Anda di halaman 1dari 23

BAB I

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama

: Tn.MF

MR

: 936865

Umur

: 35 tahun

Pekerjaan

: Petani

Suku Bangsa : Minang


Alamat

: Jorong Kampung BT Selayang,Solok

Anamnesis (tanggal Jumat,5 Februari 2016)


Seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun dirawat di bangsal Mata RSUP Dr. M Djamil
Padang sejak tanggal 4 Februari 2016 dengan :
Keluhan Utama :
Tampak putih ditengah mata kanan sejak 6 bulan lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Tampak putih ditengah mata kanan sejak 6 bulan yang lalu,sebelumnya mata kanan rasa
masul masuk benda asing sejak 7 bulan yang lalu,pasien kemudian menggosok matanya
karena rasa nyeri dan terkalang-kalang yang tidak hilang.
Pasien berobat ke puskesmas dan diberi obat tetes mata dan obat minum,namun tidak ada
perbaikan.
Trauma disangkal, demam tidak ada, mengucek mata ada,riwayat meneteskan air daundaunan ke mata tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini


Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit seperti ini.
Pemeriksaan Fisik
Status Oftalmikus
STATUS

OD

OS

1/300

5/5

Refleks fundus

(-)

(+)

Silia / supersilia

Trichiasis (-) , Madarosis (-)

Trichiasis (-) , Madarosis (-)

Palpebra superior

Edema (-), Hipermis (-)

Edema (-), Hipermis (-)

Palpebra inferior

Edema (-) , Hipermis(-)

Edema (-)Hipermis (-)

OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi
Visus dengan koreksi

Margo palpebra

Blefaritis (-), Hordeolum(-),


Kalazion (-), Papil (-)

Aparat lakrimalis

Blefaritis (-), Hordeolum(-),


Kalazion (-), Papil (-)

Lakrimasi Normal

Lakrimasi Normal

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Injeksi siliar (+)

Injeksi siliar (-)

Injeksi konjungtiva (+)

Injeksi konjungtiva (-)

Sekret (-)

Sekret (-)

Sklera

warna putih

warna putih

Kornea

Hiperemis (-)

Bening

Konjungtiva Bulbii

Injeksi siliar (+)

Injeksi konjungtiva (+)


Sekret (-)
Kamera Okuli Anterior

Cukup dalam

Cukup dalam

Coklat

Coklat , Rugae (+)

Pupil

Sulit dinilai

Bulat, Reflek cahaya +/+

Lensa

Sulit Dinilai

Bening

Korpus vitreum

Sulit Dinilai

Bening

Tidak dilakukan

Bening

Iris

Fundus :
- Media
- Papil optikus

Papil bulat, batas tegas.


c/d = 0,3-0,4

- Makula

-Refleks fovea (+)

- aa/vv retina

-aa : vv = 2 : 3

- Retina
Tekanan bulbus okuli

-Eksudat (-), perdarahan (-)


Normal Palpasi

Normal Palpasi

Posisi bulbus okuli

Ortho

Ortho

Gerakan bulbus okuli

Bebas

Bebas

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Gram : tidak ditemukan gram (+) dan gram (-)


Pemeriksaan Giemsa : pmn > mn
Pemeriksaan KOH : Hifa (-)

Pemeriksaan Mata Khusus

USG : Vitreus keruh (+) di anterior

Diagnosis Kerja :

Ulkus Kornea Okuli Dekstra ec Susp Jamur


Diagnosis Banding :
Ulkus Kornea ec Bakteri
Rencana Terapi :
Cefoperazon 2 x 1 gr (iv)
Ceftazidine fortifizol / jam OD
Fluconazole fortifizol / jam OD
Sulfas Atropin ED 1% 2x1 OD
Lfx ed /jam OD
Repithel ed 6x1 OD
Itraconazole 1x 200 gr
Prognosis :
quo ad vitam

: bonam

quo ad functionam

: dubia ad malam

BAB II
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien pria berusia 35 tahun datang ke bangsal mata RSUP
Dr. M Djamil Padang tanggal 4 Februari 2016 dengan diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik pada mata, serta dibantu dengan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesa didapatkan keluhan utama. Tampak putih ditengah mata kanan sejak 6
bulan yang lalu deengan penglihatan makin kabur. Sebelumjnya mata kanan kemasukan
benda asing sejak 7 bulan yang lalu. Pasien kemudian menggosok-gosok mata karena rassa
4

nyeri dan terkalang-kalang tidak hilang. Pasien berobgat ke puskesmas diberi obat tetes mata
dan obat tablet namun tidak ada perbaikkan.. Riwayat trauma dan riwayat menggunakan air
daun-daunan ke mata di sangkal.
Dari pemeriksaan fisik pada mata kanan ditemukan visus 1/300 , Silia/supersilia tidak ada
kelainan, Palpebra superior dan inferior tidak ada udem. Konjungtiva bulbi terdapat injeksi
siliaris dan konjungtiva . Kornea terlihat Ulkus terdapat di sental dengan ukuran 3 mm - 4
mm, lesi satelit (+), infiltrat (+), endothelial plak (+), bula (+), epitelisasi (+). Posisi bola
mata orthoforia, Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah.
Dari hasil pemeriksaan Laboratorium yaitu dilakukan pengkerokan kornea.
Pemeriksaan sample dengan menggunakan KOH , tidak ditemukan hifa, dan tidak ditemukan
tanda infeksi bakteri.
Berdasarkan literatur, ulkus kornea adalah kerusakan/ kehilangan epitel kornea yang
sampai ke stromal, yang mempunyai batas/ dinding dan dasar. Gejala dan tanda dari ulkus
kornea adalah rasa nyeri, fotofobia, dan mata berair. Nyeri timbul karena kornea memiliki
banyak serabut nyeri, sementara fotofobia dan mata berair ditimbulkan oleh perubahan sifat
kornea yang tidak lagi sensitif cahaya. Trauma pada kornea berpotensi meninggalkan koloni
mikroba pada kornea.

Koloni mikroba pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan

melepaskan enzim dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang
mengawali proses inflamasi. Sel-sel PMN yang berfungsi memfagosit mikroba pada kornea
akan membentuk infiltrat. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh mikroba dan enzim
leukosit dan proses degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan penipisan. Karena kornea
berfungsi sebagai jendela bagi mata dan juga memiliki fungsi membiaskan berkas cahaya,
lesi kornea umumnya mempengaruhi penglihatan/pandangan, terutama bila terletak di sentral
kornea. Pembetukan parut akibat ulserasi kornea dapat menyebabkan gangguan visus bahkan
kebutaan.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien mengatakan terdapat riwayat masuk
benda asing pada mata. Pasien merasakan nyeri, dan mengucek mata . Pasien berobat ke
puskesmas dan diberi obat tetes mata serta obat tablet namun tidak ada perbaikan. Diagnosa
yang sangat memungkinkan pada kasus ini adalah ulkus kornea. Kornea terletak paling luar
sehingga mudah terpapar mikroorganisme dan faktor lingkungan lainnya. Lapisan epitel
kornea merupakan barier utama terhadap paparan mikroorganisme namun jika epitel ini rusak
maka stroma yang avaskuler dan membran bowman akan mudah terjadi infeksi oleh berbagai
5

macam organisme seperti bakteri, amuba dan jamur. Apabila infeksi ini dibiarkan atau tidak
mendapat pengobatan yang tidak adekuat maka akan terjadi kematian jaringan kornea atau
ulkus kornea.
Diagnosa yang sangat memungkinkan pada kasus ini adalah ulkus kornea et causa
suspek jamur dan bakteri. Diagnosa ulkus kornea ec bakteri disingkirkan karena pada
penderita ini tidak ditemukan tanda-tanda infeksi bakteri dan hasil pemeriksaan labor pada
menunjukkan tidak ada tanda infeksi bakteri. Diagnosa ulkus kornea et causa jamur ini dapat
ditegakkan karena ditemukan adanya tanda-tanda ulkus jamur, penurunan visus disertai
dengan mata yang merah pada pemeriksaan slitlamp dengan adanya riwayat trauma minor
dan kemungkinan lain yang tidak diketahui. Pada pemeriksaan oftalmologis, ditemukan
adanya injeksi siliar serta injeksi konjungtiva serta ulkus ukuran 4mm. Beradasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pada kasus ini dapatkan diagnosa
Ulkus Kornea OD ec suspek Jamur.
Untuk saat ini diberikan pengobatan anti jamur topikal dan sistemik. Serta pemberian
Sulfas Atropin untuk mengistirahatkan mata serta pasien di istirahatkan.
Terapi yang telah diberikan:

Cefoperazon 2 x 1 gr (iv)
Ceftazidine fortifizol / jam OD
Fluconazole fortifizol / jam OD
Sulfas Atropin ED 1% 2x1 OD
Lfx ed /jam OD
Repithel ed 6x1 OD
Itraconazole 1x 200 gr

Prognosis pasien ini, quo ad vitam adalah bonam, karena tanda-tanda vitalnya masih
dalam batas normal, sedangkan quo ad functionam adalah dubia ad malam karena walaupun
dengan pengobatan yang tepat dan teratur ulkusnya dapat sembuh, namun meninggalkan
bekas berupa sikatrik yang dapat menimbulkan gangguan tajam penglihatan.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi


Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lekuk
melingkar pda persambungan ini disebut sulkus skleralis. Kornea dewasa rata-rata

mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar
11,5 mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda:
lapisan epitel (yang bersambung dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan
bowman, stroma, membran descement, dan lapisan endotel.
-

Epitel
Tebalnya 50m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih: satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan

menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basa
berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden, ikatan ini menghambat pengaliran air, elekteolit,

dan glukosa yang merupakan barrier.


Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi

gangguan akan menyebabkan erosi rekuren.


Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang

tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,
pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen
ini bercabang. Terbentuknya kembali serat kolagen ini memakan waktu lama kadangkadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga kertosit membentuk bahan
dasar dan serat kolagen dalam perkembangan emrio atau sesudah trauma.

Membrana Descement
Merupakan membran aselular dan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel
endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastik dan berkembang
terus seumur hidup, mempunyai tebal 40m.
-

Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, besar 20-40m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula
okluden. Terdiri dari sel yang tidak mengalami regenerasi yang secara aktif
memompa ion dan air dari stroma untuk mengontrol hidrasi dan transparansi kornea.
8

Perbedaan antara kapasitas regenerasi epitel dan endotel penting. Kerusakan


lapisan epitel, misalnya karena abrasi, dengan cepat diperbaiki. Endotel yang rusak
karena penyakit atau pembedahan misalnya, tidak dapat beregenerasi. Hilangnya
fungsi sawar dan pompa menyebabkan hidarasi berlebihan, distorsi bentuk regular
serat kolagen, dan keruhnya kornea.
Gambar Lapisan Kornea

Gambar 1 : Lapisan kornea


2.2. Definisi
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea, diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari
epitel sampai stroma.
Ulkus kornea e.c jamur adalah ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur,
biasanya karena trauma dengan tumbuh-tumbuhan, tanah, atau karena pemakaian
kortikosteroid sembarangan yang menurunkan resistensi epitel kornea.
2.3 Epidemiologi
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab
kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan
kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan
virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan
kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas.

Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi
baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan
peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid
topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan
selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 disebabkan oleh jamur. Mortalitas atau
morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan
refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki
lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin
disebabkan

karena

banyaknya

kegiatan

kaum

laki-laki

sehari-hari

sehingga

meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea. Insiden ulkus kornea
tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi
terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan
kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.
2.4 Etiologi
1. Jamur berfilamen (filamentous fungi); bersifat multiseluler dengan cabang-cabang
hifa.
a

Jamur bersepta : Fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus sp, Clodosporium sp,
Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp.

b
2

Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.

Jamur ragi (yeast)


Jamur uniselular dengan pseudohifa dan tunas: Candida albicans, Cryptococcus sp,
Rodotolura sp.

Jamur difasik
Pada jaringan hidup membentuk ragi, sedangkan pada media perbiakan membentuk
misellium : Blastomices sp, Coccididies sp, Histoplasma sp, Sporothrix sp.
Tampaknya di Asia Tenggara penyebabnya yang terbanyak adalah Aspergllus sp dan
Fusarium sp.

2.5 Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya
tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior
10

dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu
pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di
kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di
daerah pupil.
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,
seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan
tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel
mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya
infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.
Kornea mempunyai banyak serabut saraf, maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.

2.6. Gejala dan Tanda


Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea karena jamur meliputi
-

Sensasi benda asing


Meningkatnya rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada mata
Pandangan mendadak kabur
Mata menjadi merah (kemerahan yang tidak biasa)
Lakrimasi
Fotofobia
Tanda-tanda yang paling sering ditemukan pada pemeriksan slitlamp tidak spesifik dan
meliputi:

Injeksi silier
Defek epitel
Adanya infiltrat dengan tepi yang meninggi, tekstur yang kasar, pigmentasi putih keabuabuan, plak endotel, dan tampilan cincin putih pada kornea dan lesi satelit pada tepi fokus

primer infeksi.
Hipopion/ reaksi bilik mata depan
11

Gambar 2. Ulkus kornea dengan hipopion


Reaksi di atas timbul akibat investasi jamur pada kornea yang memproduksi
mikotoksin, enzim-enzim serta antigen jamur sehingga terjadi nekrosis kornea dan reaksi
radang yang cukup berat.

2.7 Pemeriksaan Fisik


2.7.1 Pemeriksaan Oftalmologi
Untuk memeriksa ulkus kornea diperlukan slit lamp atau kaca pembesar dan
pencahayaan terang. Harus diperhatikan pantulan cahaya saat menggerakkan cahaya di atas
kornea, daerah yang kasar menandakan defek pada epitel. Yang dapat dilihat di slit lamp
adalah injeksi siliaris, defek epitel, adanya infiltrat dengan tepi yang meninggi, tekstur yang
kasar, pigmentasi putih keabu-abuan, plak endotel, dan tampilan cincin putih pada kornea dan
lesi satelit pada tepi fokus primer infeksi dan hipopion.
Cara lain untuk melihat ulkus adalah dengan tes fluoresein. Pada tes fluoresein defek
epitel ditandai dengan adanya daerah yang berwarna hijau.

12

Gambar 3. Uji Fluoresein positif pada


defek epitel

Gambar 4. Infiltrat Satelit

2.7.2 Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium berguna untuk diagnosis kausa dan juga penting untuk
pemilihan terapi yang tepat dengan hasil kultur kerokan.
a. Melakukan Pemeriksaan Kerokan Kornea
Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan spatula kimura yaitu dari
dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram untuk
megidentifikasi ragi, Giemsa untuk mendeteksi elemen jamur atau KOH + Tinta India,
dengan angka keberhasilan masing-masing 20-30%, 50-60%, 60-75% dan 80%.
b. Biopsi Jaringan kornea
Bisa dilakukan bila hasil kultur negatif dalam waktu 48-72 jam pada pasien yang
diduga kuat memiliki infeksi jamur dan tidak juga membaik dengan terapi antibakterial.
Biopsi dilakukan utnuk menegakkan diagnosis pasti. Caranya diwarnai dengan Periodic acid
schiff atau Methenamine Silver.

13

2.8 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis
pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma,
benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis
akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat
pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi
penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi
imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi
imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea
edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang
disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata

Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

Gambar 5. Kornea ulcer dengan fluoresensi

Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)

14

Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari
dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau
Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan
periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar
ekstrak maltosa.

Gambar 6. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi

Gambar 7. Pewarnaan gram ulkus kornea

Gambar 8. Pewarnaan gram ulkus kornea

herpes simplex

herpes zoster

Gambar 9. Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri Gambar 10. Pewarnaan gram
ulkus kornea bakteri akantamoeba

15

2.9 Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata
agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea
tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus,
anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat
bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat
dan perlunya obat sistemik.
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
4. Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang
kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang
bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang
mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang
disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat
diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang disuntikkan intravena dan
hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan
sampai melebihi 39,5C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya
antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.
2. Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea
sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis,
dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok,
gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
16

Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,


Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
-

Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.


Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi
sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor
pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat
dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru

Skopolamin sebagai midriatika.

Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau
tetrakain tetapi jangan sering-sering.

Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan
ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat
penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.

Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat
komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa
dibagi:
1.

Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal


amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10
mg/ml, golongan Imidazole

2.

Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal,


Natamicin, Imidazol

3.

Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

17

4.

Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa,


berbagai jenis anti biotik

Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal

untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi
sekunder analgetik bila terdapat indikasi.
Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon
inducer.
Perban tidak seharusnya dilakukan pada

lesi infeksi supuratif karena dapat

menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik terhadap
perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih
tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :
1. Kauterisasi
a)

Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni
trikloralasetat

b)

Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore.


Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan
pada pinggir ulkus sampai berwarna keputih-putihan.

2. Pengerokan epitel yang sakit


Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan
perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak
mengandung antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap
konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik
menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk
mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan
kembali.
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas
atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakangerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat
dilakukan:
18

Iridektomi dari iris yang prolaps

Iris reposisi

Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat


Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati

seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi
leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.
3. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil.
Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea
yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Gambar 11. Keratoplasti

2.10 Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli
mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
19

Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata

Jika mata sering

kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup

sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
-

Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat
lensa tersebut.

2.11 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder

2.12 Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi
yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena
jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya
mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal
ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka
dapat menimbulkan resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan
pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi
sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah
dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode
yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan
fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.
20

DAFTAR PUSTAKA
1.

Vaughan D. Opthalmologi Umum.


Edisi 17. Widya Medika, Jakarta, 2009

2.

Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata,


Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004

3.

Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata.


Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

4.

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata


Indonesia. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

5.

Kedokteran. Edisi II. Jakarta: Penerbit Sagung Seto.


American Academy of Ophthalmology.

2006. External Disease and Cornea Section 11. San Fransisco: MD Association.
6.
James, Bruce, Chew, Chris, Bron
7.

Anthony. 2006. Lecture Notes Oftamologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.


Lange Gerhard K. 2000. Ophtalmology.
New York: Thieme.

8.

Kansky, Jack J. 2007. Clinical


Ophthalmology : A Systematic Approach. Edisi 6. Philadelphia : Elsevier ButterworthHeinemann.

9.

Sunita A., Athiya G., David J. 2008.


Textbook of Ophthalmology. USA: Appleton & Lange.

21

Case Report Session

Ulkus Kornea Okuli Dekstra ec Suspect Jamur

Oleh :
Diah Fitriani Rosyid
Desi Paramitha Manelly
Afifah Ikhwan

0810312035
1110312034
1210313014

Preseptor :
dr. Getry Sukmawati Sp.M (K)

22

Bagian Ilmu Kesehatan Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
RSUP DR.M.Djamil
Padang
2016

23

Anda mungkin juga menyukai