IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. A
Usia
: 4 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Suku bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Sistem Pembiayaan
: BPJS-PBI
Tanggal pemeriksaan
SUBYEKTIF
1.1. Keluhan Utama
-
Gatal-gatal pada sela-sela jari tangan dan kaki kanan dan kiri
sejak dua minggu yang lalu.
Tante dan adik perempuan pasien memiliki riwayat sakit yang sama
dengan pasien
Riwayat rhinitis alergika
Riwayat asma bronkiale
Diabetes Melitus
Hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
1.6Anamnesa bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual :
- Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
- Pasien tinggal di rumah bersama ayah, ibu, dan adiknya.
- Lingkungan rumah pasien padat penduduk dan
-
tidak
mandinya
digunakan
secara
bersama-sama
dengan
dengan adiknya.
Luas rumah pasien 3 x 4 meter. Keadaan rumah pasien : ventilasi
udara dan sinar matahari tidak mencukupi. Dalam rumah ada satu
jendela, yang sedikit dimasuki sinar matahari dan jendela tersebut
tidak dapat dibuka. Kamar mandi berada di dalam rumah, namun
tidak dilengkapi dengan jamban. BAB terkadang menggunakan
jamban
umum
namun
keluarga
penderita
lebih
sering
- Kesadaran
- Status gizi
:Tinggi Badan
: 103 cm
Berat Badan
: 14 kg
BMI
: Normal
(Tabel
BB/TB
: 18x/menit, regular
: Mata cowong
: (-)
Conjungtiva anemis
: (-)
Sclera ikterik
: (-)
Pupil
Refleks cahaya
: (+/+)
: (-)
Sekret
: (-)
: (-)
: Simetris
: (-)
: (-)
Lidah kotor/hyperemi/tremor
: (-)
Faring hyperemi
: (-)
: (-)
Pembesaran tiroid
: (-)
Bendungan v. Jugularis
: (-)
Deviasi trakea
: (-)
: (-)
3. Thorax
a. Paru
Perkusi
= Tympani
5. Ekstremitas
- Akral hangat pada keempat ekstremitas
+
+
+
+
- Edema pada keempat ekstremitas
-
BAB III
DISKUSI UKP DENGAN POLA PBS DAN
WAWASAN KONSEP H.L. BLUM
3.1. Pembahasan dengan Pola Tutorial (PBS)
Problem masalah
Hipotesis
Mekanisme (SO-)
More info
IDK
Resume
ANATOMI
KULIT
Definisi
Lapisan
A:
Skabies
dengan
infeksi sekunder (ektima)
Meliputi:
H.L. Bluum dengan
Pendekatan Holistic
(Bio-psiko-sosialkultural)
Anak
perempuan
usia 4 tahun
dengan
keluhan gatal
dan luka pada
sela-sela jari
tangan
dan
kaki
sejak
dua minggu
yang lalu.
dugaan
Anak perempuan usia
4 tahun
Gatal pada sela-sela
jari kedua tangan
dan kedua kaki,
terutama
pada
malam hari.
Tampak luka bekas
garukan
disertai
dengan
papul,
pustul, dan krustae.
Ada 2 orang yang
sering
kontak
dengan
pasien
mengalami
gejala
serupa.
Keluarga
belum
menerapkan PHBS.
Lingkungan
rumah
belum
memenuhi
standard kesehatan.
- Skabies
S:
Puskesmas:
Gatal gatal pada sela- 1. Lintas
dengan
unit/program
sela jari tangan dan
a. Loket
infeksi
kaki kanan dan kiri
pendaftaran
sejak
dua
minggu
yang
sekunb. Poli MTBS
lalu. Gatal terutama
c. Progam
der
dirasakan saat malam
PHBS
hari
hingga
(ektima)
d. Poli Kesling / mengganggu
tidur.
Atopic
Sanitasi
Pasien
menggaruknya
alergi
sehingga
bintik-bintik e. CHN
Papular
tersebut mengeluarkan f. Poli obat
2. Home visite
cairan.
uticaria
a. Memenuhi
Ada
anggota
keluarga
Lichen
kebu-tuhan lain yang mengalami
physiologi
planus
gejala mirip.
b. Memenuhi
Dermatitis
kebu-tuhan
O:
Herpetipsikologis
A. Fisik
c. Menghindari formis - Nadi 86x/menit
terjadinya
- RR 18x/menit
penyakit
-
SKABIES:
Definisi.
Epidemiologi
Etiologi.
Patogenesis.
Gejala klinis
Diagnosa
Diagnosa
Banding
Pengobatan
Farmakologi
scabiside,
CTM,
dan
amoxicillin
Pencegahan
Komplikasi
Prognosis
P: Tatalaksana
Komprehensif:
Promotive :
edukasi tempat
tinggal, PHBS
Preventive :
mandi 2x sehari,
pakaian direbus
dengan air
mendidih,
meningkatkan
Pemeriksaan:
A. Fisik
Nadi
86x/menit
RR 18x/menit
Suhu :36,4o
C axillar
BB : 14 Kg
TB : 103 cm
d. Untuk
menghindari
terjadinya
kecelakaan 3. Pembimbing pada palmar dekstra &
akademik :
sinistra. Papul, pustul, a. Syarat
membakrusta pada dorsum
ngun Rumah
Sehat
di pedis dekstra & sinistra
pedesaan
b. Drug
Interaction
Alert
EKTIMA:
Definisi
Etiologi
Farktor
predisposisi
Gejala klinis
Diagnosa
banding
Pengobatan
RUMAH
SEHAT
-Bahan
bangunan
- Ventilasi
Pencahayaan
-Luas
bangunan
rumah
personal hygiene
Curative :
medikamentosa
(skabisid, CTM,
amoxicilin), nonmedikamentosa
(edukasi
pemakaian obat)
Rehabilitative :
edukasi tetangga
tentang skabies
melalui PKK
B.
Dermatologis
Papul, pustul,
krusta
pada
dorsum
manus
dekstra
&
sinistra. Papul
pada dorsum
pedis dekstra
& sinistra.
PHBS
- Teori perilaku
3.2.
penderita
Lingkungan rumah yang memiliki keluhan yang sama dengan
penderita
Kontak antara pasien dengan keluarga dan atau tetangga atau
sebaliknya.
Sanitasi yang buruk
Health service
Promotif :
a)
edukasi tempat tinggal
b)
PHBS
Preventif :
a. Mandi dua kali sehari
b. Pakaian direbus dengan air mendidik kemudian dicuci dan
dijemur
c. Meningkatkan higienitas personal
Specific protection : - Curative : medikamentosa (skabisid, CTM, amoxicilin), nonmedikamentosa (edukasi pemakaian obat)
Rehabilitation : Edukasi tetangga tentang skabies melalui PKK
BAB IV
MORE INFO
10
4.1 Puskesmas
Penderita dinyatakan suspek skabies dengan infeksi sekunder oleh
dokter puskesmas Kebomas saat datang berobat puskesmas kebomas
untuk keluhan-keluhannya. Saat dilakukan pemeriksaan dermatologi, tidak
ditemukan adanya terowongan-terowongan pada kulit penderita, hal
tersebut dikarena adanya infeksi sekunder yang menyamarkan gejala
skabiesnya.
4.1.1 Lintas unit atau Program
Pada puskesmas Kebomas, dalam menangani adanya kasus yang
berhubungan dengan skabies, maka diperlukan pendekatan lintas
program antara lain :
4.1.1.1 Loket Pendaftaran
Pasien datang mendaftar di loket pendaftaran. Untuk pasien umum
maka pasien harus mengikuti dengan alur pendaftaran sebagai berikut :
1. Pasien mendaftar di loket atas nama sebagai pasien BPJS
2. Setelah itu pasien ditangani di POLI MTBS dengan didampingi
orang tua pasien.
3. Setelah dilayani, bila pasien perlu dirujuk di rumah sakit, dibuatkan
surat rujukan, disertai kartun rujukann dan foto kopi KTP.
4. Bila ada yang perlu tindakan laborat maka dibuat surat rujukan
laboratorium tanpa dipungut biaya
5. Bila ada yang perlu tindakan rawat inap selama puskesmas masih
bisa, dapat dimasukkan di ruang rawat inap
6. Setelah dilayani, bila tidak perlu tindakan dapat langsung ambil
obat di apotek
7. Bagi peserta keluarga miskin atau gakin, dari luar wilayah harus
disertai surat rujukan gakin, dari puskesmas yang mengirim
Penderita Datang
11
Penderita Mengambil
Nomer Antrian
Nomer Dipanggil
Penderita belum
pernah berobat
Pengumpulan :
Nomer Antrian
KTP
Kartu
Jamkesmas atau
Kartu Askes
Identitas dimasukkan
database komputer
Pembuatan RM
Penderita sudah
pernah berobat di
puskesmas
Pengumpulan :
Nomer Antrian
Kartu Kunjungan
Puskesmas
Fotokopi Kartu
Jamkesmas/Ask
Pencocokan database
dan pencarian RM
Ruang Tunggu
12
13
mendapatkan
pengetahuan
mengenai
status
kesehatan
pasien
dan
keluarganya,
memberikan
14
mereka
sendiri,
pengetahuan
mereka
untuk
untuk
15
jenis
dan
jumlah
obat
dan
perbekalan
rangka
pemenuhan
kebutuhan
Puskesmas.
16
sesuai dengan
kesepakatan global
beberapa
17
obat
adalah
tenaga
Apoteker.
Untuk
itu
ke
kepala
puskesmas
dilakukan
secara
periodik
Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota ke Puskesmas.
b. Penerimaan Obat
Tujuan :
Agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obatobatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi
kepada unit pengelola di bawahnya. Setiap penyerahan obat
oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota, kepada Puskesmas
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
atau
pejabat
yang
diberi
jawab
atas
ketertiban
penyimpanan,
18
19
untuk
memenuhi
kebutuhan
sub-sub
unit
pelayanan
untuk
pengadaan
persediaan
kepada
Kepala
20
Dinas/Kepala
GFK,
menyampaikan
laporan
bulanan
kadaluarsa
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan/Kepala GFK.
2). Petugas Gudang Obat
Petugas
gudang
obat
bertanggung
jawab
dalam
obat
serta
mengendalikan
persediaan
obat,
obat
Puskesmas,
menerima
resep
dokter,
dan
pelaporan
data
obat
di
Puskesmas
21
bertanggung
jawab
atas
terlaksananya
BAB V
I DONT KNOW
5.1 Kulit
adalah
membatasinya
dari
organ
tubuh
lingkungan
yang
hidup
terletak
manusia.
paling
Luas
luar
kulit
dan
orang
22
preputium, kulit yang tebaldan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan
dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka. Kulit yang lembut terdapat
pada leher dan badan, sedangkan kulit yang berambut kasar terdapat
pada kepala.
5.1.2 Lapisan Kulit
1.
Lapisan Epidermis
a. Stratum korneum
Adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa
lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya
telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b. Stratum lusidum
Terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan
sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah
menjadi protein yang disebut eledin. Lapisan tersebut tampak lebih
jelas di telapak tangan dan kaki.
c. Stratum granulosum
Merupakan dua atau tiga lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma
berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini
terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan
ini. Stratum granulosum juga tampak jelas pada telapak tangan dan
kaki.
d. Stratum spinosum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang
besarnya
berbeda-beda
karena
adanya
proses
mitosis.
23
2.
Lapisan Dermis
Adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat
dengan elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis besar
dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Pars papilare
Merupakan bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare
Merupakan bagian dibawahnya yang menonjol ke arah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut
kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas
cairan kental asam hialuronat dan fibroblas. Serabut kolagen
dibentuk
oleh
fibroblas,
membentuk
ikatan
(bundel)
bergelombang,
berbentuk
amorf
dan
mudah
24
3.
Lapisan Subkutis
Merupakan lanjutan dari dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat,
besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang
bertambah.
Sel-sel ini membentuk kelompok yangdipisahkan satu dengan yang
lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut
panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di
lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembluh darah, dan
getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemaktidak sama bergantung
pada lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di
kelopak mata dan penis sangat sedikit.
Vaskularisasi di kulit diatur oleh dua pleksus, yaitu pleksus yang
terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang
terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis
bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus
yang
di
subkutis
dan
pars
retikulare
juga
mengadakan
25
host selain manusia, yaitu host babi oleh S.scabiei var suis, host kambing
oleh S.scabiei var caprae, dan pada host biri-biri oleh S.scabiei var ovis.
(Handoko,2008).
5.2.2 Epidemiologi Skabies
Penyebaran / distribusi masalah kesehatan disini adalah menunjuk
kepada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan
tertentu. Keadaan tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah
menurut cirri-ciri manusia (person), tempat (place), dan waktu (time).
5.2.2.1. Distribusi Penyakit Skabies Menurut Orang
Skabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat
dengan prevalensi yang bervariasi (Sungkar, 1995). Penyakit ini dapat
mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Penyakit skabies
banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, insidennya sama
terjadi pada pria dan wanita. (Harahap, 2000).
Menurut
Departemen
Kesehatan
RI
prevalensi
skabies
di
26
27
dengan
memungkinkan
manusia
akan
rentan
menjadi
dalam
stimuli
untuk
keadaan
mengisi
yang
dan
penularan Skabies.
Jenis kelamin,
28
m, sedangkan tungau jantan berukuran lebih kecil, yakni 200 213 - 285 x
160 - 210 m. Permukaan tubuhnya bersisik dan dilengkapi dengan
kutikula
serta
banyak
dijumpai
garis-garis
paralel
yang
berjalan
29
yang
terus
menerus
antara
populasi
tungau
yang
30
stratum korneum yang intak untuk membangun liang pendek yang hampir
tak terlihat, disebut molting pouches / kantung perubahan kulit. Tahap
larva, yang muncul dari telur, memiliki 3 pasang kaki dan tahap ini
berlangsung sekitar 3 - 4 hari. Setelah tahap larva, nimfa memiliki 4
pasang kaki. Bentuk perubahan ke nimfa yang sedikit lebih besar ini
terjadi sebelum berubah menjadi bentuk dewasa. Larva dan nimfa
mungkin sering ditemukan dalam molting pouches atau folikel-folikel
rambut dan terlihat mirip dengan bentuk dewasanya, hanya lebih kecil.
Bentuk dewasa : bulat, seperti tungau tanpa mata berkantung. Betina
0,30-0,45 mm dan 0,25-0,35 mm lebar, dan jantan sedikit lebih besar dari
setengah ukuran betinanya. Perkawinan terjadi setelah jantan yang aktif
menembus molting pouches dari betina dewasa. Perkawinan terjadi
hanya sekali dan menjadikan betina subur selama sisa hidupnya. Betina
subur meninggalkan molting pouches mereka dan berjalan di permukaan
kulit sampai mereka menemukan tempat yang cocok untuk membuat liang
permanen. Sementara di permukaan kulit, tungau memegang kulit dengan
menggunakan pulvilli pengisap yang melekat pada dua pasang kaki paling
anterior. Ketika betina subur menemukan lokasi yang cocok, ia mulai
membuat
liang
berkelok-kelok
spesifik,
sambil
menggali
betina
31
32
seksual
yang
sifatnya
promiskuitas,
kesalahan
diagnosis,
dan
33
34
ketiak depan, umbilicus, gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna pada lakilaki, dan areola mammae pada perempuan. Pada bayi, skabies dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki (Harahap, 2000).
Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna
putih abu-abu dengan panjang yang bervariasi, rata-rata 1 mm, berbentuk
lurus atau berkelok-kelok. Terowongan ditemukan bila belum terdapat
infeksi sekunder. Di ujung terowongan dapat ditemukan vesikel atau papul
kecil (Handoko, 2011). Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang
berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea (Harahap
M., 2000). Adanya periode asimptomatis bermanfaat sekali bagi parasit
ini, karena dengan demikian mereka mempunyai waktu untuk membangun
dirinya sebelum hospes membuat respons imunitas. Setelahnya, hidup
mereka menjadi penuh bahaya karena terowongannya akan digaruk dan
tungau -tungau serta telur mereka akan hancur. Dengan cara ini hospes
mengendalikan populasi tungau dan pada kebanyakan penderita skabies,
rata-rata jumlah tungau betina dewasa pada kulitnya tidak lebih dari
selusin (Graham, 2005).
sekeliling
siku,
areola
mammae,
permukaan
depan
35
biasanya
merupakan
tempat
dengan
stratum
36
37
5.2.8 Diagnosis
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder. Di daerah tropis, hampir setiap kasus skabies terinfeksi
sekunder oleh Streptococcus aureus atau Staphylococcus pyogenes
(Harahap, 2000).
Pada penderita yang baru pertama kali terjangkit Sarcoptes scabiei
biasanya baru menunjukkan gejala 2-6 minggu setelah terinfeksi, pada
fase ini seorang penderita sudah mampu menularkan skabies walaupun
gejala klinisnya belum muncul. Jika sebelumnya psien pernah terjangkit
skabies, maka gejala pada serangan kedua akan muncul lebih awal, yakni
sekitar 1-4 hari setelah infeksi (CDC, 2010).
Diagnosis ditegakkan atas dasar:
1. Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berwarna keabu-abuan,
berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa
38
immunosupresif,
tergantung
iklim
dan
status
imunologik. Tampak
39
40
41
Biopsi berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau
atau telur. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jumlah tungau
hidup pada penderita dewasa hanya sekitar 12, sehingga biopsi
berguna bila diambil dari lesi yang meradang.
Cara menemukan terowongan dengan beberapa cara antara lain :
1. Tes tinta Burowi.
harus
dilakukan
di
superficial
dan
menghindari
42
Skabies Norwegia
Skabies
pasien
berkrusta/norwegia/hiperkeratotik)
immunokompromais
atau
ditemukan
keterbelakangan
pada
mental,
43
Krusta
ditemukan
pada
punggung
tangan,
pada
ekstremitas
yang
berpengaruh.
Mungkin
44
wajah, kulit, dan kuku dimana hal ini jarang didapatkan pada
penderita status imunologi yang normal. (Harahap, 2000).
Pada penderita dengan status imunologi yang normal, pruritus
merupakan tanda khas, sedangkan pada beberapa penderita
AIDS, pruritus tidak terlalu dirasakan. Hal ini mungkin disebabkan
status imun yang berkurang dan kondisi ini berhubungan dengan
konversi penyakit menjadi bentuk lesi berkrusta (Harahap, 2000).
Seperti pada penderita umumnya, lesi skabies berkrusta pada
penderita AIDS mengandung tungau dalam jumlah besar dan
sangat menular. Beberapa kasus penularan nosokomial kepada
penderita lain dan juga petugas kesehatan pernah dilaporkan
(Harahap, 2000).
f
membedakannya
dari
skabies
adalah
ketidakhadiran
45
simetris,
dan
erupsi
46
berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah
diperoleh dan harganya murah (Handoko, 2011).
Pengobatan skabies tidak hanya diberikan pada penderita, namun
juga perlu diberikan pada anggota keluarga dan pasangan terutama bagi
mereka yang mengalami kontak kulit ke kulit secara langsugn dalam kurun
waktu yang panjang dengan penderita skabies. Semuanya harus
mendapatkan terapi bersamaan untuk mencegah terjadinya infeksi ulang.
Umumnya yang digunakan adalah scabicide yang dapat membunuh baik
kutu dewasa maupun telur kutu. Scabicide bisa berbentuk lotion atau
cream, dan harus dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher sampai ke
kaki. Pengecualian untuk kasus skabies pada bayi atau anak usia muda,
scabicide harus dioleskan pada daerah wajah dan leher, karena kutu bisa
menginfeksi daerah ini. Scabicide dioleskan malam hari pada kulit yang
telah dibersihkan sebelumnya dan harus dibiarkan semalaman dan baru
dibersihkan keesokan harinya. Selanjutnya sprei, baju dan handuk yang
digunakan oleh penderita atau anggota keluarga lain yang berkontak erat
tiga hari sebelum terapi dimulai harus didekontaminasi dengan mencuci
dalam air hangat dan mengeringkannya dengan pengering atau dengan
dry-cleaning, atau dengan membungkusnya dengan kantung plastik
sekurangnya 72 jam. Kutu umumnya tidak dapat bertagan hidup lebih dari
2-3 hari diluar kulit manusia (CDC, 2010).
Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan
skabies yaitu:
1. Permetrin.
Dalam bentuk krim 5% sebagai dosis tunggal. Penggunaannya
selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih -bersih. Obat ini
dilaporkan efektif untuk skabies. Pengobatan pada skabies
krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu ditambahkan
salep keratolitik. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan
antibiotik sistemik (Harahap, 2000). Tidak dianjurkan pa da bayi di
bawah umur 2 bulan (Handoko, 2011).
2. Malathion.
47
pakaian
dan
kadang-kadang
menimbulkan
iritasi
(Handoko, 2011).
5. Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25%, yang sebelum digunakan harus
ditambah 2-3 bagian dari air dan digunakan selama 2-3 hari.
Selama pengobatan, penderita tidak boleh minum alkohol karena
dapat menyebabkan keringat yang berlebihan dan takikardi
(Harahap, 2000).
6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).
Kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena
efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6
tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf
pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian (Handoko, 2011).
7. Krotamiton.
Krotamiton 10 % dalam krim atau losio juga merupakan obat
pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal;
harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra (Handoko, 2011).
Gejala yang timbul pada penderita skabies akibat suatu rekasi
hipersensitivitas terhadap kutu dan fesesnya (scybala), rasa gatal dapat
berlanjut beberapa minggu setelag terapi bahkan setelah kutu dan
48
telurnya mati. Jika rasa gatal menetap lebih dari 2-4 minggu setelah terapi
atau jika terowongan baru atau jika lesi menyerupai jerawat terus muncul
maka diperlukan adanya terapi ulang (CDC, 2010).
5.2.13 Farmakoterapi Obat yang Diberikan ke Pasien
1. Amoxicillin
Mekanisme Aksi
Amoxicilin merupakan derivatif ampisilin dan memiliki spektrum
antibakteri yang luas, sama dengan ampisilin yakni untuk bakteri
gram positif dan bakteri gram-negatif.
dengan
menghambat
biosintesis
dinding
sel
49
Mekanisme Aksi
Antagonis terhadap reseptor histamin H1 di pembuluh darah, saluran
pernapasan,
dan
saluran
pencernaan
Farmakokinetik
Waktu paruh : 10-13 jam (anak-anak); 14-24hr (dewasa)
Durasi : 24 jam
Onset : 6 jam
Puncak Plasma Waktu : 2-3 jam
Ikatan dengan protein : 29-37%
Volume distribusi : 4-7 L / kg (anak-anak); 6-12 L / kg (dewasa)
Metabolisme : Hati (CYP2D6), metabolit :
Monodesmethylchlorpheniramine, didesmethylchlorpheniramine
Ekskresi : Urin
Efek sedatif : Rendah
Aktivitas antihistamin : Moderat
Antikolinergik acitivity : Moderat
3. Scabicide (Gameksan)
Indikasi:
Untuk pengobatan pasien skabies yang tidak memberikan respon
terhadap dosis pengobatan yang adekuat terhadap regimen yang
lain.
Absorbsi :
Scabiside diserap secara signifikan melalui kulit. Konsentrasi
puncak dalam darah rata-rata sebesar 28 nanogram per mL pada
bayi dan anak-anak, tercapai dalam waktu 6 jam setelah
penggunaan scabicide seluruh tubuh.
Toksisitas:
Scabiside adalah senyawa yang bersifat racun tingkat menengah
pada pemberian secara oral, dilaporkan LD50 88-190 mg / kg pada
tikus.Pemberian via kulit juga beracun dengan LD50 dari 500
50
sampai 1000 mg/kg pada tikus putih, 300 mg/kg pada mencit, 400
mg / kg pada marmut, dan 300 mg/kg pada kelinci. Penggunaan
scabicide dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat
(biasanya berkembang dalam waktu 1 jam), gangguan mental /
motorik, eksitasi, kejang klonik (intermiten) dan tonik (kontinu). Efek
samping lainnya termasuk toksisitas terhadap sistem saraf pusat,
serta kulit dan gangguan gastrointestinal.
Ikatan dengan Protein: 91%
Biotransformas i: Terutama melalui hati
Waktu paruh : 18 jam
5.2.14 Komplikasi
-
tertahankan
Setelah terapi, pasien akan tetap merasa gatal selama 1-2
minggu. Hal ini harus diberi tahu kepada pasien agar tidak terjadi
5.2.15 Pencegahan
Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren
berisiko mudah tertular berbagai penyakit skabies. Penularan terjadi
melalui dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun yang
termasuk faktor internal adalah kebersihan diri, perilaku, dan yang
termasuk faktor eksternal adalah lingkungan, budaya dan sosial ekonomi.
Jadi
a.
Kebersihan Diri
51
dapat
menjaga
kebersihan
tubuhnya
yang
meliputi
yang
buruk
atau
bermasalah
akan
52
sesudah
makan,
setelah
ke
kamar
mandi
dengan
53
keasaman
akan
meningkat
dan
itu
memudahkan
tempat-tempat
umum.
Kebiasaan
menyangkut
pinjam
dan
mengepel
lantai,
mencuci
peralatan
makan,
54
membersihkan
kamar,
serta
membuang
sampah.
Kebersihan
Sosial Ekonomi
Kebersihan diri memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya. Yang menjadi penghambat saat pencegahan
penyakit skabies adalah
keterlambatan
atau
kurangnya
uang
55
atau sampo. Apabila saat mandi kurang bersih maka penyakit scabies
akan semakin mudah menyerang tubuh para santri (Universitas
Sumatera Utara, 2014).
5.3. EKTIMA
5.3.1. Definisi
Ektima adalah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya
disebabkan infeksi oleh Streptococcus (Amirudin, 2003).
5.3.2. Etiologi
Adapun penyebab
dari
ektima
adalah
Streptococcus
gizi,
anemia,
penyakit
kronik,
56
dibandingkan
dengan
ampisilin
sehingga
kelebihan
Staphylococcus
karena
aureus
juga
yang
berkhasiat
telah
bagi
membentuk
penisilinase.
2. Linkomisin dan klindamisin
Dosis linkomisin 3x500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih
baik karena itu dosisnya lebih kecil, yaitu 4x150 mg sehari.
Pada infeksi berat dosisnya 4x300-450 mg sehari. Obat ini
efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin
resisten-penisilinae.
Linkomisin
telah
digantikan
oleh
57
3. Eritromisin
Dosisnya 4x500
dibandingkan
golongan
mg
dengan
penisilin
sehari.
Efektivitasnya
linkomisin/klindamisin
resisten-penisilinase.
Obat
kuranng
dan
obat
ini
cepat
58
59
ekonomi
masyarakat
Rumah
dibangun
Rakyat
pedesaan
yang
dipunya
turun
temurun.sehingga
dlm
rangka
sebagaimana
Kesehatan
Nomor
yang
tercantum
dalam
829/Menkes/SK/VII/1999
Keputusan
tentang
Menteri
Persyaratan
Kelompok
sarana
sanitasi,
meliputi
sarana
air
bersih,
jamban,
membuang
sampah
pada
tempat
sampah
(Kamenkes, 1999).
Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah
sehat adalah :
60
1) Atap
Secara umum konstruksi atap harus didasarkan kepada
perhitungan yang teliti dan dapat dipertanggung jawabkan
kecuali untuk atap yang sederhana tidak disyaratkan adanya
perhitungan-perhitungan. Maksud utama dari pemasangan atap
adalah untuk melindungi bagian-bagian dalam bangunan serta
penghuninya terhadap panas dan hujan, oleh karena itu harus
dipilih penutup atap yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
- Rapat air serta padat dan Letaknya tidak mudah bergeser
- Tidak mudah terbakar dan bobotnya ringan dan tahan lama
Bentuk atap yang biasa digunakan ialah bentuk atap datar dari
konstruksi beton bertulang dan bidang atap miring dari genteng,
sirap, seng gelombang atau asbes semen gelombang. Pada
bidang
atap
miring
mendaki
paling
banyak
digunakan
Untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga
menahan tetesan air hujan yang menembus melalui celahcelah atap.
61
kasaunya
miring
sekurang-kurangnya
62
saat
musim
hujan
sehingga
berpotensi
II.
lantai
kayu
yang
telah
dikeringkan
dan
diawetkan.
Lantai ubin
Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada
bangunan perumahan karena : Lantai ubin murah/tahan
lama,dapat mudah dibersihkan dan tidak dapat mudah
dirusak rayap.
63
yang
baik,
agar
memudahkan
64
5) Ventilasi
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu
ruangan dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik
alamiah
maupun
secara
buatan.
Ventilasi
harus
lancar
65
udara
diusahakan
Cross
Ventilation
dengan
jendela
atau
lubang
ventilasi
jangan
terlalu
66
alami
diperoleh
dengan
masuknya
sinar
lain
dari
rumah
yang
terbuka,
selain
untuk
67
(overcrowded).
Hal
ini
tidak
sehat,
disamping
68
b.
c.
d.
e.
69
menjadi
bentuk
yang
lebih
sederhana
(penguraian).
serta
mengganggu
kelestarian
lingkungan
70
macam air limbah yang ditemui. Air limbah adalah air tidak bersih
mengandung
berbagai
zat
yang
bersifat
membahayakan
lainnya
seperti
tikus,
kucing
dan
sebagainya.
4. Letak Rumah
Letak rumah adalah salah satu faktor yang penting artinya bagi
kesehatan penghuni. Sebagai contoh adalah, sebuah rumah
seharusnya tidak didirikan di dekat tempat dimana sampah
dikumpulkan atau dibuang, dengan pertimbangan karena di tempat
pembuangan sampah tersebut akan banyak lalat, serangga
71
sumpek,
pengap,
panas,
dan
dapat
menimbulkan
berbicara,
menangis,
tertawa,
bekerja,
menulis,
72
organisme,
dan
kemudian
organisme
tersebut
atau
sering
disebut
perilaku
pencairan
73
pada
saat
menderita
penyakit
dan
atau
kecelakaan.
3. Perikalu kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun social budaya, dan sebagainya.
c)
Domain Perilaku
74
objek
yang
diketahui
dan
dapat
dengan
kemampuan
untuk
75
untuk
mengerjakan
atau
tindakan
yang
akan
diambil
adalah
76
77
macam
nilai
kebudayaan.
Kepribadian
seseorang
orang
tersebut.
Secara
rinci
perilaku
manusia
penentu
yang
dapat
mempengaruhi
perilaku
dalam
kepercayaan,
pengetahuan,
keyakinan,
sebagainya.
b. Faktor pendukung
(enabling
sikap,
nilai-nilai
dan
factor),
yang
yang
78
Kar mencoba
menganalisis perilaku
kesehatan
kesehatan
atau
perawatan
mengambil
tindakan
atau
keputusan
(personal autonomy).
e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak
(action situation).
3. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa
yang
menyebabkan
dari
pengalaman
berdasarkan
keyakinan
dan
terhadap
objek.
Sikap
sering
kesehatan
tidak
selalu
79
berdasar
pada
banyak
atau
Apabila
sumber-sumber
didalam
suatu
6.1. Host :
- Pengobatan terhadap host.
- Peningkatan status gizi anak
- Memberlakukan PHBS dengan CTPS dan mandi minimal 2x
sehari
- Menghindari penggunaan bersama sprei, bantal, pakaian, sabun
mandi, handuk, sisir dengan anggota keluarga lain untuk
mencegah penularan
80
Agent :
- Sarcoptei scabiei
6.3. Environtment :
- Mengajarkan
tentang
gejala
penyakit
skabies
sehingga
penderita
Lingkungan rumah yang memiliki keluhan yang sama dengan
penderita
Kontak antara pasien dengan keluarga dan atau tetangga atau
sebaliknya.
Sanitasi yang buruk
Health service
Promotif :
c)
edukasi tempat tinggal
81
d)
PHBS
Preventif :
d. Mandi dua kali sehari
e. Pakaian direbus dengan air mendidik kemudian dicuci dan
dijemur
f. Meningkatkan higienitas personal
Specific protection : - Curative : medikamentosa (skabisid, CTM, amoxicilin), nonmedikamentosa (edukasi pemakaian obat)
Rehabilitation : Edukasi tetangga tentang skabies melalui PKK
BAB VII
RESUME
82
sinistra. Selain itu juga didapatkan adanya papul pada dorsum pedis
dekstra & sinistra.
Berdasarkan hasil kunjungan diinterpretasikan kedalam format
rumah sehat menurut program kesehatan lingkungan,
rumah pasien
83
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin MD. 2003. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ke-1.
Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Azwar A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber
Wijaya. Jakarta.
Badri, (2008). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Bandung. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk gdl-grey2008-mohbadri-2623&node=146&start=141 yang diakses bulan Maret
2015
Binongko, Adhien. 2003. Scabies Epidemiologi Penyakit Menular. Diakses
dari
:
https://adhienbinongko.wordpress.com/2012/12/03/scabiesepidemiologi-penyakit-menular/ pada tanggal 20 Maret 2015
CDC.
2010.
Scabies.
Diakses
http://www.cdc.gov/parasites/scabies/epi.html pada 20 Maret 2015
dari
Chandler, A.C. and C.P. Read. 1989. Introduction to Parasitology. 10th Ed.
John Willey and Soons Inc. Tap An Chompany Ltd. Japan : 543-9.
Chandra B. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan Jakarta: EGC.
Depkes.
2007.
Cegah
dan
Hilangkan
Penyakit
Khas
Pesantren.Jakarta.
website
http://suhelmi.wordpress.com/2007/10/23/cegah-dan-hilangkan- penyakitkhas-pesantren/ yang diakses bulan Maret 2015
84
Depkes RI.,
2002. Pengendalian Lingkungan Fisik Perumahan.
Depkes RI. Jakarta
Dinkes Kota Medan, 2011, Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2010,
Medan.
Emier,(2007).
Scabies.
Diakses
bulan
Maret
websitehttp://emier86.blogspot.com/2007/10/scabies.html
2015.
85
86