Anda di halaman 1dari 44

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN APEL ( Malus sylvestris Mill )

BERDASARKAN ASPEK AGROKLIMAT DI JAWA TIMUR

Oleh
DENI IRAWAN
G24102027

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN

Deni Irawan : Potensi Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill)


Berdasarkan Aspek Agroklimat di Jawa Timur, di bawah bimbingan Ir. Heny Suharsono, MS.
Latar belakang penelitian ini adalah masih tingginya jumlah import buah-buahan
Indonesia. Besarnya impor produk hortikultura khususnya buah segar menunjukan bahwa produksi
dalam negeri belum mampu memberi kontribusi dalam pemenuhan kebutuhannya. Buah apel
merupakan salah satu buah-buahan yang memiliki ketergantungan pada impor
Pada penelitian ini penentuan kesesuaian agroklimat untuk tanaman apel dilakukan
dengan menggunakan ModelBuilder yang merupakan ekstensi dari ArcView 3. 3. Tahap pertama
adalah merubah seluruh data menjadi format grid kemudian data tersebut direklasifikasi.
Selanjutnya adalah membuat flowchart kesesuaian iklim dan tanah untuk tanaman apel. Kemudian
dilakukan proses overlay dengan pemberian pembobotan (Weighted Overlay Process) pada
masing-masing parameter. Pada penelitian ini nilai pembobotnya diasumsikan sama artinya
masing-masing parameter mempunyai pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman apel.
Peta yang dihasilkan terdiri dari peta kesesuaian tanah, kesesuaian iklim, serta peta
kesesuaian iklim dan tanah (agroklimat). Berdasarkan kesesuaian iklim, luas wilayah sangat sesuai
(S1) 47.608,61 ha, sesuai (S2) 843.164,87 ha, dan sesuai marjinal (S3) 3.822.150,42 ha dan yang
tidak cocok (N) 38.743,56 ha. Untuk kesesuaian tanah, luas wilayah sangat sesuai (S1)
1.183.952,19 ha, sesuai (S2) 3.036.728,79 ha, dan sesuai marjinal (S3) 518.326,29 ha. Untuk
kesesuaian iklim dan tanah, luas wilayah sangat sesuai (S1) 72.890,42 ha, sesuai (S2) 1.405.931,46
ha, dan sesuai marjinal (S3) 294.0570,33 ha. dan yang tidak cocok (N) 417.314,08 ha.
Selain kabupaten Malang ternyata di propinsi Jawa Timur masih terdapat beberapa daerah
yang juga berpotensi untuk pengembangan tanaman apel diantaranya adalah: kabupaten
Bondowoso, kabupaten Ponorogo, kabupaten Banyuwangi, kabupaten Kediri, kabupaten
Situbondo dan juga kabupaten Magetan. Semua kabupaten itu wilayahnya sesuai berdasarkan
unsur agroklimatnya, akan tetapi tidak semua wilayah yang sesuai dapat diarahkan menjadi area
perkebunan apel, karena harus memperhitungkan untungrugi yang didapat para petani.
Penelitian ini hanya mengkaji dan didasarkan pada sifat fisik saja, perlu juga diperhatikan
faktor-faktor lainnya seperti ekonomi, sosial, budaya, dan politik, serta kebijakan pemerintah
untuk lebih mengembangkan tanaman apel di propinsi Jawa Timur selain di kabupaten Malang.

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN APEL ( Malus sylvestris Mill )


BERDASARKAN ASPEK AGROKLIMAT DI JAWA TIMUR

Oleh
DENI IRAWAN
G24102027

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang 03 Maret 1984 dari pasangan orang tua bernama Casan
Arifin dan Juju Hendrasmayati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis
lulus dari SMU 2 Cimalaka, Kabupaten Sumedang pada tahun 2002 kemudian pada tahun yang
sama pula diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Departemen Geofisika dan
Meteorologi, program studi Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama menjadi mahasiswa penulis juga pernah melaksanakan praktek lapang di PT.
Indomilk Indonesia serta terlibat aktif di Himpunan atau organisasi kemahasiswaan
(HIMAGRETO) sebagai anggota.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia-NYA
sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu serta mendukung dalam kegiatan dan penulisan skripsi ini, diantaranya adalah:
1. Bapak Ir. Heny Suharsono, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingannya dari awal
penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Ir. Rini Hidayati, MS selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran
dan membantu penulis selama menjalani study di Departemen Geofisika dan Meteorologi
ini.
3. Bapak Idung Risdianto, S. Si, M.Sc. I.T dan bapak I Putu Santikayasa, S. Si, M.Sc. atas
kesediannya untuk menjadi dosen penguji.
4. Seluruh staf TU Departemen Geofisika dan Meteorologi; Pak Toro, Pak Jun, Bu Indah,
Azis atas segala bantuannya serta Pak Pono atas kerjasama dan kebaikannya di
perpustakaan.
5. Pak Dadang sekeluarga atas keramahan dan kesabarannya.
6. Para sahabat sejatiku : Beno, Ade, dan Heri,,,keep fighting!!!
7. Sahabat senasib dan sepenanggungan ( Golo, Eko, Inul, aconge, samba,Bastruk,
Menyan, Dwok, and Sapta ), thanks komputernya dan semua kepercayaan yang telah
kalian pinjamkan pada ku hingga kini!?! SEMANGAT!!!!!!
8. Sahabat Penaku di Semarang: Aya, Heri, Indah dan semuanya.
9. Teman-teman yang selalu sayang dan peduli denganku, dan Feyy thank for everthink!?.
10. GFMers: An-an, Ana, Ani, Anton, Aprian, Basar, Dwi, DwiNita, Eko, Fanida, Fio, Gian,
Hesti, Yuni, Joko, Kiki, La-Ode, Lina, Linda, Lupi, Mian, Misna, Nana, Ridwan, Rudi,
Sasat, Samba, Sapta, Vivi, Wahyu, Yohana, Zainul, dan seluruh civitas GFM yang lain
yang tak mungkin disebutkan satu persatu.
11. Akang-akang alumni (a Enjie, Adhip, Erwin, andrie, supri, and Beni) thank atas
bantuanya terutama data-datanya.
12. Para Generasi Tangguh Ku: GFM 40, GFM 41, dan GFM 42 Impossible Is Nothing?!!
13. Hani, Endah, Memel, Angga, Dewie, and Aqsa thanks for the inspirationsYoure
Beautiful, goodbye My Lover, googbye My Freindbut You not Have Been the
One.For me(J. Blunt)
14. Ungkapan terima kasih yang paling dalam disampaikan kepada Ayah, Ibu, Ema Ati, Aki
Aji (almarhum), dan seluruh keluarga besarku (Aki Igud, Aki Sukarsa, Hari, Ua, dan
semua saudara-saudaraku ) atas doa dan kasih sayangnya.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak
yang membutuhkannya.

Bogor, Januari 2007

Deni Irawan

DAFTAR ISI

PRAKATA...............................................................................................................
DAFTAR TABEL................
DAFTAR GAMBAR........................
DAFTAR LAMPIRAN................
I. PENDAHULUAN.................
1. 1. Latar Belakang.................
1. 2. Tujuan..............
1. 3. Asumsi................................................................................................
II.TINJAUAN PUSTAKA.........................................
2. 1.Agronomi Tanaman Apel......................................
2. 2. Teknik Budidaya Tanaman Apel........................
2. 3. Produksi Apel Indonesia...........
2. 4. Beberapa Aspek Penting untuk Kesesuaian Agroklimat Tanaman Apel
2. 4. 1. Suhu Udara.................................................................................
2. 4. 2. Curah Hujan...............................................................................
2. 4. 3. Tanah.........................................................................................
2.5. Pewilayahan Tanaman dan Evaluasi Lahan.............
2. 6. sistem Informasi Geografis...................................................................
III. METODOLOGI.....................................
3. 1. Alat dan Bahan..........................................
3. 2. Waktu dan Tempat Penelitian.............................
3. 3. Metode Penelitian...................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................
4 .1. Keadaan Daerah Propinsi Jawa Timur.......
4. 2. Kesesuaian Iklim untuk Tanaman Apel di Propinsi Jawa Timur............
4. 3.Kesesuaian.Tanah untuk Tanaman Apel di Propinsi Jawa Timur..........
4. 4. Kesesuaian.Agroklimat untuk Tanaman Apel di Propinsi Jawa Timur...
4. 5. Rekomendasi Wilayah Pengembangan Tanaman Apel di Propinsi Jawa
Timur.......................................................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN.....................
5. 1. Kesimpulan.........................................................................................
5. 2. Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................
LAMPIRAN.....................

ii

Halaman
i
iii
iii
iii
1
1
2
2
3
3
3
4
4
4
5
5
5
6
7
7
7
7
9
9
9
10
11
11
13
13
13
14
16

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Impor produk hortikultura tahun 1998 2003............................
1
2. Jenis Hama yang menyerang tanaman apel ....................................
4
3. Luas Potensi Pengembangan Tanaman Apel Berdasarkan Kesesuaian Iklim di
Jawa Timur..........................................................................................................
10
4. Luas Potensi Pengembangan Tanaman Apel Berdasarkan Kesesuaian Tanah di
Jawa Timur..........................................................................................................
11
5. Luas Potensi Pengembangan Tanaman Apel Berdasarkan Kesesuaian Agroklimat di
Jawa Timur...........................................................................................................
11
6. Luas Wilayah Kabupaten Yang direkomendasikan untuk Pengembangan Tanaman
Apel di Jawa timur................................................................................................
12

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Perbandingan Volume impor apel dibanding buah segar lain Indonesia
tahun 2000 2003 (Ton).....................
2. Apel ( Malus sylvestris Mill).................................................
3. Flowchart Kesesuaian Agroklimat Tanaman Apel................................................
4. Peta Propinsi Jawa Timur ..........................................................
5. Peta Kesesuaian Iklim untuk Tanaman Apel di Jawa Timur...............................
6. Peta Kesesuaian Tanah untuk Tanaman Apel di Jawa Timur...............................
7. Peta Kesesuaian Agroklimat untuk Tanaman Apel di Jawa Timur......................

1
3
8
9
9
10
11

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Tabel Persyaratan penggunaan lahan untuk Apel ( Malus sylvestris Mill )..............
17
2. Data Iklim yang didapat dari Beberapa Stasiun di Propinsi Jawa timur...................
18
3. Luasan Lahan Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) berdasarkan
Kesesuaian Iklim di Propinsi Jawa Timur...................................................................
23
4. Luasan Lahan Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) berdasarkan
Kesesuaian Tanah di Propinsi Jawa Timur................................................................... 24
5. Luasan Lahan Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) berdasarkan
Kesesuaian Agroklimat di Propinsi Jawa Timur.........................................................
25
6 Luas Penggunaan Lahan Di Jawa Timur Tahun 2001 S/D 2003.................................
26
7. Beberapa Jenis apel yang ditanam di Propinsi Jawa timur.........................................
27
8. Peta Lokasi Stasiun Curah Hujan di Propinsi Jawa Timur.......................................
28
9. Peta administrasi Propinsi jawa timur.......................................................................
29
10. Peta Topografi Propinsi Jawa Timur........................................................................
30
11. Peta Penutupan Lahan Propinsi Jawa Timur Tahun 2002 (LAPAN)........................
31
12. Peta Jenis Tanah Propinsi Jawa Timur......................................................................
32
13. Peta Isohyet Propinsi Jawa Timur............................................................................... 33
14. Peta Kesesuaian Iklim Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) Propinsi Jawa Timur.. 34
15. Peta Kesesuaian Tanah Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) Propinsi Jawa Timur.. 35
16. Peta Kesesuaian Agroklimat Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) Propinsi Jawa
Timur............................................................................................................................ 36
17. Tanaman Apel di Areal Perkebunan Apel di Malang.................................................. 37

iii

I. PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang
Komoditas hortikultura sudah
dipandang sebagai salah satu sumber
pertumbuhan baru dalam sektor pertanian,
karena memiliki potensi pasar yang tinggi.
Seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk, maka permintaan masyarakat
terhadap produk hortikultura di dalam negeri
diperkirakan akan meningkat. Buah-buahan
merupakan komoditas hortikultura selain
sayuran, tanaman hias dan tanaman obat
yang mempunyai peranan penting dalam hal
pemenuhan gizi masyarakat dan potensi
ekonomi.
Permintaan
buah-buahan
berdasarkan proyeksi Bina Produksi
Tanaman
Pangan
dan
Hortikultura
menunjukan kenaikan sebesar 6,5 % untuk
periode tahun 2000 2005 dan diperkirakan
akan meningkat menjadi 6,8 % untuk
periode 2005 2010 dan 6,9 % untuk
periode 2010 2015 (Ardiansyah, 1997).
Sayangnya pemenuhan kebutuhan buahbuahan ini tidak hanya mengandalkan
produksi lokal tetapi juga produk impor.
Berikut ini adalah nilai impor produk
hortikultura selama kurun waktu 1998
2003.
Tabel 1. 1. Impor produk hortikultura tahun
1998 2003
Volume (juta
Tahun
ton)
1998
0.3
1999
0.4
2000
0.6
2001
0.6
2002
0.6
2003
0.6
Sumber: BPS (2004)

Nilai (juta
USD)
121.6
140.6
252.9
254.7
334.5
333.2

Besarnya impor produk hortikultura


khususnya buah segar menunjukan bahwa
produksi dalam negeri belum mampu
memberi kontribusi dalam pemenuhan
kebutuhannya, jika Indonesia terpaksa harus
terus mengimpor, alangkah sia-sianya
potensi sumber daya alam Indonesia yang
sangat banyak ini. Untuk mendorong
peningkatan produksi dan mutu buah dalam
negeri, selama beberapa tahun terakhir
Direktorat
Jendral
Bina
Produksi
Hortikultura
meluncurkan
program
pembentukan kawasan sentra produksi

dimana secara keseluruhan program ini


mendorong peningkatan produksi dan mutu
buah yang mencakup salah satunya adalah
perluasan areal tanam di wilayah sentra,
karena hanya dengan memproduksi buah
yang bermutu tinggi dalam jumlah yang
cukup, maka Indonesia dapat membendung
masuknya buah impor.
Buah apel sebagai salah satu buahbuahan yang memilik ketergantungan pada
impor merupakan komoditas yang paling
banyak dibutuhkan masyarakat, hal ini bisa
dilihat dari tingginya nilai impor buah apel
dibandingkan dengan buah impor lainnya
seperti jeruk mandarin, pir, anggur, jeruk
orange, durian dan buah segar lainnya.
Perbandingan volume import buah apel dengan buah
segar lainya
2000
2001

100000
80000
Volume
60000
import (Ton) 40000
20000
0

2002
2003

ApelJerukPearAnggurJerukDurianBuah
Mandarin
Orange segar lain
Jenis Buah

Gambar 1. 1. Perbandingan Volume impor


apel dibanding buah segar
lain Indonesia tahun 2000
2003 (Ton).
Sumber: BPS (2004)
Pengembangan apel di Indonesia
belum begitu pesat sebagaimana yang
diharapkan, bahkan pada beberapa tempat
justru mengalami penurunan yang serius.
Beberapa faktor penyebabnya selain
minimnya produksi dan mutu, tingginya
organisme pengganggu tanaman dan
keterbatasan kemampuan serta sumberdaya
manusia adalah keterbatasan wilayah
agroklimat yang sesuai (Dirjen BPH, 2004).
Berdasarkan karakteristik dan
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
pengembangan apel di Indonesia, Jawa
Timur merupakan salah satu sentra produksi
apel yang utama. Dalam rangka peningkatan
produksi tanaman apel khususnya di wilayah
Jawa Timur, salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan memperluas areal
penanaman (Ekstensifikasi), mengingat
populasi tanaman apel di Jawa Timur saat
ini masih terkonsentrasi di kabupaten
Malang yang mencapai 80 % dari jumlah
seluruh tanaman apel yang ada di Jawa
Timur.
Namun
sesungguhnya,

pengembangan
apel
masih
dapat
ditingkatkan mengingat wilayah Jawa Timur
khususnya dan Indonesia pada umumnya
yang masih luas dengan sumberdaya alam
yang mendukung.
Melakukan
perluasan
lahan
pertanian sendiri tidak dapat diterapkan di
sembarang daerah, karena setiap daerah
memiliki karakteristik lahan yang berbeda
sehingga tidak semua tanaman dapat tumbuh
di daerah tersebut. Diperlukan sumberdaya
alam seperti iklim dan tanah yang harus
diperhatikan untuk melakukan ekstensifikasi.
Salah satu cara untuk menentukan lokasi
yang sesuai bagi pengembangan tanaman
apel adalah dengan memperhatikan aspek
agroklimatnya yaitu faktor iklim yang
meliputi curah hujan , suhu, dan radiasi.
Ketiga faktor tersebut sangat menentukan
pertumbuhan, perkembangan, dan produksi
tanaman. Faktor tanah yang perlu
diperhatikan adalah sifat fisik, kimia dan
topografi daerah.

I. 2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan daerah lain di Jawa Timur
selain kabupaten Malang yang berpotensi
bagi
pengembangan
tanaman
apel
berdasarkan kesesuaian agroklimatnya.

1. 3. Asumsi
Pada
penelitian
ini
nilai
pembobotnya diasumsikan sama artinya
masing-masing
parameter
mempunyai
pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman apel.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Agronomi Tanaman Apel


Apel dalam ilmu botani disebut
Malus sylvestris Mill. Apel merupakan
tanaman buah tahunan yang berasal dari
daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis.
Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun
1934 hingga saat ini. Tanaman apel mulai
berkembang setelah tahun 1960, terutama
jenis Rome Beauty.
Menurut sistematika, tanaman apel termasuk
dalam:
1) Divisio
: Spermatophyta
2) Subdivisio
: Angiospermae
3) Klas
: Dicotyledonae
4) Ordo
: Rosales
5) Famili
: Rosaceae
6) Genus
: Malus
7) Spesies
: Malus sylvestris Mill
Dari spesies Malus sylvestris Mill ini,
terdapat bermacam-macam varietas yang
memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri.
Beberapa varietas apel unggulan antara lain:
Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess
Noble dan Wangli/Lali jiwo.

Gambar 2. 1. Apel (Malus sylvestris Mill)


Sumber: warintek.ristek
Seluruh kultivar apel yang ditanam
di Indonesia pada kenyataannya adalah
introduksi dari luar negeri. Jenis Rome
Beauty merupakan kultivar yang paling
banyak ditanam, hampir sekitar 70 % dari
total populasi apel di Malang. Tanaman apel
di Indonesia dapat dipanen 2 kali setahun,
tetapi produksinya selain dipengaruhi oleh
umur tanaman juga dipengaruhi oleh musim.
Berdasarkan data yang didapat dari Balai
Penelitian Hortikultura Malang, produksi
apel jenis Rome Beauty pada musim
penghujan lebih sedikit yaitu sekitar 2, 44
kg/pohon/musim, dibandingkan dengan
musim kemarau yang bisa mencapai 12,25
kg/pohon/musim. Rendahnya produksi pada
musim hujan disebabkan oleh air hujan yang
menimpa bunga yang sedang mekar yang
dapat
menggagalkan
penyerbukan
(Suhardjo, 1985).

2. 2. Teknik Budidaya Tanaman Apel


Budidaya tanaman apel dilakukan
secara bertahap mulai dari pembibitan
hingga pemanenan. Perbanyakan tanaman
apel dilakukan secara vegetatif dan
generatif. Perbanyakan yang baik dan umum
dilakukan adalah perbanyakan vegetatif,
sebab perbanyakan generatif memakan
waktu lama dan sering menghasilkan bibit
yang
menyimpang
dari
induknya.
Berikutnya adalah pengolahan media tanam,
yang pertama dilakukan adalah persiapan
pengolahan tanah dan pelaksanaan survei.
Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman,
kemiringan
tanah,
keadaan
tanah,
menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan
paralatan dan biaya yang diperlukan.
Tanaman apel dapat ditanam secara
monokultur
maupun
intercroping.
Intercroping hanya dapat dilakukan apabila
tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau
sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah
melalui beberapa penelitian intercroping
pada tanaman apel dapat dilakukan dengan
tanaman yang berhabitat rendah, seperti
cabai, bawang dan lain-lain. Tanaman apel
tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu
rapat karena akan menjadi sangat rimbun
yang akan menyebabkan kelembaban tinggi,
sirkulasi udara kurang, sinar matahari
terhambat dan meningkatkan pertumbuhan
penyakit. Jarak tanam yang ideal untuk
tanaman apel tergantung varietas. Untuk
varietas Manalagi dan Prices Noble adalah
3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas
Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek
yaitu 2-3 x 2.5-3 m.
Penanaman apel dilakukan baik
pada musim penghujan atau kemarau (di
sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada
musim hujan. Pemeliharaan Tanaman
dilakukan beberapa tahap yaitu: penjarangan
dan penyulaman, penyiangan, pembubunan
dan
perempalan/pemangkasan
serta
pemupukan. Untuk pemupukan biasanya
pupuk yang diberikan pada pengolahan
lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg
per lubang tanam yang dicampur merata
dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2
minggu.
Untuk pertumbuhannya, tanaman
apel memerlukan pengairan yang memadai
sepanjang musim. Pada musim penghujan,
masalah kekurangan air tidak ditemui, tetapi
harus diperhatikan jangan sampai tanaman
terendam air. Karena itu perlu drainase yang
baik. Sedangkan pada musim kemarau
masalah kekurangan air harus diatasi dengan

cara
menyirami
tanaman
sekurangkurangnya 2 minggu sekali dengan cara
dikocor.
Pada umumnya buah apel dapat
dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga
mekar, tergantung pada varietas dan iklim.
Rome Beauty dapat dipetik pada umur
sekitar 120-141 hari dari bunga mekar,
Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari
setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100
hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat
lebih tinggi, umur buah lebih panjang.
Pemanenan paling baik dilakukan
pada saat tanaman mencapai tingkat masak
fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana
buah mempunyai kemampuan untuk
menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri
masak fisiologis buah adalah: ukuran buah
terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna
buah tampak cerah segar.
Periode panen apel adalah enam
bulan
sekali
berdasarkan
siklus
pemeliharaan yang telah dilakukan. Produksi
buah apel sangat tergantung dengan varietas,
secara umum produksi apel adalah 6-15
kg/pohon (Suhardjo, 1985).
Dalam Nugroho (2001) dinyatakan
bahwa gangguan pada tanaman apel
disebabkan oleh hama maupun penyakit.
Beberapa hama dan penyakit yang
menyerang tanaman apel seperti pada tabel
2. 1.
Tabel 2. 1. Jenis Hama yang menyerang
tanaman apel
HAMA
Kutu hijau (Aphis pomi Geer)
Tungau, Spinder mite, cambuk merah
(Panonychus Ulmi)
Trips
Ulat daun (Spodoptera litura)
Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp)
Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker)
Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)
Selain hama tersebut, tanaman apel
juga sering terkena penyakit embun tepung
(Powdery Mildew), penyebabnya adalah
Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia
imperfeknya adalah oidium Sp. Mempunyai
gejala: (1) pada daun atas tampak putih,
tunas tidak normal, kerdil dan tidak berbuah;

(2) pada buah berwarna coklat, berkutil


coklat.
Penyakit bercak daun (Marssonina
coronaria J.J. Davis). Gejala: pada daun
umur 4-6 minggu setelah perompesan
terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna
coklat, permukaan atas timbul titik hitam,
dimulai dari daun tua, daun muda hingga
seluruh bagian gugur.
Penyakit kanker (Botryosphaeria
Sp.). Gejala: menyerang batang/cabang
(busuk, warna coklat kehitaman, terkadang
mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil
warna cokelat muda, busuk, mengelembung,
berair dan warna buah pucat.
Busuk buah (Gloeosporium Sp.).
Gejala: bercak kecil cokelat dan bintikbintik hitam berubah menjadi orange.Busuk
akar (Armilliaria Melea). Gejala: menjerang
tanaman apel pada daerah dingin basah,
ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit
akar membusuk.
2.3. Produksi Apel di Indonesia
Sentra utama apel di Indonesia
adalah di Jawa Timur, areal penyebaran
pengembangannya terletak di daerah
Tumpang, Ponco kusumo, Nongko Jajar,
dan Jonggo serta dibeberapa tempat lainnya
dalam frekuensi kecil.
Populasi tanaman apel tropis di
sentra utama propinsi Jawa Timur mencapai
lebih dari 5 juta pohon. Angka produksi
cenderung meningkat dalam waktu beberapa
tahun terakhir, meskipun dihadapkan pada
berbagai masalah seperti mahalnya pupuk
dan pestisida, gangguan alam berupa abu
gunung semeru dan lain sebagainya
(Komarudin, 2005).
2. 4. Beberapa aspek penting untuk
kesesuaian agroklimat tanaman apel
2. 4. 1. Suhu Udara
Tanaman apel di Indonesia
merupakan introduksi dari daerah subtropik,
agar dapat ditanam di daerah tropis seperti
Indonesia maka akan lebih cocok ditanam di
daerah pegunungan, dimana suhu udara
menyamai suhu udara di daerah subtropik.
Di daerah tropis secara umum berlaku
bahwa suhu udara menurun 0.6oC tiap naik
100 mdpl.
Tanaman apel dapat tumbuh dan
berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m
dpl. dengan ketinggian optimal 1000-1200
m dpl. Persyaratan kebutuhan iklim buah

apel adalah sebagai berikut: rata-rata


temperature berkisar antara 10 sampai 35C
dan yang optimum sekitar 16 sampai 27C
(Suhardjo, 1985).
Tanaman
apel
membutuhkan
cahaya matahari yang cukup antara 50-60%
setiap harinya, terutama pada saat
pembungaan.
2. 4. 2. Curah Hujan
Hujan
dapat
mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
apel baik secara langsung dalam hal
pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman
yang bervariasi menurut fase perkembangan
tanaman, kondisi iklim dan tanah, maupun
secara tidak langsung melalui pengaruh
terhadap kelembaban udara dan tanah serta
radiasi matahari. Ketiga faktor lingkungan
fisik tersebut erat kaitannya dengan
penyerapan air dan hara serta penyakit
tanaman.
Curah hujan yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman apel adalah 1.0002.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150
hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan
basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4
bulan. Curah hujan yang tinggi saat
berbunga akan menyebabkan bunga gugur
sehingga tidak dapat menjadi buah
(Suhardjo, 1985).
2. 4. 3. Tanah
Tanaman apel tumbuh dengan baik
pada tanah yang bersolum dalam,
mempunyai lapisan organik tinggi, dan
struktur tanahnya remah dan gembur,
mempunyai aerasi, penyerapan air, dan
porositas baik, sehingga pertukaran oksigen,
pergerakan
hara
dan
kemampuan
menyimpanan airnya optimal.
Tanah yang cocok untuk tanaman
apel adalah Latosol, Andosol dan Regosol
(Warintek.ristik.go.id), Tanaman sangat
butuh sejumlah pupuk yang cukup banyak
pada masa pertumbuhannya, dan kandungan
air tanah yang dibutuhkan adalah air
tersedia. Dalam pertumbuhannya tanaman
apel membutuhkan kandungan air tanah
yang cukup
2. 5. Pewilayahan Tanaman dan Evaluasi
Lahan
Pewilayahan tanaman merupakan
salah satu metode evaluasi lahan yang
mengidentifikasi
lahan
yang
dapat
digunakan untuk tanaman tertentu, sehingga
dapat ditentukan kelas-kelas kesesuaian

lahan terhadap tanaman dan diperoleh lahan


yang potensial untuk pengembangan
tanaman (Komarudin, 1998).
Evaluasi lahan merupakan bagian
dari proses perencanaan tataguna tanah dan
juga suatu proses dalam menduga potensi
lahan tertentu baik untuk pertanian maupun
non pertanian. Potensi suatu wilayah untuk
suatu pengembangan pertanian pada
dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara
sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim,
tanah, lereng, topografi dan persyaratan
penggunaan lahan atau syarat tumbuh
tanaman. Inti dari evaluasi kesesuaian lahan
adalah membandingkan persyaratan yang
diminta oleh tipe penggunaan lahan yang
akan diterapkan, dengan sifat-sifat yang
dimiliki oleh lahan yang digunakan. Dengan
cara ini maka akan diketahui potensi lahan
atau kelas kesesuaian untuk jenis
penggunaan lahan tersebut.
Kesesuaian lahan adalah kecocokan
(adaptability) suatu lahan untuk tipe
penggunaan lahan (jenis tanaman dan
tingkat pengelolaan) tertentu. Penilaian
kesesuian
lahan
dibedakan
menurut
tingkatannya yaitu, pada tingkat orde dan
kelas. Pada tingkat orde kesesuaian lahan
dibedakan antara lahan yang tergolong
sesuai (S) dan yang tergolong tidak sesuai
(N), sedangkan pada tingkat kelas, lahan
yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara
pertama adalah lahan sangat sesuai (S1),
merupakan kelas kesesuaian dimana lahan
tidak mempunyai faktor pembatas yang
berarti dan nyata terhadap penggunaan
secara berkelanjutan dan tidak akan
mereduksi produktivitas secara nyata. Kedua
yaitu lahan sesuai (S2), merupakan kelas
kesesuaian dimana lahan mempunyai faktor
pembatas, dan faktor pembatas ini
berpengaruh terhadap produktivitasnya,
tetapi biasanya faktor pembatas tersebut
mampu diatasi oleh petani itu sendiri. Ketiga
adalah lahan sesuai marjinal (S3) merupakan
kelas kesesuaian lahan dimana lahan
mempunya faktor pembatas yang berat,
memerlukan tambahan input yang lebih
banyak daripada kelasa S2 Untuk mengatasi
faktor pembatasnya diperlukan modal yang
tinggi, sehingga perlu adanya campur tangan
dan bantuan pemerintah ataupun pihak
swasta.. Ketiga kelas ini didasarkan pada
faktor pembatas yang mempengaruhi
kelanjutan penggunaan lahan (Lampiran 1).

2. 6. Sistem Informasi Geografis


Sistem Informasi Geografis (SIG)
merupakan suatu sistem berbasis komputer
yang digunakan untuk menyimpan dan
memanipulasi informasi-informasi geografi.,
dengan konsep dasarnya yang merupakan
suatu sistem terpadu yang mengorganisir
perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software) dan data, yang selanjutnya dapat
mendayagunakan sistem penyimpanan,
pengolahan maupun analisis data secara
simultan, sehingga dapat diperoleh informasi
yang berkaitan dengan aspek keruangan atau
spasial (Widiyawati, 2005).

III. METODOLOGI

3. 1. Bahan dan Alat.


Bahan dan alat yang digunakan
dalam penelitian ini diantaranya:
1) Data iklim propinsi Jawa Timur
berupa curah hujan dan suhu ratarata bulanan yang dipetakan.
2) Peta tanah tinjau skala 1 : 500000
(Puslitanak) dan data topografi
propinsi Jawa Timur.
3) Peta penunjang lainnya seperti peta
penutupan lahan Jawa Timur tahun
2002
(LAPAN)
dan
peta
administrasi daerah Jawa Timur.
4) Seperangkat
PC
(Personal
Computer) dan perangkat lunak
(software) pengolah kata, ArcView
3.3, Surfer Mapping system, dan
Adobe PhotoShop 6.0.
3. 2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan sejak bulan
Agustus 2006 sampai dengan Desmber 2006
di
Laboratorium
Agrometeorologi
Departemen Geofisika dan Meteorologi,
IPB.
3.3. Metode
Sebagai langkah awal, yang
dilakukan pada penelitian ini adalah:
a ). Pengumpulan Data dan study Pustaka.
Study pustaka dimaksudkan untuk
memperoleh berbagai informasi mengenai
tanaman apel baik itu kriteria tanaman dan
juga syarat tumbuh tanaman apel.
Selanjutnya adalah penyediaan data
spasial berupa peta iklim dan tanah.
Kegiatan ini mencakup pengumpulan dan
pembuatan peta spasial curah hujan, suhu,
tanah, dan kelerengan.
b ). Penentuan Tingkat Kesesuaian Iklim.
Tingkat kesesuaian iklim tanaman
apel didasarkan dari data iklim propinsi
Jawa Timur yang berupa curah hujan
tahunan dan suhu udara rata-rata bulanan
selama 10-20 tahun pengamatan.
Suhu udara rata-rata diduga
dengan menggunakan persamaan Braak
dalam Khomarudin (1998) dengan
memodifikasi suhu acuannya berdasarkan
data dari stasiun acuan, yaitu:
T = Tst + 0,0061(hst h)
pada 0 < h > 2000 mdpl (1)
T = Tst + 0,0052(hst h)
pada h > 2000 mdpl .(2)
Ket : Tst = Suhu stasiun acuan (23,2 oC)

hst = Ketinggian stasiun (625 mdpl)


Stasiun acuan yang digunakan adalah
stasiun Karangploso.
Setelah itu kedua data tersebut
direklasifikasi berdasarkan pada kriteria
kesesuaian lahan untuk tanaman apel yang
disusun oleh Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat (Puslitanak) yang
telah
dimodifikasi (Lampiran 1). Modifikasi ini
sendiri dilakukan untuk menambah
ketelitian dari hasil yang akan diperoleh,
modifikasi yang dilakukan berupa
perubahan selang kecocokan dari suhu,
dimana selang suhu yang disusun oleh
Pusat Penelitian Tanah dan agroklimat
(Puslitanak) dianggap kurang representatif
karena terlalu besar.
Selanjutnya dari data curah hujan
dan suhu tersebut akan didapat peta
isohyet dan peta isotherm. Setelah
melakukan proses overlay dari kedua peta
tesebut diperoleh informasi yang berupa
peta tingkat kesesuaian iklim tanaman
apel di Jawa Timur.
c ). Penentuan Kesesuaian Tanah
Parameter yang diuji dalam
penentuan kelas kesesuaian tanah adalah
kelerengan dan jenis tanah. Penentuan
kelas kesesuaian untuk tanaman apel
disusun sama seperti pada proses
penentuan tingkat kesesuaian iklim.
d ). Penentuan Kesesuaian Agroklimat
Pewilayahan tanaman tidak dapat
dilihat hanya dari segi iklim maupun tanah
secara terpisah, namun perlu adanya
penggabungan kedua aspek tersebut.
Penentuan kesesuaian agroklimat
untuk tanaman apel dilakukan dengan
menggunakan
ModelBuilder
yang
merupakan ekstensi dari ArcView.
Pemodelan spasial terdiri atas sekumpulan
proses yang dilakukan pada data spasial
untuk menghasilkan suatu informasi
umumnya dalam bentuk peta. Tahap
pertama adalah merubah seluruh data
menjadi format grid kemudian data
tersebut
direklasifikasi.
Selanjutnya
adalah membuat flowchart kesesuaian
iklim dan tanah untuk tanaman apel.
Kemudian dilakukan proses overlay
dengan pemberian pembobotan (Weighted
Overlay Process) pada masing-masing
parameter. Pada penelitian ini nilai
pembobotnya diasumsikan sama artinya
masing-masing parameter mempunyai
pengaruh
yang
sama
terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
apel.

Gambar

3.

1.

Fowchart kesesuaian
agroklimat tanaman apel

Apabila
ModelBuilder
ini
dijalankan maka hasilnya akan terdapat
enam peta (dalam format grid), yaitu: Peta
isohyet, peta isotherm, peta jenis tanah, peta
tekstur tanah,dan peta topografi serta peta
Kesesuaian Iklim dan Tanah (Agroklimat)
Tanaman Apel.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Keadaan Daerah Propinsi Jawa


Timur
Jawa Timur terletak antara
110o.57 115o57 BT dan Garis Lintang 5o
37 LS dan 8o48 LS dengan luas wilayah
4.836.049 ha. Secara umum Jawa Timur
dapat dibagi menjadi dua bagian utama,
yaitu Jawa Timur daratan dengan proporsi
lebih luas hampir mencakup 90% dari
seluruh luas wilayah Propinsi Jawa Timur
dan wilayah Kepulauan Madura yang hanya
sekitar 10 % saja. Batas-batas wilayah
propinsi Jawa Timur sebagai berikut :
Sebelah utara dengan laut Jawa, sebelah
selatan dengan Samudra Indonesia, sebelah
barat dengan propinsi Jawa Tengah, dan
sebelah timur dengan Selat Bali / Propinsi
Bali.

Tanaman apel dapat tumbuh dan


berbuah baik pada ketinggian 700-1200
mdpl. dengan ketinggian optimal 1000-1200
mdpl (Kusumo, 1974). Kondisi tersebut
memungkinkan tanaman apel dapat tumbuh,
berkembang, dan berproduksi dengan baik
karena faktor ketersediaan air yang cukup.
Sedangkan faktor suhu udara sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman apel karena suhu
merupakan unsur utama dalam aktivitas
fisiologis, pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Faktor curah hujan dan suhu sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman apel. Sedangkan
penyinaran matahari merupakan faktor yang
lebih bersifat peransang pembungaan.
Gambar 4. 2. merupakan peta
kesesuaian iklim untuk tanaman apel.
Terdapat tiga kelas kesesuaian yaitu sangat
sesuai (S1), sesuai (S2), dan sesuai marjinal
(S3). Gradasi warna menunjukan kelas S1,
S2, dan S3.

Gambar 4. 1. Peta Propinsi Jawa Timur


Berdasarkan sistem klasifikasi
Schmidt dan Ferguson sebagian besar
wilayah Jawa Timur mempunyai iklim tipe
D. Kelembaban udara berkisar antara 40 %
hingga 97 %. Curah hujan rata rata antara
1.500 mm/tahun sampai dengan 2.700
mm/tahun dan suhu rata rata di wilayah
Jawa Timur berada pada kisaran 15,2 C
(minimum) dan 34,2 C (maksimum).
Daerah Jawa Timur memiliki tanah
yang subur, Salah satu faktor penting yang
mempengaruhi tingkat kesuburan tanahnya
adalah banyaknya gunung berapi yang masih
aktif serta aliran sungai yang cukup besar.
Tekstur tanah mulai dari sangat halus
sampai sedang sehingga cocok untuk
pertanian dan perkebunan.
4. 2. Kesesuaian Iklim untuk Tanaman
apel di Propinsi Jawa Timur.

Gambar 4. 2. Peta Kesesuaian Iklim untuk


Tanaman Apel di Jawa
Timur
Dari peta kesesuaian iklim yang
dihasilkan, dapat dilihat terdapat banyak
daerah-daerah yang memiliki tingkat
kesesuaian yang rendah, hal ini lebih
disebabkan karena daerah-daerah tersebut
memiliki suhu rata-rata yang lebih tinggi
dari nilai kriteria kecocokan suhu tanaman
apel yang digunakan, keadaan ini juga
merupakan faktor pembatas bagi daerahdaerah yang berada di dataran rendah untuk
mengembangkan budidaya tanaman apel.
Curah hujan dianggap kurang
berpengaruh terhadap hasil yang didapat, hal
ini disebabkan karena kebanyakan daerah di
Jawa Timur
memiliki curah hujan yang
cocok
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman apel.

Wilayah yang memiliki kelas


kesesuaian S1 terluas adalah kabupaten
Malang yaitu 11.820,07 ha (Lampiran 3),
sedangkan daerah yang kelas S1 terkecil
adalah Kodya Kediri yaitu 328,34 ha.
Kabupaten Malang memiliki kelas S1 paling
luas sehingga dapat disimpulkan bahwa
daerah Malang memiliki tingkat kesesuaian
iklim yang sangat sesuai untuk tanaman
apel, hal ini lebih menegaskan alasan
mengapa sentra produksi apel di Indonesia
ada di daerah tersebut.
Luas kelas iklim kelas S2 atau
sesuai ada sekitar 843.164,87 ha atau 17,7 %
dari total luas wilayah kajian. Kabupaten
Malang merupakan daerah kelas S2 terluas
yaitu sekitar 186.494,41 ha dan yang terkecil
adalah Madiun yaitu sebesar 22.655,13 ha
(Lampiran 3). Sedangkan luasan kelas iklim
S3 sangat banyak juga yaitu sekitar
3.822.150,42 atau 80.4% dari total luasan
wilayah kajian Daerah yang tidak cocok
sama sekali atau kelas N hanya sedikit yaitu
sekitar 38743.56 atau 0.8 % dari luas total
seluruh wilayah kajian, dan kabupaten
Sumenep merupakan daerah dengan kelas N
terbesar yaitu 17401.77 ha (Lampiran 3).
Kesesuaian iklim sangat berkorelasi
dengan ketinggian sehingga daerah yang
termasuk kedalam S3 atau N dapat
dipastikan berada di daerah yang memiliki
topografi yang relatif rendah, sebagai contoh
daerah Sumenep yang memilki tingkat
kesesuaian iklim N terbesar, berada di
daerah Pantai utara jawa. Untuk itu peta
topografi dimasukkan juga pada parameter
kesesuaian yang digunakan.
Terlepas dari hal diatas maksud
utama penggunaan topografi sebagai
parameter kesesuaian, adalah
untuk
menyeimbangkan selang dan data suhu yang
digunakan.
Tabel 4. 1.Luas Potensi Pengembangan
Tanaman Apel Berdasarkan
Kesesuaian
Iklim di Jawa
Timur.
Kelas
Luas Lahan
% Luas
Kesesuaian
(Ha)
Lahan
N

38743.56

0.8

S1

47608.61

1.0

S2

843164.87

17.7

S3

3822150.42

80.4

Total

4751667.46

100

4. 3. Kesesuaian Tanah untuk Tanaman


apel di Propinsi Jawa Timur.
Parameter yang diuji dalam
menentukan kelas kesesuaian tanah adalah
jenis tanah dan tekstur. Tanaman apel
sendiri dapat tumbuh dengan baik pada
tanah yang bersolum dalam, mempunyai
lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya
remah dan gembur, mempunyai aerasi,
penyerapan air, dan porositas baik, sehingga
pertukaran oksigen, pergerakan hara dan
kemampuan menyimpanan airnya optimal.
Adapun tanah yang sangat cocok untuk
tanaman apel adalah Latosol, Andosol dan
Regosol.
Berikut adalah hasil pemetaan
kesesuian tanah untuk tanaman apel

Gambar 4. 3. Peta Kesesuaian Tanah untuk


Tanaman apel di Jawa
Timur.
Secara umum daerah di Jawa Timur
memiliki tingkat kesesuaian tanah yang baik
dimana luas keseluruhan yang tanahnya
memiliki kelas S1 di Jawa Timur yaitu
sekitar 1.1839.52,19 ha atau sekitar 24.98 %
dari total luas keseluruhan. Kabupaten
Jember (Lampiran 4) merupakan daerah
yang memiliki kondisi sangat sesuai (S1)
terluas yaitu 201.169,18 ha sedangklan
kabupaten Malang hanya sekitar 158915.24
ha dan kabupaten Bangkalan adalah daerah
yang memiliki kelas S1 terkecil sekitar
1.010,05 ha (Lampiran 4).
Luas kelas tanah S2 sekitar
3.036.728,79 ha atau 64,08 % dari total luas
wilayah kajian. Kabupaten Banyuwangi
merupakan daerah kelas S2 terluas yaitu
sekitar 192.415,38 ha. Sedangkan luasan
kelas tanah S3 hanya sedikit yaitu 10,94 %
dari total luasan wilayah kajian (Lampiran
4).

10

Tabel 4. 2. Luas Potensi Pengembangan


Tanaman Apel Berdasarkan
Kesesuaian Tanah di Jawa
Timur.
Kelas
Luas Lahan
% Luas
Kesesuaian
(Ha)
Lahan
S1

1183952.19

24.98

S2

3036728.79

64.08

S3

518326.29

10.94

Total

4739007.27

100

Dari hasil dapat ditarik kesimpulan


bahwa untuk parameter tanah, memberikan
daerah kesesuaian berkelas S2 yang besar,
hal tersebut mengindikasikan bahwa daerah
ini, dengan sedikit penyesuaian akan cocok
sebagai daerah pembudidayaan apel.
4. 4. Kesesuaian Agroklimat untuk
Tanaman apel di Propinsi Jawa Timur.
Faktor kesesuaian suatu tanaman
terhadap kondisi lingkungannya tidak dapat
dipisahkan dari unsur iklim dan tanah
(Agroklimat). Interaksi kedua unsur tersebut
merupakan penentu, karena apabila suatu
daerah yang memiliki kondisi iklim sesuai
tetapi tidak dibarengi dengan kondisi tanah
yang sesuai maka kondisi tersebut tidak bisa
dikatakan sesuai untuk suatu tanaman
(Ansari,2002).
Hasil analisis spasial yang berupa
peta kesesuaian agroklimat untuk tanaman
apel di propinsi Jawa Timur ditunjukan oleh
gambar 4. 4.

adalah kabupaten Situbondo yaitu 2298.35


ha (Lampiran 5). Kabupaten Bondowoso
dan Malang memiliki kelas S1 paling luas
dikarenakan daerah tersebut memiliki faktor
iklim dan tanah yang saling mendukung.
Terlepas dari daerah Bondowoso, hasil ini
kembali menegaskan bahwa, daerah malang
merupakan daerah sentra produksi apel
terbesar di Jawa Timur.
Luas kelas iklim S2 sekitar 29,1 %
dari total luas wilayah Jawa Timur.
Kabupaten Malang merupakan daerah kelas
S2 terluas yaitu sekitar 324.066,87 ha
(Lampiran 5). Sedangkan luasan kelas iklim
S3 cukup besar yaitu 60,8 % dari total
luasan wilayah Jawa Timur dan wilayah
yang tidak sesuai sama sekali yaitu sebesar
417.314,08 ha atau 8,6 % dari total luas
wilayah kajian.
Wilayah yang berpotensi yaitu
S1+S2 untuk pengembangan tanaman apel
berdasarkan
kesesuaian
agroklimatnya
cukup luas yaitu sekitar 1.478.821,88 ha.
Wilayah-wilayah tersebut membuktikan
bahwa masih terdapat banyak potensi untuk
daerah pengembangan tanaman apel di
daerah Jawa Timur.
Wilayah yang memiliki kelas
kesesuaian S3 akan kurang berpotensi dalam
pengembangan tanaman apel, karena
wilayah ini akan memberikan banyak faktor
pembatas yang dapat menghambat produsi
tanaman, dan pada akhirnya akan
menghambat perkembangan ekstensifikasi
tanaman apel. Sedangkan pada kelas N
daerah tersebut dapat dikatakan tidak cocok
untuk pengembangan budidaya tanaman
apel.
Tabel 4. 3. Luas Potensi Pengembangan
Tanaman Apel Berdasarkan
Kesesuaian Agroklimat di
Jawa Timur.
Kelas
Luas Lahan
% Luas
Kesesuaian
(Ha)
Lahan

Gambar 4. 4. Peta Kesesuaian Agroklimat


untuk Tanaman apel di Jawa
Timur.
Wilayah yang memiliki kelas
kesesuaian S1 terluas adalah kabupaten
Bondowoso yaitu 23311.80 ha dan
kabupaten Malang yaitu 22655.13 ha,
sedangkan daerah yang kelas S1 terkecil

417314.08

8.6

S1

72890.42

1.5

S2

1405931.46

29.1

S3

2940570.33

60.8

Total

4836706.29

100

4.
5.
Rekomendasi
Wilayah
Pengembangan Tanaman apel di Propinsi
Jawa Timur.
Pemetaan
wilayah
kesesuaian
agroklimat untuk tanaman apel di propinsi

11

Jawa Timur ini hanya berdasarkan sifat fisik


yaitu iklim dan tanah, oleh karena itu perlu
juga dipertimbangkan faktor-faktor dari segi
sosial-ekonomi seperti penggunaan lahan
sebelumnya (Lampiran 6).
Lahan-lahan
pertanian,
hutan
dataran rendah dan juga perkebunan,
merupakan
lahan-lahan
yang
dapat
dikonversi untuk dimanfaatkan sebagai
wilayah ekstensifikasi yang potensial Lahan
kering, hutan lindung, tambak, dan waduk
merupakan wilayah yang mutlak tidak bisa
dilakukan usaha ekstensifikasi.
Luas lahan potensial di Jawa timur
yang bisa dimanfaatkan sebagai usaha
eksktensifikasi tanaman apel berdasarkan
kesesuaian agroklimat yaitu sebesar
1.478.821,88 ha atau sebesar 30,6 % dari
luas propinsi. Lahan yang kurang berpotensi
ada sekitar 60,8 % dari luas propinsi dan
yang tidak berpotensi sekitar 8,6 %.
Selain kabupaten Malang untuk
menambah areal pengembangan tanaman
apel dapat diperluas ke kabupaten-kabupaten
lainnya di Jawa Timur seperti yang
tercantum dalam tabel 4. 4.
Tabel 4. 4. Luas Wilayah Potensial bagi
Pengembangan Tanaman Apel
Berdasarkan
Kesesuaian
Agroklimat di Jawa Timur.

Kabupaten
Malang
Bondowoso
Ponorogo
Banyuwangi
Kediri
Situbondo
Magetan

Luas Lahan Potensial


(S1+S2) (Ha)
346722,00
119842,36
119514,02
118529,02
84710,49
63040,37
20356,79

Luas wilayah yang didapat dari


penelitian ini baru merupakan luasan lahan
potensial, luasan wilayah sebenarnya
dilapangan
yang
sesuai
untuk
pengembangan tanaman apel bisa jadi lebih
sedikit karna wilayah tersebut sudah
digunakan untuk sektor lain (Lampiran 6).

12

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan
Dari hasil analisa dan pemetaan
menunjukan luas wilayah yang berpotensi
untuk
pengembangan
tanaman
apel
berdasarkan kesesuaian agroklimat di
Propinsi Jawa Timur adalah 1.478.821,88 ha
atau sebesar 30,6 % dari luas propinsi.
Lahan yang kurang berpotensi ada sekitar
60,8 % dari luas propinsi dan yang tidak
berpotensi sekitar 8,6 %.
Dapat
dilihat
bahwa
selain
kabupaten Malang ternyata di propinsi Jawa
Timur masih terdapat beberapa daerah yang
juga berpotensi untuk pengembangan
tanaman apel diantaranya adalah: kabupaten
Bondowoso,
kabupaten
Ponorogo,
kabupaten Banyuwangi, kabupaten Kediri,
kabupaten Situbondo dan juga kabupaten
Magetan. Semua kabupaten itu wilayahnya
sesuai berdasarkan unsur agroklimatnya.
Perlu diperhatikan bahwa luasan
wilayah yang didapat dari penelitian ini
masih berupa luasan potensial bukan aktual,
itu berarti luasan wilayah sebenarnya
dilapangan
yang
sesuai
untuk
pengembangan tanaman apel bisa jadi lebih
sedikit karna wilayah tersebut sudah
digunakan untuk sektor lain seperti hutan,
pemukiman, industri, sawah dan lain
sebagainya, sehingga lahan tersebut sangat
sulit untuk dikonversi penggunaannya
menjadi lahan atau areal penanaman apel.
Selain itu juga, tidak semua wilayah yang
sesuai dapat diarahkan menjadi area
perkebunan
apel,
karena
harus
memperhitungkan juga biaya produksi serta
pendapatan yang didapat para petani.
5. 2. Saran
Penelitian ini hanya mengkaji dan
didasarkan pada sifat fisik saja, perlu juga
diperhatikan faktor-faktor lainnya seperti
ekonomi, sosial, budaya, dan politik, serta
kebijakan
pemerintah
untuk
lebih
mengembangkan tanaman apel di propinsi
Jawa Timur selain di kabupaten Malang.
Faktor pembobot yang digunakan
dalam metode penelitian ini diasumsikan
sama dan hanya berlaku untuk wilayah
kajian yaitu propinsi Jawa Timur, sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut dengan
metode yang berbeda untuk mendapatkan
luasan lahan aktual yang benar-benar cocok
untuk pengembangan tanaman apel.

13

Pengetahuan alam.
Pertanian
Bogor.
dipublikasikan

VI. DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura dan Aspek


Budidaya. Penerbit Erlangga.
Jakarta.

Ansari.

2002.
Evaluasi
Kebutuhan
Agroklimat Tanaman Kina
(Cinchona sp.) dan Potensi
Pengembangannya
di
Kabupaten Bandung. Skripsi.
Jurusan
Geofisika
dan
Meteorologi.
Fakultas
Matematika
dan
ILmu
Pengetahuan alam. Institut
Pertanian
Bogor.
Tidak
dipublikasikan

Haryadi. 1989. Dasar-dasar Hortikultura.


Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.

Komarudin, A. 2005. Analisis Permintaan


Impor Buah Apel di Indonesia.
Program Sarjana Ekstensi
Manajemen
Agribisnis.
Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian
Bogor.
Tidak
dipublikasikan.

Komaruddin,
Bey, A. 1991. Kapita Selekta dalam
Agrometeorologi.
Fakultas
Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor.

Biro Pusat statistik (BPS). 2004. Propinsi


Jawa Tumur dalam angka

Direktur Jendral Tanaman Pangan dan


Hortikultura Jawa Timur.
1995.
Laporan
Tahunan
Departemen
Pertanian.
Departemen Pertanian. Jakarta.

Djaenudin D, Marwan H, Subagyo H,


Mulyani A, dan Suharta N.
2000. Kriteria Kesesuaian
Lahan
untuk
Komoditas
Pertanian. Pusat Penelitian
Tanah dan Pengembangan
agroklimat. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Bogor.

Enita, E. 2001. Pewilayahan Tanaman


Manggis
(Garcinia
mangostana) di Jawa Barat
dengan
Sistem
Informasi
Geografis
(SIG).
Skripsi.
Jurusan
Geofisika
dan
Meteorologi.
Fakultas
Matematika
dan
ILmu

Institut
Tidak

MR. 1998. Pewilayahan


Tanaman Mangga dan Jambu
Mete di Sulawesi Tenggara.
Skripsi. Jurusan Geofisika dan
Meteorologi.
Fakultas
Matematika
dan
ILmu
Pengetahuan alam. Institut
Pertanian
Bogor.
Tidak
dipublikasikan.

Kusumo, S. 1986. Apel (Malus sylvestris


Mill). Penerbit Yasaguna.
Jakarta.
Nuarsa, IW. 2005. Menganalisis Data
spasial Dengan arcView GIS
3.3 Untuk Pemula. Penerbie
PT. Alex Media Komputindo.
Jakarta.

Nugroho, AP. 2001. analisis Pendapatan


Usahatani Apel Malang (Study
kasus : desa Bumiaji dan
Bulukerto,
Kecamatan
Bumiaji, Kotf batu, Kabupaten
Malang, jawa Timur. Program
studi Agribisnis. Jurusan IlmuIlmu sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian
Bogor.
Tidak
dipublikasikan.

Pusat Promosi dan Informasi Tanaman


Pangan dan Hortikultura. 1996.

14

Terhadap Sifat-sifat Buah Apel


Malang (Malus sylvestris cv.
Rome Beauty). Fakultas Pasca
Sarjana. Institut Pertanian
Bogor. Tidak dipublikasikan.

Vademekum
Pemasaran.
Departemen Pertanian. Jakarta.

Risdianto,

I. 2002. Bekerja dengan


ModelBuilder. Disampaikan
pada Pelatihan dosen PT SeIndonesia
timur
Bidang
Pemodelan dan Simulasi untuk
Pertanian.
Departemen
Geofisika dan Meteorologi.
Fakultas
Matematika
dan
Pengetahuan alam, Institut
Pertanian bogor.

Soepraptoharjo, M. 1961. Jenis-jenis Tanah


di
Indonesia.
Lembaga
Penelitian Tanah. Bogor

Sitorus, SRP. 1985. Evaluasi Sumberdaya


Lahan. Jurusan Tanah. Institut
Pertanian Bogor.

Untung. 1994. Jenis dan Budidaya Apel.


Penerbit swadaya. Jakarta.

Widiyawati, F. 2005. Potensi Perkembangan


Tanaman Jeruk (Citrus sp.)
Berdasarkan Kesesuaian Iklim
dan Tanah di Kabupaten
Magetan, Jawa Timur. Skripsi.
Jurusan
Geofisika
dan
Meteorologi.
Fakultas
Matematika
dan
ILmu
Pengetahuan alam. Institut
Pertanian
Bogor.
Tidak
dipublikasikan.
www.warintek.ristek.go.id/28-08-2006
www.jawa

timur
2006

goverment.go.id/28-08-

Soelarso. 1997. Budidaya Apel. Kanisius.


Yogyakarta.

Suhardjo. 1985. Pengaruh Umur Petik dan


Penyimpanan Suhu Ruang

15

LAMPIRAN

16

Lampiran 1. Tabel Persyaratan penggunaan lahan untuk Tanaman Apel ( Malus sylvestris Mill )
modifikasi dari Djaenudin, et al, 2000.

Karakteristik Lahan

Kelas kesesuaian lahan


S2
S3
22 - 24
24 - 27
13 - 16

Suhu rata-rata (oC)

S1
16 - 22

Curah Hujan (mm)

1800 - 2200

2200 - 2500
1600 - 1800

2500 - 3000

Jenis Tanah

Litosol,
Renzina

Mediteran,
Grumusol

Tekstur

Latosol,
andosol, dan
Regosol
ah, s

ak

Elevasi (mdpl)

1000 - 1200

700 - 1000

1500 2000
500 - 700

> 2000
< 500

<8

8 - 16

16 - 30

> 30

Lereng (%)

N
> 27
< 13
> 3000
< 1600
Aluvial,
Glei

Keterangan:
Tekstur h= halus; ah= agak halus; s= sedang; ak= agak kasar

17

Lampiran 2. Data Iklim yang didapat dari Beberapa Stasiun di Propinsi Jawa timur.

Nama Stasiun

Periode

ELEVASI
(mdpl)

PANDANSILI
BANDAR
TEGALOMBO
PUNUNG
TULAKAN
LEMBEAN
SUNGKURLOR
TUGU
NGILO-ILO
PUDAKWETAN
PULUNG
KAMPAK
PULE
SUMBER PANDAN
SENDANG
TULUNG AGUNG
GANDEGAN
SRENGAT
KARANGREJO
KEPANJEN LOR
SENGON (PERK)
TALUN
LEMAN /BIROWO
GAMBIRAN
BESUKI
BENDUNGAN
MINGGIRAN
TUMPANG
DERMO
DAMARWULAN
BRANTAS(NGANTAN
KEDUNG (PUJON)
BATU (PUNTEN/PE
TLEKUNG (BATU)
JENANGAN
KARANG PLOSO
SELOREJO
SUMBERPUCUNG
KALI PARE I
KEPANYEN
SINGOSARI
BLIMBING

1973 - 1981
1974 - 1981
1975 - 1981
1978 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1981
1974 - 1981
1975 - 1981
1973 - 1988

45
950
194
372
358
125
110
135
200
1250
423
120
655
970
570
90
100
128
314
165
565
250
175
1961
630
690
50
120
245
600
626
1120
960
1000
110
625
1000
300
295
335
480
475

Lintang
(O. )

Bujur
(O. )

-7.55
-7.98
-8.07
-8.13
-8.17
-7.83
-7.90
-8.02
-8.02
-7.87
-7.85
-8.18
-8.13
-7.92
-7.95
-8.07
-8.08
-8.10
-8.02
-8.10
-8.00
-8.08
-8.23
-7.85
-7.87
-7.93
-7.73
-7.97
-7.88
-7.88
-7.85
-7.85
-7.87
-7.92
-7.82
-7.92
-7.98
-8.12
-8.23
-8.13
-7.88
-7.98

112.38
111.27
111.30
111.02
111.28
111.40
111.33
111.63
111.40
111.72
111.62
111.67
111.57
111.78
111.83
111.90
112.00
112.07
112.23
112.17
112.35
112.28
112.33
112.02
111.85
111.97
112.07
112.07
112.17
112.28
112.37
112.47
112.53
112.53
111.55
112.60
112.55
112.47
112.47
112.57
112.68
112.65

CH
TAHUNAN
(mm)
1588
2273
2174
2273
2644
2383
1697
1904
1943
2172
2002
2396
2307
3711
3336
1572
2105
1750
2502
1904
3441
2180
1932
2097
3101
2814
1614
1326
1772
2100
2491
2021
1759
1947
1708
1508
2534
2307
1750
1981
2070
1766

T
RATAAN
( oC )
26.7
21.2
25.8
24.7
24.8
26.2
26.3
26.2
25.8
19.4
24.4
26.3
23
21.1
23.5
26.5
26.4
26.2
25.1
26
23.6
25.5
25.9
15
23.2
22.8
26.7
26.3
25.5
23.3
23.2
20.2
21.9
20.9
26.3
23.2
20.9
25.2
25.2
25
24.1
24.1

18

Lampiran 2 (Lanjutan). Data Iklim yang didapat dari Beberapa Stasiun di Propinsi Jawa timur

Nama Stasiun
WAGIR
SEMPAL WADAH
TAJINAN
SUMBERASIN
SUMBER JERU (BU
SUMBER MANGGIS
PUSUNGMALANG
GUCI ALIT
DUREN (BENDO)
CURAHKOBAAN
SUMBERPANDAN
SUMBER PACE
KEDUNG WERINGIN
CANDIPURO
PONDOKLAWUH
AJUNG
MRAWAN
SILOSANEN (PERK
GUNUNG SABRANG
KALINGANTENG(PE
TEMPUREJO
GUNUNGMAYANG
KALITENGAH
WIDODAREN
TUGUSARI (C.O)
KEPUTREN
JOMPO
PERK.JATIRONO
PANCUREJO
SUMBERAYU
KARANGDORO
JAMBEWANGI
GENTENG
UNGUP-UNGUP
PASEWARAN
SELOGERI (PERK)
KALIPURA
LICIN
DADAPAN
GOMBOR
GLENDENGAN
WONOSARI II

Periode

ELEVASI
(mdpl)

1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988

460
400
475
650
380
540
1900
595
510
800
260
400
200
278
20
290
400
350
141
100
58
150
500
450
225
700
210
480
600
652
95
272
171
1850
500
315
120
437
40
123
130
250

Lintang
(O. )
-8.05
-8.07
-8.05
-8.25
-8.35
-8.30
-8.17
-8.07
-8.13
-8.15
-8.02
-8.03
-8.17
-8.20
-8.25
-8.13
-8.28
-8.35
-8.40
-8.40
-8.30
-8.30
-8.12
-8.12
-8.20
-8.07
-8.13
-8.27
-8.35
-8.43
-8.45
-8.30
-8.38
-8.08
-8.00
-8.10
-8.18
-8.22
-8.25
-8.35
-7.85
-7.92

Bujur
(O. )
112.60
112.67
113.68
112.67
112.75
112.83
112.73
113.13
113.05
112.95
113.20
113.25
113.42
113.07
113.38
113.82
113.90
113.88
113.57
113.73
113.70
113.75
113.50
113.57
113.53
113.63
113.68
114.03
113.97
113.95
114.12
114.15
114.15
114.22
114.27
114.35
114.37
114.27
114.32
114.23
113.98
113.90

CH
TAHUNAN
(mm)
2209
2046
2088
2352
2802
2818
1890
2952
3080
3350
2794
2349
2097
2511
1707
3148
3069
2183
1552
1753
3198
2048
4052
3495
3414
3747
3517
2622
2164
3477
2010
2500
2148
1543
2273
2303
1251
2159
1361
1852
1571
1738

T
RATAAN
( oC )
24.2
24.6
24.1
22.4
24.7
23.4
15.4
23.4
23.9
22.1
25.4
24.6
25.8
25.3
26.9
25.2
24.6
24.9
26.1
26.4
26.6
26.1
23.9
24.3
25.6
22.7
25.7
24.1
23.3
23
26.4
25.3
26
15.7
23.9
25.1
26.3
24.3
26.9
26.2
26.2
25.5

19

Lampiran 2 (Lanjutan). Data Iklim yang didapat dari Beberapa Stasiun di Propinsi Jawa timur

Nama Stasiun

Periode

ELEVASI
(mdpl)

ANCAR
SUMBERGADING
TLAGASARI
NANGGAR
SETIMBO
TENGGIR
TAMANARUM
KALISAT
BAJULMATI
SUMBERPANDAN
SUMBER
SUKAPURO
JURANGJERO
KLAMPOKAN
ARAHMAKAN
KERTOSUKO
KAYEN (MATIKAN)
KALI DANDAN
RANDUPITU
KASRI
WONOREJO
PUTUR
KENCONG
SIMAN
GADING
SAPIH
GEMPOL
PRAMBON
BATAKAN/KETWANG
TULUNGAN
MOJOSARI
BARAT
KARANGANYAR
PUDAKSARI
PACET
TRAWAS
TRETES
NGRAMBE
CUKIR (PU)
KENDAL
SARANGAN
MAGETAN

1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988

350
700
530
130
71
20
1200
1170
35
300
970
850
150
80
185
175
25
300
135
198
70
990
185
350
10
1220
10
10
7
9
30
69
51
30
670
720
100
400
23
300
1290
361

Lintang
(O. )

Bujur
(O. )

-7.97
-7.98
-8.02
-7.82
-7.77
-7.67
-7.97
-8.03
-7.93
-8.07
-7.93
-7.88
-7.87
-7.82
-7.87
-7.95
-7.75
-7.80
-7.63
-7.68
-7.72
-7.88
-7.77
-7.82
-7.73
-7.82
-7.55
-7.48
-7.42
-7.48
-7.53
-7.53
-7.63
-7.50
-7.67
-7.67
-7.45
-7.52
-7.62
-7.57
-7.67
-7.65

113.77
113.98
113.93
113.73
113.70
114.02
114.12
114.13
114.38
113.43
113.12
113.05
113.40
113.48
113.47
113.45
113.52
113.55
112.72
112.67
112.83
112.80
112.73
112.80
112.95
113.00
112.70
112.57
112.72
112.65
112.57
111.47
111.48
112.48
112.53
112.60
111.17
111.18
112.23
111.28
111.22
111.33

CH
TAHUNAN
(mm)
1714
3007
2314
2059
2027
972
2341
2360
1238
4457
2920
2989
2160
1668
2554
2882
1202
1854
2093
2004
1499
2711
1852
2009
1168
2935
1693
1624
1918
1475
1746
1914
2221
1793
2832
3194
2371
2608
1727
2841
2366
2542

T
RATAAN
( oC )
24.9
22.7
23.8
26.2
26.6
26.9
19.7
19.9
26.8
25.2
21.1
21.8
26.1
26.5
25.9
25.9
26.8
25.2
26.2
25.8
26.6
21
25.9
24.9
26.9
19.6
26.9
26.9
27
26.9
26.8
26.6
26.7
26.8
22.9
22.6
26.4
24.6
26.9
25.2
19.1
24.8

20

Lampiran 2 (Lanjutan). Data Iklim yang didapat dari Beberapa Stasiun di Propinsi Jawa timur

Nama Stasiun

Periode

ELEVASI
(mdpl)

SENTULAN
PANGATARA
KUNJANG
BADAS
KANDANGAN
KASIHAN
TEMPURAN
KEDUNG SENGON
NGANJUK
TUNGLUR
BERBEK
GAMPING REJO
PERAK
SUMBER PADAS
SAGO
BELEREJO
CATUR
SARENG(MLATEN)
SARADAN
CERMO
TAJI
PARANG(PONCOL)
KARANGJATI
NGAWI
SONOREJO
SUMBERSARI
NGUMPAKDALAM
SIDOREJO
BABAT
JATIROGO
BANGILAN
TUBAN
SUMURAGUNG
BANJARAN
NGIMBANG
KEMBANGBAHU
KASIHAN
BALONG
PANGGANG
SUMOBITO

1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988

26
705
65
93
165
50
155
80
60
133
300
60
45
80
56
56
571
135
60
447
159
330
75
50
30
85
25
48
5
70
50
0
14
17
90
50
65

-7.53
-7.73
-7.65
-7.70
-7.75
-7.55
-7.53
-7.48
-7.58
-7.62
-7.67
-7.77
-7.57
-7.48
-7.57
-7.57
-7.78
-7.75
-7.55
-7.63
-7.58
-7.75
-7.45
-7.40
-7.18
-7.47
-7.20
-7.30
-7.10
-6.92
-6.97
-6.90
-7.18
-7.13
-7.28
-7.18
-7.27

112.28
112.38
112.15
112.20
112.28
112.38
111.85
111.97
111.88
111.80
111.87
112.02
112.15
112.08
111.58
111.58
111.68
111.57
111.73
111.58
111.37
111.33
111.60
111.45
111.63
111.68
111.87
112.05
112.17
111.63
111.72
112.07
112.00
112.10
112.22
112.35
112.37

CH
TAHUNAN
(mm)
1286
2440
1688
1914
1733
1523
1730
1723
1604
1914
1707
1609
1710
1731
1699
1720
2572
1807
2095
1965
2101
2544
1992
1948
1723
1787
2055
2107
1830
1278
1755
1337
1725
1759
2004
1623
1788

1973 - 1988
1973 - 1988

15
28

-7.27
-7.48

112.45
112.35

1766
1417

Lintang
(O. )

Bujur
(O. )

T
RATAAN
( oC )
26.8
22.7
26.6
26.4
26
26.7
26.1
26.5
26.6
26.2
25.2
26.6
27.6
26.5
26.7
26.7
23.5
26.2
26.6
24.3
26
25
26.5
26.7
26.8
26.5
26.8
26.7
27
26.6
26.7
27
26.9
26.9
26.5
26.7
26.6
26.9
26.8

21

Lampiran 2 (Lanjutan). Data Iklim yang didapat dari Beberapa Stasiun di Propinsi Jawa timur

Nama Stasiun

Periode

ELEVASI
(mdpl)

SEDAYU
GERSIK
MOJOKERTO
TANAHMERAH
BANYUATES
TANJUNGPERAK
TARJUN
KARANGPENANG
LARANGAN
WARU
PAMEKASAN
GULUK GULUK
PARSANGA
BATU PUTIH
DUNGKEK
ARJASA/KANGEAN
SUPADI/GAYAM
Sumber: BPPT dan BMG

1973 - 1988
1990 - 2005
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1990 - 2005
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988
1973 - 1988

25
5
25
47
15
3
24
111
36
159
15
117
13
150
15
6
5

Lintang
(O. )

Bujur
(O. )

-7.00
-7.15
-7.47
-7.10
-6.90
-7.22
-7.15
-7.02
-7.10
-6.97
-7.17
-7.07
-7.03
-6.92
-6.98
-6.88
-7.17

112.57
112.65
112.43
112.93
113.15
112.73
113.20
113.38
113.55
113.55
113.48
113.67
113.88
113.92
114.08
115.27
114.33

CH
TAHUNAN
(mm)
2124
1352
1700
2158
1551
1556
1969
1752
1958
1845
1690
2270
2466
2778
1744
2760
1044

T
RATAAN
( oC )
26.8
27
26.8
26.7
26.9
27
26.9
26.3
26.8
26
26.9
26.3
26.9
26.1
26.9
27
27

22

Lampiran 3. Luasan Lahan Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) berdasarkan
Kesesuaian Iklim di Propinsi Jawa Timur.
KABUPATEN
Kdy. Madiun
Kdy. Kediri
Kediri
Pacitan
Ponorogo
Trenggalek
Tulungagung
Blitar
Kodya Blitar
Kodya Malang
Malang
Lumajang
Jember
Banyuwangi
Bondowoso
Situbondo
Probolinggo
Sumenep
Pamekasan
Sampang
Bangkalan
Lamongan
Tuban
Bojonegoro
Madiun
Nganjuk
Jombang
Mojokerto
Sidoarjo
Pasuruan
Kodya Pasuruan
Kodya Probolinggo
Kdy. Surabaya
Gresik
Magetan
Ngawi
TOTAL

N (Ha)
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
656.67
0.00
1641.68
328.34
17401.77
0.00
328.34
328.34
2626.68
15103.42
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
328.34
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
38743.56

S1 (Ha)
0.00
0.00
328.34
328.34
5910.03
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
11820.07
0.00
0.00
6566.70
11491.73
3940.02
328.34
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
985.01
1641.68
656.67
328.34
0.00
985.01
0.00
0.00
0.00
0.00
2298.35
0.00
47608.61

S2 (Ha)
0.00
4596.69
34146.86
29550.17
39728.56
26595.15
8536.72
13133.41
0.00
3940.02
186494.41
36445.21
65667.05
85367.16
73875.43
27908.49
55160.32
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
22655.13
18715.11
17073.43
19700.11
0.00
56145.32
0.00
2298.35
0.00
0.00
9850.06
5581.70
843164.87

S3 (Ha)
3611.69
1313.34
120499.03
110320.64
98828.90
99813.91
106052.28
162854.27
3283.35
2298.35
182554.39
144795.84
273503.25
265294.87
74203.76
128707.41
115574.00
123454.05
81427.14
122469.04
132647.43
175331.01
184852.74
235416.36
87337.17
109007.30
92262.20
83068.81
67965.39
93247.21
4268.36
2626.68
33490.19
104410.60
59757.01
135602.45
3822150.42

23

Lampiran 4. Luasan Lahan Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) berdasarkan
Kesesuaian Tanah di Propinsi Jawa Timur.
KABUPATEN
Kdy. Madiun
Kdy. Kediri
Kediri
Pacitan
Ponorogo
Trenggalek
Tulungagung
Blitar
Kodya Blitar
Kodya Malang
Malang
Lumajang
Jember
Banyuwangi
Bondowoso
Situbondo
Probolinggo
Sumenep
Pamekasan
Sampang
Bangkalan
Lamongan
Tuban
Bojonegoro
Madiun
Nganjuk
Jombang
Mojokerto
Sidoarjo
Pasuruan
Kodya Pasuruan
Kodya Probolinggo
Kdy. Surabaya
Gresik
Magetan
Ngawi
TOTAL

S1 (Ha)
0.00
0.00
21884.51
41075.55
47135.88
43937.37
21211.14
16329.21
0.00
1515.08
158915.24
70872.16
201169.18
165985.62
76427.46
46462.51
77437.51
0.00
0.00
0.00
1010.05
0.00
0.00
0.00
27271.47
23736.28
21042.80
29291.58
0.00
62455.04
0.00
0.00
0.00
0.00
16834.24
11952.31
1183952.19

S2 (Ha)
3366.85
6565.35
134842.27
6397.01
64980.17
23399.60
53701.23
96796.89
3871.88
6060.33
150834.80
110937.65
138377.46
192415.38
75754.09
94945.12
95955.18
118513.06
80130.99
113631.13
123563.33
168174.07
177096.22
180294.72
84676.23
100332.08
87369.71
72218.90
68010.33
88043.08
4376.90
4881.93
33163.46
104877.32
52691.18
115482.90
3036728.79

S3 (Ha)
0.00
0.00
0.00
94440.09
31648.37
58583.16
40570.52
62118.35
0.00
0.00
69020.39
0.00
0.00
0.00
7238.72
19864.40
0.00
2525.14
1346.74
10437.23
6902.04
9932.20
22052.86
55384.65
0.00
5891.98
2356.79
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2861.82
15150.82
518326.29

24

Lampiran 5 Luasan Lahan Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) berdasarkan
Kesesuaian Iklim dan Tanah (Agroklimat) di Propinsi Jawa Timur.
KABUPATEN
Kdy. Madiun
Kdy. Kediri
Kediri
Pacitan
Ponorogo
Trenggalek
Tulungagung
Blitar
Kodya Blitar
Kodya Malang
Malang
Lumajang
Jember
Banyuwangi
Bondowoso
Situbondo
Probolinggo
Sumenep
Pamekasan
Sampang
Bangkalan
Lamongan
Tuban
Bojonegoro
Madiun
Nganjuk
Jombang
Mojokerto
Sidoarjo
Pasuruan
Kodya Pasuruan
Kodya Probolinggo
Kdy. Surabaya
Gresik
Magetan
Ngawi
TOTAL

N (Ha)
0.00
0.00
656.67
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
328.34
22326.80
9850.06
985.01
17073.43
16088.43
98828.90
0.00
1970.01
2298.35
3940.02
115574.00
1313.34
0.00
1313.34
48593.61
6238.37
15431.76
12148.40
0.00
0.00
9850.06
32505.19
0.00
0.00
417314.08

S1 (Ha)
0.00
3283.35
5253.36
0.00
3283.35
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
22655.13
0.00
0.00
8536.72
23311.80
2298.35
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
4268.36
0.00
72890.42

S2 (Ha)
2298.35
2626.68
79457.13
27251.82
116230.67
44981.93
47936.94
63697.03
3283.35
6238.37
324066.87
49906.96
59100.34
109992.30
96530.56
60742.02
63697.03
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
50891.96
24296.81
19700.11
28893.50
0.00
81755.47
0.00
3283.35
0.00
0.00
16088.43
22983.47
1405931.46

S3 (Ha)
1313.34
0.00
69607.07
112947.32
24953.48
81427.14
66652.05
112290.65
0.00
0.00
34475.20
131005.76
257743.16
229506.33
38743.56
82740.48
91933.86
105395.61
81427.14
120499.03
130677.42
174017.67
84382.15
234103.02
60085.35
103753.93
41698.57
67965.39
52861.97
56473.66
4268.36
1641.68
24296.81
91605.53
51548.63
118529.02
2940570.33

25

Lampiran 6. Tabel Luas Penggunaan Lahan di Jawa Timur Tahun 2001 S/D 2003
Keterangan

Tahun 2001

Tahun 2002

Tahun 2003

Satuan

a.Wilayah Hutan

1,226,164.12

1,226,164.12

1,226,164.12

Ha

1.Hutan Lindung

315,505.30

315,505.30

315,505.30

Ha

2.Hutan Suaka Alam dan Wisata

233,053.20

233,889.20

233,053.20

Ha

3.Hutan Produksi Tetap

812,889.50

812,889.50

812,889.50

Ha

4.Hutan Produksi Terbatas

Ha

5.Hutan yang dapat Dikonversi

Ha

6.Hutan Bakau

7,091.88

6,933.14

34,125.43

Ha

7.Hutan Rakyat

24,566.00

616,915.00

616,915.00

Ha

1,228,433.29

1,228,066.09

1,228,066.09

Ha

9,583.90

9,583.90

9,583.90

Ha

1,144,861.63
158,194.22

1,144,861.63
158,194.22

1,144,861.63
158,194.22

Ha
Ha

571,502.47

571,901.33

571,901.33

Ha

b.Lahan Persawahan
c.Lahan Non Sawah
1.Rawa-rawa/danau/waduk
2. Ladang/ tegalan/ Pertanian
3.Perkebunan
4.Permukiman/terbangun
5.Usaha lain

Ha

6.Lahan Industri

Ha

7.Kebun Campur

60,564.77

60,560.16

60,560.16

Ha

13.padang rumput/tanah kosong

23,885.61

23,883.34

23,883.34

Ha

14.Tanah
rusak/tambang
diusahakan)
15.Lain-lain

129,346.06

129,346.06

129,346.06

Ha

86,718.02

86,693.24

86,693.24

Ha

tandus/tanah
(tidak

Sumber: Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur Tahun 2004.

26

Lampiran 7. Beberapa Jenis Apel yang ditanam di Propinsi Jawa Timur


No
1

Jenis apel
Rome Beauty

Ciri-ciri
Merupakan kultivar yang paling banyak ditanam oleh para
petani. Bentuk buah round dan round conical. Kulitnya tebal
berwarna merah pudar jika terkena sinar matahari dan tetap
hijau jika terlindungi. Daging buah berwarna kekuningan,
keras bertekstur kasar, tidak beraroma tapi rasanya
menyegarkan.

Manalagi

Kultivar ini sudah dianggap sebagai apel Indonesia (Apel


Malang) karena dinegara subtropis tidak ada satupun kultivar
apel yang mempunyai ciri-ciri seperti apel manalagi. Bentuk
buah round. Kulit buah berpori putih, jika buah dibungkus
akan berwarna hijau kekuningan namun bila dibiarkan akan
berwarna hijau dan rasa buah manis. Daging buahnya
berwarna putih,agak liat dan kering.

Princess Noble

Dikenal sebagai apel Australia karena didatangkan dari Negara


tersebut. Jika dilihat dari areal tanam di kabupaten malang
kultivar ini menduduki peringkat ketiga setelah Rome Beauty
dan Manalagi. Bentuk buah oblong dengan lekukan relatif
dalam diujung buahnya. Warna hijau kekuningan dan berbintik
putih, berpoti halus dan renggang. Jenis apel ini keras namun
dari segi tekstur daging buahnya tergolong halus dan banyak
mengandung air, aroma tajam dengan rasa menyegarkan.

Grany smith

Apel ini diperkirakan merupakan turunan dari apel liar Prancis.


Di negara subtropis apel jenis ini hanya dipakai sebagai buah
olahan karena rasanya yang tawar. Namun Grany smith yang
tumbuh di Indonesia dapat langsung dikonsumsi karena
rasanya yang lebih manis daripada jenis Princess Noble.

Wangli

Apel pendatang dari Jepang ini bentuknya mirip Princess


Noble tetapi warna buahnya seperti Grany smith, di Malang
terkanal sebagai apel ijo. Di Malang apel Wangli termasuk
ekslusif karena populasinya hanya sedikit. Rasa manis dan
bertekstur renyah.

Golden Delecious

Golden Delecious merupakan salah satu kultuvar apel yang


paling banyak ditanam di sentra-sentra utama apel dunia.
Kultivar ini berasal dari amerika. Ukuran Golden Delecious
yang dikoleksi kebun percobaan Malang tergolong sedang.
Bentuknya round conical sampai oblong dengan warna kulit
buah kekuningan, beraroma harum, daging buah berair banyak
dan rasanya manis asam menyegarkan

Sumber : Untung (1994).

27

Lampiran 8. Peta Letak stasiun Pengamat di Propinsi Jawa Timur

28

Lampiran 9. Peta Administrasi Propinsi Jawa Timur

29

Lampiran 10. Peta Ketinggian Propinsi Jawa Timur

30

Lampiran 11. Peta Penutupan Lahan Propinsi Jawa Timur Tahun 2002 (LAPAN).

31

Lampiran 12. Peta Jenis Tanah Propinsi Jawa Timur

32

Lampiran 13. Peta Isohyet Propinsi Jawa Timur

33

Lampiran 14. Peta Kesesuaian Iklim Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) Propinsi Jawa Timur

34

Lampiran 15. Peta Kesesuaian Tanah Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) Propinsi Jawa Timur

Peta Kesesuaian tanah


Tanaman apel (Malus sylvestris
MILL)
Di Jawa Timur

35

Lampiran 16. Peta Kesesuaian Agroklimat Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) Propinsi Jawa Timur

36

Lampiran 17. Tanaman Apel di Areal Perkebunan Apel di Malang

1. Tanaman apel yang mulai berbunga..

2. Tanaman apel yang sedang berkembang.

3. Buah apel dibungkus untuk menghindari buah jatuh dari tangkai dan juga serangan hama.

4. Penyemprotan peptisida dilakukan secara teratur untuk mengatasi hama penyakit.

37

Anda mungkin juga menyukai