21% dibawahKota Mataram (8,47%), Sumbawa Barat (8,04%), Lombok Tengah
(7,26%), Bima (6,43%), Kota Bima (6,38%), Lombok Barat (5,91%) dan Lombok Timur (5,71%).
Berdasarkan data tersebut berarti terjadi penurunan kinerja perekonomian Kabupaten Sumbawa
dibandingkan dengan 9 kabupaten/kota se Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Melihat perkembangan tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi sektor ekonomi mana
yang akan menjadi daya ungkit perekonomian daerah. Sebagai gambaran digunakan hasil analisis
studi komparatif ekonomi antar kabupaten/kota se-Provinsi NTB Tahun 2007 yang dilakukan oleh
BPS NTB kerjasama dengan Bappeda Provinsi NTB (BPS NTB, 2008).Studi komparatif ekonomi
tersebut menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ) dan Shift-Share (SS).
Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ, terdapat 5 (lima) sektor ekonomi Kabupaten
Sumbawa dengan LQ>1, yaitu : (1) sektor pertanian (1,72); (2) sektor listrik, gas dan air bersih
(1,61); sekor bangunan (1,62); sektor perdagangan (1,24) dan sektor jasa-jasa (1,14), sedangkan
keempat sektor lainnya memiliki nilai LQ<1. Khusus untuk nilai LQ sektor pertanian merupakan
nilai tertinggi kedua dibandingkan kabupaten/kota lainnya se-NTB.Secara lengkap nilai LQ sektoral
kabupaten/kota se-NTB dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 2.11.
Nilai Location Quotient (LQ) Sektoral Kabupaten/Kota Se-NTB (2007)
No

Sektor

LOBAR

LOTENG

LOTIM

SBW

DMP

BIMA

KSB

MTR

KBM

10

11

Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas dan
Air Bersih
Bangunan

1,24

1,29

0,14

0,12

0,89

1,62

1,41

2
3
4
5
6

Perdagangan,
Hotel dan Restoran

1,72

1,68

2,05

0,11

0,19

0,86

0,09

0,09

0,12

3,59

0,00

0,01

1,61

0,92

0,88

0,59

0,06

2,51

0,72

0,77

0,78

1,61

1,14

0,63

0,07

2,42

2,73

1,60

1,47

1,22

1,62

0,94

0,89

0,18

1,16

1,00

1,54

1,35

1,28

1,24

1,25

1,06

0,12

1,26

1,27

0,80

0,79

0,82

0,93

0,12

3,59

2,25

0,97

0,57

1,38

0,54

0,05

3,23

1,07

1,22

1,14

1,32

1,09

0,07

1,21

2,59

Pengangkutan dan
1,25
0,78
Komunikasi
Keuangan,
8
Persewaan dan
0,96
1,08
Jasa Usaha
9
Jasa-Jasa Lainnya
1,27
1,53
Sumber :Analisis Komparatif Ekonomi, BPS NTB 2008
7

1,49
0,18

II - 12

Adapun hasil analisis Shift-Share dengan melakukan ploting nilai Different Shift (DS) dan
Proportionality Shift (PS) pada empat kuadran kategori pertumbuhan, diperoleh hasil seperti
ditunjukkan tabel berikut.
Tabel 2.12.
Kategori Pertumbuhan Sektoral Kabupaten/Kota se-Provinsi NTB
Berdasarkan Plot Nilai DS dan PS Metode Shift-Share (2000-2007)
Sektor
1
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Sumbawa Barat
Kota Mataram
Kota Bima

Pesat (I)
2
3,4,5
3,6,7
7
4
5,7,8
4,5
3,5,6,7,8
5,6,7

Pertumbuhan
Tertekan Yang
Tertekan Yang
Berkembang (II)
Potensi (III)
3
4
1,2,9
6,7,8
2
4,5,8
2,9
3,4,5,6,8
1,2,3,9
5,6,7,8
2,9
3,4,6
1,2,9
3,4,5,6,7,8
9
3,6,7,8
1,9
4
1,2
3,4,5,8

Terbelakang (IV)
5
1,9
1
1
1,2
2
9

Sumber : Analisis Komparatif Ekonomi, BPS NTB 2008

Berdasarkan analisis LQ dan Shift-Share tersebut dapat disimpulkan sektor yang dapat
menjadi daya ungkit pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa terhadap sektor perekonomian
Kabupaten/Kota lainnya se-NTB sebagai berikut.
a. Sektor Pertanian, merupakan sektor yang memiliki keunggulan komparatif dengan peranan
paling besar terhadap sektor sejenis namun dalam kondisi tertekan yang berkembang.
b. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, merupakan sektor dalam kondisi berkembang pesat namun
baru memiliki peranan terbesar ketiga dari sektor sejenis.
c. Sektor Jasa-Jasa, merupakan sektor tertekan yang berkembang namun memiliki peranan positif
secara regional.
d. Sektor-sektor lainnya, merupakan sektor potensial namun dalam kondisi tertekan dan belum
memperlihatkan peranan signifikan.
2.2.1.2. PDRB per kapita
Pendapatan per kapita dihitung dengan pendekatan nilai PDRB dibagi jumlah penduduk,
meskipun pendekatan tersebut memiliki kelemahan namun telah dianggap dapat memberikan
gambaran tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah dari waktu kewaktu atau perbandingannya
dengan daerah lain. Angka PDRB yang digunakan disini adalah PDRB ADHB. Gambaran
pendapatan per kapita Kabupaten Sumbawa dengan memasukkan Subsektor Pertambangan Non
Migas dan tanpa Subsektor Pertambangan Non Migas dalam kurun waktu 2004-2009 dan
perbandingannya dengan pendapatan per kapitan NTB terlihat pasa gambar berikut.

II - 13

Sumber : Diolah dari PDRB NTB, BPS NTB 2010

Gambar 2. 6
Perkembangan PDRB Per Kapita Kabupaten Sumbawa

Gambar 2.6. memberikan informasi yang menarik sebagai berikut : 1) pendapatan per kapita
Kabupaten Sumbawa dengan dan tanpa Subsektor Pertambangan Non Migas sama besar, hal ini
karena kontribusi subsektor tersebut amat kecil dalam struktur PDRB Kabupaten Sumbawa. 2)
adapun pendapatan per kapita NTB dengan dan tanpa memasukan Subsektor Pertambangan Non
Migas amat berbeda, terlihat bila subsektor tersebut dimasukkan maka pendapatan per kapita NTB
diatas Kabupaten Sumbawa, bila subsektor tersebut dikeluarkan dari perhitungan maka pendapatan
per kapita NTB dibawah Kab. Sumbawa. 3) Pendapatan per kapita Kabupaten Sumbawa bergerak
dari Rp. 4,75 juta per orang per tahun (2004) menjadi Rp.8,16 juta per orang per tahun (2009) atau
meningkat rata-rata 11,45% per tahun. 4) Pendapatan per kapita NTB dengan tambang meningkat
dari Rp.5,43 juta per orang per tahun (2004) menjadi Rp.9,42 juta per orang per tahun (2009)
dengan rata-rata peningkatan 11,76% per tahun.
Sedangkan pendapatan per kapita NTB tanpa tambang tumbuh mulai Rp.3,57 per orang per
tahun (2004) menjadi Rp.6,69 juta per orang per tahun (2009) dengan rata-rata pertumbuhan
13,37% per tahun.Tabel berikut memberikan gambaran laju perubahan pendapatan per kapita
khususnya berdasarkan PDRB ADHB tanpa tambang untuk Kabupaten Sumbawa dan Provinsi
NTB.
Tabel 2.13.
Laju Peningkatan PDRB ADHB, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Laju Pertumbuhan
PDRB ADHB Per Kapita Kabupaten Sumbawa dan Provinsi NTB (2005-2009)
(Tanpa Subsektor Pertambangan Non Migas)
Tahun
1

2005
2006
2007
2008
2009
Rerata

PDRB ADHB
KS
NTB

KS

Penduduk
NTB

15,79%
12,53%
12,76%
14,31%
13,81%
13,84%

15,55%
12,79%
12,77%
16,99%
18,37%
15,29%

3,12%
3,42%
0,84%
1,72%
1,66%
2,15%

1,65%
2,75%
0,83%
1,66%
1,61%
1,70%

PDRB Per Kapita


KS
NTB
6

12,28%
8,81%
11,82%
12,38%
11,95%
11,45%

13,67%
9,77%
11,85%
15,08%
16,49%
13,37%

Sumber : Diolah dari PDRB NTB, BPS NTB 2010

Tabel tersebut memperlihatkan fakta meskipun pendapatan per kapita Kabupaten Sumbawa
berada diatas NTB, namun laju pertumbuhannya di bawah NTB. Hal ini disebabkan oleh 2 hal : 1)
Laju peningkatan PDRB Kabupaten Sumbawa dibawah NTB (13,84% terhadap 15,29%); 2) Laju
peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa lebih tinggi dari NTB (2,15% terhadap 1,70%).
Bila kondisi ini terus berlanjut, maka sangat mungkin pendapatan per kapita tanpa tambang NTB
diatas Kabupaten Sumbawa.
II - 14

2.2.1.3.

Laju Inflasi

Laju inflasi sebagai gambaran kenaikan harga umum barang-barang di Kabupaten Sumbawa
menurut lapangan usaha disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.14.
Laju Inflasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sumbawa (2005-2009)
NO.

LAPANGAN USAHA

2005

2006

2007

2008

10,34

9,00

9,21

8,96

7,60

1.

PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN


PERIKANAN
a. Tanaman Bahan Makanan
b. Tanaman Perkebunan Rakyat
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
d. Kehutanan
e. Perikanan

2009

12,45
8,99
13,57
9,93
1,98

12,02
5,32
6,08
6,10
2,86

10,42
7,40
11,16
1,96
5,40

8,58
6,54
12,88
3,61
8,44

9,47
5,11
6,33
5,38
3,33

2.

PERTAMBANGAN & PENGGALIAN


a. Minyak dan Gas Bumi
b. Pertambangan Tanpa Migas
c. Penggalian

8,34

6,51

7,85

8,84

7,54

8,34

6,51

7,85

8,84

7,54

3.

INDUSTRI PENGOLAHAN
a. Industri Dengan Migas
b. Industri Tanpa Migas

6,33

3,28

5,32

5,05

4,25

6,33

3,28

5,32

5,05

4,25

9,94
11,44

3,98
3,92

7,44
8,83

3,63
4,00

3,70
4,49

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

5,87

4,21

5,92

14,04

8,99

4.

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH


a. Listrik
b. Gas Kota
c. Air Bersih

5.

BANGUNAN

6.

PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN


a. Perdagangan Besar dan Eceran
b. Hotel
c. Restoran

13,45
13,81
5,23
6,14

8,00
8,14
2,26
5,22

8,11
8,11
2,42
9,48

7,96
7,95
6,40
8,37

6,94
6,89
7,56
7,97

7.

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI


a. Pengangkutan
1. Angkutan Rel Kereta Api
2. Angkutan Jalan Raya
3. Angkutan Laut
4. Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan
5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan
b. Komunikasi
1. Pos dan Telekomunikasi
2. Jasa Penunjang Komunikasi

29,42
39,75

2,96
3,44

3,06
3,54

6,42
7,94

2,95
3,46

42,13
15,87

3,10
5,54

3,38
2,18

7,91
10,53

3,31
6,80

15,12
0,12
0,12

8,67
1,26
1,26

4,55
8,64
1,12
1,12

8,67
6,57
0,84
0,84

3,20
5,19
1,22
1,22

7,38
5,21
2,98

5,25
3,12
3,72

3,99
3,38
2,19

7,88
11,90
5,50

6,87
5,20
5,12

9,12
5,81

-92,64
10273,59

7,22
4,79

6,33
9,97

7,47
7,91

10,72
10,98
10,98

9,01
9,31
9,31

6,81
6,91
6,91

12,34
12,81
12,81

14,71
15,30
15,30

7,17
10,23
5,89
3,98
11,30

5,02
6,43
4,62
3,49
7,49

5,60
7,10
3,79
4,12
7,61

5,95
6,99
5,13
4,89
9,35

6,36
6,51
6,13
6,38
8,03

8.

KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUS.


a. Bank
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Sewa Bangunan
e. Jasa Perusahaan

JASA JASA
a. Pemerintahan Umum
1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan
2. Jasa Pemerintahan Lainnya
b. Swasta
1. Sosial Kemasyarakatan
2. Hiburan dan Rekreasi
3. Perorangan dan Rumahtangga
PDRB
Sumber :PDRB, BPSKabupaten Sumbawa,(Beberapa Tahun Terbitan)
9.

II - 15

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial


Pembangunan manusia sebagai insan dan sumberdaya pembangunan merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan, dilakukan pada seluruh siklus hidup manusia sejak dalam
kandungan hingga lanjut usia. Upaya tersebut dilandasi oleh pertimbangan bahwa kualitas manusia
yang baik ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangannya sejak dalam kandungan. Selama
periode tahun 2006-2010 berbagai program telah dilaksanakan untuk dapat meningkatkan
sumberdaya manusia Kabupaten Sumbawa, yang gambaran kinerja dalam penyelenggaran
pemerintahan daerah atas fokus tersebut terlihat dari beberapa indikator sebagai berikut.
2.2.2.1. Angka Melek Huruf (AMH)
Angka melek huruf Kabupaten Sumbawa pada masing-masing kecamatan menunjukkan
bahwa kecamatan dengan angka melek huruf terendah adalah Kecamatan Rhee yang baru mencapai
76,71 (jumlah penduduk buta aksara mencapai 1131 warga belajar) sedangkan kecamatan tertinggi
adalah Kecamatan Sumbawa dengan angka melek huruf mencapai 98,08 (jumlah penduduk buta
aksara 701 warga belajar).
Tabel 2.15.
Angka Melek Huruf Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sumbawa (2010)
No

Kecamatan

1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Lunyuk
Alas
Utan
Batu lanteh
Sumbawa
Moyo hilir
Moyo hulu
Ropang
Lape
Plampang
Empang
Labuhan badas
Alas barat
Labangka
Rhee
Buer
Moyo utara
Maronge
Tarano
Lopok
Lenangguar
Orong telu
Unter iwis

24

Lantung
Jumlah

Jumlah Penduduk Usia


diatas 15 Tahun yang
bisa membaca dan
menulis

Jumlah penduduk usia


15 tahun keatas

Angka melek huruf

3
9.974
17.688
16.211
6.395
35.813
14.450
13.537
4.122
10.229
16.285
15.089
16.396
13.420
4.939
3.726
10.208
6.065
6.372
9.387
11.393
4.315
3.300
12.199

4
11.651
19.994
19.789
7.306
36.514
15.794
14.720
4.338
11.235
17.958
15.932
18.661
14.346
6.344
4.857
10.983
6.756
6.874
10.336
12.459
4.743
3.975
13.229

5
85.61
88.47
81.92
87.53
98.08
91.49
91.96
95.02
91.05
90.68
94.71
87.86
93.55
77.85
76.71
92.94
89.77
92.70
90.82
91.44
90.98
83.02
92.21

1.800
263.313

1.999
290.793

90.05
90.55

Sumber : Diknas Kab. Sumbawa Tahun 2010, diolah

Angka melek huruf Kabupaten Sumbawa hingga tahun 2010 adalah 90,55 (jumlah buta
aksara 27.480). Kondisi seperti pada tabel tersebut menunjukkan bahwa hingga pada tahun 2010 di
Kabupaten Sumbawa masih terdapat sebanyak 9,5% penduduk usia 15 tahun ke atas dalam keadaan
belum dapat membaca dan menulis. Angka tersebut masih separuh dari target nasional yang
menetapkan angka buta aksara dibawah 5%. Dengan demikian, maka penuntasan buta aksara
menjadi upaya penting dan ditarget penuntasannya harus ditangani sejak tahun 2011, dengan tetap
memperhitungkan peluang pertumbuhan penduduk pada tahun-tahun berikutnya.

II - 16

2.2.2.2. Angka Rata-Rata Lama Sekolah


Rata-rata lama sekolah menunjukkan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang
pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki. dan pendidikan yang ditamatkan. Berikut
data rata-rata lama sekolah Kabupaten Sumbawa pada masing-masing jenjang pendidikan selama
rentang waktu 2006 2010.
Tabel 2.16.
Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Sumbawa (2006 2010)
No

Jenjang Pendidikan

2006

2007

2008

2009

2010

1
1

SD / MI

3
6.21

4
6.21

5
6.21

6
6.21

7
6.23

2
3

SMP / MTs
SMA / MA / SMK

3.01
3.15

3.00
3.01

3.00
3.00

3.00
3.00

3.01
3.01

Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun

Dari data tersebut, SD/MI adalah jenjang pendidikan yang relatif lebih lama rata-rata waktu
yang dibutuhkan. Tahun 2005 sisa waktu untuk pendidikan SD/MI adalah 0,21 kemudian tahun
2010 meningkat menjadi 0,23. Jenjang pendidikan SMP / MTS rata-rata dapat ditempuh tepat
waktu 3 tahun (Tahun 2007, 2008 dan 2009), Tahun 2006 selisih waktu hanya 0,1 begitu pula
Tahun 2010 hanya selisih 0,1 tahun.
2.2.2.3. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Angka partisipasi kasar (APK) menunjukkan persentase jumlah siswa pada jenjang
pendidikan tertentu dibandingkan dengan penduduk kelompok usia sekolah. Kelompok usia sekolah
untuk tingkat PAUD (< 6 tahun), SD/MI (7-12 tahun), SMP/MTs (13-15 tahun) dan
SMA/MA/SMK (16-18 tahun). Indikator APK digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia
sekolah yang bersekolah disuatu jenjang pendidikan. Makin tinggi APK berarti makin banyak anak
usia sekolah yang bersekolah disuatu daerah, atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia
sekolah tertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. Nilai APK bisa lebih besar dari 100%
karena adanya sisiwa di luar usia sekolah, daerah kota, atau daerah perbatasan. APK Kabupaten
Sumbawa, rata-rata selama kurun waktu 2006 2010 untuk tingkat PAUD disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 2.17.
Angka Partisipasi Kasar PAUD Kab. Sumbawa (2006-2010)
No

Tahun

1
2
3
4
5

2006/2007
2007/2008
2008/2009
2009/2010
2010/2011

APK
3

42,82
36,63
44,17
45,97
41,91

Sumber : Profil Pendidikan. Dinas Diknas Kab. Sumbawa (Beberapa Tahun Terbitan)

Selanjutnya rata-rata sepanjang tahun 2006-2010, APK SD 105,78, APK SMP/MTS 89,67
dan SMA/MA/SMK adalah 55,54, yang selengkapnya disajikan sebagai berikut.

II - 17

Tabel 2.18.
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Sumbawa (2006 2010)
No

Jenjang Pendidikan

2006

2007

2008

2009

2010

1
1
1.1
1.2

SD / MI
Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD / MI
Jumlah penduduk kelompok usia 7 - 12 tahun

54199
51432

53537
51479

53136
51594

53381
50468

53143
47982

1.3
2
2.1
2.2

APK SD / MI
SMP / MTs
Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP / MTs
Jumlah penduduk kelompok usia 13 - 15 tahun

105.38

104.00

102.99

105.77

110.76

21161
25318

21522
25604

22259
25863

22444
24889

21911
20969

2.3
3
3.1

APK SMP / MTs


SMA / MA / SMK
Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA / MA / SMK

83.58

84.06

86.07

90.18

104.49

13198

5541

14482

14365

15746

23320
56.60

24028
23.06

24274
59.66

22839
62.90

20857
75.50

3.2
Jumlah penduduk kelompok usia 16 - 18 tahun
3.3
APK SMA / MA / SMK
Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun

2.2.2.4. Angka Partisipasi Murni (APM)


Angka Partisipasi Murni (APM) pada masing-masing jenjang pendidikan menunjukkan
persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan penduduk
kelompok usia sekolah. APM digunakan Untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang
bersekolah disuatu jenjang pendidikan. Makin tinggi APM berarti makin banyak anak usia sekolah
yang bersekolah disuatu daerah, atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia sekolah
tertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM Kabupaten Sumbawa tahun 2006-2010
menurut jenjang pendidikan disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.19.
Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kab. Sumbawa (2006-2010)
No

Jenjang Pendidikan

2006

2007

2008

2009

2010

54199

53537

53136

53381

53143

1
1.1
1.2

SD / MI
Jumlah siswa kelompok usia 7 - 12 tahun yang bersekolah di jenjang
pendidikan SD / MI
Jumlah penduduk kelompok usia 7 - 12 tahun

51432

51479

51594

50468

47982

APM SD / MI
SMP / MTs
Jumlah siswa kelompok usia 13 - 15 tahun yang bersekolah di jenjang
pendidikan SMP / MTs
Jumlah penduduk kelompok usia 13 - 15 tahun

90,04

91,10

90.81

91,75

96,80

21161

21522

22259

22444

21911

25318

25604

25863

24889

20969

APM SMP / MTs


SMA / MA / SMK
Jumlah siswa kelompok usia 16 - 18 tahun yang bersekolah di jenjang
pendidikan SMA / MA / SMK
3.2
Jumlah penduduk kelompok usia 16 - 18 tahun
3.3
APM SMA / MA / SMK
Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa, diolah berbagai tahun

66,34

63,19

66.45

68,65

80,61

13198

5541

14482

14365

15746

23320
44,01

24028
44,61

24274
43.51

22839
45,94

20857
48,86

1.3
2
2.1
2.2
2.3
3
3.1

Pada tabel 2.19, diperoleh gambaran bahwa dari beberapa jenjang pendidikan di Kabupaten
Sumbawa, baru APM SD/MI yang saat ini telah memenuhi Standard Pelayanan Minimum bidang
pendidikan, yakni sebesar 96,80 dimana standard pelayanan minimum pendidikan jenjang SD/MI
adalah 95% penduduk kelompok usia 7 12 tahun bersekolah di SD/MI. Sedangkan APM
SMP/MTS dan SMA sederajat masih berada dibawah standard pelayanan minimum. SPM
SMP/MTS sesuai Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 129a/U/2004 adalah 90%,
dan untuk SMA sederajat adalah 60%. Capaian APM Kab. Sumbawa untuk SMP/MTS baru
mencapai 80,61, dan SMA sederajat adalah 48,86.

II - 18

2.2.2.5. Angka Kematian Bayi (AKB)


AKB menunjukkan jumlah bayi meninggal dalam usia kurang satu tahun tiap 1.000
kelahiran hidup dalam kurun satu tahun. Kematian bayi di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2005
tercatat sebanyak 31 kasus bayi lahir mati atau 0.42% dari jumlah kelahiran, dengan perincian
penyebab kematian sebagai berikut; aspexya: 13 Orang, BBLR : 11 Orang, Infeksi : 2 Orang, dan
mati dalam kandungan ada 5 Orang. Penyebab kematian bayi tertinggi adalah disebabkan oleh
aspexya.
Bila dibandingkan dengan angka kematian bayi pada tahun 2004 sebanyak 59 Orang maka
ada perubahan positif yaitu penurunan angka kematian bayi dan peningkatan derajat kesehatan
dalam penanganan ibu melahirkan serta Bayi lahir. Tahun 2007 angka kematian bayi adalah 9,26
per 1.000 kelahiran hidup (87 kasus), kemudian Tahun 2008 kembali terjadi penurunan derajat
kesehatan dalam penangan bayi lahir yang ditunjukkan oleh meningkatnya AKB menjadi 12,37.
Tahun 2009 tercatat angka kematian bayi adalah 6,36 (49 kasus) dengan jumlah kasus kematian
balita 21 kasus, sedangkan rata-rata NTB 54,5 dan 39,2. Perbandingan jumlah kematian bayi
Kabupaten/kota se-NTB terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.20.
Angka Kematian Bayi dan Balita Kabupaten/Kota se-NTB (2009)
No
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kabupaten/ Kota
2

Kota Mataram
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa Barat
Sumbawa
Bima
Dompu
Kota Bima
Jumlah

Kelahiran Bayi Usia: 0-1 Tahun


Lahir
Mati
Hidup

Kelahiran Balita Usia: 1-5 Tahun


Lahir
Mati
Hidup

Bedah/Cesar

7.921
11.841
17593
23.913
4.233
2.266
7.705
9.33
5.166
2.917
93.281

26
77
116
177
34
4
49
7
44
11
545

7.895
11.764
17.477
23.736
4.199
2.658
7.656
5.159
9.286
2.906
92.736

34.000
65.909
92.217
111.634
26.685
13.036
40.506
29.014
54.354
16.000
483.355

5
82
38
201
0
4
21
2
30
9
392

33.995
65.827
92.179
111.433
26.685
13.032
40.485
29.012
54.324
15.991
392

Sumber : Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat (2009)

2.2.2.6. Angka Kematian Ibu (AKI)


AKI merupakan jumlah kematian Ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup dalam kurun
satu tahun. AKI Kabupaten Sumbawa tahun 2005 mencapai 136 dan pada Tahun 2010 menurun
menjadi 19. Jumlah kematian ibu terbesar di kecamatan Plampang ada 4 Orang dari jumlah
Kabupaten ada 19 Orang penyebab kematian dengan perincian sebagai berikut : Perdarahan 7
Orang, Lain-lain 6 Orang, Infeksi 3 Orang Partus Lama 1 Orang dan Eklampsia / Pre Eklampsia 2
Orang.
Dengan demikian penyebab kematian ibu karena perdarahan paling tinggi yaitu ada 7 orang.
Terjadi angka penurunan bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2007 dimana kematian ibu
berjumlah 17 Orang. Sementara pada tahun 2009 angka kematian ibu terlaporkan 12 orang yang
keseluruhannya merupakan kematian ibu bersalin, dengan kelahiran hidup sebanyak 7705, sehingga
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2009 sebesar 1,56. adapun jumlah
kematian ibu terlaporkan rata-rata NTB 10,3 orang. Secara rinci disajikan pada tabel berikut.

II - 19

Tabel 2.21.
Jumlah Kematian Ibu Maternal Kabupaten/Kota se-NTB (2009)
Kabupaten/Kota

Ibu Hamil

1. Lombok Barat
2. Lombok Tengah
3. Lombok Timur
4. Sumbawa
5. Dompu
6. Bima
7. Sumbawa Barat
8. Lombok Utara
9. Kota Mataram
10. Kota Bima
Jumlah

Kematian Ibu Marternal


Ibu bersalin
Ibu nifas

Jumlah

4
2
2
4
12

5
13
15
12
6
4
6
8
69

9
4
1
4
4
22

18
13
15
12
4
9
4
10
14
4
103

Sumber : Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat (2009)

2.2.2.7. Persentase Balita Gizi Buruk


Status gizi balita merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan
masyarakat dan juga dapat menunjukkan kualitas fisik penduduk. Status gizi buruk tidak mengalami
perubahan dari tahun 2004 sebanyak 255 orang sama dengan tahun 2005 sebanyak 255 orang dan
yang mendapat perawatan sebanyak 194 orang atau 76.08 % dari jumlah balita yang berstatus gizi
buruk. Status gizi buruk pada tahun 2007 sebanyak 223 orang dan tahun 2008 sebanyak 204 orang.
Sedangkan tahun 2009 tercatatat jumlah balita gizi buruk 115 merupakan angka diatas rata-rata
NTB yang berjumlah 92,6. Secara lengkap penderita gizi buruk disajikan melalui tabel berikut.
Tabel 2.22.
Jumlah Balita Gizi Buruk Kabupaten/Kota Se-NTB (2009)
No

Kabupaten/ Kota

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kelahiran Balita Usia: 1-5 Tahun


Lahir

Kota Mataram
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa Barat
Sumbawa
Bima
Dompu
Kota Bima

Jumlah
Sumber : Statistik Provinsi NTB (Beberapa tahun terbitan)

Mati

Hidup

Gizi Buruk

34.000
65.909
92.217
111.634
26.685
13.036
40.506
29.014
54.354
16.000
483.355

5
82
38
201
0
4
21
2
30
9
392

33.995
65.827
92.179
111.433
26.685
13.032
40.485
29.012
54.324
15.991
392

48
156
75
307
58
7
115
43
86
31
926

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga


Pembangunan seni budaya di Kabupaten Sumbawa dilakukan dalam rangka melestarikan
dan mengembangkan seni budaya daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya
daerah ditengah semakin derasnya arus informasi dan kebudayaan global, Pemerintah dan
masyarakat telah berkomitmen untuk menghidupkan kembali aktivitas yang berakar dari tradisi
lokal masyarakat Samawa. Salah satunya diwujudkan melalui dihidupkannya kembali Dewan
Kesenian Daerah Sumbawa (DKS) dan fasilitasi pembentukan Lembaga Adat Tana Samawa
(LATS) serta penobatan Sultan Muhammad Kaharuddin IV sebagai Sultan Sumbawa. Sultan dan
LATS diharapkan mampu menjadi pilar penting untuk menjaga dan menghidupkan tradisi adat dan
budaya tana Samawa yang tercermin dari semboyan adat bersendikan sara, sara bersendikan
kitabullah, dan saat ini hal tersebut mulai tergerus perkembangan dan perubahan jaman.
II - 20

2.2.3.1.

Rasio lembaga seni budaya per 10.000 penduduk

Rasio keberadaan lembaga seni budaya seperti group kesenian/sanggar seni, Pusat Latihan
Kesenian, Dewan Kesenian Daerah Sumbawa (DKS) dan Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) di
Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.23.
Rasio Lembaga Seni Budaya Per 10.000 Penduduk Kabupaten Sumbawa (2006-2010)
Tahun
No
Lembaga Seni dan Budaya
2006
2007
2008
2009
2010
1

1
2
3
4
5
6

Grup Kesenian/Sanggar Seni


Pusat Latihan Kesenian
Dewan Kesenian Daerah
Lembaga Adat Tana Samawa(Kab dan Kec)
Jumlah lembaga
Jumlah penduduk
Rasio lembaga per 10000 penduduk

43
1
1
1
46
403.500
1,14

46
1
1
1
49
406.888
1,20

46
1
1
1
49
413.869
1.18

49
1
1
1
52
420.750
1,24

52
1
1
25
79
415.363
1,80

Sumber : Dinas Pariwisata, Senibudaya, Pemuda dan Olahraga, Kab. Sumbawa (2010)

Rendahnya jumlah lembaga seni budaya khususnya grup kesenian terdaftar sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 2.23, sehingga rasio lembaga seni budaya per 10000 penduduk menjadi
rendah dan ketersediaannya hanya 1-2 lembaga seni budaya dalam 10.000 penduduk diantaranya
disebabkan oleh masih minimnya tenaga pelatih seni, sarana dan prasarana pertunjukan kesenian.
Selain itu, masih kurangnya event kesenian dan budaya baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah maupun atas prakarsa masyarakat yang secara tidak langsung akan dapat menstimulasi
munculnya group-group kesenian baru. Meskipun demikian, kegiatan berkesenian yang dilakukan
secara perorangan masih tetap hidup di tengah-tengah masyarakat.
2.2.3.2. Rasio Klub dan Prasarana Olahraga
Dalam pembangunan olah raga ditengah minimnya kemampuan anggaran, pemerintah
daerah senantiasa terus berupaya meningkatkan prestasi pemuda dengan melakukan pembenahan
pada berbagai aspek, baik infrastruktur maupun suprastruktur. Selain itu, dilakukan pula fasilitasi
dan dukungan terhadap organisasi induk olah raga beserta organisasi cabang olah raga,
penyelenggaraan pertandingan olahraga antarsekolah, serta pertandingan olahraga antar klub serta
antar kecamatan. Berikut ini disajikan data fasilitas olahraga di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010,
sebagai berikut.
Tabel 2.24.
Rasio Klub dan Gedung Olahraga Per 10.000 Penduduk Kab. Sumbawa (2006-2010)
No

Uraian

1
3
4
5
7

Klub olahraga
Gedung olahraga
Jumlah penduduk
Rasio klub olahraga
Rasio gedung olahraga

2006

2007

Tahun
2008

2009

2010

637
5
403.500
15,79
0,12

665
5
406.888
16,34
0,12

674
6
413.869
16,29
0,14

674
6
420.750
16,02
0,14

674
7
415.363
16,23
0,17

Sumber : Dinas Pariwisata, Senibudaya, Pemuda dan Olahraga, Kab. Sumbawa (2010) (Diolah)

Rasio klub olah raga pada tahun 2010 sebesar 16,23 menunjukkan bahwa tersedia sebanyak
16-17 klub tiap 10.000 penduduk, hanya tersedia sebanyak 0-1 gedung olahraga untuk setiap 10.000
penduduk. Untuk kondisi tersebut, di masa mendatang diperlukan peningkatan peran masyarakat
II - 21

dan dunia usaha disamping pemerintah daerah. Selanjutnya gambaran rasio lapangan olahraga per
10.000 penduduk di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.25.
Rasio Lapangan Olahraga Per 10.000 Penduduk Kab. Sumbawa (2006-2010)
No

Cabang Olahraga

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Lapangan sepak bola


Lapangan volley ball
Lapangan sepak takraw
Lapangan Bulu tangkis
Lapangan tenis
Lapangan atletik
Kolam renang
Lapangan basket
Jumlah Penduduk
Rasio per 10000 penduduk:
Lapangan sepak bola
Lapangan volley ball
Lapangan sepak takraw
Lapangan Bulu tangkis
Lapangan tenis
Lapangan atletik
Kolam renang
Lapangan basket

2006

2007

Tahun
2008

2009

2010
7

53
102
23
68
19
17
4
27
403500

53
102
34
84
19
29
5
31
406888

53
102
56
113
23
49
6
34
413869

53
102
66
136
23
49
6
34
420750

53
102
66
138
23
49
6
34
415363

1.31
2.53
0.57
1.69
0.47
0.42
0.10
0.67

1.30
2.51
0.84
2.06
0.47
0.71
0.12
0.76

1.28
2.46
1.35
2.73
0.56
1.18
0.14
0.82

1.26
2.42
1.57
3.23
0.55
1.16
0.14
0.81

1.28
2.46
1.59
3.32
0.55
1.18
0.14
0.82

Sumber : Dinas Pariwisata, Senibudaya, Pemuda dan Olahraga, Kab. Sumbawa (2010) (Diolah)

Data tersebut pada table di atas menunjukkan bahwa adanya kecenderungan peningkatan
rasio lapangan olah raga per 10.000 penduduk di Kabupaten Sumbawa setiap tahunnya, meskipun
secara umum rasio tersebut sangat rendah. Ini berarti bahwa masih diperlukan peningkatan
ketersediaan lapangan olahraga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka
mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga.
Demikian pula dengan ketersediaan gedung olahraga, yang secara rinci disajikan menurut
kecamatan pada tahun 2010.
Tabel 2.26.
Rasio Gedung Olahraga Per 10.000 Penduduk Menurut Kecamatan di Kab. Sumbawa (2010)
No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Lunyuk
Orong Telu
Alas
Alas Barat
Buer
Utan
Rhee
Batulanteh
Sumbawa
Labuhan Badas
Unter Iwes
Moyo Hilir
Moyo Utara
Moyu Hulu
Ropang
Lenangguar
Lantung
Lape
Lopok
Plampang
Labangka

Jumlah Penduduk (jiwa)

Jumlah Gedung Olag


Raga (Unit)

18123
4530
27993
18425
13408
28828
6908
10127
56649
28870
18108
22238
9023
19871
5017
6286
2767
16131
17550
27813
10148

Rasio per 10000


Penduduk
5

0
0
1
0
0
0
0
0
2
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0,36
0
0
0
0
0
0,35
0,35
0
0,45
0
0
0
0
0
0
0
0
0

II - 22

22
23
24

Maronge
Empang
Tarano
Jumlah

9767
21580
15203
415363

0
1
1

0
0,46
0,66
0,17

Sumber : Dinas Pariwisata, Senibudaya, Pemuda dan Olahraga, Kab. Sumbawa (2010) (Diolah)

Fakta yang disajikan pada tabel tersebut menunjukkan bahwa hanya tersedia 0-1 unit
gedung olah raga di Kabupaten Sumbawa setiap 10.000 penduduk.
2.3.

Aspek Pelayanan Umum Pemerintahan Daerah

2.3.1. Urusan Wajib


Urusan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan wajib
pemerintah kabupaten sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku
sebanyak 26 urusan.
2.3.1.1. Pendidikan
Urusan wajib pendidikan yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten adalah dari
pendidikan pra sekolah hingga pendidikan menengah. Gambaran kinerja layanan urusan wajib
pendidikan yang selama ini telah diselenggarakan di Kabupaten Sumbawa secara lebih rinci sebagai
berikut.
a. Pendidikan Dasar
1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka partisipasi sekolah pada berbagai jenjang pendidikan menunjukkan proporsi
penduduk usia tertentu dan sesuai dengan usia sekolah yang bersekolah pada jenjang tersebut. APS
digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat
memanfaatkan fasilitas pendidikan, yang dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada
umur tertentu. Untuk melihat angka pasrtisipasi sekolah di Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu
indikator dalam mengukur keberhasilan wajib belajar 9 tahun, maka disajikan angka pasrtisipasi
sekolah pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs pada table berikut.
Tabel 2.27.
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kab. Sumbawa (2006 2010)
No

Jenjang Pendidikan

1
1.1
1.2
1.3
2
2.1
2.2
2.3

2006

2007

Tahun
2008

2009

2010

46311
51432
90,04

46895
51479
91,09

46852
51594
90,81

46302
50468
91,75

46382
47982
96,67

16797
25318
66,34

16180
25604
63,19

17187
25863
66,45

17087
24889
68,65

16893
20969
80,56

SD / MI
Jumlah murid usia 7 - 12 th
Jumlah penduduk kelompok usia 7 - 12 tahun
APS
SMP / MTs
Jumlah murid usia 13 - 15 th
Jumlah penduduk kelompok usia 13 - 15 thn
APS

Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun

Tabel 2.27 menunjukkan bahwa kinerja pembangunan pendidikan khususnya dalam


program wajib belajar 9 tahun di Kabupaten Sumbawa dalam kurun waktu 2006-2010 dari tahun ke
tahun semakin meningkat untuk setiap jenjang. Hal ini berarti bahwa proporsi masyarakat usia
sekolah yang memanfaatkan fasilitas layanan pendidikan serta sebagai gambaran partisipasi
masyarakat dalam mensukseskan program tersebut semakin meningkat. Lebih rendahnya angka
partisipasi sekolah pada jenjang SMP/MTs dibandingkan dengan jenjang SD/MI antara lain
disebabkan oleh masih adanya kasus putus sekolah, atau dapat juga sebagai akibat terjadinya
perpindahan anak didik untuk melanjutkan pendidikannya ke daerah lain.
II - 23

2. Rasio Ketersediaan Sekolah


Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah jenjang tertentu per 10000 jumlah
penduduk usia pendidikan tertentu yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pada jenjang pendidikan
tersebut. Rasio ketersediaan sekolah di Kabupaten Sumbawa tahun 2006-2010 untuk jenjang SD/MI
dan SMP/MTs disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.28.
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Kab. Sumbawa (2006 2010)
No

Jenjang Pendidikan

1
1.1
1.2
1.3
2
2.1
2.2
2.3

SD / MI
Jumlah gedung sekolah
Jumlah penduduk kelompok usia 7 - 12 tahun
Rasio
SMP / MTs
Jumlah gedung sekolah
Jumlah penduduk kelompok usia 13 - 15 tahun
Rasio

2006

2007

Tahun
2008

2009

2010

357
51432
69.41

361
51479
70.13

362
51594
70.16

362
50468
71.73

379
47982
78.99

80
25318
31.60

91
25604
35.54

96
25863
37.12

104
24889
41.79

107
20969
51.03

Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun

Tabel 2.28 menggambarkan bahwa ketersediaan sekolah baik pada jenjang SD/MI maupun
SMP/MTs di Kabupaten Sumbawa dari tahun ke tahun menunjukkan rasio yang semakin tinggi.
Selanjutnya untuk ketersediaan sekolah di setiap kecamatan disajikan pada table berikut.
Tabel 2.29.
Ketersediaan Gedung Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah
Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa (2010)
SD / MI
No
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Kecamatan
2

Lunyuk
Alas
Utan
Batu lanteh
Sumbawa
Moyo hilir
Moyo hulu
Ropang
Lape
Plampang
Empang
Lab. Badas
Alas barat
Labangka
Rhee
Buer
Moyo utara
Maronge
Tarano
Lopok
Lenangguar
Orong telu

Jumlah
Gedung
Sekolah

Jml Pddk usia


7-12 thn

Rasio

Jumlah
Gedung
Sekolah

SMP / MTs
Jml Pddk
usia 13-15
thn

Rasio

20
20
23
18
27
26
22
7
15
25
19
22
16
7
6
11
12
6
19
17
10
11

2018
3715
3481
1501
5420
2357
2169
565
1836
3140
2468
3127
2459
1137
889
1952
1011
1227
1765
1982
631
819

99.11
53.84
66.07
119.92
49.82
110.31
101.43
123.89
81.70
79.62
76.99
70.35
65.07
61.57
67.49
56.35
118.69
48.90
107.65
85.77
158.48
134.31

5
5
6
6
7
6
7
1
5
8
5
9
3
4
2
4
3
2
4
4
3
2

758
1668
1501
575
2882
1101
908
254
725
1309
1110
1373
1130
495
334
825
463
462
735
702
283
284

65.96
29.98
39.97
104.35
24.29
54.50
77.09
39.37
68.97
61.12
45.05
65.55
26.55
80.81
59.88
48.48
64.79
43.29
54.42
56.98
106.01
70.42

II - 24

SD / MI
No

Jumlah
Gedung
Sekolah

Kecamatan

23
24

Unter iwis
Lantung
Jumlah

Jml Pddk usia


7-12 thn

Jumlah
Gedung
Sekolah

Rasio

SMP / MTs
Jml Pddk
usia 13-15
thn

Rasio

17
3
379

2042
271
47.982

83.25

6
0
107

980
112
20.969

61.22
0.00
51.03

78.99

Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Sumbawa (Beberapa tahun terbitan)

3. Rasio guru/murid
Rasio guru/murid disebut juga sebagai rasio siswa per guru (R-S/G) merupakan
perbandingan antar jumlah siswa dengan guru pada jenjang pendidikan tertentu. Angka tersebut
diperlukan untuk mengetahui rata-rata ketersediaan guru yang dapat melayani siswa disuatu
sekolah. Untuk Kabupaten Sumbawa, disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.30.
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Kab. Sumbawa (2006 2010)
No

Tahun

Jenjang Pendidikan

2006

2007

2008

2009

2010

4412
53292
827.89

4404
54092
814.17

5078
53391
951.10

4839
53381
906.50

4999
53143
940.67

1629
21161
769.81

1727
21587
800.02

1881
22259
845.05

1894
22444
843.88

2016
21911
920.09

1
1.1
1.2
1.3
2
2.1
2.2
2.3

SD / MI
Jumlah Guru
Jumlah murid
Rasio
SMP / MTs
Jumlah guru
Jumlah murid
Rasio

Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun

Tabel 2.30 menggambarkan bahwa terjadi peningkatan rasio guru/murid di setiap jenjang
pendidikan di Kabupaten Sumbawa. Kondisi ini berarti bahwa beban guru untuk melayani siswa di
suatu sekolah semakin besar. Selanjutnya untuk setiap kecamatan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.31.
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa (2010)
No

Kecamatan

Jumlah
Guru

SD / MI
Jumlah
Murid

Rasio

Jumlah
Guru

SMP / MTs
Jumlah
Murid

Rasio

Lunyuk

235

2,611

90.00

89

1,260

706.35

Alas

262

3,754

69.79

98

1,557

629.42

Utan

298

3,895

76.51

131

1,421

921.89

4
5
6
7
8
9
10
11
12

Batu lanteh
Sumbawa
Moyo hilir
Moyo hulu
Ropang
Lape
Plampang
Empang
Labuhan badas

190
484
345
260
70
187
301
325
351

1,590
6,474
2,577
2,242
567
2,067
3,846
2,859
3,742

119.50
74.76
133.88
115.97
123.46
90.47
78.26
113.68
93.80

53
236
134
106
11
95
152
130
139

368
3,083
1,080
1,021
121
1,162
1,425
1,589
1,742

1440.22
765.49
1240.74
1038.20
909.09
817.56
1066.67
818.12
797.93

13
14

Alas barat
Labangka

277
73

2,433
1,515

113.85
48.18

136
67

896
475

1517.86
1410.53

II - 25

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Rhee
Buer
Moyo utara
Maronge
Tarano
Lopok
Lenangguar
Orong telu
Unter iwis
Lantung
Jumlah

56
122
157
76
225
225
92
82
274
32
4,999

1,082
1,749
1,160
1,263
2,108
2,035
650
668
1,941
315
53,143

51.76
69.75
135.34
60.17
106.74
110.57
141.54
122.75
141.16
101.59
94.07

19
70
53
36
63
56
38
5
99
0
2,016

259
770
532
502
662
683
294
57
952
0
21,911

733.59
909.09
996.24
717.13
951.66
819.91
1292.52
877.19
1039.92
0
920.09

Sumber : Diknas Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun

4. Kualifikasi Guru
Kondisi SDM guru di Kabupaten Sumbawa berdasarkan jenjang pendidikan formalnya
dalam periode tahun 2006-2010 sebagaimana ditunjukkan pada berikut.
Tabel 2.32.
Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV Berdasarkan Jenjang Pendididkan
Di Kabupaten Sumbawa (2006 2010)
No

Jenjang Pendidikan

1
1
1.1
1.2
2
2.1
2.2

2
SD/MI
S1 Keguruan
S1 Non Keguruan
SMP/MTs
S1 Keguruan
S1 Non Keguruan

2006

2007

Tahun
2008

2009

2010

366
0

357
0

366
0

1117
0

1140
0

863
116

961
131

863
116

1409
96

1555
90

Sumber : Diknas Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun

Kondisi SDM guru di Kabupaten Sumbawa berdasarkan jenjang pendidikan formalnya


dalam periode tahun 2006-2010 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.29, menunjukkan bahwa
dari 4999 orang guru di tingkat SD/MI pada tahun 2010, hanya 1140 orang berkualifikasi
pendidikan S1 keguruan. Pada jenjang SMP/MTs terdapat sebanyak 1645 orang guru berjenjang
pendidikan S1, diantaranya 1555 orang S1 keguruan dan 90 orang S1 non keguruan, sementara
jumlah guru SMP/MTs pada tahun 2010 mencapai 2016 orang. Demikian pula guru di jenjang
SMA/MA/SMK.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah ketersediaan guru berpendidikan S1 pada
masing-masing jenjang pendidikan menunjukkan peningkatan namun masih ditemukan guru-guru
yang belum memenuhi kualifikasi S1.
5. Angka Putus Sekolah (Drop Out)
Angka drop out menunjukkan jumlah siswa yang putus sekolah sebelum lulus pada jenjang
pendidikan tertentu untuk setiap 1000 siswa di suatu daerah. Makin kecil nilainya makin baik
berarti putus sekolah makin kecil. Nilai ideal = 0, berarti tidak ada siswa yang putus sekolah. Angka
putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar di Kabupaten Sumbawa tahun 2006-2010 disajikan
sebagai berikut.

II - 26

Tabel 2.33.
Angka Putus Sekolah (Drop Out) Pada Jenjang Pendidikan Dasar
di Kabupaten Sumbawa (2006-2010)
No

Jenjang Pendidikan

1
1
1.1
1.2
2
2.1
2.2

2
SD/MI
Angka
Persen (%)
SMP/MTs
Angka
Persen (%)

Tahun
2008

2006

2007

2009

2010

98
0,18

37
0.07

39
0.07

74
0.14

63
0.12

201
1.00

208
0.98

113
0.52

283
1.32

123
0.55

Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Sumbawa (Beberapa Tahun Terbitan)

Dari tabel 2.33 menunjukkan bahwa angka putus sekolah pada jenjang SD/MI masih lebih
rendah dibandingkan dengan jenjang SMP/MTs.
6. Tingkat Kerusakan Kelas
Pada tahun 2009, dari ruang kelas yang ada di Kabupaten Sumbawa, diantaranya 68,01%
adalah ruang kelas SD/MI, 22,11% ruang kelas SMP/MTs. Kondisi ruang kelas yang dikategorikan
sebagai ruang kelas rusak berat untuk tingkat SD/MI sebesar 9,48%, SMP/MTs sebesar 5,8% dari
total ruang kelas di Kabupaten Sumbawa. Pada tahun 2010, dari 2031 unit ruang kelas SD
sederajat,, 1.511 (74,39%) kondisi baik, 371 (18,26%) rusak ringan dan 149 (7,33%) dalam keadaan
rusak berat. Adapun ruang kelas SMP sederajat, dari 716 ruang kelas, dalam kondisi baik 568
(79,33%), rusak ringan 123 (17,18%), dan rusak berat 25 (3,49%).
b. Pendidikan Menengah
1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah menunjukkan proporsi
penduduk usia 16-18 tahun yang bersekolah pada jenjang pendidikan menengah. APS digunakan
untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia 16-18 tahun yang sudah dapat memanfaatkan
fasilitas pendidikan, yang dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada usia tersebut. Untuk
melihat angka pasrtisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Sumbawa
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.34.
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) SMA/MA/SMK Kab. Sumbawa
(2006 2010)
No

Jenjang Pendidikan

1.1
1.2
1.3

Jumlah murid usia 16 - 18 th


Jumlah penduduk kelompok usia 6 - 18 tahun
APS

2006

2007

Tahun
2008

2009

2010

12846
23320
55,09

14219
24028
59,18

14482
24275
59,66

14351
22840
62,83

15114
20857
72,46

Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun

Selanjutnya untuk melihat angka partisipasi sekolah jenjang pendidikan menengah


(SMA/MA/SMK) pada setiap kecamatan pada tahun 2010 disajikan sebagai berikut.

II - 27

Tabel 2.35.
APS SMA/MA/SMK Menurut Kecamatan di Kab. Sumbawa (2010)
No
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Kecamatan

Jumlah
Penduduk usia 16-18
tahun

Murid usia 16 - 18
tahun

Lunyuk
Alas
Utan
Batu lanteh
Sumbawa
Moyo hilir
Moyo hulu
Ropang
Lape
Plampang
Empang
Labuhan badas
Alas barat
Labangka
Rhee
Buer
Moyo utara
Maronge
Tarano
Lopok
Lenangguar
Orong telu
Unter iwis
Lantung
Jumlah

APS

550
1693
606
61
4857
312
416
0
760
930
995
390
567
222
0
211
300
0
270
351
148
105
1370
0
15114

736
1588
1312
453
3606
1011
864
261
731
1241
1126
1495
1084
452
315
707
430
448
742
598
291
266
996
104
20857

74.73
106.61
46.19
13.47
134.69
30.86
48.15
0.00
103.97
74.94
88.37
26.09
52.31
49.12
0.00
29.84
69.77
0.00
36.39
58.70
50.86
39.47
137.55
0.00
72.46

Sumber : Dinas Pendidikan Nasional (Beberapa tahun terbitan)

Berdasarkan data pada Tabel 2.35, maka penduduk usia 16-18 tahun yang banyak dapat
memanfaatkan fasilitas layanan pendidikan SMA/MA/SMK di Kabupaten Sumbawa secara
berturut-turut adalah di Kecamatan Unter Iwes, Sumbawa, Alas, dan Lape. Sedangkan angka
terendah adalah di Kecamatan Lantung, Rhee, dan Ropang.
2. Rasio Ketersediaan Sekolah
Rasio ketersediaan sekolah pada jenjang SMA/MA/SMK adalah jumlah sekolah jenjang
SMA/MA/SMK per 10000 jumlah penduduk usia 16-18 tahun. Rasio ini mengindikasikan
kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pada jenjang pendidikan tersebut. Rasio
ketersediaan sekolah jenjang SMA/MA/SMK di Kabupaten Sumbawa tahun 2006-2010 disajikan
sebagai berikut.
Tabel 2.36.
Rasio Ketersediaan Sekolah SMA/MA/SMK di Kab. Sumbawa (2006 2010)
No

Jenjang Pendidikan

1
2

Jumlah gedung sekolah


Jumlah penduduk kelompok usia 16 - 18 tahun
Rasio

2006

2007

Tahun
2008

2009

36
23,320
15.44

40
24,028
16.65

44
24,275
18.13

43
22,839
18.83

47
20,857
22.53

2010

Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun

Pada Tabel 2.36 terlihat bahwa rasio ketersediaan sekolah jenjang pendidikan menengah di
Kabupaten Sumbawa menunjukkan peningkatan. Hal ini berarti bahwa kemampuan sekolah
menampung siswa semakin meningkat dari tahun ketahun. Selanjutnya gambaran ketersediaan
II - 28

gedung sekolah jenjang pendidikan menengah di masing-masing kecamatan disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 2.37.
Ketersediaan Gedung Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah
Menurut Kecamatan Kabupaten Sumbawa (2010)
No

Kecamatan

Jumlah Gedung
Sekolah

SMA / MA / SMK
Jml penduduk usia
16-18 tahun

3
4
3
1
11
2
2
0
1
3
3
2
2
1
0
1
1
0
1
1
1
1
3
0
47

736
1588
1312
453
3606
1011
864
261
731
1241
1126
1495
1084
452
315
707
430
448
742
598
291
266
996
104
20,857

40.76
25.19
22.87
22.08
30.50
19.78
23.15
0.00
13.68
24.17
26.64
13.38
18.45
22.12
0.00
14.14
23.26
0.00
13.48
16.72
34.36
37.59
30.12
0.00
22.53

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Lunyuk
Alas
Utan
Batu lanteh
Sumbawa
Moyo hilir
Moyo hulu
Ropang
Lape
Plampang
Empang
Lab. Badas
Alas barat
Labangka
Rhee
Buer
Moyo utara
Maronge
Tarano
Lopok
Lenangguar
Orong telu
Unter iwis
Lantung
Jumlah

Rasio

Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun

3. Rasio guru terhadap murid


Rasio guru/murid atau rasio siswa per guru (R-S/G) merupakan perbandingan antar jumlah
siswa dengan guru pada jenjang pendidikan tertentu. Angka tersebut diperlukan untuk mengetahui
rata-rata ketersediaan guru yang dapat melayani siswa disuatu sekolah. Gambaran pada pendidikan
menengah di Kab. Sumbawa, disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.38.
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pend. Menengah Di Kab Sumbawa (2006 2010)
No

Jenjang Pendidikan

1
1
2
3

2
Jumlah guru
Jumlah murid
Rasio

2006
3
1038
13198
786.48

2007
4
1129
14183
796.02

Tahun
2008
5
1288
14482
889.38

2009
6
1304
14365
907.76

2010
7
1446
15114
956.73

Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun

Tabel 2.38 mennunjukkan bahwa terjadi peningkatan rasio guru/murid pada jenjang
pendidikan menengah di Kabupaten Sumbawa. Kondisi ini berarti bahwa beban guru untuk
melayani siswa di suatu sekolah semakin besar.
II - 29

4. Kualifikasi Guru
Kondisi SDM guru di Kabupaten Sumbawa berdasarkan jenjang pendidikan formalnya
dalam periode tahun 2006-2010 sebagaimana ditunjukkan pada berikut.
Tabel 2.39.
Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV Jenjang Pendididkan SMA/MA/SMK
Di Kabupaten Sumbawa (2006 2010)
No

Uraian

1
2

S1 Keguruan
S1 Non Keguruan

2006

2007

Tahun
2008

2009

756
123

750
162

756
123

1,003
124

1,200
112

2010

Sumber : Diknas Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun

Kondisi SDM guru di Kabupaten Sumbawa pada jenjang pendidikan SMA/MA/SMK dalam
periode tahun 2006-2010 sebagaimana ditunjukkan pada tabel tersebut, menunjukkan bahwa masih
terdapat guru dari latar belakang non pendidikan sebagaimana ditunjukkan pada table tersebut.
5. Angka Putus Sekolah (Drop Out)
Angka drop out (angka putus sekolah) pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten
Sumbawa tahun 2006-2010 disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.40.
Angka Putus Sekolah (Drop Out) Pada Jenjang Pendidikan Menengah
di Kabupaten Sumbawa (2006-2010)
No

Jenjang Pendidikan

1
2

Jumlah
Persen (%)

Tahun
2008

2006

2007

2009
6

2010
7

25
0.21

220
1.89

22
0.15

261
1.80

235
1.64

Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Sumbawa (Beberapa Tahun Terbitan)

Dari tabel 2.40 menunjukkan bahwa angka putus sekolah pada jenjang pendidikan
menengah masih cukup tinggi.
6. Tingkat Kerusakan Kelas
Pada tahun 2009 jumlah sekolah di Kabupaten Sumbawa secara keseluruhan pada semua
jenjang pendidikan sebanyak 671 sekolah dengan jumlah ruang kelas milik (RKM) sebanyak 3.127
ruang kelas, dengan rincian 2.333 (74,61%) dalam kondisi baik, 537 (17,17%) dalam kondisi rusak
ringan, 257 (8,22%) dalam kondisi rusak berat. Dari ruang kelas yang ada di Kabupaten Sumbawa,
diantaranya 9,89% adalah ruang kelas SMA/MS/SMK. Pada tahun 2010, tingkat kerusakan ruang
kelas SMA sederajat tidak terlalu tinggi. Dari 355 unit ruang kelas, dalam kondisi baik 325
(91,54%), rusak ringan 27 (7,61%) dan rusak berat 3 (0,84%).
2.3.1.2. Kesehatan
Pembangunan urusan kesehatan di Kabupaten Sumbawa hingga saat ini sudah menunjukkan
perkembangan dari tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, dapat dilihat kondisi sarana
kesehatan pada Tahun 2005, Posyandu berjumlah 513 buah, Puskesmas 15 Unit, Puskesmas
Pembantu 83 Unit, Puskesmas Keliling ada 16 Unit, jumlah Polindes ada 56, Rumah Bersalin
Swasta 2 Buah, balai Pengobatan / Klinik ada 2 Buah, Apotek 12 Buah, dan Toko Obat 17 Buah.
Sejak Tahun 2009 hingga saat ini, di Kabupaten Sumbawa sudah dibangun Rumah Sakit Propinsi
NTB Rujukan Pulau Sumbawa. Perkembangan akses ini mutlak diperlukan, mengingat jumlah
penduduk dari tahun ke tahun yang terus bertambah.

II - 30

a. Rasio Sarana Kesehatan


Aksesibilitas terhadap sarana kesehatan dapat dilihat rasionya terhadap jumlah penduduk.
Untuk melihat perbandingan rasio sarana kesehatan Kabupaten Sumbawa dan Provinsi NTB,
berikut disajikan data tahun 2009 pada melalui tabel berikut.
Tabel 2.41.
Jumlah dan Rasio Sarana Kesehatan Kab. Sumbawa dan Prov. NTB (2009)
Jumlah (unit)

Sarana Kesehatan
1

Puskesmas
Pustu
Polindes
Posyandu

Rasio (1:x)

KS

NTB

KS

NTB
5

24
95
37
606

147
534
565
5.881

17.531
4.429
12.021
694

30.163
8.303
7.848
754

Sumber: data Dinas Kesehatan kab. Sumbawa, 2010

Selanjutnya mengenai distribusi pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Sumbawa


untuk tahun 2010 disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.42.
Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Menurut Kecamatan (2010)
No

Kecamatan

Jumlah
Penduduk

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Lunyuk
Orong Telu
Alas
Alas Barat
Buer
Utan
Rhee
Batulanteh
Sumbawa
Labuhan Badas
Unter Iwis
Moyo Hilir
Moyo Utara
Moyo Hulu
Ropang
Lenangguar
Lantung
Lape
Lopok
Plampang
Labangka
Maronge
Empang
Tarano
Kabupaten

18,123
4,530
27,993
18,425
13,408
28,828
6,908
10,127
56,649
28,870
18,108
22,238
9,023
19,871
5,017
6,286
2,767
16,131
17,550
27,813
10,148
9,767
21,580
15,203
415,363

Puskesmas
Jumlah
Rasio
4

1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
25

Poliklinik
Jumlah
Rasio
6

0.06
0.22
0.04
0.05
0.07
0.03
0.14
0.10
0.04
0.03
0.06
0.04
0.11
0.05
0.20
0.16
0.36
0.06
0.06
0.04
0.10
0.10
0.05
0.07
0.06

0.018

0.0024

Pustu
Jumlah

Rasio

5
2
2
4
1
4
1
5
0
7
6
6
4
9
2
3
2
4
3
7
5
4
6
6
97

0.28
0.44
0.07
0.22
0.07
0.14
0.14
0.49
0.24
0.28
0.27
0.33
0.45
0.40
0.48
0.72
0.19
0.11
0.25
0.49
0.31
0.23
0.39
0.22

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa (2010)

b. Rasio pos pelayanan terpadu (Posyandu) per satuan balita


Posyandu sebagai tempat pelayanan kesehatan untuk balita di Kabupaten Sumbawa sejak
beberapa tahun yang lalu sudah menunjukkan kiprahnya. Di Kabupaten Sumbawa, Posyandu tetap
aktif dan berusaha memberikan layanan terbaik serta terdekat dengan masyarakat. Kondisi terakhir
II - 31

jumlah Posyandu di masing-masing kecamatan di Kabupaten Sumbawa menurut stratanya disajikan


sebagai berikut.
Tabel 2.43.
Jumlah Dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan Kecamatan
di Kabupaten Sumbawa (2010)
Kriteria Posyandu
NO
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Kecamatan

Pratama

Tarano
Empang
Plampang
Labangka
Maronge
Lape
Lopok
Moyo Hilir
Moyo Utara
Moyo Hulu
Ropang
Lenangguar
Lantung
Lunyuk
Orong Telu
Batu Lanteh
Unter Iwes
Sumbawa
Lab. Badas
Rhee
Utan
Buer
Alas
Alas Barat
Jumlah

Madya

Purnama

Mandiri

%
Posyandu
Aktif

15
9
3
10
1
0
2
4
1
4
0
8
5
6
13
0
0
22
2
0
15
0
9
1
130

10
12
33
6
5
16
20
6
2
14
0
5
0
15
0
8
17
31
35
7
35
7
21
11
316

1
12
2
0
7
9
4
26
13
13
8
0
0
3
0
8
10
3
2
4
0
9
2
13
149

0
2
0
0
0
0
0
1
1
5
0
0
0
0
0
1
4
2
0
5
0
4
0
4
29

3.85
53.85
7.69
26.92
34.62
15.38
103.85
53.85
69.23
30.77
11.54
34.62
53.85
19.23
7.69
34.62
6.25
58.62
100

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa (2010)

Selanjutnya mengenai rasio jumlah Posyandu dan balita terlayani di Kabupaten Sumbawa
sepanjang tahun 2007-2010 adalah sebagai berikut.
Tabel 2.44.
Jumlah Posyandu dan Balita di Kab. Sumbawa (2007-2010)
No

Uraian

1.
2.
3.

Jumlah Posyandu
Jumlah Balita
Rasio

Tahun
2007

2008

2009

2010
6

580
46.831
12,38

610
42.780
14,27

624
49.319
12,65

624
55.388
11,27

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa (beberapa tahun terbitan)

Adapun sebaran Posyandu dan jumlah balita menurut kecamatan di Kabupaten Sumbawa
disajikan sebagai berikut.

II - 32

Tabel 2.45.
Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan di Kab. Sumbawa (2010)
No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Jumlah Posyandu

Jumlah Balita

Lunyuk
Orong Telu
Alas
Alas Barat
Buer
Utan
Rhee
Batulanteh
Sumbawa
Labuhan Badas
Unter Iwis
Moyo Hilir
Moyo Utara
Moyo Hulu
Ropang
Lenangguar
Lantung
Lape
Lopok
Plampang
Labangka
Maronge
Empang
Tarano
Kabupaten

Rasio

24
13
32
29
20
50
16
17
58
39
31
37
17
36
8
13
4
25
26
38
17
13
35
26
624

2,148
537
3,317
2,183
1,589
3,416
819
1,200
6,713
3,421
2,146
2,635
1,069
2,355
595
745
328
1,912
2,080
3,296
1,203
1,157
2,557
1,802
49,221

11.18
24.22
9.65
13.28
12.59
14.64
19.55
14.17
8.64
11.40
14.45
14.04
15.90
15.29
13.46
17.45
12.20
13.08
12.50
11.53
14.14
11.23
13.69
14.43
12.68

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa (beberapa tahun terbitan)

c. Ketersediaan Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu)


Ketersediaan Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu di tengah-tengah masyarakat
terutama Kabupaten Sumbawa yang secara topografis memiliki wilayah berbukit dan luas dengan
kepadatan penduduk masih tergolong jarang dengan akses prasarana transportasi belum memadai
memang sangat dibutuhkan masyarakat. Hingga saat ini perkembangan ketersediaan sarana layanan
kesehatan tersebut memang belum dapat mengalahkan laju pertumbuhan penduduk, sehingga
rasionya selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini digambarkan pada table berikut.
Tabel 2.46.
Jumlah Puskesmas, Pustu dan Poliklinik Di Kabupaten Sumbawa (2006-2010)
No

Uraian

1
2
3
4
5
6
7
8

Jumlah Puskesmas
Jumlah Poliklinik
Jumlah Pustu
Jumlah
Jumlah Penduduk
Rasio Puskesmas per satuan Pendduk
Rasio Poliklinik per satuan Penduduk
Rasio Pustu per satuan penduduk
Rasio puskesmas, poliklinik dan pustu
per satuan penduduk

2006

2007

Tahun
2008
5

2009

2010

20
92
112
403,500
0.05
0.23

22
92
114
406,888
0.05
0.23

23
92
115
413,869
0.06
1.00
0.22

24
37
95
156
420,750
0.06
1.00
0.22

25
37
97
159
415,363
0.06
1.00
0.22

2.78

2.80

2.78

3.71

3.83

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa (beberapa tahun terbitan)

II - 33

Memperhatikan data yang tersaji pada Tabel 2.46 menunjukkan bahwa Poskesdes maupun
Pustu meskipun sudah berperan berkontibusi dalam membuka akses layanan kesehatan, namun
ketersediaannya belum dapat merata di seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa.
d. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk
Indikator rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat
diberikan oleh dokter dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Apabila dikaitkan dengan standar
sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani 2.500 penduduk atau 4
orang dokter melayani 10.000 penduduk. Sebagai gambaran ketersedian dokter di Kabupaten
Sumbawa disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.47.
Jumlah Dokter dan Penduduk di Kabupaten Sumbawa (2006-2010)
No

Uraian

1
1
2

2
Jumlah Dokter
Jumlah Penduduk
Rasio

2006
3

2007
4

47
403,500
1.16

53
406,888
1.30

Tahun
2008
5

2009
6

69
413,869
1.67

86
420,750
2.04

2010
7

95
415,363
2,29

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa (Diolah)

Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah dokter dari tahun
ke tahun di Kabupaten Sumbawa, namun bila memperhatikan rasio jumlah dokter terhadap
penduduk, hanya tertinggi di tahun 2010 yaitu mencapai 2,29. Hal ini berarti bahwa untuk melayani
setiap 10.000 penduduk di Kabupaten Sumbawa tersedia dokter sebanyak 2-3 orang. Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga dokter masih sangat kurang. Secara lebih rinci
mengenai ketersediaan dokter pada masing-masing kecamatan disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.48.
Rasio Jumlah Dokter Menurut Kecamatan di Kabupaten SumbawaTahun 2010
No
1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Kecamatan

Jumlah
Penduduk

Lunyuk
Orong Telu
Alas
Alas Barat
Buer
Utan
Rhee
Batulanteh
Sumbawa
Labuhan Badas
Unter Iwes
Moyo Hilir
Moyo Utara
Moyu Hulu
Ropang
Lenangguar
Lantung
Lape
Lopok
Plampang
Labangka
Maronge

18123
4530
27993
18425
13408
28828
6908
10127
56649
28870
18108
22238
9023
19871
5017
6286
2767
16131
17550
27813
10148
9767

Dokter (termasuk PTT


dan tenaga sukarela)
Dikes
RSUD
4

3
2
3
4
2
2
1
4
7
3
3
2
1
1
1
1
3
3
1
4
5
3

28

Jumlah

Rasio

(7=6/3*10000)

3
2
3
4
2
2
1
4
35
3
3
2
1
1
1
1
3
3
1
4
5
3

1.66
4.42
1.07
2.17
1.49
0.69
1.45
3.95
6.18
1.04
1.66
0.90
1.11
0.50
1.99
1.59
10.84
1.86
0.57
1.44
4.93
3.07

II - 34

No

Kecamatan

Jumlah
Penduduk

23
24

Empang
Tarano
Kabupaten Sumbawa

Dokter (termasuk PTT


dan tenaga sukarela)
Dikes
RSUD
4

21580
15203
415363

Jumlah

Rasio

(7=6/3*10000)

5
3
67

5
3
95

28

2.32
1.97
2.29

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa (2010) dan RSUD Kab. Sumbawa (2010)

Memperhatikan data pada tabel tersebut, terlihat bahwa ketersediaan jumlah dokter di
kecamatan-kecamatan belum dapat dikatakan merata, meskipun setiap kecamatan sudah tersedia
tenaga dokter, namun rasio ideal sebesar 4,0 belum terwujud.
e. Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk
Pelayanan kesehatan selain ditentukan oleh ketersediaan tenaga dokter juga dipengaruhi
oleh ketersediaan tenaga medis. Perkembangan rasio ketersediaan tenaga medis di Kabupaten
Sumbawa terhadap penduduk pada beberapa tahun terakhir disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.49.
Rasio Tenaga Medis dan Paramedia per 10.000 Penduduk
di Kabupaten Sumbawa (2006-2010)
No

Uraian

1
2

Jumlah Tenaga Medis


Jumlah Penduduk
Rasio per seribu penduduk

2006

2007

Tahun
2008

2009

2010
7

789
403,500

406,888

413,869

420,750

415,363
19,00

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa (2010) dan RSUD Kab. Sumbawa (2010)

Memperhatikan perkembangan rasio ketersediaan tenaga medis dan paramedic di Kabupaten


Sumbawa dalam beberapa tahun terakhir sebagaimana ditunjukkan pada tabel tersebut, selalu terjadi
peningkatan meskipun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat pula
ketersediaan SDM dalam rangka mengoptimalkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di
Kabupaten Sumbawa. Selanjutnya mengenai ketersediaan tenaga medis dan paramedic menurut
kecamatan di Kabupaten Sumbawa untuk keadaan tahun 2010, disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.50.
Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Sumbawa (2010)
Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis
Dinas Kesehatan
RSUD
Jumlah

No

Kecamatan

Jumlah
Penduduk

(1)

(2)

(3)

(4)

18123
4530
27993
18425
13408
28828
6908
10127
56649
28870
18108
22238
9023

21
12
36
23
21
31
16
18
47
43
36
30
19

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Lunyuk
Orong Telu
Alas
Alas Barat
Buer
Utan
Rhee
Batulanteh
Sumbawa
Labuhan Badas
Unter Iwes
Moyo Hilir
Moyo Utara

(5)

203

(6)

21
12
36
23
21
31
16
18
250
43
36
30
19

Rasio
(7=6/3*10000)

11.59
26.49
12.86
12.48
15.66
10.75
23.16
17.77
44,13
14.89
19.88
13.49
21.06

II - 35

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Moyu Hulu
Ropang
Lenangguar
Lantung
Lape
Lopok
Plampang
Labangka
Maronge
Empang
Tarano
Jumlah

19871
5017
6286
2767
16131
17550
27813
10148
9767
21580
15203

27
15
15
15
24
20
29
21
20
29
18

415363

586

203

27
15
15
15
24
20
29
21
20
29
18

13.59
29.90
23.86
54.21
14.88
11.40
10.43
20.69
20.48
13.44
11.84

789

19,00

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa (2010) dan RSUD Kab. Sumbawa (2010)

Pada tahun 2010, secara umum rasio ketersediaan tenaga medis dan paramedic di Kabupaten
Sumbawa mencapai 19,00. Ini berarti bahwa tersedia 19 tenaga untuk melayani setiap 10.000
penduduk. Bila dibandingkan dengan rasio rata-rata per kecamatan pada tahun 2010 yang mencapai
19,54, menunjukkan bahwa secara statistic rasio ketersediaan tenaga medis dan paramedic pada
masing-masing kecamatan sudah cukup merata. Adanya perbedaan antarkecamatan dipandang tidak
terlalu signifikan dan untuk kecamatan-kecamatan yang karena kondisi geografis cukup sulit serta
aksesibilitas yang yang rendah perlu mendapat perhatian di masa mendatang. Langkah terpenting
yang tetap perlu dikembangkan adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat, selain upaya fasilitasi yang menjadi kewajiban
pemerintah daerah.
2.3.1.3. Lingkungan Hidup
a. Persentase Penduduk Berakses Air Bersih
Perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat juga sangat tergantung kepada
kemampuan layanan penyediaan air bersih ataupun tinggi rendahnya akses masyarakat untuk
memperoleh air bersih, disamping usaha yang secara sadar dilakukan oleh masyarakat atas inisiatif
sendiri. Secara umum kondisi terkini mengenai keluarga yang memperoleh akases air bersih di
Kabupaten Sumbawa menurut kecamatan disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.51.
Jumlah Keluarga Yang Memperoleh Akses Air Bersih Perkecamatan
Kabupaten Sumbawa (2010)

14

15

16

16

0,00
0,00
1,58
7,36
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00

0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00

0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,08
0,00
0,00
0,00
0,00
0,71
0,00
0,00
0,00
13,44

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Jumlah

lainnya

13

41,87
26,79
47,36
12,99
56,09
58,75
59,84
80,16
52,66
42,33
12,72
38,12
50,35
88,01
93,60
24,86

kemasan

12

1,01
1,49
0,22
0,00
0,00
0,41
0,82
3,68
5,17
6,99
0,00
0,12
0,00
0,00
0,00
18,60

pah

11

57,12
71,72
50,84
79,66
43,91
40,84
39,26
16,16
42,16
50,68
87,28
61,06
49,65
11,99
6,40
43,09

36
47
-

Sgl

10

1.383
1.885
2.274
639
1.1
2.463
2.575
1.386
1.276
2.204
393
850
574
1.46
203
543

579
505
1.077
83
617
1.447
1.541
1.111
672
933
50
324
289
1.285
190
135

spt

0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
6
0
0
0
73

14
28
5
10
21
51
66
154
1
101

ledeng

790
1352
1156
509
483
1006
1011
224
538
1117
343
519
285
175
13
234

jumlah

3.543
5.415
7.408
2.834
2.641
4.364
4.735
5.941
2.4
5.414
872
1.456
1.803
4.348
1.166
2.77

Lainnya

kemasan

% Akses Air Bersih

Pah

Tarano
Empang
Plampang
Labangka
Maronge
Lape
Lopok
Moyo Hilir
Moyo Utara
Moyo Hulu
Ropang
Lenangguar
Lantung
Lunyuk
Orong Telu
Batu Lanteh

sgl

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kecamatan

Spt

NO

ledeng

Akses Air Bersih


Jumlah
Keluarga

II - 36

17 Unter Iwes
4.766
2171
18
Sumbawa
13.052
6511
19 Lab. Badas
6.669
1477
20 Rhee
1.779
291
21 Utan
7.471
2142
22 Buer
3.818
994
23 Alas
7.279
2426
24 Alas Barat
5.267
2210
Jumlah (KAB/KOTA)
107.211
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa

15
562
800
1182
147 1.239
91
272
54
1.12
144
423
240
923
112
463
2.054 17.022

3
0
29
16
131

1
1
2

5
0
0
0
0
0
1
0
87

2.756 78,77
8.494 76.65
2.893 51,05
670
43,43
3.316 64,60
1.561 63,68
3.59
67,58
2.785 79,35
47.273 59,18

0,54
9.42
5,08
13,58
1,63
9,22
6,69
4,02
4,34

20,39 0,11 0,00


0.08
0
0.01
42,83 1,00 0,03
40,60 2,39 0,00
33,78 0,00 0,00
27,10 0,00 0,00
25,71 0,00 0,00
16,62 0,00 0,00
36,01 0,277 0,004

0,18 100
0
100
0,00 100
0,00 100
0,00 100
0,00 100
0,03 100
0,00 100
0,18 100

b. Sarana Dan Prasarana Persampahan


Masalah persampahan sebagai bagian dari permasalahan lingkungan hidup juga menjadi
fokus pelayanan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Dalam beberapa tahun
terakhir diupayakan peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana seperti Tempat
Pembuangan Sampah (TPS). Pada 2006 TPS berjumlah 25 unit dengan kapasitas tampung rata-rata
10 ton, pada tahun 2007 jumlah TPS bertambah menjadi 46 unit dengan kapasitas tampung rata-rata
18,40 ton, tahun 2008 menjadi 116 unit dengan kapasitas tampung TPS rata-rata 46,40 ton, dan
tahun 2009 dengan 116 unit TPS dengan daya tampung menjadi 73,44 ton. Selanjutnya jumlah daya
tamping TPS di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.52.
Jumlah Daya Daya Tampung TPS di Kabupaten Sumbawa
No

Uraian

1.
2.
3.

Jumlah TPS (unit)


Rata-rata Daya Tampung TPS (m3)
Jumlah daya tampung TPS (m3)

2006

2007

Tahun
2008

2009

2010

25
10
250

46
18,40
846,4

116
46,40
5.382.4

116
73.44
8,519,04

116

Sumber : BPMLH Kab. Sumbawa (Beberapa tahun terbitan)

c. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk


Pertumbuhan penduduk dan dinamika populasi penduduk di era global, diyakini akan
meningkatkan kebutuhan konsumsi masyarakat yang pada akhirnya cenderung menimbulkan ekses
lain diantaranya berupa hasil sisa/sampah (west product). Masalah persampahan tersebut semakin
menjadi luas dan memberikan pengaruh bagi sebagian besar aspek kehidupan manusia. Selain
pentingnya peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat, dunia usaha dan seluruh komponen
yang ada, peran pemerintah daerah tetap diperlukan dalam rangka menyediakan fasilitas
penanganan dan pengolahan persampahan dimaksud. Hingga saat ini, penanganan persampahan di
Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.53.
Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah Penduduk
di Kabupaten Sumbawa
No

Uraian

1
2
3
4
5
6

Jumlah TPS (unit)


Rata-rata Daya Tampung TPS (m3)
Jumlah Daya Tampung TPS (m3)
Jumlah penduduk
Rasio TPS Penduduk
Rasio Daya tampung-penduduk

2006

2007

Tahun
2008

2009

2010

25
10
250
401209
0.62
0.62

46
18.4
846.4
406888
1.13
2.08

116
46.4
5382.4
413869
2.80
13.01

125
73.44
9180
420750
2.97
21.82

134
73.44
9840.96
415363
3.23
23.69

Sumber : BPMLH Kab. Sumbawa (Beberapa tahun terbitan)

II - 37

2.3.1.4. Pekerjaan Umum


a. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan ketersediaan prasarana jalan di Kabupaten
Sumbawa disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.54.
Status dan Panjang Jalan Kabupaten Sumbawa (2006-2010) (km)
Status Jalan

2006

Jalan Nasional
Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
TOTAL
Proporsi panjang jalan kab.
terhadap panjang jalan

Tahun
2008

2007

2009

2010

Peningkatan

182,81
279,96
914,37
1377,14

223,32
379,05
936,81
1539,18

223,32
379,05
936,81
1539,18

223,32
379,05
939,87
1542,24

223,32
406,88
906,08
1535,28

40,51
126,92
37,14
204,57

22%
45%
4%
15%

66.40

60.86

60.86

60.94

60.16

309.22

61.84

Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa (Beberapa tahun terbitan)

Dari 906,08 km panjang jalan kabupaten pasa tahun 2010, maka kondisi permukaan jalan
saat ini adalah sepanjang 368,78 km (38,76%) berupa jalan aspal, 206,90 km (21,74%) merupakan
jalan kerikil dan 375,83 km (39,50%) merupakan jalan tanah. Kondisi kematapan jalan kabupaten
sebagaimana terlihat melalui tabel berikut.
Tabel 2.55.
Kondisi Kemantapan Jalan Kabupaten (2010)
Kondisi
1

Jalan Mantap
Jalan Tidak Mantap
Jalan Kritis
Total

Aspal

Kerikil

Tanah

Total

Km

Km

Km

Km

250.52
29.61
82.54
362.67

69.08
8.16
22.76
40.03

116.74
86.27
5.84
208.85

55.90
41.31
2.80
23.05

1.52
69.02
264.02
334.56

0.42
21.95
77.63
36.92

368.78
184.9
352.4
906.08

%
9

40.70
20.41
38.89
100

Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa (2010)

Berdasarkan data kondisi kemantapan jalan tersebut, terlihat bahwa sebagian besar jalan
kabupaten masih dalam kondisi tidak mantap dan kritis. Penanganan jalan dari tahun ke tahun
menjadi tugas berat pemerintah yang dihadapkan pada keterbatasan anggaran, juga kualitas
pengerjaan jalan dan kondisi geografis turut memperburuk kemampuan daerah dalam meningkatkan
kondisi kemantapan jalan. Berdasarkan kondisi tersebut, penanganan jalan penting menjadi
perhatian, dan antara lain untuk menghasilkan kepastian anggaran dan kualitas jalan maka
pembiayaan secara tahun jamak (multiyears) perlu ditempuh dalam lima tahun mendatang.
b. Rasio Jaringan Irigasi
Kabupaten Sumbawa memiliki 34 Daerah irigasi (DI) dengan luas total 29.843 Hektar. 2 DI
dengan luas >3.000 Ha menjadi kewenangan pusat 2 seluas 9.535 Ha (31,95%), 8 DI luasan antara
1.000-3000 Ha dengan luas keseluruhan 13.873 Ha (38,70%) menjadi kewenangan provinsi dan 25
DI luasan <1000 Ha, dengan luas keseluruhan 8.758 Ha (29,35%) menjadi kewenangan kabupaten.
Adanya daerah irigasi tersebut telah mendukung peningkatan produksi lahan pertanian karena
petani dapat memanfaatkan lahan pertaniannya sepanjang tahun dengan 3 musim tanam. Adapun
gambaran DI yang menjadi kewenangan pemerintah pusat di Kabupaten Sumbawa disajikan pada
tabel berikut.

II - 38

Tabel 2.56.
Daerah Irigasi Kewenangan Pusat (>3000 Ha)
Panjang Saluran
No

Kab/Daerah Irigasi

Nama WS Nama DAS Luas Baku Luas Irigasi

Induk

Bangunan pada sal pembawa

Sekunder bagi bagi sadap sadap Pengatur

1
1

2
Bend. Batu bulan

3
Sumbawa

4
Br. Pulit

5
5,576

7
4,822

8
60,419

9
44,122

10
73

11
0

12
60

13
0

Mamak Kakiang

Sumbawa

Br. Pulit

5,416
10.992

4.713
9,535

11,632
72,051

92,403
136,525

4
77

22
22

93
153

1
1

Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa , 2011

Selanjutnya Daerah Irigasi (DI) yang masih di bawah kewenangan pemerintah provinsi di
wilayah Kabupaten Sumbawa disajikan pada table berikut.
Tabel 2.57.
Daerah Irigasi Kewenangan Provinsi (>1000-3000 Ha)

Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa , 2011

Daerah irigasi yang masih dalam kewenangan provinsi di wilayah Kabupaten Sumbawa
selama ini cukup memberikan kontribusi dalam rangka memenuhi kebutuhan air bagi lahan
pertanian penduduk. Persoalan mendasar yang masih dihadapi selama ini adalah lamanya musim
kering dibandingkan musim hujan menyebabkan persediaan air yang belum dapat memadai
sepanjang tahun. Sedangkan Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Sumbawa yang menjadi kewenangan
pemerintah Kabupaten Sumbawa adalah sebanyak 25 DI, yang secara rinci disajikan sebagai
berikut.

II - 39

Tabel 2.58.
Daerah Irigasi Kewenangan Kabupaten (<1000 Ha)

Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa , 2011

Dari tabel tersebut, selanjutnya ditunjukkan rasiopanjang jaringan irigasi yang tersedia
terhadap luas irigasi, rasio panjang saluran irigasi terhadap luas baku, dan rasio luas irigasi terhadap
luas baku, baik jaringan irigasi kewenangan pusat, provinsi maupun pada 25 DI di Kabupaten
Sumbawa, sebagai berikut.
Tabel 2.59.
Rasio Jaringan Irigasi di Kabupaten Sumbawa (2010)
No
1
1
2
3
4
5
6
7
8

Uraian
2
Luas Baku
Luas Irigasi
Sal. Induk (m)
Sal. Sekunder (m)
Rasio saluran induk thdp luas baku
Rasio saluran induk thdp luas irigasi
Rasio saluran sekunder thdp luas baku
Rasio saluran sekunder thdp luas irigasi

Pusat
3
10,992
9,535
72,051
136,525
6.55
7.56
12.42
14.32

Kewenangan
Provinsi
4
12,351
11,550
26,921
104,527
2.18
2.33
8.46
9.05

Kab
5
12,259
8,758
29,005
136,525
2.37
3.31
11.14
15.59

Jumlah
6
35,602
29,843
127,977
377,577
3.59
4.29
10.61
12.65

Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa , 2011 (diolah)

2.3.1.5. Penataan Ruang


Gambaran umum kondisi Kabupaten Sumbawa terkait dengan penyelenggaraan urusan
penataan ruang dapat terlihat dari beberapa aspek sebagai berikut.

II - 40

a. Rasio ruang terbuka hijau


Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu
wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi guna mendukung manfaat
langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkannya, seperti keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan dan keindahan kawasan/wilayah. Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya
(ekologis, sosial, ekonomi dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan
lingkungan) tidak hanya dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kelangsungan kehidupan
biotic pada wilayah tersebut, tetapi juga akan dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas wilayah
tersebut.
Ruang terbuka hijau di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011, seluruhnya seluas 58.046,08
Ha yang tersebaur pada 36 lokasi. Secara rinsi disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.60.
Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Sumbawa
NO

Nama RTH

1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

2
Hutan Kota Olat Rarang
Hutan Kota Pungka
Hutan Kota Simpang Moyo
Hutan Kota Wisma Daerah
Taman Kota Bantaran Sungai Kampung Mande I
Taman Kota Bantaran Sungai Kampung Mande II
Taman Kota Bugis
Taman Kota Depan Asrama Lama
Taman Kota Depan PLN I
Taman Kota Depan PLN II
Taman Kota Jam Gadang
Taman Kota Jembatan Lempeh
Taman Kota Labuhan Sumbawa I
Taman Kota Labuhan Sumbawa II
Taman Kota Labuhan Sumbawa III
Taman Kota Lapangan Kerato
Taman Kota Lapangan Pahlawan
Taman Kota Lawang Desa
Taman Kota Median Jl. Depan Kantor Bupati
Taman Kota Patung Keraci
Taman Kota Patung Kerbau
Taman Kota Patung Kuda
Taman Kota Patung Menjagan
Taman Kota Samping Kantor Bupati
Taman Kota Simpang Boak
Taman Kota Simpang Dam Aji
Taman Kota Simpang Moyo
Taman Kota Simpang Nijang
Taman Kota Simpang Sering
Taman Kota Simpang Sernu
Taman Kota Simpang Tano
Taman Kota Tugu Adipura
Taman Kota Tugu Lilin
Taman Kota Ujung Jembatan Brang Biji
Taman Simpang Seroja
Taman Terusan Kamboja
Jumlah

Luas (m2)
2010
3
11,413.00
10,150.00
1,034.00
320.00
2,228.00
660.00
135.00
36.00
28.00
570.00
586.25
1,551.00
6,900.00
665.00
525.00
108.00
40.00
17.70
94.50
322.44
90.57
240.40
719.60
123.50
112.74
40,680.70

2011
4
11,413.00
9,545.00
1,572.86
10,150.00
1,034.00
320.00
2,228.00
660.00
135.00
36.00
28.00
362.20
570.00
586.25
1,551.00
4,370.00
6,900.00
665.00
525.00
359.40
40.00
17.70
94.50
322.44
461.20
238.74
206.87
93.38
448.06
90.57
48.00
112.74
719.60
123.50
7.07
58,046.08

Sumber : Bappeda Kabupaten Sumbawa (2011)

Sesuai dengan standar lingkungan hidup, agar kegiatan budidaya tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung lingkungan maka pengembangan ruang terbuka hijau paling sedikit
II - 41

mencapai 30% dari luas kawasan di perkotaan. Selanjutnya gambaran rasio ketersediaan ruang
terbuka hijau pada kawasan perkotaan di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.61.
Rasio Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Sumbawa (2011)
No

Uraian

Luas (Ha)

Rasio (%)

58,046.08
6.643,980

8,74

1
2

Ruang terbuka hijau


Luas wilayah

Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa (2011)

Memperhatikan rasio ruang terbuka hijau di Kabupaten Sumbawa hanya sebesar 8,74%
sedangkan standar minimal sebesar 30%. Ini menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau di Kabupaten
Sumbawa sangat kecil dan masih jauh dari standar yang ditentukan.
b. Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan
Sesuai dengan ketentuan bahwa setiap orang/badan usaha yang akan mendirikan/
membangun gedung baru, memperluas. Mengubah, mengurangi dan/atau merawat bangunan
gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku wajib memiliki
izin (IMB). Perkembangan penerbitan IMB di Kabupaten Sumbawa serta pertumbuhannya sejak
tahun 2003 disajikan pada gambar berikut.

Gambar 2.7
Jumlah IMB per tahun di Kabupaten Sumbawa

Gambar tersebut menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan penerbitan IMB pada
tahun 2004 dan tahun 2009, namun trendnya menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Selanjutnya bila dibandingkan dengan jumlah bangunan yang ada dan wajib ber-IMB, maka rasio
bangunan ber-IMB per satuan bangunan di Kabupaten Sumbawa (2006-2010) dihitung secara
kumulatif, disajikan sebagai berikut.

II - 42

Tabel 2.62.
Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan
Di Kabupaten Sumbawa (2006 s.d 2010)
Uraian
1

Jumlah Bangunan berIMB


Jumlah Bangunan
Rasio bangunan berIMB (1:2)

s/d Th. 2006

s/d Th. 2007

Tahun
s/d Th. 2008

s/d Th. 2009

s/d Th. 2010

584

830

1130

1373

100355

101193

105568

107679

108938

0.006

0.008

0.011

0.013

0.015

1687

Sumber : Kantor Peyanan Perizinan Terpadu Kab. Sumbawa (beberapa tahun terbitan)

Data tersebut menggambarkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah bangunan dan jumlah
bangunan ber-IMB di Kabupaten Sumbawa, termasuk rasionya telah menunjukkan peningkatan
setiap tahun. Peningkatan rasio tersebut berarti bahwa pertambahan IMB yang diterbitkan lebih
besar dibandingkan dengan pertambahan bangunannya. Meskipun demikian, data tersebut juga
menginformasikan bahwa dengan rasio yang nilainya kurang dari 1 maka masih banyak bangunan
yang belum ber-IMB.
2.3.1.6. Perencanaan Pembangunan
Sebagai gambaran umum perkembangan sistem perencanan di Kabupaten Sumbawa setelah
dibentuk Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional sebagai regulasi pertama yang secara khusus mengatur sistem perencanaan pembangunan.
Pemerintah Kabupaten Sumbawa telah melahirkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Tahun 2005-2010 dengan Peraturan Bupati Sumbawa Nomor 11 Tahun 2005,
serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (Rancangan RPJPD) Tahun 2005-2025 dengan
Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2010. Kedua dokumen tersebut dibentuk setelah melalui proses
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah RPJMD, dan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Daerah RPJPD.
Terkait dengan dokumen perencanaan, di Kabupaten Sumbawa telah tersedia dokumen
perencanaan jangka panjang daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah dan dokumen
perencanaan jangka menengah daerah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah untuk
periode tahun 2005-2010 sesuai amanat UU Nomor 25 Tahun 2004, sedangkan RPJMD Tahun
2011-2015 ini akan ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai amanat UU Nomor 32 Tahun 2004.
Untuk perencanaan tahunan, setiap tahunnya dibentuk Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
Berikut ini adalah ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten
Sumbawa dalam kurun waktu tahun 2005-2010 sebagai berikut.
Tabel 2.63.
Ketersediaan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Sumbawa
No
1
1
2
3
4
5

Dokumen
2
RPJPD
RPJM
RKPD
LAKIP
Laporan Evaluasi
Kinerja

2006
Tidak
Ada
ada
3
4
v
v
v
v
v

2007
Tidak
Ada
ada
5
6
V
v
v
v
v

2008
Tidak
Ada
ada
7
8
V
v
v
v
v

2009
Tidak
Ada
ada
9
10
v
v
v
v
v

2010
Tidak
Ada
ada
11
12
v
v
v
v
v

II - 43

Laporan Midterm
Review
LKPJ
LPPD
SIMRENAS
Statistik Ekonomi
Daerah
Kebijakan Umum
Anggaran
Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara

7
8
9
10
11
12

v
v
v

v
v
v
v

v
v
v
v

v
v
v
v

v
v
v
v

Sumber : Bappeda Kab. Sumbawa (2010)

2.3.1.7. Perumahan
a. Rumah layak huni
Permukiman dan rumah layak huni merupakan harapan dan idaman setiap insan. Pemerintah
perlu tetap berupaya dalam meningkatkan kualitas hunian masyarakat, terutama masyarakat
berpenghasilan randah dan tidak mampu, dengan tujuan untuk mendorong masyarakat lainnya
untuk berpartisipasi dan peduli terhadap sesama. Hingga tahun 2010 kondisi rumah penduduk yang
dikelompokkan ke dalam rumah layak huni dan rumah tidak layak huni disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.64.
Jumlah dan Rasio Rumah Layak Huni Kabupaten Sumbawa (2010)
No

Kecamatan

Penduduk

Jumlah Rumah (unit)

Rumah Layak Huni (unit)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Sumbawa
Lab. Badas
Utan
Alas
Alas Barat
Lape
Lopok
Plampang
Labangka
Empang
Lenangguar
Lantung
Orong Telu
Lunyuk
Batulanteh
Rhee
Buer
Unter Iwes
Moyo Hilir
Moyo Utara
Moyo Hulu
Ropang
Maronge
Tarano
Total

56649
28870
28828
27993
18425
16131
17550
27813
10148
21580
6286
2767
4530
18123
10127
6908
13408
18108
22238
9023
19871
5017
9767
15203
415363

15,082
6,572
7,771
7,359
5,309
4,289
4,693
7,045
2,834
5,651
1,754
911
1,128
4,721
2,714
1,838
3,593
4,594
5,928
2,833
5,819
1,394
2,459
3,662
109953

13,961
5,457
5,830
5,466
4,196
3,673
0
5,034
1,872
4,524
1,453
643
863
3,671
2,416
1,248
2,790
3,903
5,321
2,437
5,039
1,159
2,215
1,910
85,081

Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa (2010)

Rasio rumah layak huni merupakan jumlah rumah yang memenuhi kriteria layak huni untuk
setiap 1000 penduduk. Dari jumlah 109.953 rumah, sebanyak 85.081 rumah tergolong layak huni
II - 44

atau mencapai 77,38%, dengan rasio rumah layak huni terhadap 1000 penduduk mencapai 204,84.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap seribu penduduk terdapat rumah layak huni sebanyak 205
unit.
b. Rumah tangga pengguna air bersih
Layanan air bersih di Kabupaten Sumbawa dilakukan melalui PDAM Sumbawa, Dinas
Pekerjaan Umum, dunia usaha dan swadaya masyarakat. PDAM melayani penyediaan air minum di
perkotaan dan beberapa kecamatan dengan memanfaatkan sumber air baku yang berasal dari air
permukaan dan mata air dengan system gravitasi. Hingga saat ini jumlah pelanggan PDAM di
Kabupaten Sumbawa baru mencapai 12.663 pelanggan (11,52% dari jumlah rumah yang ada) yang
tersebar pada 9 kecamatan.
Dinas Pekerjaan Umum melaksanakan layanan air bersih dengan membangun prasarana dan
sarana penyediaan air bersih, diantaranya melalui penyediaan sumur bor serta pemasangan pompa
air. Pelayanan oleh dunia usaha dilakukan melalui air kemasan, serta swadaya masyarakat melalui
pembuatan sumur gali, pemasangan pompa/mesin air. Sebagai gambaran mengenai kondisi terkini
terkait dengan rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Sumbawa, sebagai berikut.
Tabel 2.65.
Rumah Tangga Yang Menggunakan Air Bersih di Kabupaten Sumbawa (2010)

5
3.543
5.415
7.408
2.834
2.641
4.364
4.735
5.941
2.4
5.414
872
1.456
1.803
4.348
1.166
2.77
4.766
13.052
6.669
1.779
7.471
3.818
7.279
5.267
978.339

6
790
1352
1156
509
483
1006
1011
224
538
1117
343
519
285
175
13
234
2171
6511
1477
291
2142
994
2426
2210
107.211

7
14
28
5
10
21
51
66
154
1
101
15
800
147
91
54
144
240
112
2.054

8
579
505
1.077
83
617
1.447
1.541
1.111
672
933
50
324
289
1.285
190
135
562
1182
1.239
272
1.12
423
923
463
17.022

8
36
47
3
0
29
16
131

Jumlah

3,662
5,651
7,045
2,834
2,459
4,289
4,693
5,928
2,833
5,819
1,394
1,754
911
4,721
1,128
2,714
4,594
15,082
6,572
1,838
7,771
3,593
7,359
5,309
109953

Lainnya

kemasan

1
2
3
1
Tarano
15203
2
Empang
21580
3
Plampang
27813
4
Labangka
10148
5
Maronge
9767
6
Lape
16131
7
Lopok
17550
8
Moyo Hilir
22238
9
Moyo Utara
9023
10
Moyo Hulu
19871
11
Ropang
5017
12
Lenangguar
6286
13
Lantung
2767
14
Lunyuk
18123
15
Orong Telu
4530
16
Batu Lanteh
10127
17
Unter Iwes
18108
18
Sumbawa
56649
19
Lab. Badas
28870
20
Rhee
6908
21
Utan
28828
22
Buer
13408
23
Alas
27993
24
Alas Barat
18425
Jumlah (KAB/KOTA)
415363
Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa (2010)

Jumlah rumah

Pah

Penduduk

sgl

Kecamatan

Spt

No

Ledeng

Akses Air Bersih


Jumlah
Keluarga

10
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
6
0
0
0
73
5
0
0
0
0
0
1
0
87

11
1.383
1.885
2.274
639
1.100
2.463
2.575
1.386
1.276
2.204
393
850
574
1.460
203
543
2.756
8.494
2.893
670
3.316
1.561
3.59
2.785
47.273

1
1
2

2.3.1.8. Kepemudaan dan Olah Raga


a. Jumlah Organisasi Pemuda
Pembangunan kepemudaan sebagai bagian dari upaya membangun generasi muda
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan kepemudaan, seperti Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra),
penyelenggaraan upacara bendera, pendidikan pemuda produktif, kegiatan pemuda pelopor, dan
kegiatan lainnya. Organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda yang berkerjasama dengan suatu
perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hingga tahun
2010 jumlah organisasi pemuda yang aktif di Kabupaten Sumbawa sebanyak 21 unit organisasi.
II - 45

Selain itu juga terdapat grup kesenian sebanyak 52 group dan klub olahraga sebanyak 674 klub
yang tersebar di kecamatan dan desa di Kabupaten Sumbawa.
b. Jumlah Organisasi Olahraga
Organisasi olahraga adalah organisasi formal yang dibentuk oleh sekelompok masyarakat
olahraga yang bekerjasama dengan suatu perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan-peraturan,
untuk mencapai suatu tujuan pembangunan dunia olahraga. Di Kabupaten Sumbawa terdapat 25
cabang olahraga yang secara formal organisasinya bernaung di bawah Komite Olahraga Nasional
Indonesia (KONI) Cabang Sumbawa. Setiap cabang terdapat beberapa organisasi olahraga yang
dibentuk oleh masyarakat dan secara formal diakui. Selain 25 pengurus cabang olahraga, tingkat
kabupaten, juga sudah terbentuk sebanyak 674 klub olahraga yang tersebar di kecamatan dan desa
di Kabupaten Sumbawa.
c. Jumlah Kegiatan Kepemudaan
Kegiatan kepemudaan adalah kegiatan atau event kepemudaan yang diselenggarakan
dalam bentuk pertandingan, perlombaan dan upacara serta kejadian atau peristiwa sejenis.
Banyaknya jumlah kegiatan kepemudaan menggambarkan tingginya antusiasme pemuda untuk
berperan serta dalam pembangunan daerah. Dengan jumlah kegiatan kepemudaan yang tinggi
merupakan indikator efektifitas keberadaan organisasi pemuda dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Secara umum frekwensi kegiatan kepemudaan di Kabupaten Sumbawa khususnya yang
merupakan kegiatan bersifat tetap sebagai agenda rutin tahunan organisasi kepemudaan antara lain
kegiatan yang dilaksanakan oleh KNPI, OKP-OKP, dan organisasi kepemudaan lainnya seperti
kegiatan mahasiswa dapat dikatakan cukup tinggi.
d. Jumlah Kegiatan Olahraga
Kegiatan olahraga adalah kegiatan atau event olahraga yang diselenggarakan baik oleh
pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. Kegiatan olahraga dapat diselenggarakan dalam bentuk
pertandingan dan perlombaan serta kejadian atau peristiwa sejenis. Banyaknya jumlah kegiatan
olahraga menggambarkan tingginya antusiasme organisasi olahraga di daerah untuk berperan serta
dalam pembangunan daerah.
Dengan jumlah kegiatan olah raga yang tinggi merupakan indikator efektifitas keberadaan
organisasi olahraga dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.Sebagai upaya peningkatan
prestasi olahraga masyarakat, sepanjang tahun 2005-2007 melalui Dinas Pendidikan secara rutin
dilaksanakan event olahraga dalam bentuk pekan olahraga antar sekolah. Demikian pula dengan
upaya pengembangan iklim keolahragaan masyarakat yang diselenggarakan oleh organisasi dari
masing-masing cabang olahraga yang ada di Kabupaten Sumbawa.
Pada tahun 2008 dan tahun 2009 diadakannya lomba-lomba di tingkat kabupaten dan
provinsi. Pada tahun 2009 dilaksanakan kompetisi olahraga tingkat SMA se Kabupaten Sumbawa,
pembinaan manajemen organisasi olahraga yang diikuti oleh 25 pengurus cabang olahraga, serta
peningkatan sarana dan prasarana olahraga yang dilakukan dalam bentuk distribusi bantuan kepada
masyarakat. Beberapa even yang dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa meliputi sepak bola
antarpelajar, Suratin Cup, Cenderawasih Cup, seleksi Persisum, pertandingan bulu tangkis,
pertandingan olahraga antarpelajar, dan lain-lain.

II - 46

2.3.1.9. Penanaman Modal


Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan penanaman modal dapat dilihat dari
beberapa indikator sebagai berikut.
a. Jumlah investor berskala nasional
Modal dalam negeri maupun modal asing merupakan suatu hal yang semakin penting bagi
pelaksanaan pembangunan di daerah. Pada prinsipnya penanaman modal diyakini akan dapat
memberikan keuntungan kepada semua pihak dan bukan hanya investor, tetapi juga bagi
perekonomian local serta bagi Negara asal investor. Kebijakan daerah untuk mengundang investor
asing adalah untuk meningkatkan potensi ekspor dan substitusi import, serta diharapkan akan terjasi
alih teknologi dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah serta memberikan peluang
bagi peningkatan mutu SDM daerah. Dalam kurun waktu 2008-2010 jumlah perusahaan yang
berinvestasi baik dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) termasuk pengusaha
lokal, dan Penanaman Modal dari Luar Negeri dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) ratarata di atas 5.700 perusahaan dengan tingkat realisasi 98,24%, seperti terlihat pada gambar dibawah
ini.

Sumber : BPM-LH Kab. Sumbawa (2011) ( Diolah)

Gambar 2. 8
Jumlah Perusahaan PMDN dan PMA yang Berinvestasi di Kabupaten Sumbawa (2008-2010)

Secara umum perkembangan rencana dan realisasi investasi di Kabupaten Sumbawa baik
PMDN maupun PMA disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.66.
Nilai Rencana dan Realisasi Investasi di Kab. Sumbawa (2008-2010) (Milyar Rupiah)
Tahun
1
2008
2009
2010
Rerata

PMA
2
46
320
271
212

Rencana Investasi
PMDN
3
1.274
692
8.267
3.411

Jumlah
4
1.319
1.012
8.538
3.623

PMA
5
2
62
46
37

Realisasi Investasi
PMDN
6
579
692
626
632

Jumlah
7
581
755
672
669

Sumber : BPM-LH Kab. Sumbawa (2011) ( Diolah)

Investasi tersebut terealisasi pada beberapa sector usaha seperti sector perikanan,
peternakan, kehutanan dan perkebunan, pariwisata, pertanian, perindustrian dan perdagangan, serta
pertambangan.
b. Rasio daya serap tenaga kerja
Secara umum bilamana investasi meningkat, maka daya serap tenaga kerja akan meningkat
pula, karena peningkatan investasi cenderung akan membuka tambahan lapangan kerja sehingga
secara tak langsung akan membutuhkan tenaga kerja baru. Daya serap tenaga kerja secara umum
dimaknai sebagai kemampuan penyerapan tenaga kerja dalam setiap satu satuan investasi yang
II - 47

ditanam pada suatu usaha. Untuk tahun 2010, daya serap tenaga kerja di Kabupaten Sumbawa
disajikan sebagai berikut.
Tabel 2.67.
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Kabupaten Sumbawa (2010)
No

Uraian

1
2

Jumlah
3

Jumlah tenaga kerja yang berkerja pada perusahaan PMA/PMDN


Jumlah seluruh PMA/PMDN
Rasio daya serap tenaga kerja

791
24
32,96

Sumber : BPM-LH Kab. Sumbawa (2011) ( Diolah)

2.3.1.10. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM)


Upaya mewujudkan kemakmuran bagi masyarakat juga telah dilakukan melalui
pemberdayaan Usaha Ekonomi Rakyat dan Perkoperasian. Gambaran umum kondisi daerah terkait
dengan urusan koperasi dan usaha kecil dan menengah dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai
berikut.
a. Persentase Koperasi Aktif
Dalam rangka pemberdayan ekonomi rakyat dan memperluas lapangan kerja, peran koperasi
serta usaha kecil dan menengah sangat diperlukan. Semakin banyak koperasi aktif, maka
diharapkan semakin berdaya ekonomi berbasis kerakyatan, menurunnya angka kemiskinan serta
angka pengangguran. Sebagai gambaran kondisi perkoperasian di Kabupaten Sumbawa, disajikan
sebagai berikut.
Tabel 2.68.
Persentase Koperasi Aktif di Kabupaten Sumbawa (2010)
No

Uraian

1
2
3
4

Jumlah koperasi
Jumlah koperasi aktif
Jumlah koperasi tidak aktif
% Koperasi Aktif

2006

2007

308
155
153
50.32

316
162
154
51.27

Tahun (Unit)
2008
5

333
177
156
53.15

2009

2010

338
178
160
52.66

344
163
181
47.38

Sumber : Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sumbawa (beberapa tahun terbitan)

Dengan kondisi menurunnya jumlah koperasi aktif dalam tahun terakhir, maka diperlukan
upaya-upaya yang lebih intensif agar pertumbuhan koperasi dapat menjadi lebih bergairah kembali.
b. Jumlah BPR/LKM
BPR sebgai salah satu lembaga keuangan bank yang menrima simpanan masyarakat hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
menjadikan penyaluran dana sebagai usaha. Sedangkan lembaga keuangan mikro merupakan
lembaga keuangan non bank baik berupa koperasi maupun non koperasi yang bergerak pada usaha
simpan pinjam atau di dalamnya adalah unit simpan pinjam sebagai lembaga pembiayaan mikro
kecil.
BPR dan LKM memiliki fungsi sebagai lembaga yang memberi jasa keuangan bagi
masyarakat miskin dan usaha kecil. Semakin banyak ketersediaan BPR dan LKM akan semakin
terbuka akses keuangan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil dalam rangka meningkatkan
perekonomiannya. Adapun jumlah BPR/LKM di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut.

II - 48

Tabel 2.69.
Jumlah BPR dan LKM di Kabupaten Sumbawa
No

Uraian

1
1
2

2
Jumlah BPR
Jumlah LKM
Total

2006
3
11
18
29

2007
4
11
18
29

Tahun (Unit)
2008
5
23
23
46

2009
6
23
23
44

2010
7
23
23
46

Sumber : Bank Indonesia (Beberapa tahun terbitan)

Adanya kecenderungan peningkatan jumlah BPR/LKM di Kabupaten Sumbawa


menunjukkan bahwa semakin banyak tersedianya layanan pendukung untuk menggerakkan
perekonomian daerah.
c. Jumlah UKM non BPR/LKMUKM
Usaha kecil dan menengah merupakan suatu peluang usaha ekonomi produktif yang
dilakukan oleh orang perorangan maupun badan usaha dalam rangka meningkatkan pendapatan.
Semakin banyak jumlah UKM menunjukkan semakin besar kapsitas layanan pendukung yang
tersedia untuk menggeliatkan perekonomian daerah. Sebagai gambaran ketersediaan UKM di
Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut.

II - 49

Anda mungkin juga menyukai