BAB I
PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN
Peta Tranchis adalah gambaran dari bumi yang direpretasikan dengan sistem
proyeksi dengan skala tertentu. Kemudian merangkai titik-titik dilapangan dan
mengetahui elevasi, maka dapat dibuat garis kontur suatu lokasi.
Gambar situasi adalah sesungguhnya ini merupakan peta-peta yang secara
langsung sangat penting bagi bangunan-bangunan, apakah selaku petunjuk lokasi,
maupun untuk mendapatkan perihal persis dimana akan didirikan suatu bangunan.
Sudut-sudut mendatar dan tegak diukur dengan alat pengukur sudut yang
dinamakan Theodolite, adapun bagian-bagiannya adalah :
1. Sekrup ABC sebagai pengunci pesawat.
2. Nivo kotak sebagai pedoman apakah dalam keadaan imbang.
3. Nivo tabung fungsinya sama dengan nivo kotak.
4. Sekrup pengunci arah horizontal untuk mengunci agar tidak bergerak horizontal.
5. Sekrup pengunci arah vertical untuk mengunci agar tidak bergerak vertikal.
6. Kaca penerangan untuk penerangan.
7. Kompas untuk penunjuk arah utara.
8. Piringan pembacaan sudut horizontal.
9. Lensa penentu sudut horizontal dan vertical.
10. Lensa objektif.
1.4.2. Statip
Statif ( kaki tiga ) dibuat dari kayu yang kering dan dicat kuning dihubungkan
dengan alat-alat sambungan besi. Kegunaan dari statip ini yaitu sebagai penyangga
atau kaki pesawat.
BAB II
DASAR TEORI
Data yang diperoleh dari pekerjaan pengukuran tersebut, kemudian dilukiskan pada
suatu peta yang sering dikenal dengan peta topografi. Menurut Davis dan Foote
adalah menggambarkan simbol-simbol yang spesifik mengenai konfigurasi atau
relief tanah yang dipetakan dan keadaan alami atau buatan, seperti saluran sungai
dan lain-lain.
Sedangkan menurut Ayres dan Scoates adalah peta yang menggambarkan sifat
permukaan tanah yang dilengkapi garis-garis kontur yang berbeda-beda
ekemennya dan berbagai keadaan yang terdapat pada areal tanah tersebut dengan
menggunakan symbol tertentu.
Didalam pembuatan peta, pengukuran titik-titik detail untuk penggambaran peta
haruslah berdasarkan pada posisi yang tetap baik arah horizontal maupun vertikal.
Dengan demikian, penggambaran untuk pembuatan peta setidaknya kita harus
menguasai teori-teori sebagai berikut :
1. Teori tetang poligon tertutup.
2. Teori tetang pembuatan titik detail.
3. Teori tentang pengukuran jarak dan beda tinggi secara optis.
4. Teori tentang penggambaran peta.
Garis kontur mulai dan berakhir pada tepi peta, atau menutup pada dirinya sendiri.
Garis kontur yang menutup dirinya sendiri akan diperlihatkan oleh serangkaian garis
kontur yang membentuk lingkaran diatas peta. Mereka menunjukkan sebuah
depresi atau sebuah bukit. Sebuah bukit dapat diidentifikasikan dengan elevasi
yang bertambah. Dalam sebuah depresi, garis kontur tertutup paling dalam akan
terletek pada elevasi terendah. Pada garis kontur terendah, tanda arsiran yang
menuju lubang tersebut akan terlihat.ini memastikan bahwa anda melihat sebuah
lubang depresi karena tidak ada tanda arsiran yang digunakan pada bukit.
Garis kontur yang berjarak sama sepanjang garis yang tegak lurus terhadap kontur
tersebut menunjukkan kelandaian ang tetap. Kontur yang lurus, sejajar, berjarak
sama menunjukkan timbunana atau galian buatan manusia. Untuk memudahkan
timbunana atau galian sebuah peta topografi, setiap garis kontur ke lima dibuat
lebih tebal. Garis ini disebut kontur indeks. Kalau interfal kontur adalah 1 ft, garisgaris kontur yang elevasinya kelipatan 5 ft diperlihatkan dengan garis tebal.Kalau
interfalnya 10 ft, kontur mempunyai elevasi kelipatan 50 ft.
Beberapa aturan-aturan dasar untuk menggambar garis kontur adalah sebagai
berikut :
Garis kontur tidak pernah berakhir atau berpotongan.
Garis-garis kontur harus memiliki kenaikan elevasi sama.
Garis kontur tidak bercabang menjadi dua kontur dengan elevasi sama.
Garis kontur harus tegak lurus terhadap jurusan kelandaian maksimum.
Garis kontur yang tidak teratur menunjukkan daerah yang tidak rata.
Koreksi kesalahan sangatlah diperlukan dalam analisa data, sebab data yang
dianalisa tersebut memerlukan ketelitian. Beberapa hal yang perlu dikoreksi dalam
analisa data yaitu:
1. Kontrol tidak terkoreksi.
2. Jarak titik kontrol terlalu besar.
3. Titik-titik kontrol tidak dipilih.
4. Pemilihan titik-titik untuk penggambaran kontur tidak baik.
5. Kontur yang diambil tidak cukup.
6. Kontur horizontal dan vertikal tidak cukup.
Pada pengukuran titik tinggi, beda tinggi, maupun jarak pada umumnya dilakukan
secara optis.
d) Perhitungan Jarak ( D )
D = 100 ( BA BB ) Cos2
Dimana ; = 270 pembacaan vertical
P erhitungan Azimuth ( )
AB = misal A ( Awal )
BC = AB + ( 180 2 )
CD = BC + ( 180 3 )
DE = CD + ( 180 4 )
EF = DE + ( 180 5 )
FA = EF + ( 180 6 )
Chek : AB = FA + ( 180 1 )
g) Beda Tinggi ( H )
H = TP + BT
Dimana, TP = tinggi pesawat ; BB = benang bawah
BA = benang atas ; BT = benang tengah
Penggambaran titik detail dapat dilakukan dengan menggunakan busur derajat dan
mistar skala. Pusat diletakkan pada titik tempat pesawat dan skala busur diarahkan
ke sumbu-O pada sumbu-Y ( Utara ), sudut yang sudah dibaca berupa azimuth,
maka bacaan ke titik poligon harus disesuaikan dengan sudut pada busur derajat.
Sedangkan titik-titik detail yang lainnya dapat digambar sesuai dengan pembacaan
sudut horizontal dan jaraknya.
2.4.5. Finishing
Ketelitian peta topografi ditentukan dari tujuan penggunaan peta, skala peta,
peralatan yang digunakan dalam pembuatan peta. Disamping hal-hal tersebut, peta
harus dilengkapi hal-hal berikut, yang merupakan finishing dari pembuatan antara
lain :
1) Panah tanda petunjuk arah utara.
BAB III
JALANNYA PRATIKUM
15) Membaca sudut horizontal dengan melihat pada teropong lensa sebelah kanan.
Dengan cara memutar penyetel menit, detik sampai derajat jatuh tepat pada
tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut menit, detik pada
arah horizontal.
16) Setelah selesai di titik detail utama A, kemudian memindahkan pesawat ke titik
detail B, begitu seterusnya untuk titik detail utama C, D, E, F.
17) Melakukan hal yang sama pada nomor 2 sampai pada dengan nomor 10 untuk
penyetelan alat.
Catatan :
Disetiap titik detail utama selalu dilakukan pekerjaan nomor 2 sampai dengan
nomor 10 untuk penyetelan alat dan sebelum membidik baak.
Memutar pesawat selalu searah jarum jam, agar tidak kesalahan pembacaan
pada sudut horizontal.
Pada waktu pembidikan ( pembacaan baak ), pengunci yang terbuka hanyalah
pengunci horizontalnya saja.
Apabila pada pembacaan sudut horizontal maupun vertikal, dimana derajatnya
tidak jatuh di tengah-tengah ( pembacaan sudut yang dibaca terlebih adalah sudut
vertikal baru sudut horizontal ). Maka pembacaan sudut vertikal diputar pengunci
vertikal pada penggerak halus sampai derajat vertikal tepat ditengah-tengah,
kemudian dibaca. Dan untuk pembacaan sudut horizontal diputar pengunci
horizontal pada penggerak halus sampai derajat horizontal tepat ditengah-tengah,
kemudian dibaca besarnya derajat, menit, dan detik.
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA
Titik/Tinggi Pesawat Titik Yang Dibidik Pembacaan Benang Sudut Horisontal Sudut
Vertikal Keterangan
Titik Ikat Titik Detail Atas Tengah Bawah
A
( 1,468) BM 1,537 1,500 1,466 2775650 90
B 1,511 1,435 1,365 3220455 90
F 1,481 1,396 1,307 700710 90
1 1,512 1,475 1,439 3534110 90
2 1,463 1,437 1,410 101330 90
3 1,522 1,494 1,462 392410 90
4 1,467 1,455 1,420 770850 90
5 1,431 1,388 1,345 1642630 90
6 1,435 1,418 1,372 2011705 90
7 1,534 1,499 1,464 2233230 90
8 1,602 1,570 1,536 2523830 90
B
( 1,380) C 1,516 1,421 1,325 3565210 90
A 1,420 1,342 1,251 1342930 90
1 1,478 1,441 1,402 130050 90
2 1,420 1,391 1,360 445225 90
3 1,435 1,408 1,378 722450 90
4 1,471 1,436 1,402 911930 90
5 1,362 1,323 1,291 1175120 90
6 1,340 1,300 1,265 1374330 90
7 1,364 1,331 1,296 1742830 90
8 1,204 1,168 1,129 2273550 90
C
( 1,452 ) D 1,352 1,291 1,222 2180100 90
E
( 1,450) F 1,357 1,292 1,225 3262330 90
D 1,427 1,355 1,285 3290550 90
1 1,358 1,312 1,268 3405930 90
2 1,340 1,296 1,255 3595310 90
3 1,335 1,290 1,248 1541540 90
4 1,355 1,312 1,281 342210 90
5 1,353 1,311 1,270 491610 90
= 7500245
Syarat rataan sudut =
=
Koreksi sudut dalam =
= 7500245 720
Rataan tiap sudut = 300245
=
= 50028
Perhitungan Sudut dalam terkoreksi :
A = 980215 - 50228 = 925947
B = 1373730 - 50228 = 1323502
C = 1210040 - 50228 = 1155812
D = 304540 - 50228 = 254312
E = 024220 - 50228 = -22008
F = 3595420 - 50228 = 3545152 +
= 7200000
b) Perhitungan Azimuth Terkoreksi :
'AB =3220455
'BC = 3220455 180 1323502 = 92953
'CD = 92953 + 180 1155812 = 733141
'DE = 733141 + 180 254312 = 2274829
'EF = 2274829 180 (-22008) = 500837
'FA = 500837 + 180 3545152 = 1244315 +
Kontrol Azimuth
AB = FA - 180 A
3220455 = 2361525 + 180 925947
3220455 = 3220455 ( cocok )
Titik A
dA-BM = (1.5371.466 ).100 .cos . (270 - 90) = 7.1 m
dA B = (1.5111.365 ).100 .cos . (270 - 90) = 14.6 m
dA F = (1.4811.307 ).100 .cos . (270 - 90) = 17.4 m
dA 1 = (1.5121.439 ).100 .cos . (270 - 90) = 7.3 m
dA 2 = (1.4631.410 ).100 .cos . (270 - 90) = 5.3 m
dA 3 = (1.5221.462 ).100 .cos . (270 - 90) = 6.0 m
dA 4 = (1.4671.420 ).100 .cos . (270 - 90) = 4.7 m
dA 5 = (1.4311.345 ).100 .cos . (270 - 90) = 8.6 m
dA 6 = (1.4351.372 ).100 .cos . (270 - 90) = 6.3 m
dA 7 = (1.5341.464 ).100 .cos . (270 - 90) = 7.0 m
dA 8 = (1.6021.536 ).100 .cos . (270 - 90) = 6.6 m
Titik B
dB C = (1.516 1.325).100 .cos . (270 - 90) = 19.1 m
dB A = (1.420 1.251).100 .cos . (270 - 90) = 16.9 m
dB 1 = (1.478 1.402).100 .cos . (270 - 90) = 7.6 m
dB 2 = (1.420 1.360).100 .cos . (270 - 90) = 6.0 m
dB 3 = (1.435 1.378).100 .cos . (270 - 90) = 5.7 m
dB 4 = (1.471 1.402).100 .cos . (270 - 90) = 6.9 m
dB 5 = (1.362 1.291).100 .cos . (270 - 90) = 7.1 m
dB 6 = (1.340 1.265).100 .cos . (270 - 90) = 7.5 m
dB 7 = (1.364 1.296).100 .cos . (270 - 90) = 6.8 m
dB 8 = (1.204 1.129).100 .cos . (270 - 90) = 7.5 m
Titik C
dC D = (1.325 1.222).100 .cos . (270 - 90) = 10.3 m
dC B = (1.240 1.050).100 .cos . (270 - 90) = 19.0 m
dC 1 = (1.413 1.342).100 .cos . (270 - 90) = 7.1 m
Titik D
dD E = (1.571 1.430).100 .cos . (270 - 90) = 14.1 m
dD C = (1.540 1.404).100 .cos . (270 - 90) = 13.6 m
dD 1 = (1.459 1.405).100 .cos . (270 - 90) = 5.4 m
dD 2 = (1.445 1.379).100 .cos . (270 - 90) = 6.6 m
dD 3 = (1.453 1.385).100 .cos . (270 - 90) = 6.8 m
dD 4 = (1.499 1.425).100 .cos . (270 - 90) = 7.4 m
dD 5 = (1.443 1.375).100 .cos . (270 - 90) = 6.8 m
dD 6 = (1.525 1.452).100 .cos . (270 - 90) = 7.3 m
dD 7 = (1.502 1.450).100 .cos . (270 - 90) = 5.2 m
dD 8 = (1.532 1.475).100 .cos . (270 - 90) = 5.7 m
Titik E
dE F = (1.357 1.225).100 .cos . (270 - 90) = 13.2 m
dE D = (1.427 1.285).100 .cos . (270 - 90) = 14.2 m
dE 1 = (1.358 1.268).100 .cos . (270 - 90) = 9.0 m
dE 2 = (1.340 1.255).100 .cos . (270 - 90) = 8.5 m
dE 3 = (1.335 1.248).100 .cos . (270 - 90) = 10.7 m
dE 4 = (1.355 1.281).100 .cos . (270 - 90) = 7.4 m
dE 5 = (1.353 1.270).100 .cos . (270 - 90) = 8.3 m
dE 6 = (1.385 1.292).100 .cos . (270 - 90) = 9.3 m
dE 7 = (1.367 1.283).100 .cos . (270 - 90) = 8.4 m
Titik F
dF A = (1.311 1.083).100 .cos . (270 - 90) = 22.8 m
dF E = (1.480 1.290).100 .cos . (270 - 90) = 19.0 m
dF 1 = (1.402 1.325).100 .cos . (270 - 90) = 7.7 m
dF 2 = (1.432 1.348).100 .cos . (270 - 90) = 8.4 m
dF 3 = (1.519 1.400).100 .cos . (270 - 90) = 11.9 m
dF 4 = (1.532 1.448).100 .cos . (270 - 90) = 8.4 m
dF 5 = (1.599 1.525).100 .cos . (270 - 90) = 7.4 m
dF 6 = (1.592 1.513).100 .cos . (270 - 90) = 7.9 m
dF 7 = (1.576 1.502).100 .cos . (270 - 90) = 7.4 m
dF 8 = (1.327 1.261).100 .cos . (270 - 90) = 6.6 m
XA B = dA - B . sin 'A - B
Koreksi
Kesalahan (fx) = -d.sin
= 1.397
Rumus : X = x fx .(d d)
XA B = 6.836 1.398. (14.6 / 94.1) = 7.053
XB C = 1.043 1.398. (19.1 / 94.1) = 1.327
XC D = +10.219 1.398. (10.3 / 94.1) = +10.066
XD E = +6.015 1.398. (14.1 / 94.1) = +5.825
XE F = 7.306 1.398. (13.2 / 94.1) = 7.502
XF A = +0.348 1.398. (22.8 / 94.1) = 0.009 +
= 0,000
Koordinat titik utama X
XBM = +10.000
XA = +10.000 - 7,032 = +2,968
XB = +2.968 - 7.053 = -4.085
XC = -4.085 - 1.327 = -5.412
XD = -5.412 + 10.066 = +4.654
YA B = dA - B . cos 'A - B
= 14,6 . cos 3220455 = +11,518
YB C = dB - C . cos 'B - C
= 19,1 . cos 92933 = +5.415
YC D = dC - D . cos 'C - D
= 10,3 . cos 733141 = +2.920
YD E = dD - E . cos 'D - E
= 14,1 . cos 2274829 = -9.471
YE F = dE - F . cos 'E - F
= 13,2 . cos 500837 = +8.459
YF A = dF - A . cos 'F - A
= 22,8 . cos 1244315 = -12.986
y = +5.855
Koreksi
Kesalahan (fy) = - d Cos = - 5.855
Rumus : Y =y fy . (d /d)
YA B = +11,158 5.855.(14,60 / 94,10) = +4.243
YB C = +5.415 5.855 . (19,10 / 94,10) = -0.089
YC D = +2.920 5.855 . (10,30 / 94,10) = -0.321
YD E = -9.471 5.855 .(14,10 / 94,10) = -2.296
YE F = +8.459 5.855. (13,20 / 94,10) = +3.028
A +2.968 +10.582
Titik B
dB-1 = 7,6 m
dB-2 = 6,0 m
dB-3 = 5,7 m
dB-4 = 6,9 m
dB-5 = 7,1 m
dB-6 = 7,5 m
dB-7 = 6,8 m
dB-8 = 7,5 m
= 55,1 m
Koreksi
Kesalahan (fx) = -d.sin = -24.715
Rumus : X = x fx .(d d)
Y = -7,509
Koreksi
Kesalahan (fy) = -d.cos = +7.509
Rumus : Y = Y fy .(d d)
YB 1 = -7,405 + 7,509. (7,6 / 55,1) = 6.369
YB 2 = 4,252 + 7,509. (6,0 / 55,1) = +5.029
YB 3 = -1,722 + 7,509. (5,7 / 55,1) = 0,945
YB 4 = -0,196 + 7,509. (6,9 / 55,1) = +0,744
YB 5 = -3,317 + 7,509. (7,1 / 55,1) = +2.349
YB 6 = -5,549 + 7,509. (7,5 / 55,1) = 4.527
YB 7 = -6,768 + 7,509. (6,8 / 55,1) = 5.841
YB 8 = -5,058 + 7,509. (7,5 / 55,1) = 4.035
= 0,000
Titik C
dC-1 = 7,1 m
dC-2 = 5,8 m
dC-3 = 5,8 m
dC-4 = 6,2 m
dC-5 = 6,1 m
dC-6 = 5,4 m
dC-7 = 4,8 m
dC-8 = 4,8 m
= 46 m
Koreksi
Kesalahan (fx) = -d.sin = +12.402
Rumus : Y = Y fy .(d d)
XC 1 = 6,238 + 12,402. (7,1 / 46) = +8.152
XC 2 = 2,497 + 12,402. (5,8 / 46) = +4.061
XC 3 = -1,178 + 12,402. (5,8 / 46) = +0.386
XC 4 = -3,471 + 12,402. (6,2 / 46) = 1.799
XC 5 = -4,820 + 12,402. (6,1 / 46) = 3.175
XC 6 = -5,276 + 12,402. (5,4 / 46) = 3.820
XC 7 = -4,768 + 12,402 .(4,8 / 46) = 3.474
XC 8 = -1,624 + 12,402. (4,8 / 46) = 0.329
= 0,000
Koreksi
Kesalahan (fy) = -d.cos = 19,263
Rumus : Y = Y fy .(d d)
YC 1 = -3,391 + 19,263. (7,1 / 46) = 0.418
Titik D
dD-1 = 5.4 m
dD-2 = 6.6 m
dD-3 = 6.8 m
dD-4 = 7.4 m
dD-5 = 6.8 m
dD-6 = 7.3 m
dD-7 = 5.2 m
dD-8 = 5.7 m
= 51,2 m
Koreksi
Kesalahan (fy) = -d.cos = +34.886
Rumus : Y = Y fy .(d d)
YD 1 = -0,655 + 34,886. (5.4/ 51,2) = 4.334
YD 2 = -4,097 + 34,886. (6.6/ 51,2) = 0.400
YD 3 = -5,734 + 34,886. (6.8/ 51,2) = 1.101
YD 4 = -7,177 + 34,886. (7.4/ 51,2) = 2.135
YD 5 = -6,691 + 34,886. (6.8/ 51,2) = 2.058
YD 6 = -6,165 + 34,886. (7.3/ 51,2) = 1.191
YD 7 = -2,997 + 34,886. (5.2/ 51,2) = 0.546
Titik E
dE-1 = 9.0 m
dE-2 = 8.5 m
dE-3 = 10.7 m
dE-4 = 7.4 m
dE-5 = 8.3 m
dE-6 = 9.3 m
dE-7 = 8.4 m
dE-8 = 7.6 m
= 69.2 m
Titik F
dF-1 = 7.7 m
dF-2 = 8.4 m
dF-3 = 11.9 m
dF-4 = 8.4 m
dF-5 = 7.4 m
dF-6 = 7.9 m
dF-7 = 7.4 m
dF-8 = 6.6 m
= 65.7 m
X = +43.695
Koreksi
Kesalahan (fx) = -d.sin = 43.695
Rumus : X = x fx .(d d)
XF 1 = +5.306 43.695 . (7.7 / 65.7) = +0.185
XF 2 = +4.471 43.695 . (8.4 / 65.7) = 1.115
XF 3 = +11.118 43.695 . (11.9/ 65.7) = +3.204
XF 4 = +8.349 43.695 . (8.4/ 65.7) = +2.762
XF 5 = +6.353 43.695 . (7.4/ 65.7) = +1.431
XF 6 = +4.888 43.695 . (7.9/ 65.7) = 0.366
XF 7 = +2.614 43.695 . (7.4/ 65.7) = 2.307
XF 8 = +0.596 43.695 . (6.6/ 65.7) = 3.793
= 0,000
B
1 +10,282 +34,369 +71,682 +28,864
2 +10,859 +22,695 +72,259 +33,503
3 +8,216 -12,105 +69,616 +25,201
4 +17,104 -45,606 +78,504 -8,658
5 -5,332 -25,289 +56,068 -13,421
6 -13,723 -18,488 +47,677 +6,419
7 -22,948 +11,012 +38,452 +30,759
8 -4,458 +33,412 +56,942 + 24,165
C
1 +1,096 +18,715 +64,482 -32,753
2 +11,753 +15,133 +75,139 -36,335
3 + 24,895 -2,787 +88,281 -54,255
4 +16,872 -15,297 +80258 -66,765
5 -0,974 -21,262 +62,412 -72,730
6 -18,012 -9,898 +45,374 -61,366
7 -17,625 +1,421 +45,761 -50,047
8 -18,005 +13,975 +45,381 -37,497
D
1 +10,339 +18,729 +58,66 -43,565
2 +17,159 +6,095 +65,483 -56,199
3 +18,855 -8,3223 +67,179 -70,617
4 +13,185 -24,492 +61,509 -86,786
5 -5,606 -19,716 +42,718 -82,012
6 -17,970 -10,557 +30,354 -72,851
7 -28,99 +20,409 +20,225 -41,885
8 -70863 +17,855 +40,461 -44,439
XY
E
1 +8,285 +20,351 +30,263 -39,007
2 +13,778 +10,809 +35,756 -48,349
3 +19,041 -11,055 +41,019 -70,413
4 +10,205 -16,066 +32,183 -75,424
5 -5,218 -25,139 +16,76 -84,497
6 -14,150 -12,119 +7,828 -71,477
7 -17,907 +7,337 +4,071 -52,021
8 -14,034 +25,882 +7,944 -33,476
F
1 +4,838 +16,391 +15,788 +1,712
2 +17,662 +7,321 +28,612 -7,308
3 +15,551 -6,198 +26,501 -20,827
4 +9,785 -13,656 +20,735 -28,285
5 -6,815 -19,247 +4,135 -33,876
6 -12,606 -14,229 -1,656 -28,858
7 -17,936 +8,028 -6,986 -6,601
8 -10,479 +21,640 -0,471 +7,011
H rata-rata
HA-B = = 1.4250
HB-C = = 1.4705
HC-D = = 1.0695
HD-E = = 1.5555
HE-F = = 1.1980
HF-A = = 1.0890
H = 7.8075
Kontrol H
H = 1.3012
Titik detail A
HA-1 = ( 1,512 1,439 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1,475 = 0,007
HA-2 = ( 1,463 1,410 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1,437 = 0,031
HA-3 = ( 1,522 1.462 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1,494 = 0,026
HA-4 = ( 1.467 1.420 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1.445 = 0,023
HA-5 = ( 1.431 1.345 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1.388 = 0,080
HA-6 = ( 1.435 1.372 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1.418 = 0,050
HA-7 = ( 1,534 1.464 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1,499 = 0,031
HA-8 = ( 1,602 1,536 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1,570 = 0,102
Titik detail B
HB-1 = ( 1,478 1,402 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,380 - 1,441 = 0,061
HB-2 = ( 1,420 1,360 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,380 - 1,391 = 0,011
HB-3 = ( 1,435 1,378 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,380 - 1,408 = 0,028
HB-4 = ( 1,471 1,402 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,380 - 1,436 = 0,056
Titik detail C
HC-1 = ( 1,413 1,342 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,379 = 0,073
HC-2 = ( 1,436 1,378 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,408 = 0,044
HC-3 = ( 1,432 1,374 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,402 = 0,047
HC-4 = ( 1,429 1,367 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,398 = 0,054
HC-5 = ( 1,409 1,348 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,379 = 0,073
HC-6 = ( 1,395 1,341 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,369 = 0,083
HC-7 = ( 1,417 1,369 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,392 = 0,060
HC-8 = ( 1,308 1,260 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,286 = 0,166
Titik detail D
HD-1 = ( 1,459 1,405 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,495 - 1,433 = 0,062
HD-2 = ( 1,445 1,379 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,495 - 1,413 = 0,082
HD-3 = ( 1,453 1,385 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,495 - 1,420 = 0,075
HD-4 = ( 1,499 1,425 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,495 - 1,464 = 0,031
HD-5 = ( 1,443 1,375 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,495 - 1,410 = 0,085
HD-6 = ( 1,525 1,452 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,495 - 1,488 = 0,007
HD-7 = ( 1,505 1,450 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,495 - 1,470 = 0,025
HD-8 = ( 1,532 1,443 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,495 - 1,475 = 0,020
Titik detail E
HE-1 = ( 1,358 1,268 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,312 = 0,138
HE-2 = ( 1,340 1,255 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,296 = 0,154
HE-3 = ( 1,335 1,248 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,290 = 0,160
HE-4 = ( 1,355 1,281 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,312 = 0,138
HE-5 = ( 1,353 1,270 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,311 = 0,139
Titik detail F
HF-1 = ( 1,402 1,325 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,365 = 0,100
HF-2 = ( 1,432 1,348 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,389 = 0,076
HF-3 = ( 1,519 1,400 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,475 = 0,010
HF-4 = ( 1,532 1,448 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,485 = 0,020
HF-5 = ( 2,599 1,525 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 1,562 = 0,097
HF-6 = ( 1,592 1,513 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,554 = 0,089
HF-7 = ( 1,576 1,502 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,539 = 0,074
HF-8 = ( 1,327 1,261 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,294 = 0,171
TABEL HASIL PERHITUNGAN BEDA TINGGI TITIK DETAIL
Titik HA HB HC HD HE HF
1 0,007 0,061 + 0,073 + 0,062 + 0,138 + 0,100
2 + 0,031 0,011 + 0,044 + 0,082 + 0,154 + 0,076
3 0,026 0,028 + 0,047 + 0,075 + 0,160 0,010
4 + 0,023 0,056 + 0,054 + 0,031 + 0,138 0,020
5 + 0,080 + 0,057 + 0,073 + 0,085 + 0,139 0,097
6 + 0,050 + 0,080 + 0,083 + 0,007 + 0,116 0,089
7 0,031 + 0,049 + 0,060 + 0,025 + 0,125 0,074
8 0,102 + 0,212 + 0,166 + 0,020 + 0,123 + 0,171
b) Perhitungan Elevasi
Titik Utama
EBM = +10,000
Titik detail A
8,413 + ( 0,007) = 8,406
8,413 + 0,031 = 8,444
8,413 + ( 0,026) = 8,387
8,413 + 0,023 = 8,436
8,413 + 0,080 = 8,493
8,413 + 0,050 = 8,463
8,413 + ( 0,031) = 8,382
8,413 + ( 0,102) = 8,311
Titik detail B
8,537 + ( 0,061) = 8,476
8,537 + ( 0,011) = 8,526
8,537 + ( 0,028) = 8,509
8,537 + ( 0,056) = 8,481
8,537 + 0,057 = 8,594
8,537 + 0,080 = 8,617
8,537 + 0,049 = 8,586
8,537 + 0,212 = 8,749
Titik detail C
8,706 + 0,073 = 8,779
8,706 + 0,044 = 8,750
Titik detail D
8,474 + 0,062 = 8,536
8,474 + 0,082 = 8,556
8,474 + 0,075 = 8,549
8,474 + 0,031 = 8,505
8,474 + 0,085 = 8,559
8,474 + 0,007 = 8,481
8,474 + 0,025 = 8,499
8,474 + 0,020 = 8,494
Titik detail E
8,728 + 0,138 = 8,866
8,728 + 0,154 = 8,882
8,728 + 0,160 = 8,888
8,728 + 0,138 = 8,866
8,728 + 0,139 = 8,867
8,728 + 0,116 = 8,844
8,728 + 0,125 = 8,853
8,728 + 0,123 = 8,851
Titik detail F
8,625 + 0,100 = 8,725
Titik HA HB HC HD HE HF
1 8,406 8,476 8,779 8,536 8,866 8,725
2 8,444 8,526 8,750 8,556 8,882 8,701
3 8,387 8,509 8,753 8,549 8,888 8,615
4 8,436 8,481 8,760 8,505 8,866 8,605
5 8,493 8,594 8,779 8,559 8,867 8,528
6 8,463 8,617 8,789 8,481 8,844 8,536
7 8,382 8,586 8,766 8,499 8,853 8,551
8 8,311 8,749 8,872 8,494 8,851 8,796
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Setelah kami melaksanakan praktikum pengukuran Ukur Tanah II ini, maka kami
dapat simpulkan sebagai berikut :
1. Pada pengukuran di lapangan ternyata titik yang dibidik memiliki jarak terhadap
sumbu X bervariasi dikarenakan jarak antara pesawat dengan titik tersebut
berbeda-beda.
2. Dari hasil pengukuran dilokasi yang kami lakukan ternyata memiliki beda tinggi
yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dikatakan permukaan tanah datar.
5.2 SARAN
Dari ketiga jenis pengukuran diatas, kesalahan-kesalahan tersebut seluruhnya dapat
dihindari dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sudut Dalam
Untuk menghindari kesalahn dalam pengukuran sudut dalam sebaiknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Dalam menentukan arah utara, pada setiap titik utama harus benar-benar
menunjukkan arah utara dengan melakukan hal tersebut berulang kali.
Rambu ukur harus diletakkan tegak lurus dan tepat pada titik utama yang
dibidik.
Uning-unting harus diletakkan tegak lurus tepat pada titik utama.
Teliti dalam pembacaan sudut horisontal.
BAB VI
PENUTUP
Alat ukur Theodolite sangat penting digunakan dalam bidang pengukuran yaitu
untuk menentukan ketinggian permukaan tanah dititik-titik tertentu pada
permukaan bumi. Pengukuran Theodolite dilakukan untuk pengukuran memanjang
dan melintang. Alat-alat yang melengkapi dalam pengukuran selain Theodolite
adalah rambu ukur atau baak ukur, statip, meteran dan payung untuk melindungi
Theodolite dari sinar matahari langsung. Prinsip kerja dalam menggunakan alat
waterpass ini adalah membuat garis sumbu teropong horizontal. Bagian yang
membuat berkedudukan horizontal adalah nivo yang berbentuk sebagai tabung
yang berisi cairan dengan gelembung udara didalamnya. Sehingga dengan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
terselesaikannya laporan ini dan semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
1. Foote, David dan Kelley,1990 Surveying,Theory and Practice, McGraw Hill Book
Company, Amerika.
2. Rais Jacob, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid I, Cipta Sari Grafika, Semarang.
3. Rais Jacob, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid II, Cipta Sari Grafika, Semarang.
4. Soetoma Wongsotjiro, 1995, Ilmu Ukur Tanah, Swada, Jakarta.
5. Wali Jatun, Djoko dan Wolf, Brinker, 1996, Dasar dasar Pengukuran Edisi
Ketujuh, Erlangga, Jakarta.
Diposkan oleh Muhammad Ali Imron di 11.21 Tidak ada komentar:
Label: PENDIDIKAN
Pengukuran Dengan Theodolit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN
Peta Tranchis adalah gambaran dari bumi yang direpretasikan dengan sistem
proyeksi dengan skala tertentu. Kemudian merangkai titik-titik dilapangan dan
mengetahui elevasi, maka dapat dibuat garis kontur suatu lokasi.
Gambar situasi adalah sesungguhnya ini merupakan peta-peta yang secara
langsung sangat penting bagi bangunan-bangunan, apakah selaku petunjuk lokasi,
maupun untuk mendapatkan perihal persis dimana akan didirikan suatu bangunan.
1.4.2. Statip
Statif ( kaki tiga ) dibuat dari kayu yang kering dan dicat kuning dihubungkan
dengan alat-alat sambungan besi. Kegunaan dari statip ini yaitu sebagai penyangga
atau kaki pesawat.
BAB II
DASAR TEORI
menentukan lokasinya, dan bentuk dimana data itu berada. Bila catatan lapangan
adalah sudut dan jarak, pusat batas dan titik-titik penting diatas dimana pekerjaan
konstruksi sudah terjadi tergantung padanya, digambar dengan metode koordinat.
Sedang untuk jarak digambar dengan skala dari puncak, untuk menggambar detail
jelasnya tentang cara-cara membuat detail dengan busur.
Pada pengukuran titik tinggi, beda tinggi, maupun jarak pada umumnya dilakukan
secara optis.
6) 6 = FE - EA +
d) Perhitungan Jarak ( D )
D = 100 ( BA BB ) Cos2
Dimana ; = 270 pembacaan vertical
P erhitungan Azimuth ( )
AB = misal A ( Awal )
BC = AB + ( 180 2 )
CD = BC + ( 180 3 )
DE = CD + ( 180 4 )
EF = DE + ( 180 5 )
FA = EF + ( 180 6 )
Chek : AB = FA + ( 180 1 )
g) Beda Tinggi ( H )
H = TP + BT
Dimana, TP = tinggi pesawat ; BB = benang bawah
BA = benang atas ; BT = benang tengah
2.4.5. Finishing
Ketelitian peta topografi ditentukan dari tujuan penggunaan peta, skala peta,
peralatan yang digunakan dalam pembuatan peta. Disamping hal-hal tersebut, peta
harus dilengkapi hal-hal berikut, yang merupakan finishing dari pembuatan antara
lain :
1) Panah tanda petunjuk arah utara.
2) Skala peta, areal peta.
3) Keterangan, macam peta, kegunaan peta.
4) Keterangan areal yang dipetakan.
5) Interval kontur yang digunakan.
6) Tanggal, bulan, tahun pembuatan peta.
7) Nama pemeta ( pelaksana ).
Bila hal tersebut diatas sudah dilakukan, maka peta sudah siap digunakan sesuai
keperluan.
BAB III
JALANNYA PRATIKUM
horizontal lalu putar pengunci horizontal dengan cara memutar searah jarum jam.
Penguncinya terletak diatas lempeng, maka horizontal sudah terkunci.
9) Mengutarakan kompas dengan melihat kompas yang ada dibagian atas pesawat.
Bila garis putih sudah tepat atau masuk tanda, maka pesawat sudah menghadap
utara. Kemudian dikunci dengan pengunci arah utara, dengan cara memutar searah
jarum jam. Penguncinya terletak di bawah lempeng, maka arah utara sudah
terkunci.
10) Menyetel pesawat agar membentuk sudut 270 terhadap sudut vertikal dengan
cara menaik turunkan teropong sambil melihat pada lensa sebelah kanan, apakah
sudah 270 atau belum. Apabila sudah tepat 270 lalu kunci dengan pengunci
vertikal, dengan cara memutar searah jarum jam. Pengunci terletak disamping
teropong, maka arah vertikal sudah terkunci.
11) Menempatkan baak atau rambu ukur pada titik detail tambahan, titk BM, dan
kedelapan titik yang mengapit.
12) Membuka kunci horizontal, untuk memutar pesawat sampai baak kelihatan
pada lensa. Setelah terlihat lalu kunci kembali pengunci horizontal.
13) Membaca BA, BT, BB pada baak dengan melihat pada teropong lensa sebelah
kiri, apabila pembacaan kurang jelas, kita harus memutar penyetel diagfragma
lensa sampai baak bias terbaca dengan jelas.
14) Membaca sudut vertikal dengan melihat pada teropong lensa sebelah kanan,.
Dengan cara memuter penyetel menit, detik sampai derajat jatuh tepat pada
tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut menit, detik sampai
derajat.
15) Membaca sudut horizontal dengan melihat pada teropong lensa sebelah kanan.
Dengan cara memutar penyetel menit, detik sampai derajat jatuh tepat pada
tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut menit, detik pada
arah horizontal.
16) Setelah selesai di titik detail utama A, kemudian memindahkan pesawat ke titik
detail B, begitu seterusnya untuk titik detail utama C, D, E, F.
17) Melakukan hal yang sama pada nomor 2 sampai pada dengan nomor 10 untuk
penyetelan alat.
Catatan :
Disetiap titik detail utama selalu dilakukan pekerjaan nomor 2 sampai dengan
nomor 10 untuk penyetelan alat dan sebelum membidik baak.
Memutar pesawat selalu searah jarum jam, agar tidak kesalahan pembacaan
pada sudut horizontal.
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA
C
( 1,452 ) D 1,352 1,291 1,222 2180100 90
B 1,240 1,145 1,050 3390140 90
1 1,413 1,441 1,342 1183110 90
2 1,436 1,391 1,378 1543010 90
3 1,432 1,408 1,374 1914250 90
4 1,429 1,436 1,367 2140250 90
5 1,409 1,323 1,348 2321230 90
6 1,395 1,300 1,341 2574150 90
7 1,417 1,331 1,369 2763550 90
8 1,308 1,168 1,260 3401330 90
D
( 1,495 ) E 1,571 1,499 1,430 1544450 90
C 1,540 1,473 1,404 2793030 90
E
( 1,450) F 1,357 1,292 1,225 3262330 90
D 1,427 1,355 1,285 3290550 90
1 1,358 1,312 1,268 3405930 90
2 1,340 1,296 1,255 3595310 90
3 1,335 1,290 1,248 1541540 90
4 1,355 1,312 1,281 342210 90
5 1,353 1,311 1,270 491610 90
6 1,385 1,334 1,292 633610 90
7 1,367 1,325 1,283 763210 90
8 1,364 1,327 1,288 900910 90
F
( 1,465 ) A 1,311 1,195 1,083 005230 90
E 1,480 1,415 1,290 004650 90
1 1,402 1,365 1,325 1362630 90
2 1,432 1,389 1,348 320930 90
3 1,519 1,475 1,400 690630 90
4 1,532 1,485 1,448 961710 90
5 1,599 1,562 1,525 1205110 90
6 1,592 1,554 1,513 1414630 90
Titik B
dB C = (1.516 1.325).100 .cos . (270 - 90) = 19.1 m
dB A = (1.420 1.251).100 .cos . (270 - 90) = 16.9 m
dB 1 = (1.478 1.402).100 .cos . (270 - 90) = 7.6 m
dB 2 = (1.420 1.360).100 .cos . (270 - 90) = 6.0 m
dB 3 = (1.435 1.378).100 .cos . (270 - 90) = 5.7 m
dB 4 = (1.471 1.402).100 .cos . (270 - 90) = 6.9 m
dB 5 = (1.362 1.291).100 .cos . (270 - 90) = 7.1 m
dB 6 = (1.340 1.265).100 .cos . (270 - 90) = 7.5 m
dB 7 = (1.364 1.296).100 .cos . (270 - 90) = 6.8 m
dB 8 = (1.204 1.129).100 .cos . (270 - 90) = 7.5 m
Titik C
dC D = (1.325 1.222).100 .cos . (270 - 90) = 10.3 m
dC B = (1.240 1.050).100 .cos . (270 - 90) = 19.0 m
dC 1 = (1.413 1.342).100 .cos . (270 - 90) = 7.1 m
dC 2 = (1.436 1.378).100 .cos . (270 - 90) = 5.8 m
dC 3 = (1.432 1.374).100 .cos . (270 - 90) = 5.8 m
dC 4 = (1.429 1.367).100 .cos . (270 - 90) = 6.2 m
dC 5 = (1.409 1.348).100 .cos . (270 - 90) = 6.1 m
dC 6 = (1.395 1.341).100 .cos . (270 - 90) = 5.4 m
dC 7 = (1.417 1.369).100 .cos . (270 - 90) = 4.8 m
dC 8 = (1.308 1.260).100 .cos . (270 - 90) = 4.8 m
Titik D
dD E = (1.571 1.430).100 .cos . (270 - 90) = 14.1 m
dD C = (1.540 1.404).100 .cos . (270 - 90) = 13.6 m
dD 1 = (1.459 1.405).100 .cos . (270 - 90) = 5.4 m
Titik E
dE F = (1.357 1.225).100 .cos . (270 - 90) = 13.2 m
dE D = (1.427 1.285).100 .cos . (270 - 90) = 14.2 m
dE 1 = (1.358 1.268).100 .cos . (270 - 90) = 9.0 m
dE 2 = (1.340 1.255).100 .cos . (270 - 90) = 8.5 m
dE 3 = (1.335 1.248).100 .cos . (270 - 90) = 10.7 m
dE 4 = (1.355 1.281).100 .cos . (270 - 90) = 7.4 m
dE 5 = (1.353 1.270).100 .cos . (270 - 90) = 8.3 m
dE 6 = (1.385 1.292).100 .cos . (270 - 90) = 9.3 m
dE 7 = (1.367 1.283).100 .cos . (270 - 90) = 8.4 m
dE 8 = (1.364 1.288).100 .cos . (270 - 90) = 7.6 m
Titik F
dF A = (1.311 1.083).100 .cos . (270 - 90) = 22.8 m
dF E = (1.480 1.290).100 .cos . (270 - 90) = 19.0 m
dF 1 = (1.402 1.325).100 .cos . (270 - 90) = 7.7 m
dF 2 = (1.432 1.348).100 .cos . (270 - 90) = 8.4 m
dF 3 = (1.519 1.400).100 .cos . (270 - 90) = 11.9 m
dF 4 = (1.532 1.448).100 .cos . (270 - 90) = 8.4 m
dF 5 = (1.599 1.525).100 .cos . (270 - 90) = 7.4 m
dF 6 = (1.592 1.513).100 .cos . (270 - 90) = 7.9 m
dF 7 = (1.576 1.502).100 .cos . (270 - 90) = 7.4 m
XA B = dA - B . sin 'A - B
= 14.6 . sin 3320455 = 6.836
XB C = dB - C . sin 'B - C
= 19.1 . sin 92953 = 1.043
XC D = dC - D . sin 'C - D
= 10.3 . sin 733141 = +10.219
XD E = dD - E . sin 'D - E
= 14.1 . sin 2274829 = +6.015
XE F = dE - F . sin 'E - F
= 13.2 . sin 500837 = 7.306
XF A = dF - A . sin 'F - A
= 22.8 . sin 1244315 = +0.348
x = +1.397
Koreksi
Kesalahan (fx) = -d.sin
= 1.397
Rumus : X = x fx .(d d)
XA B = 6.836 1.398. (14.6 / 94.1) = 7.053
XB C = 1.043 1.398. (19.1 / 94.1) = 1.327
XC D = +10.219 1.398. (10.3 / 94.1) = +10.066
XD E = +6.015 1.398. (14.1 / 94.1) = +5.825
XE F = 7.306 1.398. (13.2 / 94.1) = 7.502
XF A = +0.348 1.398. (22.8 / 94.1) = 0.009 +
= 0,000
Koordinat titik utama X
XBM = +10.000
XA = +10.000 - 7,032 = +2,968
XB = +2.968 - 7.053 = -4.085
XC = -4.085 - 1.327 = -5.412
XD = -5.412 + 10.066 = +4.654
XE = +4.654 + 5.825 = +10.479
XF = +10.479 - 7.502 = +2.977
XA = +2.977 - 0.009 = +2.968
YA B = dA - B . cos 'A - B
= 14,6 . cos 3220455 = +11,518
YB C = dB - C . cos 'B - C
dA-8 = 6.6 m
= 51.8 m
Titik B
dB-1 = 7,6 m
dB-2 = 6,0 m
dB-3 = 5,7 m
dB-4 = 6,9 m
dB-5 = 7,1 m
dB-6 = 7,5 m
dB-7 = 6,8 m
dB-8 = 7,5 m
= 55,1 m
Koreksi
Kesalahan (fx) = -d.sin = -24.715
Rumus : X = x fx .(d d)
= 0,000
Titik C
dC-1 = 7,1 m
dC-2 = 5,8 m
dC-3 = 5,8 m
dC-4 = 6,2 m
dC-5 = 6,1 m
dC-6 = 5,4 m
dC-7 = 4,8 m
dC-8 = 4,8 m
= 46 m
Koreksi
Kesalahan (fx) = -d.sin = +12.402
Rumus : Y = Y fy .(d d)
XC 1 = 6,238 + 12,402. (7,1 / 46) = +8.152
XC 2 = 2,497 + 12,402. (5,8 / 46) = +4.061
XC 3 = -1,178 + 12,402. (5,8 / 46) = +0.386
XC 4 = -3,471 + 12,402. (6,2 / 46) = 1.799
XC 5 = -4,820 + 12,402. (6,1 / 46) = 3.175
XC 6 = -5,276 + 12,402. (5,4 / 46) = 3.820
XC 7 = -4,768 + 12,402 .(4,8 / 46) = 3.474
XC 8 = -1,624 + 12,402. (4,8 / 46) = 0.329
= 0,000
Koreksi
Kesalahan (fy) = -d.cos = 19,263
Rumus : Y = Y fy .(d d)
YC 1 = -3,391 + 19,263. (7,1 / 46) = 0.418
YC 2 = -5,235 + 19,263. (5,8 / 46) = 2.806
YC 3 = -5,679 + 19,263. (5,8 / 46) = 3.250
YC 4 = -5,137 + 19,263. (6,2 / 46) = 2.541
YC 5 = -3,738 + 19,263. (6,1 / 46) = 1.183
YC 6 = -1,151 + 19,263. (5,4 / 46) = +1.110
YC 7 = 0,551 + 19,263. (4,8 / 46) = +2.561
YC 8 = 4,517 + 19,263. (4,8 / 46) = +6.527
= 0,000
Titik D
dD-1 = 5.4 m
dD-2 = 6.6 m
dD-3 = 6.8 m
dD-4 = 7.4 m
dD-5 = 6.8 m
dD-6 = 7.3 m
dD-7 = 5.2 m
dD-8 = 5.7 m
= 51,2 m
X = 1,088
Koreksi
Kesalahan (fx) = -d.sin = - 1.088
Rumus : X = x fx .(d d)
XD 1 = 5,360 1,088. (5.4/ 51,2) = 5.245
XD 2 = 5,174 1,088. (6.6/ 51,2) = 5.034
XD 3 = 3,656 1,088. (6.8/ 51,2) = 3.511
XD 4 = 1,803 1,088. (7.4/ 51,2) = 1.646
XD 5 = -1,214 1,088. (6.8/ 51,2) = -1.358
XD 6 = -3,909 1,088. (7.3/ 51,2) = -4.064
XD 7 = -4,249 1,088. (5.2/ 51,2) = -4.359
XD 8 = -5,533 1,088. (5.7/ 51,2) = -5.654
= 0,000
Koreksi
Kesalahan (fy) = -d.cos = +34.886
Rumus : Y = Y fy .(d d)
YD 1 = -0,655 + 34,886. (5.4/ 51,2) = 4.334
YD 2 = -4,097 + 34,886. (6.6/ 51,2) = 0.400
YD 3 = -5,734 + 34,886. (6.8/ 51,2) = 1.101
YD 4 = -7,177 + 34,886. (7.4/ 51,2) = 2.135
YD 5 = -6,691 + 34,886. (6.8/ 51,2) = 2.058
YD 6 = -6,165 + 34,886. (7.3/ 51,2) = 1.191
YD 7 = -2,997 + 34,886. (5.2/ 51,2) = 0.546
YD 8 = -1,370 + 34,886. (5.7/ 51,2) = 2.514
= 0,000
Titik E
dE-1 = 9.0 m
dE-2 = 8.5 m
dE-3 = 10.7 m
dE-4 = 7.4 m
dE-5 = 8.3 m
dE-6 = 9.3 m
dE-7 = 8.4 m
dE-8 = 7.6 m
= 69.2 m
Y = +24.965
Koreksi
Kesalahan (fy) = -d.cos = 24.965
Rumus : Y = Y fy .(d d)
YE 1 = +8.509 24.965 . (9.0 / 69.2) = +5.262
YE 2 = +8.500 24.965 . (8.5 / 69.2) = +5.433
YE 3 = 9.638 24.965 . (10.7 / 69.2) = 13.498
YE 4 = +6.108 24.965 . (7.4 / 69.2) = +3.438
YE 5 = +5.416 24.965 . (8.3 / 69.2) = +2.422
YE 6 = +4.134 24.965 . (9.3 / 69.2) = +0.779
YE 7 = +1.956 24.965 . (8.4 / 69.2) = 1.074
YE 8 = 0.020 24.965 . (7.6 / 69.2) = 2.762
= 0,000
Titik F
dF-1 = 7.7 m
dF-2 = 8.4 m
dF-3 = 11.9 m
dF-4 = 8.4 m
dF-5 = 7.4 m
dF-6 = 7.9 m
dF-7 = 7.4 m
dF-8 = 6.6 m
= 65.7 m
= 0,000
H rata-rata
HA-B = = 1.4250
HB-C = = 1.4705
HC-D = = 1.0695
HD-E = = 1.5555
HE-F = = 1.1980
HF-A = = 1.0890
H = 7.8075
Kontrol H
H = 1.3012
Titik detail A
HA-1 = ( 1,512 1,439 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1,475 = 0,007
HA-2 = ( 1,463 1,410 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1,437 = 0,031
HA-3 = ( 1,522 1.462 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1,494 = 0,026
HA-4 = ( 1.467 1.420 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1.445 = 0,023
HA-5 = ( 1.431 1.345 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1.388 = 0,080
HA-6 = ( 1.435 1.372 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1.418 = 0,050
HA-7 = ( 1,534 1.464 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1,499 = 0,031
HA-8 = ( 1,602 1,536 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,468 - 1,570 = 0,102
Titik detail B
HB-1 = ( 1,478 1,402 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,380 - 1,441 = 0,061
HB-2 = ( 1,420 1,360 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,380 - 1,391 = 0,011
HB-3 = ( 1,435 1,378 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,380 - 1,408 = 0,028
HB-4 = ( 1,471 1,402 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,380 - 1,436 = 0,056
HB-5 = ( 1,362 1,291 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,380 - 1,323 = 0,057
HB-6 = ( 1,340 1,265 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,380 - 1,300 = 0,080
HB-7 = ( 1,364 1,296 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,380 - 1,331 = 0,049
HB-8 = ( 1,204 1,129 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,380 - 1,168 = 0,212
Titik detail C
HC-1 = ( 1,413 1,342 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,379 = 0,073
HC-2 = ( 1,436 1,378 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,408 = 0,044
HC-3 = ( 1,432 1,374 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,402 = 0,047
HC-4 = ( 1,429 1,367 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,398 = 0,054
HC-5 = ( 1,409 1,348 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,379 = 0,073
HC-6 = ( 1,395 1,341 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,452 - 1,369 = 0,083
Titik detail E
HE-1 = ( 1,358 1,268 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,312 = 0,138
HE-2 = ( 1,340 1,255 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,296 = 0,154
HE-3 = ( 1,335 1,248 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,290 = 0,160
HE-4 = ( 1,355 1,281 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,312 = 0,138
HE-5 = ( 1,353 1,270 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,311 = 0,139
HE-6 = ( 1,385 1,292 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,334 = 0,116
HE-7 = ( 1,367 1,283 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,325 = 0,125
HE-8 = ( 1,364 1,288 ) 50sin 2( 90 - 270 ) + 1,450 - 1,327 = 0,123
Titik detail F
HF-1 = ( 1,402 1,325 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,365 = 0,100
HF-2 = ( 1,432 1,348 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,389 = 0,076
HF-3 = ( 1,519 1,400 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,475 = 0,010
HF-4 = ( 1,532 1,448 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,485 = 0,020
HF-5 = ( 2,599 1,525 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 1,562 = 0,097
HF-6 = ( 1,592 1,513 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,554 = 0,089
HF-7 = ( 1,576 1,502 ) 50sin 2( 90 - 270 ) +1,465 - 1,539 = 0,074
Titik HA HB HC HD HE HF
1 0,007 0,061 + 0,073 + 0,062 + 0,138 + 0,100
2 + 0,031 0,011 + 0,044 + 0,082 + 0,154 + 0,076
3 0,026 0,028 + 0,047 + 0,075 + 0,160 0,010
4 + 0,023 0,056 + 0,054 + 0,031 + 0,138 0,020
5 + 0,080 + 0,057 + 0,073 + 0,085 + 0,139 0,097
6 + 0,050 + 0,080 + 0,083 + 0,007 + 0,116 0,089
7 0,031 + 0,049 + 0,060 + 0,025 + 0,125 0,074
8 0,102 + 0,212 + 0,166 + 0,020 + 0,123 + 0,171
b) Perhitungan Elevasi
Titik Utama
EBM = +10,000
Titik detail A
8,413 + ( 0,007) = 8,406
8,413 + 0,031 = 8,444
8,413 + ( 0,026) = 8,387
8,413 + 0,023 = 8,436
Titik detail B
8,537 + ( 0,061) = 8,476
8,537 + ( 0,011) = 8,526
8,537 + ( 0,028) = 8,509
8,537 + ( 0,056) = 8,481
8,537 + 0,057 = 8,594
8,537 + 0,080 = 8,617
8,537 + 0,049 = 8,586
8,537 + 0,212 = 8,749
Titik detail C
8,706 + 0,073 = 8,779
8,706 + 0,044 = 8,750
8,706 + 0,047 = 8,753
8,706 + 0,054 = 8,760
8,706 + 0,073 = 8,779
8,706 + 0,083 = 8,789
8,706 + 0,060 = 8,766
8,706 + 0,166 = 8,872
Titik detail D
8,474 + 0,062 = 8,536
8,474 + 0,082 = 8,556
8,474 + 0,075 = 8,549
Titik detail E
8,728 + 0,138 = 8,866
8,728 + 0,154 = 8,882
8,728 + 0,160 = 8,888
8,728 + 0,138 = 8,866
8,728 + 0,139 = 8,867
8,728 + 0,116 = 8,844
8,728 + 0,125 = 8,853
8,728 + 0,123 = 8,851
Titik detail F
8,625 + 0,100 = 8,725
8,625 + 0,076 = 8,701
8,625 + ( 0,010) = 8,615
8,625 + ( 0,020) = 8,605
8,625 + ( 0,097) = 8,528
8,625 + ( 0,089) = 8,536
8,625 + ( 0,074) = 8,551
8,625 + 0,171 = 8,796
Titik HA HB HC HD HE HF
1 8,406 8,476 8,779 8,536 8,866 8,725
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Setelah kami melaksanakan praktikum pengukuran Ukur Tanah II ini, maka kami
dapat simpulkan sebagai berikut :
1. Pada pengukuran di lapangan ternyata titik yang dibidik memiliki jarak terhadap
sumbu X bervariasi dikarenakan jarak antara pesawat dengan titik tersebut
berbeda-beda.
2. Dari hasil pengukuran dilokasi yang kami lakukan ternyata memiliki beda tinggi
yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dikatakan permukaan tanah datar.
5.2 SARAN
Dari ketiga jenis pengukuran diatas, kesalahan-kesalahan tersebut seluruhnya dapat
dihindari dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sudut Dalam
Untuk menghindari kesalahn dalam pengukuran sudut dalam sebaiknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Dalam menentukan arah utara, pada setiap titik utama harus benar-benar
menunjukkan arah utara dengan melakukan hal tersebut berulang kali.
Rambu ukur harus diletakkan tegak lurus dan tepat pada titik utama yang
dibidik.
Uning-unting harus diletakkan tegak lurus tepat pada titik utama.
Teliti dalam pembacaan sudut horisontal.
BAB VI
PENUTUP
Alat ukur Theodolite sangat penting digunakan dalam bidang pengukuran yaitu
untuk menentukan ketinggian permukaan tanah dititik-titik tertentu pada
permukaan bumi. Pengukuran Theodolite dilakukan untuk pengukuran memanjang
dan melintang. Alat-alat yang melengkapi dalam pengukuran selain Theodolite
adalah rambu ukur atau baak ukur, statip, meteran dan payung untuk melindungi
Theodolite dari sinar matahari langsung. Prinsip kerja dalam menggunakan alat
waterpass ini adalah membuat garis sumbu teropong horizontal. Bagian yang
membuat berkedudukan horizontal adalah nivo yang berbentuk sebagai tabung
yang berisi cairan dengan gelembung udara didalamnya. Sehingga dengan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
terselesaikannya laporan ini dan semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
1. Foote, David dan Kelley,1990 Surveying,Theory and Practice, McGraw Hill Book
Company, Amerika.
2. Rais Jacob, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid I, Cipta Sari Grafika, Semarang.
3. Rais Jacob, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid II, Cipta Sari Grafika, Semarang.
4. Soetoma Wongsotjiro, 1995, Ilmu Ukur Tanah, Swada, Jakarta.
5. Wali Jatun, Djoko dan Wolf, Brinker, 1996, Dasar dasar Pengukuran Edisi
Ketujuh, Erlangga, Jakarta.