Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
Reformasi Birokrasi bukan lagi sekedar tuntutan, tetapi merupakan
kebutuhan dalam perbaikan manajemen kinerja di lingkungan Instansi
Pemerintah, tak terkecuali di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Penerapan Reformasi Birokrasi harus mampu dirasakan manfaatnya, tidak
hanya bagi internal organisasi Pemerintah, tetapi juga harus dapat dirasakan
manfaatnya oleh Masyarakat. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81
tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, Reformasi
Birokrasi dilaksanakan untuk mewujudkan Pemerintahan Kelas Dunia pada
tahun 2025. Untuk mewujudkan hal tersebut, dirasa perlu melakukan
percepatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi melalui optimalisasi faktorfaktor pengungkit pelaksanaan Reformasi Birokrasi, salah satunya adalah
pengelolaan Aparatur Sipil Negara (ASN).
ASN merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pelaksanaan Reformasi
Birokrasi di sebuah Instansi Pemerintah. Keberhasilan pelaksanaan
Reformasi Birokrasi ditentukan oleh kualitas ASN yang dimiliki oleh Instansi
Pemerintah. Kualitas ASN dapat dilihat melalui kualifikasi dan kompetensi
yang dimiliki oleh masing-masing ASN. Agar kualitas ASN tetap terjaga dan
meningkat, perlu dilakukan pengelolaan kompetensi pegawai melalui
peningkatan kompetensi pegawai secara sistematis dan berkesinambungan.
Selain dalam rangka mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi, adanya
globalisasi, perdagangan bebas dan komitmen Internasional, antara lain
diwujudkan melalui perjanjian-perjanjian internasional di bidang ekonomi
yang menghendaki adanya area perdagangan bebas (free trade area) juga
menjadi faktor lain yang mewajibkan setiap Instansi Pemerintah untuk
meningkatkan kompetensi ASN dengan standar kualitas global.
Didasari hal-hal tersebut, maka BPOM menyusun road map pengembangan
ASN BPOM Tahun 2015-2019 sebagai acuan dan upaya dalam
pengembangan kualitas ASN BPOM. Semoga road map pengembangan ASN
BPOM Tahun 2015-2019 dapat memberikan manfaat dalam mempercepat
pelaksanaan Reformasi Birokrasi sehingga peningkatan pelayanan publik
dapat diwujudkan.
-2-
DAFTAR ISI
Hal.
1.
Halaman Judul .
2.
Kata Pengantar .
3.
Daftar Isi .
4.
Daftar Gambar .
5.
BAB I PENDAHULUAN ..
6.
7.
15
20
21
22
27
8.
BAB IV PENUTUP
40
9.
Daftar Pustaka .
41
10 Daftar Peraturan ..
42
-3-
DAFTAR GAMBAR
Hal.
1.
2.
11
3.
17
4.
27
5.
31
6.
35
-4-
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberlakuan kesepakatan kerjasama Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
pada akhir tahun 2015 dimana perdagangan barang, jasa, modal, dan
investasi dapat bergerak bebas tanpa halangan geografis menjadi tantangan
tersendiri bagi sektor usaha maupun pemerintah, tidak terkecuali di bidang
obat dan makanan. Indonesia dengan pasar dan kondisi geografis yang paling
besar di antara negara-negara ASEAN lainnya akan menjadi magnet yang
paling strategis untuk menjadi target pasar peredaran obat dan makanan
negara-negara ASEAN. Dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta (posisi
ke 4 di dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika) dan daya beli
(pendapatan per kapita) yang semakin membaik, maka Indonesia akan
menjadi target pasar yang paling potensial.
MEA diprediksi berkontribusi terhadap peningkatan arus peredaran obat dan
makanan di Indonesia, di samping faktor-faktor lainnya seperti
pemberlakukan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), agenda Sustainable
Development Goals (SDGs), perubahan sosial ekonomi dan gaya hidup
masyarakat, serta perkembangan teknologi di bidang obat dan makanan.
Berbagai faktor tersebut menjadi sebuah tantangan yang harus dihadapi,
terutama dalam melakukan pengawasan produk obat dan makanan yang
beredar di Indonesia. Dengan berbagai kesepakatan harmonisasi di tingkat
ASEAN akan mengubah paradigma pengawasan obat dan makanan yang
semula difokuskan pada pengawasan pre market akan bergeser menjadi
pengawasan post market. Hal ini telah dimulai dengan pemberlakuan
notifikasi kosmetik pada tahun 2011, dimana produk kosmetik lebih bebas
beredar di negara-negara ASEAN dengan skema pre market yang lebih
longgar. Sebagai konsekuensinya pengawasan post market harus lebih
diperketat untuk tetap menjamin keamanan, mutu dan manfaat produk yang
digunakan oleh masyarakat.
Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah non Departemen yang telah diubah terakhir kali dengan
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013, Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) merupakan Lembaga Pemerintah yang diberikan
kewenangan dan tugas untuk melakukan pengawasan terhadap peredaran
obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan makanan di
Indonesia. Dengan berbagai tantangan dalam pengawasan obat dan makanan
-5-
32 % dari Pegawa ASN yang dimiliki BPOM saat ini berpendidikan dibawah
sarjana. Pegawai dengan pendidikan minimal sarjana juga tidak menjamin
memiliki kompetensi dan kinerja yang dipersyaratkan dan diharapkan,
sehingga masih diperlukan untuk ditingkatkan kompetensinya melalui
pelatihan dan on the job training atau magang di tempat penugasan yang
sesuai.
Dari data penilaian kompetensi tahun 2012 s.d 2015 dan penilaian prestasi
kerja pegawai tahun 2014, kurang lebih 49,61% memiliki kompetensi dan
kinerja di atas rata-rata. Pegawai-pegawai yang berada pada kwadran IV ini
diharapkan mampu menjadi penggerak organisasi dan berkontribusi positif
pada reformasi birokrasi. Sedangkan pegawai yang berada pada kwadran II
(11,09%) dan III (29,19%) memerlukan pendekatan khusus sehingga
kompetensi atau kinerjanya dapat ditingkatkan dan memberikan kontribusi
positif pada organisasi. Sekitar 10,10% ASN BPOM yang berada pada
kwadran I atau katagori dead wood memerlukan perhatian khusus dan
ekstra untuk ditingkatkan kompetensi dan kinerjanya, serta diharapkan
tidak berkontribusi negatif pada proses perubahan. Data lebih lengkap terkait
dengan data hasil penilaian kompetensi dan penilaian prestasi kerja pegawai
adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Data Penilaian Kompetensi Tahun 2012 s.d 2015 dan Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai Tahun 2014
Kompetensi
Inti
Kompetensi
Peran
PROSENTASE
UNSUR KOMPETENSI
PEMENUHAN
KOMPETENSI
Pemikiran Analitis
113.53%
Komitmen pada kualitas
105.33%
Integritas
104.67%
Disiplin
99.10%
Kerjasama dan Kemitraan
97.87%
Pencarian Informasi
94.22%
Orientasi berprestasi
94.06%
Orientasi pada Pelanggan
89.44%
Pembelajaran Berkelanjutan
84.30%
Inovasi
83.72%
Dampak dan Pengaruh
82.00%
Pemikiran Konseptual
76,55%
Perencanaan, Pengorganisasian dan
75,32%
Pengawasan
Kepemimpinan Kelompok
66,48%
Tabel 1. Sebaran hasil penilaian kompeteni ASN BPOM tahun 2014 dan 2015
Dilihat dari input atau pegawai baru BPOM, jenjang pendidikan calon
pegawai yang diterima dalam 5 (lima) tahun terakhir dari jalur pendaftaran
umum adalah minimal Diploma III (DIII), kecuali penerimaan calon pegawai
tahun 2014 dimana BPOM menerima 1 orang calon pegawai dengan latar
belakang pendidikan SMK. Dari calon pegawai yang diterima, mayoritas
adalah orang-orang dengan latar belakang pendidikan sains (apoteker,
farmasi, kimia, teknologi pangan, biologi, dll) dimana program studi tersebut
mayoritas adalah program pendidikan dengan passing grade tinggi di
beberapa Universitas di Indonesia dan hanya orang-orang dengan
kemampuan tinggi yang dapat diterima dalam program tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, kualitas dan potensi ASN baru yang dimiliki BPOM
sebenarnya cukup bagus jika dilihat dari latar belakang pendidikan dan tidak
kalah dibanding dengan instansi lain. Berdasarkan data pelamar yang
-9-
tidak pernah memiliki daftar ASN yang potensial dan kompeten untuk
dipromosikan apabila terdapat pimpinan atau pegawai senior yang promosi
atau telah purna bakti.
ASN baru yang mayoritas adalah pegawai dengan jenjang pendidikan minimal
Diploma III (DIII) dan kualifikasi akademik di atas rata-rata juga tidak berarti
terbebas dari permasalahan kepegawaian. Penerimaan pegawai BPOM selama
10 (sepuluh) tahun terakhir didominasi oleh calon pegawai kelompok generasi
Y (gen Y) sehingga saat ini kelompok gen Y adalah kelompok mayoritas ASN
yang dimiliki BPOM. Kelompok gen Y di BPOM dengan usia antara 20 s.d 35
tahun jumlahnya mencapai 44% dari total ASN yang dimiliki BPOM. Jumlah
pegawai terbesar kedua adalah kelompok gen X, usia 35 s.d 50 tahun dengan
prosentase 35%. Jumlah pegawai yang paling kecil adalah kelompok generasi
baby boomers, usia 50 s.d 60 tahun dengan prosentase 21%. Data lebih
lengkap terkait usia ASN BPOM dapat disampaikan sebagai berikut:
Dari data tersebut, dilihat dari usia ASN, BPOM saat ini memiliki gap
generasi antara ASN yang berusia di bawah 35 tahun dengan ASN yang
berusia di atas 35 tahun. Hal tersebut harus mendapatkan perhatian serius,
terutama dalam menyiapkan kader dan calon pemimpin di BPOM. Percepatan
kaderisasi kepemimpinan BPOM menjadi sebuah kewajiban untuk segera
dipenuhi mengingat tantangan yang dihadapi BPOM tidak mungkin dihindari
lagi. ASN kelompok gen Y yang merupakan kelompok pegawai mayoritas juga
perlu mendapat perhatian di BPOM. Gen Y adalah kelompok pegawai yang
memiliki karakteristik bahwa bekerja tidak selalu masalah karier, uang dan
fasilitas, tetapi bekerja adalah terkait dengan passion, aktualisasi diri dan
kenyamanan. Terkadang nilai-nilai yang dipegang oleh pegawai kelompok gen
Y tidak sama dengan nilai-nilai yang dikembangkan dalam organisasi,
maupun nilai-nilai yang dipegang oleh pegawai kelompok gen X dan baby
boomers. Dengan karakteristik gen Y tersebut, merupakan tantangan
- 11 -
seleksi
dan
promosi
dilakukan
secara
terbuka
dan
- 12 -
Tantangan bagi BPOM dalam menerapkan sistem merit tersebut cukup besar
dan harus menjadi perhatian pimpinan maupun manajemen di BPOM. Dalam
survey internal tentang kapasitas organisasi BPOM yang dilaksanakan tahun
2014 terhadap 23 unit kerja di BPOM Pusat masih ditemukan beberapa
permasalahan serius yang urgent untuk segera ditangani, khususnya terkait
dengan manajemen ASN. Survey tersebut bertujuan untuk mendapatkan
gambaran nyata mengenai pengembangan kapasitas organisasi BPOM dalam
menjalankan tugasnya, terutama dalam rangka penerapan Reformasi
Birokrasi di BPOM. Berdasarkan hasil survey, diketahui terdapat beberapa
hal yang perlu mendapatan perhatian dan perbaikan, yaitu:
1. Masih lemahnya pembinaan dan strategi pimpinan dalam mencapai
tujuan,
2. Mekanisme pembagian kerja yang masih perlu perbaikan
mempertimbangkan jenjang jabatan masing-masing pegawai,
dengan
- 14 -
BAB II
RENCANA STRATEGIS BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TAHUN 2015-2019
Sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019,
BPOM sebagai Lembaga Pemerintah non Kementerian (LPNK) memiliki visi :
Obat dan Makanan Aman Meningkatakan Kesehatan Masyarakat dan Daya
Saing Bangsa. Visi tersebut diturunkan ke dalam 3 misi organisasi, yaitu:
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat;
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan; dan
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.
Visi dan misi tersebut berusaha untuk diwujudkan dengan budaya organisasi
PIKKIR, yaitu : Profesional, Integritas, Kredibilitas, Kerjasama Tim, Inovatif
dan Responsif/Cepat Tanggap.
Dalam rangka mencapai visi dan misi organisasi tersebut, tujuan yang ingin
dicapai oleh BPOM dalam kurun waktu 2015-2019 adalah:
1. Meningkatnya
jaminan
produk
Obat
dan
Makanan
aman,
berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan
kesehatan masyarakat; dan
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global
dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi.
Adapun indikator capaian sebagai ukuran keberhasilan dari tujuan tersebut
adalah:
1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, berkhasiat/bermanfaat,
dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan
indikator:
a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan BPOM.
2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global
dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator:
a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi
ketentuan; dan
- 15 -
Gambar 3. Peta Bisnis Proses Utama BPOM sesuai Peran dan Kewenangan
Untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis dengan Indikator
Kinerja Utama dan peta bisnis proses utama BPOM sebagaimana telah
diuraikan di atas, serta mendukung tujuan pembangunan nasional sub
bidang gizi dan kesehatan, maka arah kebijakan di bidang pengawasan Obat
dan Makanan tahun 2015-2019 dapat dijabarkan sebagai berikut:
- 17 -
- 18 -
internal maupun eskternal, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaianpenyesuaian dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM.
Adapun penjabaran pembangunan pengawasan Obat dan Makanan agar
lebih tajam dan terarah, berikut disampaikan perencanaan tahunan dengan
penekanan sesuai isu nasional terkini (penjabaran tahunan Nawacita) dan
atau mengacu alternatif penekanan sebagai berikut:
1. Tahun 2016: Mendorong penguatan kelembagaan dan Pengembangan
program strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan serta
memaksimalkan fungsi pelayanan publik. Dalam hal ini Penguatan
Laboratorium, Sistem IT dan Dukungan Sarana Prasarana menjadi
prasyarat yang harus dipenuhi.
2. Tahun 2017: Penguatan regulasi di bidang pengawasan Obat dan
Makanan termasuk Pelaksanaan Regulatory Impact Analysis, Penguatan
sistem data pre dan post terintegrasi antara pusat dan daerah (sistem
pemeriksaan, penyidikan dan pengujian), dan Penguatan Kapasitas dan
Kapabilitas Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan untuk
memaksimalkan Fungsi Penegakan Hukum.
3. Tahun 2018: Penguatan dalam penegakan hukum di bidang pengawasan
Obat dan Makanan didukung dengan analisis dampak efektifitas
pengawasan secara ekonomi dan sosial untuk mendukung pencapaian
pembangunan nasional (dalam hal ini economic burden akibat pengawasan
Obat dan Makanan yang tidak efektif akan menjadi beban pemerintah
secara nasional).
4. Tahun 2019: Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi
program (Renstra 2015-2019) dalam rangka peningkatan kinerja
pengawasan Obat dan Makanan periode berikutnya.
Arah kebijakan dan strategi tersebut selaras dan seiring dengan arah
kebijakan dan strategi pembangunan nasional 2015-2019 sebagaimana
tercantum dalam visi dan misi pembangunan nasional periode 2015-2019
yang diturunkan dalam 9 (Sembilan) agenda perubahan yang disebut dengan
Nawacita. Dalam pelaksanaannya, BPOM melalui arah kebijakan
pembangunan nasional Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan
mendukung agenda nawacita ke 5, yaitu meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia dengan menunjang Program Indonesia
Sehat melalui
pembangunan:
NO
pengawasan
Obat
dan
INDIKATOR
Makanan
dengan
indikator
STATUS AWAL
TARGET 2019
92
94
87,6
90,1
- 19 -
BAB III
MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN APARATUR SIPIL NEGARA TAHUN
2015-2019 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Manajemen dan pengembangan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan
BPOM dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan
organisasi sesuai dengan arah kebijakan dan rencana strategi organisasi
BPOM tahun 2015-2019. Manajemen ASN di BPOM dilakukan dengan
mengacu pada manajemen ASN sebagaimana telah diatur dalam UU Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara pasal 51, pasal 55, dan pasal 93
bahwa manajemen ASN dilaksanakan berdasarkan sistem merit, meliputi:
A. Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Penetapan kebutuhan;
Pengadaan;
Penilaian kinerja;
Penggajian dan tunjangan;
Pengembangan kompetensi;
Pemberian penghargaan;
Disiplin;
Pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
Perlindungan.
- 26 -
- 29 -
- 33 -
- 35 -
- 36 -
- 37 -
- 39 -
BAB V
PENUTUP
Tantangan dan tuntutan perubahan dalam melakukan pengawasan obat dan
makanan mengharuskan organisasi BPOM untuk melakukan evaluasi
terhadap pengelolaan manajemen ASN. ASN sebagai sumber daya utama
yang menentukan pengelolaan sumber daya lainnya adalah faktor utama
keberhasilan
dan
faktor
pembeda
yang
berpengaruh
terhadap
keberlangsungan hidup organisasi. Keberhasilan dan kesuksesan sebuah
organisasi dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama tidak hanya
ditentukan oleh tangible aset, tetapi keberhasilan dan kesuksesan organisasi
ditentukan oleh bagaimana organisasi tersebut mengelola intangible asetnya,
yaitu mengelola SDM atau ASN dalam konteks organisasi BPOM. Mengelola
ASN tidak dimaknai hanya mengelola ASN dari sisi jumlah ASN atau
kuantitas, tetapi mengelola aset yang dimiliki setiap ASN yang meliputi
potensi atau talenta, kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan,
karakteristik, sikap dan perilaku pegawai, dan mengoptimalkannya menjadi
sebuah kinerja nyata yang berkontribusi terhadap keberhasilan organisasi
mencapai tujuan akhirnya (ultimate goals).
Manajemen pengembangan ASN BPOM tahun 2015-2019 diharapkan dapat
menjadi acuan dalam mengimplementasikan sistem merit di BPOM
sebagaimana telah diamanahkan dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
ASN dengan outcome yang diharapkan yaitu terwujudnya smart ASN BPOM
yang kompeten, berintegritas, professional, kredibel, berwawasan global,
menguasai teknologi informasi, berkepribadian, sehat, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME.
Smart ASN diperlukan BPOM untuk melindungi
kesehatan masyarakat dan mendukung peningkatan daya saing bangsa di
era globalisasi.
Sebaik dan sebagus apapun manajemen dalam pengembangan ASN hanya
akan berhasil jika kebijakan manajemen ASN tersebut diterapkan secara
konsisten dengan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk dapat
menerapkan secara konsisten berbagai kebijakan dalam manajemen ASN
diperlukan komitmen dan contoh langsung dari pimpinan puncak organisasi.
Selain sebagai dukungan terhadap berbagai kebijakan manajemen ASN,
contoh langsung dari pimpinan puncak juga dalam rangka membumikan
budaya organisasi dan mengimplementasikan nilai-nilai organisasi melalui
sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari di organisasi.
- 40 -
DAFTAR PUSTAKA
Bambang WS, Paulus. 2014. As CEOS Soulmate. Peran Baru Praktisi SDM di
Landskap Baru Bisnis Global. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Benjamin, R. 2010. Laporan Final Human Capital Management BPOM.
Jakarta : PT Dharma Bidadara Adimulya (Konsultan Manajemen SDM).
Fletcher, Shirley. 2005. The Art of Training and Development, Competence
Based Asesment Techniques, Teknik Penilaian Berbasis Kompetensi
(terjemahan). Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer
Likker, Jeffrey K, dkk. 2008. The Toyota Way, Mengembangkan SDM Anda Ala
Toyota (Edisi Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
Pella, Darmin Ahad dkk. 2011. Talent Management, Mengembangkan SDM
untuk Mencapai Pertumbuhan dan Kinerja Prima. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Permana, Nina Insania K dkk. 2010. Talent Management Implementation:
Belajar dari Perusahaan-Perusahaan Terkemuka. Jakarta: Penerbit PPM
Poniman, Farid dkk. 2015. Manajemen HR STIFin, Terobosan untuk
Mendongkrak Produktifitas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Rivai, Veithzal. 2009. Islamic Human Capital, Dari Teori ke Praktik. Manajemen
Sumber Daya Islami. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Rudito, Priyantono. 2015. Leveraging Global Talent, 5 Strategi Akselerasi
Mengembangkan Talenta Berkelas Dunia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Rumelt, Richard P. 2015. Good Strategy/Bad Strategy. Strategi Baik dan
Buruk dalam Bisnis (edisi terjemahan). Jakarta: KPG (Kepustakaan
Populer Gramedia)
Semiun, Yustinus. 2013. Teori-Teori Kepribadian, Psikoanalitik Kontemporer,
Jilid 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Setiawan, Hendro. 2014. Manusia Utuh, Sebuah Kajian atas Pemikiran
Abraham Maslow. Yogyakarta: Peberbit Kanisius
Majalah Manajemen Edisi Maret-April 2016
UNDP, Human Development Report 2015
- 41 -
DAFTAR PERATURAN
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Jabatan
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokasi
Instansi Pemerintah
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 11 Tahun 2015 tentang Roadmap Reformasi Birokrasi Nasional
Tahun 2015-2019
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011
tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2011
tentang Pedoman Penilaian Kompetensi Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 15 Tahun 2014
tentang Pedoman Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun
2015-2019
- 42 -