BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas. Rasa cemas ini biasanya
terjadi pada saat adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam
menghadapi suatu hal ( Argiya, 2010). Di Indonesia saja, saat ini ada sekitar
70 ribu penderita gagal ginjal kronik yang memerlukan cuci darah. Meski
demikian, angka ini tidak mencerminkan keadaan sebenarnya, masih ada
lebih banyak penderita yang tidak tercatat (Gatot, 2003 dalam Suryarinilsih,
2010).
Tindakan medis yang dilakukan penderita penyakit gagal ginjal
kronis adalah dengan melakukan terapi dialysis tergantung pada keluhan
pasien dengan kondisi kormobid dan parameter, kecuali bila sudah ada donor
hidup yang ditentukan, keharusan transplantasi terhambat oleh langkanya
pendonor. Pilihan terapi dialisi meliputi hemodialisis dan peritoneal dialysis
(Hartono,2013).
Kecemasan didefinisikan sebagai respon yang berkepanjangan terhadap
ancaman yang tak terduga, respon yang meliputi fisiologis, afektif, dan
perubahan kognitif. Seiring dengan aspek emosional dari gangguan
kecemasan, pasien kecemasan mengalami kesulitan berkonsentrasi dan
merasakan perasaan terganggua yang berdampak negative terhadap
pekerjaan dan hubungan interpersonal mereka. ( Robinson Oj, 2013). Dokter
2016. Dari 20 pasien yang HD dalam satu jadwal (jadwal pagi) saja, 16
orang mengatakan dirinya mengalami kecemasan saat menjalani HD dengan
mengalami tanda-tanda merasa tegang saat dilakukan penusukan catheter
dialiser, serta khawatir terhadap efek samping HD antara lain, kram otot,
kepala pusing, mual dan muntah.
Dalam penggunaannya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa
cara, antara lain inhalasi, berendam, pijat dan kompres (Bharkatiya et al,
2008). Dari keempat cara tersebut, cara yang tertua, termudah, dan tercepat
diaplikasikan adalah aromaterapi inhalasi.
Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia
berlangsung melalui dua system fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan system
penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan
emosi seseorang (Wong, 2010).
Penelitian Yuliadi (2011) membuktikan bahwa aroma lemon dapat
memberikan efek rileks pada pasien pre operasi section cessaria (p<0,05).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Unit hemodialisa RSUD
Wates pada awal bulan September tahun 2013. Dari delapan pasien yang
menjalani HD, lima orang (62,5%) mengatakan dirinya mengalami
kecemasan dengan mengalami tanda-tanda merasa tegang, jantung berdebardebar, serta khawatir terhadap efek samping setelah HD (misalnya mual dan
kepala terasa pusing). Hasil observasi terhadap 2 orang pasien GGK yang
menjalani HD saat akan dilakukan pemasangan akses sarana hubungan
sirkulasi oleh perawat, pasien tampak menarik tangan, ekspresi tidak rileks,
sementara seorang yang lain menyeringai dan merintih kecil. Pemasangan
akses sarana hubungan sirkulasi merupakan salah satu stressor yang
mempengaruhi kecemasan pasien yang menjalani hemodialisa, tetapi antara
pasien yang satu dengan yang lain tampak kecemasan berbeda. Dari
fenomena kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa maka peneliti akan meneliti Pengaruh Aromaterapi Inhalasi
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Yang Menjalani Hemodialisa.
1.2 Rumusan masalah
Penjelasan dari latar belakang diatas peneliti menyimpulkan bahwa,
angka kejadian pasienpasien yang menderita penyakit gagal ginjal kronik
terus mengalami peningkatan. Begitu pula dengan angka kejadian pasien
yang menjalani terapi hemodialisa yang juga mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Oleh karena itu peneliti ingin meniliti tentang pengaruh aromaterapi
inhalasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pada penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk
Pakam Tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan masalah tersebut peneliti memilki tujuan sebagai
berikut :
bagi
profesi
keperawatan
dalam
memberikan
intervensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan
sebuah
metode
penyembuhan
dengan
menggunakan minyak essensial yang sangat peka yang sering kali sangat wangi
yang diambil dari sari-sari tanamana. Unsur-unsur pokok minyak memberikan
aroma atau bau sangat khas yang diperoleh dari suatu tanaman tertentu. Dengan
suatu cara tertentu minyak essensial membantu tanaman untuk menyelesaikan
siklus pertumbuhan dan reproduksinya. Misalnya, beberapa minyak bisa
10
11
ujung saraf. Sedangkan secara kasar terdapat 40 ujung saraf yang harus
dirangsang sebelum seseorang sadar bau apa yang dicium.
Bau merupakan suatu molekul yang mudah menguap ke udara dan akan
masuk ke rongga hidung melalui penghirupan seingga akan direkam oleh otak
sebagai proses penciuman. Proses penciuman sendiri terbagi dalam tiga
tingkatan; dimulai dengan penerimaan molekul bau tersebut pada olfactory
epithelium, yang merupakan suatu reseptor yang berisi 20 juta ujung saraf.
Selanjutnya, bau tersebut akan ditransmisikan sebagai suatu pesan ke pusat
penciuman yang terletak pada bagian belakang hidung. Pusat penciuman ini
hanya sebesar biji buah delima pada pangkal otak. Pada tempat ini berbagai sel
neuron menginterprestasikan ke siste limbic yang selanjutnya akan dikirim ke
hipotalamus untuk diolah. Melalui pengantaran respons yang dilakukan oelh
hipotalamus, seluruh unsur pada minyak essensial tersebut akan diantar oleh
system sirkulasi dan agen kimia kepada organ tubuh yang membutuhkan.
2.1.3. Efek Minyak Essensial Pada Tubuh
Seperti yang sudah diterangkan secara singkat, minyak essensial bekerja
dalam tiga jalur: pencernaan, penciuman, dan penyerapan kulit. Sedangkan
penggunaan minyak essensial melalui mulut (ingestion) sangat jarang
dilakukan. Dari tiga cara kerja tersebut, proses inhalasi melalui penciuman
merupakan cara yang paling efektif. Cara inilah yang pada awalnya dikatakan
sebagai aromaterapi. Akan tetapi, seiring dengan berkembangnya pengetahuan
12
13
mukosa pada saluran pernapasan, baik pada bronkus maupun pada cabang
halusnya (bronkioli) secara mudah. Pada saat terjadi pertukaran gas didalam
alveoli, molekul kecil tersebut akan diangkut oleh sirkulasi darah di dalam
paru-paru. Pernapasan yang dalam akan meningkatkan jumlah bahan aromatik
ke dalam tubuh.
Mengingat mudahnya penyerapan pada lapisan mukosa sluran
pernapasan, seorang ahli dituntut untuk sangat teliti dalam menggunakan
metode ini. Saat ini, metode ini digunakan dengan alat bantu seperti
vaporizerldiffuser atau dapat pula digunakan secara tidak langsung dengan cara
meneteskan minyak essensial ke sapu tangan atau ke permukaan kulit di
tangan, bau dihirup. Cara ini lebih baik dan aman untuk anak-anak, orangtua,
atau wanita hamil. Selain itu dapat juga digunakan dengan bantuan steamer
ataupun botol penyemprot (nebulizer) yang terbuat dari bahan khusus.
2.1.5. Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Aromaterapi
1. Penghirupan Atau Inhalasi
Penghirupan dianggap sebgai cara penyembuhan paling langsung dan
paling cepat. Anggapan ini adalah karena molekul-molekul minyak essensial
yang mudah menguap tersebut bertindak langsung pada organ-organ penciuman
dan langsung dipersepsikan oleh otak. Metode yang popular adalah metode
penghirupan uap yang dianggap bermanfaatsepanjang zaman, dimana beberapa
tetes minyak essensialditambahkan pada air panas dalam sebuah mangkuk.
Anda duduk dengan wajah berada di atas campuran tersebut dan menutupi
14
kepala, wajah, dan mangkuk dengan handuk sehingga uapnyatidak lepas. Cara
ini dapat diulangi hingga tiga kali sehari tetapi tidak boleh dilakukan oleh
orang-ornag yang menderita asma. Beberapa minyak essensial dapat digunakan
langsung pada sebuah sapu tangan atau di atas bantal dan uapnya dihirup
dengan cara ini.
Penghirupan uap dengan minyak essensial merupakan cara yang sangat
baik dan terus dilakukan sepanjang zaman untuk menhilangkan gejala-gejala
masuk angin dan flu, dan juga dapat berguna bagi kulit berminyak. Namun
penghirupan uap harus dihindari oleh penderita asma jika tidak dibawah
pengawasan praktisi medis, karena kadang-kadang uap dapat mengganggu
paru-paru.
2.1.6. Cara-cara Inhalasi
1. Kertas Tissue
Inhalasi dari kertas tissue yang ditetesi 5-6 tetes minyak essensial (3
tetes untuk anak-anak, pasien dewasa, lanjut usia, dan wanita hamil) merupakan
cara yang paling efektif untuk memberikan hasil yang segara. Cara ini
dilakukan dengan dua atau tiga kali menarik napas dalam agar terjadi kontak
yang baik dengan silis hidung. Untuk memberikan manfaat lebih besar dan
memudahkan bagi pasien anak-anak serta lanjut-usia, kertas tissue tersebut
dapat diletakkan diblik kemeja, blouse atau pakaian tidur sehingga efeknya bisa
berlangsung terus karena panas tubuh akan membuat molekul-molekul minyak
essensial menjadi uap yang melayang mencapai hidung. Kertas tissue yang
15
keras seperti kertas yang dipakai di dapur akan menahan aroma minyak
essensial lebih lama dari pada sapu tangan kertas yang lembut.
2.1.7. Minyak Essensial Dalam Mengatasi Stres Dan Rasa Cemas
Meredakan stress merupakan salah satu kekhususan dalam bidang
aromaterapi karena aromaterapi mempunyai manfaat menghilangkan stress dan
rasa cemas tersebut. Perawatan aromaterapi dapat menenangkan atau
merelaksasi tubuh sehingga memberikan kesempatan bagi system tubuh untuk
mengadaptasi keadaan tersebut dan akhirnya dapat menentramkan seluruh
fungsi tubuh yang terkait dengan rasa cemas.
Gary Schwartz, seorang psikolog yang mendalami aromaterapi,
mempelajari bagaimana indra penciuman dapat mempengaruhi fungsi otak
untuk mengatur rasa takut dan cemas. Pada penelitian tersebut, subjek
penelitian diprovokasi untuk mencapai titik kecemasan tertentu. Setelah titik
kecemasan tertentu dicapai, setiap subjek penelitian diciumkan bau apel.
Setelah menciumbau apel, didapati adanya penurunan kecepatan bernapasa dan
relaksasi otot-otot pada mereka. Selai itu, mereka terlihat lebih ceria serta
tekanan darah sistolik dan diastoliknya menurun secara bermakna. Dengan
penambahan minyak cengkeh dan kayu manis, efek relaksasi pada orang yang
mengalami kecemasan ini terlihat lebih bermakna lagi.
Tabel 2.1. Mengatasi stress dan rasa cemas
Minyak essensial yang dapat Metode penggunaan
digunakan:
16
17
Terutama baik untuk: stress, sakit kepala, luka potong, luka bakar dan kutil.
(Grosset dan Giddes: 2010).
2.2. Defenisi Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah penjelmaan dari berbagai proses emosi
yang bercampur baur, yang terjadi manakala seseorang sedang mengalami
berbagai tekanan-tekanan atau ketegangan (stress) seperti perasaan (frustasi)
dan pertentangan batin (konflik batin). Perasaan cemas dapat timbul oleh
karena dua sebab, pertama dari apa yang disadari seperti rasa takut, terkejut,
tidak berdaya, rasa bersalah/berdosa merasa terancam, dan sebagainya. Kedua,
yang terjadi dari luar kesadaran dan tidak mampu menghindari dari perasaan
yang tidak menyenangkan itu. Rasa cemas itu terdapat dalam semua gangguan
dan penyakit jiwa, dan bentuknya punbermacam-macam, (Prasetyono, Dwi
Sunar: 2013).
Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan
adanya bahaya yang mengancam dan memunkinkan seseorang mengambil
tindakan untuk mengatasi ancaman. Kecemasan memperingatkan adanya
ancaman eksternal dan internal dan memiliki kualitas menyelamatkan hidup,
(Harold IK, Sadock BJ: 2010)
Gejala kecemasan baik yang sifatnya akut maupun kronik (menahun)
merupakan komponen utama bagi hamper semua gangguan kejiwaan
(psychiatric disorder). Secara klinis gejala kecemasan dibagi dalam beberapa
kelompok, yaitu : gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas
18
19
20
yang tak menyenangkan dalam waktu yang cukup lama, akan berakibat pada
kesehatan anda, keadaan mental, hubungan keluarga, teman ataupun rekan
kerja anda. Jika seseorang menderita keadaan seperti ini tidak segera dibantu,
mereka akan jauh lebih terperosok jauh ke dalam perasaan depresi dan ini sama
artinya dengan sakit fisik.
2.2.1. Gejala Klinis Cemas
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami
gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut:
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,
b.
c.
d.
e.
f.
mudah tersinggung
Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
Gangguan konsentrasi dan daya ingat
Keluhan-keluhan somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan
tulang, pendengaran berdenging (tiritus), berdebar-debar, sesak
nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala
dan lain sebagainya.
Selain keluhan-keluhan cemas secara umum di atas, ada lagi kelompok cemas
yang lebih berat yaitu gangguan cemas menyeluruh, gangguan panic,
gangguan phobic dan gangguan obsesif-kompulsif.
A. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder/GAD)
21
Secara klinis selain gejala cemas yang biasa, disertai dengan kecemasan
yang menyeluruh dan menetap (paling sedikit berlangsung selama 1 bulan)
dengan manifestasi 3 dari 4 kategori gejala berikut ini:
1. ketergantungan motorik/alat gerak:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Gemetar
Tegang
Nyeri otot
Letih
Tidak dapat santai
Kelopak mata bergetar
Kening berkerut
Muka tegang
Gelisah
Tidak dapat diam
Mudah kaget
Berkeringat berlebihan
Jantung berdebar-debar
Rasa dingin
Telapak tangan/kaki basah
Mulut kering
Pusing
Kepala terasa ringan
B. Gangguan Panik
Gejala klinis gangguan panic yaitu kecemasan yang datangnya
mendadak disertai oleh perasaan takut mati, disebut juga sebagai serangan
panic (panic attack). Secara klinis gangguan panic ditegakkan (criteria
diagnostic) oleh paling sedikit 4 dari 12 gejala-gejala dibawah ini yang muncul
pada setiap serangan:
22
1. Sesak napas
2. jantung berdebar-debar
3. nyeri atau rasa tak enak di dada
4. rasa tercekik atau sesak
5. pusing, vertigo (penglihatan berputar-putar), perasaan melayang
6. perasaan seakan-akan diri atau lingkungan tidak realistic
7. kesemutan
8. rasa aliran panas atau dingin
9. berkeringat banyak
10. rasa akan pingsan
11. menggigil atau gemetar
12. merasa takut mati, takut menjadi gila atau khawatir akan melakukan
suatu tindakan secara tidak terkendali selama berlangsungnya serangan
panik.
Orang yang mengalami serangan panic tersebut di atas juga
menimbulkan kepanikan pada orang lain (anggota keluarga). Seringkali ia
dibawa ke rumah sakit bagian Unit Gawat Darurat (UGD), dan sering pula
dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik yang menyebabkan
kematian. Tidak jarang dalam stau minggu 2 sampai 3 kali timbul serangan
panic kemudian depresif.
C. Gangguan Phobik
Gangguan phobik adalah salah satu bentuk kecemasan yang didominasi
oleh gangguan alam pikir phobia. Phobia adalah ketakutan yang menetap dan
tidak rasional terhadp suatu obyek, aktivitas atau situasi tertentu (spesifik),
yang menimbulkan suatu keinginan mendesak untuk menghindarinya. Rasa
23
ketakutan itu disadari oleh ornag yang bersangkutan sebagai suatu ketakutan
yang berlebihan dan tidak masuk akal,namun ia tidak mampu mengatasinya.
Dari sudut psikopatologi dapat disebutkan bahwa gangguan phobia
adalah suatu mekanisme defensive dalam upaya sesorang untuk mengatasi
kecemasannya. Mekanisme defensive tersebut dilakukan dengan jalan
mengalihkan (displacement) pad aide, obyek, atau situsi tertentu yang bertindak
sebagai simbul dari konflik atau psikotrauma masa lalu (symbolization).
Meskipun bersangkutan itu sadar bahwa sebenarnya tidak ad aide, obyek atau
situasi yang membahayakan dirinya (tiak rasional), namun hal itu dikemukakan
atau diciptakan sebagai sutu simbolik atas ketidak-berdayaan (powerless)
terhadap pengalaman atau psikotrauma masa lalu yang penuh dengan
ketegangan dan ketakutan, suatu konflik yang tak terselesaikan dan ditekan
dalam alam tak sadarnya.
D. Gangguan Obsesif-Kompulsif
Obsesi adalah suatu bentuk kecemasan yang didominasi oleh pikiran
yang terpaku (persistence) dan berulang kali muncul (recurrent). Sedangkan
kompulsi adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang sebagai konsekuensi
dari pikiran yang bercorak obsesif tadi. Seseorang yang menderita gangguan
obsesif-kompulsif tadi akan terganggua dalam funsi atau peranan sosialnya.
Sebagai contoh yang sederhana misalnya orang yang mencuci
tangannya berkali-kali (reated hand washing), meskipun sebenarnya ia sadar
bahwa mencuci tangan pertama kali itu sudah bersih dan tidak perlu diulang
24
b. Kompulsi:
Tingkah laku berulang yang nampaknya mempunyai tujuan, yang
ditampilkan menurut aturan tertentu atau dengan cara strereotipik. Tingkah
laku ini tidak merupakan tujuan akhir tetapi dimaksudkan untuk
menghasilkan atau sebaliknya mencegah suatu peristiwa atau situasi di masa
25
penyimpangan
perilaku
seksual
(sexual
deviation),
judi
26
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali
Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter (psikiater
atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara
langsung. Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala
tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui
derajat kecemasan seseorang, yaitu :
Total nilai (score): kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 20 = kecemasan ringan
21 27 = kecemasan sedang
28 41 = kecemasan berat
42 56 = kecemasan berat sekali
Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2. Alat Ukur Kecemasan
No.
1
Gejala Kecemasan
Perasaan Cemas (Ansietas)
- Cemas
27
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
- Firasat buruk
- takut akan fikiran sendiri
- mudah terseingguang
Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Tidak bisa istirahat tenang
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
Ketakutan
- Pada gelap
- Pada orang asing
- Ditinggal sendiri
- Pada binatang besar
- Pada keramaian lalu lintas
- Pada kerumunan orang banyak
Gangguan tidur
- Sukar masuk tidur
- Terbangun malam hari
- Tidur tidak nyenyak
- Bangun dengan lesu
- Banyak mimpi-mimpi
- Mimpi buruk
- Mimpi menakutkan
Gangguan kecerdasan
- Sukar konsentrasi
- Daya ingat menurun
- Daya ingat buruk
Perasaan depresi (murung)
- Hilangnya minat
- Berkurangnya kesenangan pada hobi
- Sedih
- Bangun dini hari
- Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
Gejala somatic/fisik (otot)
- Sakit dan nyeri-nyeri di otot-otot
- Kaku
- Kedutan otot
- Gigi gemerutuk
- Suara tidak stabil
Gejala somatic/fisik (sensorik)
- Tinnitus (telinga berdenging)
28
9.
10.
11.
12.
13.
Gejala
darah)
-
Penglihatan kabur
Muka merah atau pucat
Merasa lemas
Perasaan ditusuk-tusuk
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh 0
Takikardia
Berdebar-debar
Nyeri di dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
Detak jantung menghilang (berhenti
sekejap)
Gejala respiratorik (pernafasan)
- Rasa tertekan atau sempit di dada
- Rasa tercekik
- Sering menarik nafas
- Nafas pendek/sesak
Gejala gastrointestinal (pencernaan)
- Sulit menelan
- Perut melilit
- Gangguan pencernaan
- Nyeri sebelum dan sesudah makan
- Perasaan terbakar diperut
- Rasa penuh atau kembung
- Mual
- Muntah
- Buang air besar lembek
- Sukar buang air besar (konstipasi)
- Kehilangan berat badan
Gejala congenital (perkemihan dan kelamin)
- Sering buang air kecil
- Tidak dapat menahan air seni
- Tidak dating bulan (tidak haid)
- Darah haid berlebihan
- Darah haid amat sedikit
- Masa haid berkepanjangan
- Masa haid amat pendek
- Haid beberapa kali dalamsebulan
- Menjadi dingin (frigid)
- Ejakulasi dini
- Ereksi melemah
- Ereksi hilang
- Impotensi
Gejala
29
14.
- Mulut kering
- Muka merah
- Mudah berkeringat
- Kepala pusing
- Kepala terasa berat
- Kepala terasa sakit
- Bulu-bulu berdiri
Tingkah laku (sikap) saat wawancara
- Gelisah
- Tidak tenang
- Jari gemetar
- Kerut kening
- Muka tegang
- Otot tegang atau mengeras
- Nafas pendek dan cepat
- Muka merah
tidak
dapat
ginjal
kronis
(chronic
kidney
disease)
30
31
kondisi, seperti lupus dan diabetes mellitus dapat berkembang menjadi gagal
ginjal walaupun dengan pengobatan yang tepat.
2.3.3. Patofisiologi
Patogenesis ESRD melibatkan deteriorasi dan kerusakan nefron dengan
kehilangan bertahap fungsi ginjal. Oleh karena GFR total menurun dan klirens
menurun, mak kadar serum ureum nitrogen dan kreatinin meningkat.
Menyisakan nefron hipertropi yang berfungsi karena harus menyaring larutan
yang lebih besar. Konsekuensinya adalah ginjal kehilangan kemampuannya
untuk mengkonsentrasikan urine dengan memadai. Untuk terus mengeksresikan
larutan, sejumlah besar urine encer dapat keluar, yang membuat klien rentan
terhadap deplesi cairan. Tubulus perlahan-lahan kehilangan kemampuannya
unuk menyerap kembali elektrolit. Kadang kala, akibatnya adalah pengeluaran
garam, dimana urine berisi sejumlah besar natrium, yang mengakibatkan poliuri
berlebih.
Oleh karena gagal ginjal berkembang dan jumlah sefron yang berfungsi
menurun, GFR total menurun lebih jauh. Dengan demikian tubuh menjadi tidak
mampu membebaskan diri dari kelebihan air, garam, dan produk sisa lainnya
melalui ginjal. Ketika GFR kurang dari 10 sampai 20ml/menit, efek toksin
uremia pada tubuh menjadi bukti. Jika penyakit tidak diobati dengan dialysis
atau transplantasi, hasil ESRD adalah uremia dan kreatini.
2.3.4. Pathway Gagal Ginjal Kronik
ETIOLOGI
(glomerulonefritis, nefropato dibetik, nefrosklerosis hipertensif)
Jumlah fungsional Nefron
32
LFG
Hipertrofi nefron
Adaptasi
LFG 15% dari normal
hiperfiltrasi
Hiperfiltrasi
Keseimbangan cairan elektrolit
dipertahankan
Fungsi ginjal rendah
Urine isoosmotis
Rennin - angiotensin
Oliguri, nocturia
Ketidakseimbangan dalam
glomerulus dan tubulus
Insufisiensi ginjal
Uremia
Renin angiotensin
Cadangan ginjal
Insuficiensi ginjal
Penumpukan Kristal
urea di kulit
Gagal ginjal
Eritropoitin di ginjal
Badan lemah, mual muntah nafsu makan,
BB, Anemia
Skema 2.1. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik
Menurut Dharma Seto Paul dr,dkk, (2015)
33
klinis praktis yang menggaris bawahi system klasifikasi seragam untuk CKD.
System klasifikasi dan stratifikasi ini telah mengganitikan istilah0istilah yang
kurang tepat seperti insufusiensi ginjal kronis dan gagal ginjal kronis.
Manifestasi klinis CKD stadium 5 muncul di seluruh tubuh. Tidak ada
system organ yang tersisa. Peta konsep mengilustrasikan pengobatan penyakit
ginjal stadium 5. Perubahan ginjal (yang dijelaskan sebelumnya) termasuk
ketidakmampuan ginjal mengkosentrasikan urine dan mengatur pengeluaran
elektrolit. Poliuri berkembang menjadi anuria, dank lien kehilangan pola
pengosongan diurinal normal. Selanjutnya, seluruh fungsi normal ginjal, seperti
pengaturan keseimbangan asam basa, pengaturan tekanan darah, sintetis 1,25dihidroksikolekalsiferol, bioginesisi eritropoitin, degadrasi insuli, dan sintetis
prostaglandin rusak.
2.3.5. Ketidakseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit dikacaukan oleh kerusakan ekskresi dan
pengguanaan ginjal. Walaupun banyak klien mempertahankan kadar serum
natrium normal,namun garam yang terbuang karena kegagalan fungsi ginjal,
dan juga muntah diare, dapat menyebabkan hiponatremia. Hiponatremia yang
terliaht mungkin adalah efek dilusi retensi air. Pada akhirnya, retensi garam dan
air sering kali akan berkontribusi pada terjadinya hipertensi dan gagal ginjal.
Oleh karena ginjal efisien dalam mengekskresikan kalium, kadar kalium
biasanya tetap dalam batas normal sampai fase akhir penyakit. Namun begitu,
hiperkalemia kemudian menjadi masalah yang menantang. Katabolisme, obat
34
35
rendah
(seperti
urea,
kreatinin,
elektrolit)
dengan
tetap
farmakologis
Asidosis metabolic yang refrakter terhadap pemberian terapi bikarbonat
Hiperfosfatemia yang refrakter terhadap retriksi diit dan terapi fosfat
Anemia yang refrakter terhadap pemberian aritropoiten dan besi
Adanya penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa
36
37
menurunkan survive lebih lanjut. Guna keperluan praktis saat ini dipakai juga
URR (% urea reduction rate), atau besarnya penurunan ureum dalam persen,
URR=100% x (1- (ureum sebelum/ureum sesudah dialysis)). Dalam panduan
dianjurkan pada hemodialisis 3 x seminggu target URR setiap kali HD adalah
diatas 65%.
Panduan hemodialisis dari Inggris menyatakan HD minimal adalah 3
kali seminggu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dialysis yang semakin
sering, setiap hari, lebih efektif dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas.
2.4.4. Akses Vaskular Dialisis
Akses vascular dialysis diperlukan untuk memperoleh aliran darah yang
cukup besar. Akses ini dapat beupa fistula (arteri-vena), graft, maupun kateter
intra vena, yang berfungsi untuk mengalirkan darah saat HD. Fistula dibuat
dengan melakukan anastomosis arteri ke vena (misalnya fistula Brescia-Cimino
diamana dibuat anastomosis end to side dari vena sefalika dan arteri radialis)
sehingga terbentuk suatu arteriliassasi dari vena. Hal ini memungkinkan untuk
dilakukannya penusukan jarum yang besar kedalam sirkulasi sehingga dapat
mengalirkan darah sampai lebih dari 300 ml/menit. Fistula memiliki patensi
jangka panjang paling lama diantara semua pilihan akses dialysis. Di Amerika
Serikat banyak pasien dipasang graft arterivenosus (yaitu interposisi bahan
prostetik, biasanya politetrafluoroetilen, diantar arteri dan vena).
Graft dan kateter intravascular cenderung dipakai pada pasien dengan
diameter vena yang lebih kecil atau pasien dengan vena yang telah mengalami
38
39
berdasarkan perbedaan konsentrasi zat atau molekul. Laju difusi terbesar terjadi
pada perbedaan konsentrasi molekul terbesar. Ini adalah mekanisme utama
untuk mengeluarkan molekul kecil seperti urea, kreatini, elektrolit, dan untuk
penambahan serum bikarbonat. Laju difusi sebanding dengan suhu larutan
(meningkatkan gerakan molekul secara acak) dan berbanding terbalik dengan
viskositas dan ukuran molekul yang dibuang (molekul besar akan berdifusi
dengan lambat).
2.4.6. Kapan Harus Cuci Darah
Cuci darah dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:
-
Hemodialisa
a. relaksasi benson
Factor Masalah
Psikologis
b. relaksasi
musikPada Pasien Hemodialisa:
kecemasan , depresi, isolasi social,
c. relaksasi
aromaterapi
kesepian,
Tidak berdaya
, Putus asa
Aplikasi
komplementer
Menurunkan
Kecemasan
40
Skema 2.2. Kerangka Teori Penelitian Menurut Kara dan Acikel (2010)
Variabel Dependen
Aromaterapi Inhalasi
Kecemasan
Keterangan :
: Berpengaruh dengan
41
42
01
02
02-01
Keterangan :
43
01
02
43
N
o
1
2
3
4
5
Kegiatan
Pengajuan
Judul
Persiapan
Proposal
Perbaikan
Proposal
Ujian
Proposal
Perbaikan
Proposal
Waktu
November Desember
Januari
Februari
Maret
April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
44
Pengumpula
n
Data
Pengolahan
Data
Analisa Data
Ujian Skripsi
10
Perbaikan
Skripsi
Pengumpula
n
Laporan
11
45
n=
N
1+N e 2
n=
80
2
1+80(0.05)
n=66,6
n=67
Keterangan :
n : besar sampel
N : Jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
46
pada peneliti, tetapi dengan criteria dan jumlah yang telah ditentukan
sebelumnya (Dwi, Mekar: 2013) sesuai dengan criteria inklusi. Adapun criteria
inklusi dan ekslusinya adalah sebagai berikut:
Adapun criteria inklusinya adalah :
a) Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Unit
Hemodialisa Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam
b) Bersedia menjadi responden
c) Pasien gagal ginjal kronik menjalani hemodialisa sebanyak 2kali dan
3kali seminggu
d) Pasien gagal ginjal kronik yang memiliki indra penciuman yang baik
Sedangkan criteria eksklusinya :
a) Pasien gagal ginjal kronik yang menderita alergi atau memiliki riwayat
penyakit pernafasan
b) Pasien gagal ginjal kronik dengan penggunaan antidepresi dan
ketergantungan obat.
3.4. Variable dan Defenisi Operasional
3.4.1. Variabel Penelitian
Variabel merupakan ukuran atau cirri yang dimilki oleh anggotaanggota atau kelompok yang berbeda dengan yang dimilki oleh kelompok lain
(Dwi, Mekar : 2013). Variabel penelitian terdiri dari, yaitu :
1. Variabel Bebas ( Independent variable)
47
Variabel
Defenisi Operasional
Alat Ukur
Aromaterapi
Inhalasi
inhalasi
pada
pasien
Skala
Hasil
Ratio
Ukur
cc/ml
48
gagal
ginjal
yang
kronik
menjalani
hemodialisa
dengan
2.
Kecemasan
prosedur
pelaksanaan
Khekwatarina
tidak
sesuai
jelas
menyebabkan
psikologis
yang Hamilton
Ordina
dan Rating
efek Scale
score
l
for
Anxiety
(HRS-A)
49
teori yang akan diberikan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa.
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari dari sumber yang kedua,
dari tempat penelitian. Data sekunder diperoleh dari rekam medic Rumah Sakit
Grand Medistra Lubuk Pakam.
3.6. Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan
penelitian setelah pengumpulan data. Data yang masih mentah (raw data), perlu
diolah sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan untuk
menjawab tujuan penelitian. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi
yang benar, pengolahan data dilakukan melalui tahapan, yaitu :
1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan isian lembar observasi,
apakah jawaban yang ada dilembar observasi sudah lengkap, jelas, relevan, dan
konsisten.
2. Coding
50
angka/bilangan.
Kegunaan
dari
coding
ini
adalah
untuk
51
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua
variable, yaitu adanya pengaruh aromaterapi inhalasi terhadap penurunan
tingkat kecemasan. Terdapat uji parametric dan non parametric pada analisis
bivariat. Dianalasis ini dengan menggunakan uji parametric, yaitu wilcoxon
Sign Rank Test untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan
setelah dilakukan pemberian aromaterapi inhalasi dengan tingkat kepercayaan
95%, 0,05.