30%
20%
15%
10%
(DepKes RI, 1979).
kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini
dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan
saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras
memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun
tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai
kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih
kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat
diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya
tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya
pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat
diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang
dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masingmasing 10 tablet dari tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur
kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable adalah 10-20
kg/cm2 (Nugrahani, 2005).
3. Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari
sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses
pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang
digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan dapat
dievaluasi dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman,
2007).
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari debunya dan
ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator,
dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per
menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan
seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan
berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet.
Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat
pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil),
adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih
terdapat dalam tablet (Sulaiman, 2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses
pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak
diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang
terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai
rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan (Andayana, 2009).
4. Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji
disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50
rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat
menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator
Disolusi FI jenis bukan disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada
dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang
bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8.
Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan
filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama
pada panjang gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket (Lachman dkk., 2008).
5. Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi
granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian
bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang,
mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi
dengan ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat fisik
granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan pada waktu
penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan
bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet
sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet
bersalut tidak > 15 menit (Nugrahani, 2005).
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan
penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37 C.
Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik
(gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk
tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut
enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera
hancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007).
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing
monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian dilakukan dengan
memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu cakram
pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37 2 sebagai media kecuali
dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas
waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet:
semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna,
ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus
hancur sempurna (Lachman dkk., 2008).
BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1 Uji Keseragaman Bobot
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera
dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji
disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50
rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat
menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi
FI jenis bukan disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam
rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang
bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8.
Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan
filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama
pada panjang gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang
dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket (Lachman dkk., 2008).
bebas CO2. Dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL dan ditambahkan air bebas CO2 hingga
tanda batas (Depkes RI, 1995).
larutan pada absorbansi 0,434 di mana pada absorbansi tersebut terjadi kesalahan relatif
minimal. Paracetamol dalam larutan basa memiliki nilai A11=715 L mol
-1
cm
-1
sehingga
validasi adalah 0,2 0,8 (Gandjar dan Rohman, 2007), sehingga dalam praktikum ini akan
dibuat beberapa larutan standar yang memberikan nilai absorbansi dalam rentang 0,2 0,8.
Larutan induk parasetamol 10 g/mL = 0,01 mg/mL
Rentang konsentrasi :
Absorbansi minimum = 0,2
A
=
.b.c
0,2
=
715 L mol-1cm-1 . 1 cm . c
C
=
0,2/715 L mol-1
C
=
2,7972x10-4 g/100 mL
C
=
0,0027972 mg/mL
C
=
2,7972g/mL
Volume larutan stok 0,01 mg/mL yang diperlukan untuk membuat larutan konsentrasi
2,7972 g/mL yaitu :
0,01 mg/ ml . x
x
Konsentrasi standar
paracetamol (mg/mL)
0,2145
3 x 10-3
1,5
0,2860
4 x 10-3
0,4290
6 x 10-3
0,5005
7 x 10-3
3,5
Skema Kerja
Skema Pembuatan Larutan NaOH 1,0 N
Skema Pembuatan Larutan Stok Baku Parasetamol 0,01 mg/mL (10 g/mL)
Ditimbang sebanyak 10 mg serbuk paracetamol
BPFI
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
3.1 HASIL PERCOBAAN
1. Uji Kerapuhan Tablet
Keterangan
Replikasi I
6,459
6,419
0,04
1,4
= 0,6193%
x 100%
x 100%
Keterangan
Waktu hancur (menit)
Replikasi I
Jumlah tablet 6
15 menit tidak
hancur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rata-rata
Standar deviasi (SD)
Koefisien variasi (CV)
Keseragaman Bobot
Bobot rata-rata (
0.522
0.503
0.490
0.487
0.503
0.458
0.503
0.508
0.492
0.488
0.498
0.524
0.508
0.508
0.498
0.494
0.500
0.495
0.492
0.476
0.497
0.01467
0.0295 %
)=
= 0.497
Standar Deviasi =
0.025
0.006
-0.007
-0.01
0.006
-0.039
0.006
0.011
-0.005
-0.009
0.001
0.027
0.011
0.011
0.001
-0.003
0.003
-0.002
-0.005
-0.021
0.000625
0.000036
0.000049
0.0001
0.000036
0.001521
0.000036
0.000121
0.000025
0.000081
0.000001
0.000729
0.000121
0.000121
0.000001
0.00009
0.00009
0.00004
0.000025
0.000441
Uji
= 0.01467
Koefisien Variansi =
x 100%
x 100%
= 0.0295 %
% Bobot tablet terhadap bobot rata-rata tablet
No
FI (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah tablet dengan bobot yang tidak
5.03
1.21
1.41
2.01
1.21
7.85
1.21
2.21
1.01
1.81
0.20
5.43
2.21
2.21
0.20
0.60
0.60
0.40
1.01
4.23
17
% bobot tablet
x 100 %
= 5.03 %
Dengan cara yang sama didapatkan % bobot tablet lainnya seperti dalam table
Penyimpangan bobot rata-rata
A (>5%)
B(>10%)
3 tablet
0 tablet
Bobot rata-rata
0,497 g
.
4. Uji Kekerasan Tablet
Kekerasan
No
tablet (kg)
5.71
-2.78222
7.74076
9.29
0.797778
0.636449
8.67
0.177778
0.031605
7.35
-1.14222
1.304672
9.29
0.797778
0.636449
8.16
-0.33222
0.110372
8.67
0.177778
0.031605
8.27
-0.22222
0.049383
11.02
2.527778
6.38966
10
7.35
-2.78222
7.74076
Rata-rata (
8.38
1.42
0.17 %
10
) =
= 8.38
Standar Deviasi (SD) =
= 1.42
Koefisien Variansi (CV) =
x 100 %
x 100 %
= 0.17%
5. Uji disolusi
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
221
224
227
230
233
236
239
Absorbansi
0.244
0.234
0.22
0.222
0.239
0.284
0.341
242
245
248
251
254
257
260
263
266
269
272
275
278
281
284
287
290
293
296
299
302
305
308
311
314
317
320
0.374
0.405
0.424
0.439
0.455
0.464
0.46
0.444
0.42
0.395
0.372
0.35
0.322
0.29
0.258
0.226
0.203
0.185
0.169
0.157
0.141
0.121
0.095
0.067
0.046
0.033
0.024
Konsentrasi larutan
3
4
6
7
Absorbansi
0.284
0.316
0.458
0.523
Absorbansi
0.143
0.159
0.294
0.497
0.091
0.218
0.277
0.491
0.212
0.348
0.398
0.564
Larutan percobaan 4
0 menit
0.143
y = 0.063x + 0.078
0.143 = 0.063x + 0.078
x = 1.0317
15 menit
0.159
y = 0.063x + 0.078
0.159 = 0.063x + 0.078
x = 1.285
30 menit
0.294
y = 0.063x + 0.078
0.294 = 0.063x + 0.078
x = 3.428
60 menit
0.497
y = 0.063x + 0.078
Larutan Percobaan 5
0 menit
0.091
y = 0.063x + 0.078
0.091 = 0.063x + 0.078
x = 0.206
15 menit
0.218
y = 0.063x + 0.078
0.218 = 0.063x + 0.078
x = 2.222
30 menit
0.277
y = 0.063x + 0.078
0.277 = 0.063x + 0.078
x = 3.158
60 menit
0.491
y = 0.063x + 0.078
0.491 = 0.063x + 0.078
x = 6.555
Larutan Percobaan 6
0 menit
0.212
y = 0.063x + 0.078
0.212 = 0.063x + 0.078
x = 2.126
15 menit
0.348
y = 0.063x + 0.078
0.348 = 0.063x + 0.078
x = 4.285
30 menit
0.398
y = 0.063x + 0.078
0.398 = 0.063x + 0.078
x = 5.079
60 menit
0.564
y = 0.063x + 0.078
0.564 = 0.063x + 0.078
x = 7.714
Sampel
Waktu
Pengambilan
(Menit)
Absorbansi
Konsentrasi
Yang Terukur
Konsentrasi
Sebenarnya
0
15
30
60
0
15
30
60
0
15
30
60
0.143
0159
0294
0497
0091
0218
0277
0491
0212
0348
0398
0564
1.0317
1285
3428
6650
0206
2222
3158
6555
2126
4285
5079
7714
10.317
12.85
34.28
66.50
2.06
22.22
31.58
65.55
21.26
42.85
50.79
77.14
Larutan 4
Menit = 0
x 900 ml
= 9279 g
= 09279 mg
% PCT yang terdisolusi
Menit = 15
Konsentrasi sampel = 1285
x 900 ml
= 11565 g
= 11565 mg
% PCT yang terdisolusi
Menit = 30
Konsentrasi sampel = 3428
x 900 ml
= 30852 g
= 30852 mg
% PCT yang terdisolusi
Menit = 60
Konsentrasi sampel = 6650
x 900 ml
= 5985 g
= 5985 mg
% PCT yang terdisolusi
Larutan 5
Menit = 0
Konsentrasi sampel = 0206
x 900 ml
= 1854 g
= 01854 mg
% PCT yang terdisolusi
Menit = 15
Konsentrasi sampel = 2222
x 900 ml
= 19998 g
= 19998 mg
% PCT yang terdisolusi
Menit = 30
Konsentrasi sampel = 3138
= 28242 g
x 900 ml
= 28242 mg
% PCT yang terdisolusi
Menit = 60
Konsentrasi sampel = 6555
x 900 ml
= 58995 g
= 58995 mg
% PCT yang terdisolusi
Larutan 6
Menit = 0
Konsentrasi sampel = 2126
= 19134 g
= 19134 mg
x 900 ml
Menit = 15
Konsentrasi sampel = 4285
x 900 ml
= 38565 g
= 38565 mg
% PCT yang terdisolusi
Menit = 30
Konsentrasi sampel = 5079
x 900 ml
= 45711 g
= 45711 mg
% PCT yang terdisolusi
Menit = 60
Konsentrasi sampel = 7714
x 900 ml
= 69426 g
= 69426 mg
% PCT yang terdisolusi
BAB III
PEMBAHASAN
Setelah pembuatan tablet paracetamol dilakukan evaluasi terhadap tablet hasil kompresi
dengan menggunakan metode garanulasi basah Adapun evaluasi yang dilakukan antara lain uji
keseragaman bobot tablet uji kerapuhan tablet uji kekerasan tablet dan uji waktu hancur tablet
Pada uji keseragaman bobot dilakukan penimbangan terhadap 20 tablet yang dihasilkan
Penggunaan 20 tablet untuk uji keseragaman bobot ini sesuai dengan yang tercantum pada
literatur (FI IV) Dari hasil penimbangan diperoleh bobot tablet yang bervariasi dengan bobot
tablet rata-rata sebesar 0497 gram dan simpangan baku sebesar 001467 dan didapatkan koefisien
variansi sebesar 072 % Dari hasil koefisien variansi keseragaman bobot tablet yang dihasilkan
masuk dalam kategori baik Karena koefisien variansi yang dihasilkan dibawah 2 % Nilai dari
koefisien variansi diharapkan kecil karena semakin kecil nilainya maka semakin seragam bobot
tablet yang dibuat Adapun faktor faktor yang menyebabkan terjadinya variasi dalam
penimbangan bobot antara lain : volume dan berat bahan yang diisikan ke dalam cetakan serta
garis tengah cetakan dan tekanan yang diberikan pada bahan saat dilakukan kompresi Selain itu
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot yaitu kondisi peralatan yang digunakan
selama proses penabletan seperti berubahnya pengaruh tekanan (Depkes RI 1979) Keseragaman
sediaan dapat ditetapkan dengan metode salah satunya adalah keseragaman bobot Persyaratan ini
digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat
aktif (Depkes RI 1995)
Selain itu persentase penyimpangan bobot tablet terhadap bobot rata-rata tablet juga
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI (1979) yaitu tidak boleh lebih dari dua
tablet yang menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam
kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih
dari harga dalam kolom B
Penyimpanan bobot rata rata
Bobot rata rata
25 mg atau kurang
26 mg sampai dengan 150
dalam %
A
15%
10%
B
30%
20%
mg
151 mg sampai dengan
75%
15%
300 mg
Lebih dari 300 mg
5%
10%
(Depkes RI 1979)
Dimana dalam uji ini diperoleh 3 tablet yang persentase bobot terhadap bobot rata-ratanya
melebihi 5% yaitu pada tablet ke-1, 6, dan 12 . Hal ini dapat disimpulkan pula bahwa
keseragaman bobot dalam sediaan tablet kurang baik dan tidak memenuhi persyaratan yang
ditetapkan Depkes RI (1979) dimana tidak lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang
lebih dari 5% bobot rata-ratanya dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih dari
10% bobot rata-ratanya
Tahap evaluasi selanjutnya adalah uji kekerasan tablet Kekerasan tablet yang cukup serta
tahan penyerbukan dan kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi penerimaan konsumen
Tujuan dari dilakukannnya uji kekerasan ini adalah untuk mengetahui kekuatan tablet dimana
tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat
bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan pengepakan dan
pengepalan Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh
konsumen Kekerasan tablet sangat penting diperhatikan terutama untuk produk yang mempunyai
masalah bioavailabilitas nyata atau potensial serta pada produk yang sensitif atas gangguan pada
profil penglepasan pelarutan sebagai fungsi dari tenaga kerja yang digunakan (Ansel 2008)
Pada praktikum ini diambil 10 tablet kemudian diukur kekerasannya dengan alat
pengukur kekerasan tablet dan diperoleh nilai kekerasan tablet yang bervariasi dengan perbedaan
kekerasan yang cukup besar Hal ini disebabkan karena pengompresan dilakukan secara manual
yang menyebabkan perbedaan jumlah takaran serbuk yang akan dikompres Berdasarkan hasil
pengamatan diperoleh nilai standar deviasi sebesar 142 dan koefisien variansi sebesar 017 %
Angka ini menunjukkan kekerasan tablet yang sangat bervariasi dan masih sangat kurang baik
Dilihat dari range kekerasan tablet yaitu 4kg-6kg pada pratikum kali ini dari 10 tablet yang di uji
9 buah tidak masuk range karena tablet yang dihasilkan mempunyai kekerasan melebihi 6 kg
Faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah kompresibilitas alat cetak dan sifat
fisiko kimia bahan yang dikempa Marais et al (2003) menyatakan bahwa jika gaya pengepresan
yang digunakan saat mencetak tablet kecil maka tekanan yang diterima oleh bahan juga akan
rendah sehingga kekerasan tablet juga akan menjadi rendah atau tablet bersifat rapuh Faktor lain
yang menyebabkan kekerasan dari tablet bervariasi adalah karena mesin pencetak tablet
dioperasikan secara manual sehingga kekuatan kompresi dalam pencetakan masing-masing tablet
berbeda-beda Selain itu rapuhnya tablet yang dihasilkan juga dapat disebabkan oleh pengaruh
sifat fisikokimia bahan dalam formulasi Penggunaan amilum sebagai bahan pengikat dan gelidan
menyebabkan konsentrasi amilum dalam tablet cukup tinggi dimana tablet yang mengandung
amilum dengan konsentrasi tinggi menunjukkan tablet yang rapuh dan sukar dikeringkan
(Andayana 2009)
Namun nilai kekerasan tablet yang berada di luar rentang yang dipersyaratkan tidak
langsung menunjukkan bahwa suatu tablet memiliki kualitas yang buruk Nilai kekerasan yang
kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang
diterapkan (Sulaiman 2007) Pada umumnya tablet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu
dikemas tetapi juga cukup lunak untuk melarut akan menghancur dengan sempurna begitu
digunakan dan dapat dipatahkan diantara jari-jari bila tabletnya perlu dibagi (Ansel 2008)
Uji kerapuhan bertujuan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan
sewaktu pengemasan dan pengiriman (Andayana 2009) Selain itu kerapuhan yang tinggi akan
mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet Tablet dengan
konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil) adanya kehilangan massa akibat
rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet (Sulaiman 2007)
Pada uji kerapuhan dilakukan dengan cara memasukan 13 tablet yang telah ditimbang
sebelumnya dan dimasukkan ke dalam alat uji kerapuhan (friabilator) kemudian alat diputar
dengan kecepatan konstan (25 rpm) sebanyak 100 kali putaran Setelah 100 kali putaran
dilakukan penimbangan kembali pada semua tablet yang digunakan untuk uji kerapuhan Bobot
tablet pada awalnya adalah 6459 g sedangkan setelah dilakukan uji kerapuhan tablet yang
ditimbang didapatkan bobotnya sebesar 6419 g Nilai % kerapuhan tablet didapatkan dengan cara
bobot awal dikurangi bobot tablet yang diuji dibagi bobot awal tablet maka diperoleh angka
kerapuhan tablet Dari perhitungan diperoleh angka kerapuhan tablet sebesar 06193 % Hasil ini
tidak memenuhi standaryaitu antara 08 % - 10 % Kerapuhan tersebut diakibatkan karena
pengikat yang digunakan tidak terdistrubusi dengan homogen di dalam tablet atau dapat
diakibatkan oleh kesalahan saat proses kompresi secara manual Tablet yang terbentuk kurang
kompak sehingga tablet menjadi rapuh Ketahanan terhadap kehilangan berat menunjukkan tablet
tersebut untuk bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam penanganan pengemasan
dan pengepakan
Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji
disolusi untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm
selama 30 menit Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1
tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan
disintegrasi Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang
diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan Dalam
waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada
etiket (Lachman dkk 2008)
Dalam Praktikum uji disolusi ini sampel larutan paracetamol ditampung sebanyak 10 ml
pada menit ke 0 15 30 dan 60 menit Menurut standar uji disolusi sesuai dengan farmakope uji
hanya dilakukan sampai dengan menit ke 30 dengan kecepatan 50 rpm dimana harus larut tidak
kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket Pada praktikum ini dilakukan
sampai menit ke 60 karena untuk memastikan bahwa sudah 100% dari tablet yang digunakan
terdisolusi sempurna
Persentase paracetamol yang terdisolusi dari sampel 1 2 dan 3 pada masing-masing menit
ke 0 15 30 dan 60 menit tidak ada yang mencapai nilai 80% Seharusnya dalam menit ke 30 harus
terlarut tidak kurang dari 80% paracetamol dari jumlah yang tertera pada stiket Dimana kadar
paracetamol dalam tiap tablet yang digunakan dalam uji disolusi sebesar 250 mg sehingga
seharusnya jumlah paracetamol yang harus terdisolusi pada menit ke-30 tidak kurang sebesar
200 mg Tablet yang digunakan tidak bisa terdisolusi mencapai 80% pada menit ke-30 disebabkan
karena faktor pengikat dan disintegran Dimana bahan pengikat dan disintegran mempengaruhi
kuat tidaknya ikatan partikel-partikel dalam tablet tersebut sehingga mempengaruhi pula
kemudahan cairan untuk masuk berpenetrasi ke dalam lapisan difusi tablet menembus ikatanikatan dalam tablet tersebut Dalam hal ini pemilihan bahan pengikat dan disintegran dan bobot
dari penggunaan bahan pengikat dan disintegran sangat berpengaruh terhadap laju disolusi
Untuk uji waktu hancur digunakan alat disintegration tester yang berbentuk keranjang
mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas sementara dibagian bawah dilapisi dengan
ayakan/screen no10 mesh Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu
37 C Penggunaan penutup dimaksudkan agar tablet tetap terjaga dalam keranjang dan tidak
keluar dari tube saat dinaik turunkan Proses pencelupan naik turun ini merupakan simulasi dari
gerakan peristaltik saluran cerna Sedangkan volume medium 800 ml dengan suhu 37 0 C dipilih
untuk menyerupai volume cairan tubuh manusia dan suhu tubuhnya Dalam monografi yang lain
disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastric (Sulaiman 2007) Namun pada
pengujian ini media yang digunakan adalah aquadest dengan pertimbangan bahwa sebagian
besar cairan tubuh manusia adalah air
Farmakope
Indonesia
III
menyebutkan
bahwa
waktu
yang
diperlukan
untuk
menghancurkan tablet tak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit Dalam praktikum uji waktu
hancur yang dilakukan tablet tidak hancur dalam waktu 15 menit sehingga tidak memenuhi
persyaratan waktu hancur Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya jumlah
disintegran yaitu CMC-Na yang digunakan dalam formula dan jumlah pengikat berupa mucilago
yang digunakan terlalu banyak
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik uji evaluasi tablet yang dilakukan dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut
1.
Sediaan tablet paracetamol Pramadol dalam praktikum ini memilki keseragaman bobot
yang baik dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI (1979) dengan bobot
rata-ratanya 0497 001467 koefisien variasi sebesar 00295% dan ada 3 tablet yang
bobotnya menyimpang lebih dari 5% bobot rata-ratanya yakni tablet ke-1, 6, dan 12 dan
tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% bobot rata-ratanya
2. Uji kekerasan menunjukkan tablet produksi skala laboratorium ini memiliki nilai kekerasan
dengan rata-rata sebesar 838 kPa dan standar deviasi 142 yang menandakan bahwa tablet
yang diuji ini tergolong bersifat rapuh
3. Untuk uji kerapuhan didapatkan angka kerapuhan sebesar 14 % Hasil ini menunjukkan
bahwa tablet yang diuji tidak memenuhi standar karena angka kerapuhan tidak lebih dari 10
%
4. Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah Dimana uji disolusi tablet yang dilakukan pada
praktikum tidak memenuhi persyaratan uji disolusi standar
5. Tablet yang diuji tidak memenuhi persyaratan waktu hancur untuk tablet tak bersalut karena
memerlukan waktu lebih dari 15 menit
DAFTAR PUSTAKA
Andayana N 2009 Teori Sediaan Tablet (cited 2010 Des 13)
Available at : http:// pembuatan_tablet_nutwuri_andayanahtml
Anderson NR GS Banker Dalam : Lachman L Lieberman HA Kanig JL 1984 Teori dan Praktek
Farmasi Industri Vol 2 Edisi 3 UI Press Jakarta
Ansel C Howard 2008 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Jakarta UI Press
Depkes RI 1979 Farmakope Indonesia Edisi III Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan Jakarta
Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan Jakarta
Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig 2008 Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi Ketiga
Jakarta: UI Press
Marais AF M Song dan MM Villiers 2003 Disintegration Propensity of Tablet Evaluated by
Means of Disintegrating Force Kinetics Pharmaceutical Development Technology 5
(12) : 163-169
Nugrahani I 2005 Karakterisik Granul dan Tablet Propranolol Hidroklorida dengan Metode
Granulasi Peleburan (cited 2010 Des 13)
Available at: http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf
Parrot EL 1971 Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics Third Edition
Burges Publishing Company USA
Rowe R C Paul J S and Paul J W 2009 Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6th USA:
Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association