Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran sering juga disebut dengan Pendidikan. Pendidikan biasanya berawal
saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal
dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik
dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka
sebelum kelahiran.
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat
global, Pasal 13 PBB 1966 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Meskipun pendidikan adalah wajib di sebagian
besar tempat sampai usia tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak
dilakukan, dan sebagian kecil orang tua memilih untuk pendidikan home-schooling, elearning atau yang serupa untuk anak-anak mereka.
Telah dikemukakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi sangat penting bagi negaranegara untuk dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Analisis empiris
cenderung mendukung prediksi teoritis bahwa negara-negara miskin harus tumbuh lebih
cepat dari negara-negara kaya karena mereka dapat mengadopsi teknologi yang sudah dicoba
dan diuji oleh negara-negara kaya. Paradigma dalam hal ini dimaksudkan merupakan
kesepakatan dari suatu komunitas tentang hal-hal yang bersifat mendasar seperti: materi
pokok keilmuan, sudut pandang atau orientasi, visi dan misi. Komunitas dalam hal ini
adalah komunitas Pendidikan.
Kewarganegaraan (PKn). PKn (Civic Education) merupakan mata pelajaran yang
bertugas bagaimana membentuk warga negara yang baik (how a good citizen). Warga negara
yang baik adalah warga negara yang sadar akan hak kewajibannya. Dengan

kesadaran akan hak kewajibannya maka seorang warga negara diharapkan menjadi
kritis, partisipatif dan bertanggung jawab.
Ukuran warga negara yang baik tentunya sangat dipengaruhi oleh ideologi nasional
masing-masing negara. Bagi bangsa Indonesia ideologi Pancasila merupakan acuan
dalam membina warga negara yang baik. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) sebagai PKn versi Indonesia memiliki fungsi memberdayakan warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yang sejalan dengan Pancasila (istilah PPKn dalam
Kurikulum 2004 tampaknya akan diganti antara Kewarganegaraan atau Pendidikan
Kewarganegaraan).
Pengertian paradigma kadang kadang disederhanakan sebagai cara berpikir. Jadi
paradigma baru PKn merupakan cara berpikir baru tentang PKn. Paradigma baru PKn
antara lain memiliki struktur organisasi keilmuan yang jelas yakni berbasis pada ilmu
politik, hukum dan filsafat moral /filsafat Pancasila dan meiliki visi yang kuat nation and
character building, citizenempowerment ( pemberdayaan warga negara),
yang mampu mengembangkan civil society (masyarakat kewargaan).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana saja komponen Paradigma Baru PPKN ?
2. Bagaimana Prinsip-prinsip Pengembangan Paradigma Baru dalam Pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Komponen Paradigma Berpancasila


Mata pelajaran PKn, merupakan mata pelajaran yg memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak juga serta kewajibannya
utk menjadi warga negara Indonesia yg baik (cerdas, terampildan berkarakter) seperti yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
1. Tahun 1946
Pada

tahun

ini

belum

dikenal

adanya

matapelajaran

yang

menyangkut

kewarganegaraan.
2. Tahun 1957
Pada tahun ini mulai diperkenalkan matapelajaran Kewarganegaraan. Isi pokok
materinya meliputi cara memperoleh kewarganegaraan serta hak dan kewajiban warga
negara. Selain matapelajaran Kewarganegaraan juga diperkenalkan matapelajaran Tata
Negara dan Tata Hukum.
3. Tahun 1959
Pada tahun ini muncul matapelajaran CIVICS di SMP dan SMA yang isinya meliputi
sejarah nasional, sejarah proklamasi, Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, pidato-pidato
kewarganegaraan presiden, serta pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Tahun 1962
Pada tahun ini telah terjadi pergantian mata pelajaran CIVICS menjadi Kewargaan
Negara. Penggantian ini atas usul menteri kehakiman pada masa itu, yaitu Dr. Saharjo, SH.
Menurut beliau penggantian ini bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik. Materi
yang diberikan menurut keputusan menteri P dan K no. 31/ 1967 meliputi Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, Tap MPR, dan pengetahuan PBB.
5. Tahun 1968

Pada tahun ini keluar kurikulum 1968 sehingga istilah Kewargaan Negara secara tidak
resmi diganti menjadi Pendidikan Kewarganegaraan.
6. Tahun 1973
Pada tahun ini Badan Pengembangan Pendidikan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan bidang
7. Tahun 1975
Pada tahun ini muncul mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
menggantikan PKn. Menurut Tap MPR no. IV/MPR/1973 tentang GBHN menginstruksikan
matapelajaran PMP masuk dalam kurikulum sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai
Perguruan Tinggi.
8. Tahun 1984
Pada tahun ini kurikulum tetap mempertahankan mata pelajaran PMP.
9. Tahun 1994
Pada tahun ini mata pelajaran PMP diganti menjadi matapelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
10. Tahun 2006
Pada tahun ini keluar kurikulum baru yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan

(KTSP).

Muncul

matapelajaran

Pendidikan

Kewarganegaraan

(PKn)

menggantikan PPKn.
Jadi Hakikat PKn, yaitu:

Program

pendidikan

berdasarkan

nilai-nilai

Pancasila

sebagai

wahana

untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya
bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam

kehidupan sehari hari.


Sebuah matapelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam dari
segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD

1945.
B. Beberapa pengertian PKn antara lain:
a. Menurut National Council of Social Studies (NCSS) Amerika Serikat.

Sesuai pengertian PKn menurut NCSS, ciri penting dari PKn adalah : (1)
merupakan program pendidikan (proses yang meliputi pengaruh positif); (2) fokus
materinya adalah edeologi nasional, proses pemerintahan sendiri, hak dan kewajiban asasi
warga Negara sebagaimana yang dijamin dalam konstitusi ditambah dengan pengaruh
positif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat; (3) tujuannya adalah membentuk orientasi
warga Negara tentang tentang peranannya dalam masyarakat.
b. Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civics (civic education) di Tawangmangu,
Solo, 1972.
Pengertian PKn adalah suatu program pendidikan yang tujuan utamanya membina
warga Negara yang lebih baik menurut syarat-syarat, kriteria dan ukuran, ketentuanketentuan Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945.
c. Menurut Numan Somantri
PKn adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas
dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, positive influence pendidikan sekolah,
masyarakat, orang tua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar
berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dengan berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945.

d. Menurut UU No.2 Tahun 1989


PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan
kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan leh bangsa
dan negara.

Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan


Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila
dan UUD 1945.
Kemudian menurut Azis Wahab menyatakan bahwa PKn ialah media pengajaran yang
meng-Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab. Karena itu,
program PKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan, politik dan hukum negara, serta
teori umum yang lain yang cocok dengan target tersebut.
Berbeda dengan pendapat di atas pendidikan kewarganegaraan diartikan sebagai
penyiapan generasi muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang 12 memiliki
pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam
masyarakatnya

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang merupakan satu rangkaian
proses untuk mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang berkarakter bangsa
Indonesia, cerdas, terampil, dan bertanggungjawab sehingga dapat berperan aktif dalam
masyarakat sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945

C. Tujuan PPkn
Tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan diatur dalam Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Tujuannya adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
a. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakterkarakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Ahmad Sanusi (dalam Cholisin: 2004:15) menyebutkan bahwa konsepkonsep pokok yang
lazimnya merupakan tujuan Civic Educationpada umumnya
adalah sebagai berikut:
a. Kehidupan kita di dalam jaminan-jaminan konstitusi.
b. Pembinaan bangsa menurut syarat-syarat konstitusi.
c. Kesadaran warga negara melalui pendidikan dan komunikasi politik 13
d. Pendidikan untuk (ke arah) warga negara yang bertanggung jawab.
e. Latihan-latihan berdemokrasi.
f. Turut serta secara aktif dalam urusan-urusan publik.
g. Sekolah sebagai laboratoriun demokrasi.
h. Prosedur dalam pengambilan keputusan.
i. Latihan-latihan kepemimpinan.
j. Pengawasan demokrasi terhadap lembaga-lembaga eksekutif dan legislatif.
k. Menumbuhkan pengertian dan kerjasama Internasional.
Dari tujuan yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, diketahui bahwa
tujuan Pendidikan Kewarganegaraan memuat beberapa hal yang memuat nilainilai karakter.
Untuk mencapai tujuan tersebut Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki komponen-komponen yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan karakter

kewarganegaraan (civic disposition) yang masing-masing memiliki unsur. Unsurunsur dari


ketiga komponen tersebut dapat dilihat dalam lampiran 1. Berdasarkan
pemaparan di atas dapat dikemukakan tujuan Pendidikan Kewaranegaran dapat
diartikan sebagai mata pelajaran yang fokus pada pembentukan warga negara
yang memiliki keterampilan intelektual, ketrampilan berpartisipasi dalam setiap
kegiatan kewarganegaraan dan memiliki karakter kewarganegaraan yang kuat
sehingga menjadikan warga negara yang cerdas dan berkarakter.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan diatur dalam Permendiknas No. 22
tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Ruang

Lingkup mata pelajaran PKn untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, 14 sikap positif terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di
sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum
dan peradilan internasional.
c. Hak Asasi Manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan penghormatan dan
perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai masyarakat,
kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan
bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

e. Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusikonstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.
f. Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan
otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dengan sistem politik, budaya politik, budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat
demokrasi.
g. Pancasila, meliputi, kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses
perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilainilai pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.
h. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era
globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional danorganisasi internasional, dan
mengevaluasi globalisasi.
Berdasarkan ruang lingkup PKn di atas, diketahui bahwa materi yang ada dalam PKn
terdiri dari diantaranya tentang materi nilai-nilai, norma dan peraturan
hukum yang mengatur perilaku warga negara, sehingga diharapkan peserta didik dapat
mengamalkan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari menjadi karakter pribadi yang
melekat pada setiap individu peserta didik.
E. Perkembangan PPKN
Menurut Numan Soemantri secara singkat sejarah perkembangan PKn sesudah
kemerdekaan diawali dengan pendidikan moral di Indonesia yang berisi nilai-nilai
kemasyarakatan, adat dan agama. Pada tahun1957, pelajaran kewarganegaraan membahas
cara

memperoleh

dan

kehilangan

kewargaan

negara.

Pada

tahun1961,

istilah

kewarganegaraan berubah menjadi civicsyang membahas tentang sejarah nasional, sejarah


Proklamasi, UUD 1945, Pancasila, pidato-pidato kenegaraan presiden, pembinaan persatuan
dan kesatuan bangsa. Pembelajaran

civicsdilaksanakan dengan menggunakan metode

indoktrinasi. Pada tahun 1968, pemerintah menetapkan kurikulum yang baru dengan
mengganti nama pelajaran Kewargaan Negara menjadi Pendidikan Kewargaan Negara/ PKn.
9

Kemudian diadakan Seminar Nasional Pengajaran dan pendidikan civics di Tawangmangu


Surakarta tahun 1972 yang menghasilkan antara lain; menetapkan istilah Ilmu Kewargaan
Negara (IKN) sebagai pengganti civics, dan Pendidikan Kewargaan Negara sebagai
pengganti stilah civic education.
Pada kurikulum tahun 1989, Pendidikan Kewarganegaraan diatur dalam

Undang-

Undang No.2 Tahun 1989 tentang SPN Pasal 39 ayat 2, yaitu Pancasila yang mengarah pada
moral, tentunya diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian kurikulum
1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kurikulum
1994 sebagai salah satu upaya dalam melaksanakan UU no.2 Tahun 1989, yaitu memilih
mengintegrasikan antara pengajaran pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan
menjadi PPKn.
Kurikulum tahun 2004/ kurikulum KBK juga membawa perubahan nama dari
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menjadi Pendidikan Kewarganegaraan, isinya
meliputi beberapa aspek yaitu, Pancasila, 16 persatuan dan kesatuan, norma, hukum dan
peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara, konstitusi negara, kekuasaan dan
politik, dan globalisasi. Tetapi dengan adanya perubahan UU No. 2 Tahun 1989 yang diubah
dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional nama pendidikan
Pancasila

tidak

dieksplisitkanlagi,

sehingga

berubah

nama

menjadi

Pendidikan

Kewarganegaraan.
Pendidikan Pancasila dimasukkan dalam PKn. Begitu pula kurikulum 2004
memperkenalkan

istilah

pengganti

PPKn

dengan

Kewarganegaraan/

Pendidikan

kewarganegaraan. Perubahan ini juga nampak diikuti dengan perubahan Isi PKn yang lebih
memperjelas akar keilmuan yakni politik, hukum, dan moral.
Perkembangan paradigma PKn di Indonesia antara paradigma lama dan Paradigma
Baru untuk memberikan istilah PKn yang sejalan dengan tuntunan era reformasi dan yang

10

sekarang dikembangkan dengan standar isi). Paradigma baru PKn antara lain memiliki
struktur organisasi keilmuan yang jelas yakni berbasis pada ilmu politik, hukum, filsafat
moral/ filsafat Pancasila dan memiliki visi yang kuat nation and character building, citizen
empowerment(pemberdayaan

warga

negara),

yang

mampu

mengembangkan

civil

society(masyarakat kewargaan) yang memiliki arti penting dalam pembaharuan Pendidikan


Kewarganegaraan yang sejalan dengan sistem politik demokratis.
Paradigma baru ini merupakan upaya untuk menggantikan paradigma lama PKn
(PPKn), yang antara lain bercirikan struktur keilmuan yang tidak jelas, materi disesuaikan
dengan kepentingan politik rezim, memiliki visi untuk memperkuat state building(Negara
otoriter birokratis) yang bermuara pada posisi warga 17 negara sebagai kaula atau obyek yang
sangat lemah ketika berhadapan dengan penguasa.
Akibat dari kondisi tersebut, PKn semakin sulit untuk mengembangkan karakter
warga negara yang demokratis (Cholisin, 2008:10). Perbedaan paradigma lama dengan
paradigma baru dapat dilihat secara lebih jelas pada lampiran 2. Dari pemaparan di atas dapat
dikemukakan bahwa sejarah perkembangan PKn di Indonesia mengalami pergantian nama
dari civics, kewargaan negara, PMP, PPKn, kemudian menjadi PKn.
Perubahan ini juga nampak diikuti dengan perubahan isi PKn yang lebih memperjelas
akar keilmuan yakni politik, hukum dan moral. Penanaman nilai-nilai karakter dalam
kehidupan sehari-hari menjadi kurang terinternalisasi melaui pembelajaran PKn di kelas.
Sehingga menyebabkan semakin sulit mengembangkan Pendidikan Karakter dikarenakan
materi PKn lebih fokus pada materi pendidikan politik dan hukum.
F. Prinsip Pengembangan Paradigma Baru PKN dalam Praktek Pembelajaran
1. Ketiga komponen PKn (civic knowledge, civic skills dan civic dispositions) secara
konseptual dan teoritik dapat dipilah pilah, tetapi dalam penerapan pada praktek
pembelajaran merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

11

2. Aspek aspek civic skills seperti telah disebutkan di atas, muncul lebih didasarkan
pada tuntutan kebutuhan hidup yang nyata dan mendasar bagi warga negara untuk
mengambil peran yang bertanggungjawab dalam kehidupan publik (bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara) dalam sebuah masyarakat yang demokratis. Oleh karena itu
obyek yang menjadi sasaran civic skills harus benar benar persoalan publik riel,
substansial dan aktual. Ini berarti obyeknya tidak terkungkung di kelas, tetapi
menembus dinding kelas meluncur pada kehidupan politik, pemerintahan dan
kemasyarakatan baik level lo kal, regional, nasional bahkan mondial/internasional.
3. Aspek aspek karakter kewarganegaraan lebih merupakan dampak dari praktek
pembelajaran jangka panjang yang mengembangkan civic skills daripada didesain secara
eksplisit dan dapat diwujudkan secara langsung (seketika). Hal ini disebabkan
pembentukan

watak/karakter

atau

sifat

yang

melekat

(inheren)

pada setiap

warganegara merupakan proses transformasi yang membutuhkan waktu relatif lama.


Oleh karena itu, ketika mengembangkan civic skills seharusnya sudah dapat
diprediksi dampaknya bagi upaya pembentukan karakter kewarganegaraan.
4. Praktek pembelajaran dalam KBK PKn menuntut penerapan CTL, portofolio dan life
skill

hal

pengetahuan

itu

akan

terakomodasi

kewarganegaraan,

ketika

ketrampilan

secara

konsisten

kewarganegaraan

mengembangkan
dan

kewarganegaraan. Misalnya untuk siswa SD dapat dikembangkan,

karakter

ketrampilan

menggambarkan, menganalisa dan berinteraksi. Sedangkan siswa SLTP/SMU bisa


ditambah dengan ketrampilan: evaluasi, mengambil posisi baru da n mempertahankan
posisi serta ketrampilan memanatau dan mempengaruhi. Hanya saja untuk SMU lebih
dalam tingkat akademiknya dan luas obyeknya.
5. Apabila praktek pembelajaran PKn telah mengaplikasikan civic knowledge, civic skills,
dan civic dispositions pada dasarnya dapat dinyatakan telah melaksanakan pembelajaran
KBK.

12

6. Praktek pembelajaran KBK PKn dapat dinyatakan bercirikan penyajian konsep dan
teori kewarganegaraan yang substansial (intisari) tetapi kaya akan pengalaman
(ngelakoni).
7. Efektivitas praktek pembelajaran PKn sebagaimana yang dituntut oleh KBK pada
akhirnya sangat ditentukan oleh partisipasi subyek didik yang tinggi dan guru yang
memiliki otonomi akademik dan kreatif

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komponen Paradigma Baru PPKN meliputu :
Hakikat PPKN
Pengertian PPKN
Tujuan PPKN
Ruang Lingkup PPKN
Perkembangan PPKN
B. Saran
1. Untuk penulis selanjutnya, agar lebih siap dalam membuat makalah karena membutuhkan
tenaga, fikiran maupun dana.
2. Untuk pihak-pihak yang bersangkutan agar makalah ini memberi manfaat kepada orang
yang membutuhkan khususnya si-penulis.
Dan khusus kepada kakak kelas agar bermanfaat untuk menlanjutkan ke jenjang
selanjunya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Budimansyah, Dasim.(2002). Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung : PT


GENESINDO.
Branson, Margaret S, dkk. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta :
Kerjasama LKIS dan The Asia Foundation.
Broad Based Education.(2001).

Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup

(Life Skill

Education). Jakarta : Tim Broad Based Education Departemen Pendidikan Nasional.Center


for Civic Education (1994). National Standards for Civics and Government. Calabasas : CCE.
Center for Indonesian Civic Education. (2000). A Needs Assesment for New Indonesian
Civic
Education : A National Survey 1999 2000. Bandung : Conducted by CICED in
Collaboration with United States Information Agency/Service USIA/USIS.Cholisin (2004).
PPKn Paradigma Baru dan Pengembangannya dalam KBK, Jurnal Racmi,

14

Anda mungkin juga menyukai