Anda di halaman 1dari 28

Retorika dalam Berdakwah

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (AlQuran) dan agama yang haq (dienul Islam) untuk mengatur seluruh aspek kehidupan kita.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarganya,
para sahabatnya dan kita yang senantiasa mengikuti sunahnya hingga hari kiamat.
Islam adalah agama sempurna. Kesempurnaannya sebagai sebuah sistem hidup dan sistem
hukum meliputi segala perkara yang dihadapi oleh umat manusia. Firman Allah Swt:

Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu.. (QS.
An-Nahl [16]: 89)
Ini berarti, perkara apapun ada hukumnya, dan problematika apa saja, atau apapun tantangan
yang dihadapi kaum Muslim, akan dapat dipecahkan dan dijawab oleh Dinul Islam.
Keharusan mengikuti syariat Islam, terutama jejak langkah yang pernah ditempuh oleh
Rasulullah saw, telah ditegaskan oleh firman Allah Swt:


Katakanlah, Inilah jalan (dakwah)-ku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kalian) kepada (agama) Allah dengan hujjah (bukti) yang nyata.. (QS. Yusuf [12]: 108)
Setiap muslim mempunyai kewajiban untuk menyampaikan dakwah Dienul Islam kepada
muslim lainnya. Untuk itu proses dan pelatihan untuk menjadi dai atau mubaligh mutlak untuk
dilakukan agar perubahan di masyarakat dapat terealisasi dengan cepat. Dalam menyampaikan
dakwahnya, seorang dai yang berperan sebagai khatib dan mubaligh harus memahami berbagai
metode dalam berdakwah agar sukses dalam penyampaiannya.
Oleh karena itu, khatib dan mubalig yang berkualitas menjadi semakin dibutuhkan oleh kaum
muslimin. Masyarakat memang merasakan kurangnya jumlah khatib dan mubalig yang sesuai
dengan kebutuhan mereka. Tidak sedikit kaum muslimin, baik pengurus masjid, pengurus
majelis taklim, pengurus kerohanian Islam di perkantoran, kampus maupun jamaah biasa yang
merasakan kurang memadainya kualitas dan kuantitas khatib dan mubalig. Banyak sekali
keluhan mereka terhadap penampilan para khatib dan mubalig, mulai dari moralitas atau akhlak
yang kurang sesuai, wawasan yang kurang luas hingga kemampuan atau keterampilannya dalam
dakwah yang kurang memadai.Dalam modul training ini diberikan metode terpadu kepada para
khatib dan mubalig, bagaimana agar mereka berhasil dalam menyampaikan materi dakwahnya.
Ada tiga kriteria pokok yang harus dipahami oleh para dai yang berperan sebagai khatib dan
mubalig
Pertama, memiliki kepribadian Islam yang tangguh sehingga pola pikir dan pola sikapnya bisa
diteladani oleh kaum muslimin karena tidak ada kontradiksi dalam dirinya antara pesan-pesan
dakwah yang disampaikan dengan sikap dan perilakunya sehari-hari. Tidak dimilikinya
kepribadian Islam yang utuh pada diri seorang dai, bukan hanya membuat dakwahnya tidak bisa
menggerakkan jamaah untuk beramal, tapi juga ia tidak memiliki izzah harga diri di hadapan
jamaah dan Allah swt. amat murka kepadanya.

Kedua, wawasan yang luas, baik yang terkait dengan ajaran Islam itu sendiri yang memang
menjadi tema utama dalam dakwah yang dilakukan maupun wawasan kekinian dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa menjadi penunjang dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah. Bila seorang khatib dan mubalig tidak memiliki wawasan
yang luas, khususnya tentang ajaran Islam, maka hal ini sangat berbahaya, karena ia akan
menjelaskan ajaran Islam yang sempit kepada jamaahnya yang membuat jamaahnya tidak
memahami ajaran Islam secara utuh dan akibat selanjutnya adalah mengutamakan satu aspek dan
mengabikan aspek lainnya dalam mengamalkan ajaran Islam.
Ketiga. Kemampuan atau keterampilan (skill) dakwah sehingga bila ia berdakwah dengan cara
berkhotbah atau berceramah, khotbah dan ceramahnya itu menarik, enak di dengar dan jamaah
antusias untuk mendengarkannya, karena memang mudah dipahami. Ada porsi yang seimbang
antara bobot keilmuan dari ceramah dan khotbahnya itu dengan gaya yang ditunjukkan. Karena
itu bukan mubalig yang berkualitas bila ia hanya pandai melawak di atas podium tanpa ada kadar
yang bisa diserap oleh jamaah, juga bukan mubalig yang berkualitas bila ia bisa menyampaikan
ceramah dengan bobot keilmuan yang tidak perlu diragukan tapi jamaahnya tidak paham dengan
apa yang disampaikan karena sebagian besar tidur saat ceramah/khotbah berlangsung.
Insya Allah, dengan modul Training Dai (bekal menjadi khotib dan mubalig) dan simulasi
pelatihan langsung yang difasilitasi oleh para fasilitator dari Badan Wakaf Al Quran dapat
mewujudkan para dai yang penuh keikhlasan dan wibawa dalam mendakwahkan Islam.
TANGGUNG JAWAB DAKWAH
Secara harfiah, dakwah berasal dari kata daa, yadu dawatan yang artinya panggilan, seruan,
atau ajakan. Maksudnya adalah mengajak dan menyeru manusia agar mengakui Allah swt.
Sebagai Tuhan yang benar, lalu menjalani kehidupan sesuai dengan ketentuan-ketentuan-Nya
yang tertuang dalam Al-Quran dan sunnah. Dengan demikian, target dakwah dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang bertaqwa kepada Allah swt. Dalam arti yang seluasluasnya.
Dalam kehidupan masyarakat, khususnya kehidupan umat Islam, dakwah memiliki kedudukan
yang sangat penting. Dengan dakwah, bisa disampaikan dan dijelaskan ajaran Islam kepada
masyarakat sehingga mereka menjadi tahu mana yang haq dan mana yang batil itu, tapi juga
memiliki keberpihakan kepada segala sesuatu bentuk yang haq dengan segala konsekuensinya
dan membenci yang batil sehinga selalu berusaha menghancurkan kebatilan. Manakala hal ini
sudah terwujud, maka kehidupan yang baik (hasanah) di dunia dan akhirat akan dapat dicapai.
KEWAJIBAN DAKWAH
Karena dakwah memiliki kedudukan yang sangat penting, maka secara hukum dakwah menjadi
kewajiban yang harus diemban oleh setiap muslim. Ada banyak dalil yang bisa kita jadikan
rujukan untuk mendukung pernyataan wajibnya melaksanakan tugas dakwah, baik dari AlQuran maupun hadist Nabi. Di antaranya adalah dalil berikut ini.



Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang

siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.(QS. AN Nahl 125).
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung. (Ali Imran :104)
Kamu adalah umat termbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf,
mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah (Ali Imran:110)
Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat. (HR. Ahmad, Bukhari, dan Tarmidzi)
KEUTAMAAN DAKWAH
Manakala dakwah bisa kita tunaikan dengan sebaik-sebaiknya, banyak keutamaan yang akan kita
peroleh, antara lain sebagai berikut. Pertama, memperoleh derajat yang tinggi di sisi Allah
dengan dikelompokkan ke dalam kelompok umat yang terbaik (khairu ummah) sebagaimana
yang disebutkan pada surah Ali Imran: 110 di atas.
Kedua. Memperoleh pahala yang amat besar. Hal ini karena dalam satu hadist Rasulullah saw.
Disebutkan ,
Barang siapa yang menunjukkan pada suatu kebaikan, maka baginya seperti pahala orang yang
mengerjakannya. (HR Ahmad, Muslim, Abu Daud, dan Tarmidzi)
Namun perlu diingatkan bahwa hadist di atas jangan sampai disalah pahami sehingga sesesorang
hanya mau berdakwah dengan pahala yang besar, lalu tidak mau mengamalkan apa yang
didakwahkannya itu. Apabila itu yang terjadi, tentu murka Allah yang lebih besar yang akan kita
peroleh. Hadist di atas merupakan keutamaan dan suatu keutamaan sebesar apapun yang kita
peroleh tidak akan sampai bisa mengugurkan kewajiban yang harus kita tunaikan.
Ketiga, dakwah yang baik juga berarti telah dapat membuktikan keimanan pribadi seorang dai
yang benar, karena dakwah yang baik adalah dakwah yang disampaikan setelah diamalkannya,
bukan kontradiksi antara pesan dakwah dengan prilaku sang dai. Allah berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
(ash-Shaff:2-3)
Keempat, memperoleh keberuntungan, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat
sebagaimana sudah disebutkan dalam surat Ali Imran:104 di atas.
Kelima, terhindar dari laknat Allah. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya,
Telah dilaknati orang-orang kafir dari bani Israel dengan lisan Dawud dan Isa Putra Maryam.
Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama
lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah
apa yang selalu mereka perbuat itu (al-Maaidah:78-79)

Keenam, memperoleh rahmat atau kasih sayang Allah. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat
didambakan oleh seorang muslim dalam hidupnya di dunia maupun di akhirat, hal ini
difirmankan Allah swt.,





Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah
dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah
dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.(QS. At Taubah 71).
Maka disinilah urgensi dakwah Islam sebagai mabda/ideologi. Biar kita terbebas dari bencana.
Allah SWT memberikan warning kepada kita semua dalam firman-Nya:



Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim
saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.(QS. Al Anfal 25).
Rasul pun memberikan peringatan kepada kita. Beliau saw. bersabda:


Hendaklah kalian benar-benar menyuruh perbuatan yang maruf dan benar-benar melarang
perbuatan yang munkar, atau (bila tidak kalian lakukan) Allah akan menjadikan orang-orang
jahat di antara kalian berkuasa atas kalian semua (yang akibatnya banyak sekali kejahatan dan
kemungkaran diperbuatnya) lalu orang-orang yang baik di antara kalian berdoa (agar kejahatan
dan kemungkaran itu hilang) maka doa mereka (orang-orang baik itu) tidak diterima (HR. Al
Bazzar dan At Thabrani).
Jelaslah bahwa dakwah mengubah pola pikir masyarakat agar mengadopsi ideologi Islam adalah
yang paling urgen dan harus dikerjakan segera hari ini. Dan dakwah model itulah yang
dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam sejarah perjuangan dakwah beliau saw. yang juga
dilanjutkan oleh para sahabat di bawah pimpinan para khulafaur rasyidin
KARAKTER SEORANG DAI
Dakwah adalah proses mengkomunikasikan materi dakwah kepada sasaran dakwah. Oleh karena
itu, harus ada pelakunya, yaitu seorang dai atau pengemban dakwah (hamilud dakwah). Seorang
dai tentu harus mempersiapkan diri dalam melakukan aktivitas dakwah. Disamping penguasaan
materi dakwah dan teknik-teknik presentasi dan komunikasi untuk penyampaian materi dakwah,
seorang dai harus mempersiapkan diri dengan membentuk karakter dai atau pengemban dakwah
dalam dirinya, sehingga menjadi sifat yang melekat yang senantiasa menjadi akhlak dan
perilakunya sehari-hari baik saat ia menyampaikan dakwah maupun saat ia melaksanakan tugastugas kehidupan lainnya. Allah SWT berfirman:


Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal yang saleh dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri?(QS. Fushilat 33).

Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa dakwah kepada Allah maksudnya adalah menyeru para
hamba Allah kepada Allah. Sedangkan mengerjakan amal saleh maksudnya bahwa seorang dai
yang menyeru manusia kepada Allah itu juga mendapatkan hidayah dari apa yang dia katakan
dan kata-katanya itu bermanfaat bukan hanya kepada orang lain, tapi juga kepada dirinya sendiri.
Seorang dai itu bukanlah orang yang memerintahkan orangkepada perbuatan yang maruf
sementara dia sendiri tidak mengerjakannya. Juga dia bukanlah orang yang mencegah perbuatan
munkar sedangkan dia sendiri mengerjakannya. Seorang dai tunduk pada perbuatan baik yang
dia dakwahkan dan meninggalkan perbuatan buruk dan menyeru manusia kepada AL Khaliq
Tabaraka wa Taala. Ayat ini bersifat umum pada setiap orang yang menyeru kepada kebaikan
(Islam) dan dia sendiri mendapatkan petunjuk dan rasulullah saw. adalah manusia yang paling
utama melakukan hal itu. Abdur Razaq mengatakan dari Mamar dari Al hasan al Bashri bahwa
dia telah membaca ayat di atas lalu berkata:

.
Ini adalah orang yang dicintai Allah. Ini adalah wali Allah. Ini adalah pilihan atau teman sejati
Allah. Ini adalah pilihan Allah. Ini adalah penduduk bumi yang paling dicintai Allah. Allah
menjawab seruannya dan dia menyeru manusia kepada apa yang dijawab (diterima) Allah dari
dakwahnya dan beramal salih dalam menjawab seruan Allah dan mengatakan aku termasuk
orang muslim. Ini adalah wakil Allah.
Dengan demikian jelaslah betapa mulianya kedudukan seorang dai. Dan betapa seorang dai yang
memiliki integritas antara ucapan dan perbuatannya merupakan orang-orang pilihan yang dalam
bahasa Imam Al hasan Al Bashri (seorang Imam yang sangat tterkenal di masa Khalifah Harus al
Rasyid di Baghdad) orang-orang seperti dia gelari dengan habibullah (kekasih Allah), waliyullah
(wali Allah), shafwatullah (pilihan Allah) , khairatullah (pilihan Allah), dan khalifatullah (wakil
Allah).
Bagaimana menjadi seorang dai yang memiliki integritas antara kata dan perbuatannya? Apa saja
karakter yang mesti dimiliki seorang dai yang mengajak manusia kepada jalan Allah, kepada
dinul Islam, dengan metode dakwah Islam tanpa kekerasan sebagaimana yang dicontohkan
rasulullah saw.? Bagaimana cara mebentuk karakter itu dan bagaimana cara merawathnya?
Tulisan ini mencoba menguraikannya.
Rasulullah saw. Teladan para pengemban dakwah
Tentu saja karakter dakwah yang mesti dimiliki para dai adalah karakter yang dicontohkan oleh
Rasulullah saw. dalam dakwahnya, karena sesungguhnya beliau saw. adalah teladan para
pengemban dakwah. Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.(QS. Al Ahzab 21).
Rasulullah saw. adalah orang yang menjadikan iman kepada apa yang diwahyukan kepadanya
sebagai modal utama dalam berdakwah. Dengan itu beliau memiliki karakter-karakter
pengemban berdakwah yang khas, seperti berani, terus terang, tegas, bersikap menantang, tidak
kompromi terhadap kekufuran, memiliki cita-cita dan kesungguhan, optimis akan datangnya

pertolongan dan kemenangan, memiliki keteguhan jiwa, serta menjalankan aktivitas dakwah
penuh dengan kesabaran.
Allah SWT memerintahkan Rasulullah saw. untuk menyampaikan dakwah kepada-Nya dan
menjalani metode yang telah digariskan oleh-Nya. Allah SWT berfirman:


Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu)
kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik.(QS. Tususf 108).
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa Allah SWT berfirman kepada rasul-Nya
saw. kepada golongan jin dan manusia, memerintahkannya untuk mengabarkan kepada manusia
bahwa ini adalah jalannya, yaitu metode dan jalan yang ditempuhnya serta sunnahnya, yakni
dakwah kepada syahadat (pengakuan) bahwa tiada tuhan kecuali Allah yang Esa yang tiada
sekutu baginya, menyeru kepada Allah dengan dakwah yang jelas, dengan keyakinan dan hujjah
yang nyata. Dan setiap orang yang mengikuti beliau saw. menyeru kepada apa yang diserukan
rasulullah saw. dengan hujah dan keyakinan serta argumentasi yang rasional (aqli) maupun legal
(syariI).
Dengan demikian karakter pertama harus dimiliki oleh seorang dai adalah percaya dan yakin
terhadap Islam yang dia dakwahkan, dakwah yang dia serukan hanyalah kepada Allah semata,
dan metode yang dakwah yang dia jalankan adalah metode (thariqah) bimbingan wahyu yang
telah dijalani Rasulullah saw. Dengan demikian dia tidak mudah tergiur atau tergoda dengan
metode-metode lain yang ditawarkan. Sekalipun kelihatannya metode-metode yang tidak
dicontohkan Rasulullah saw. kelihatannya lebih dekat kepada keberhasilan. Namun
sesungguhnya keberhasilan yang digambarkannya pastilah sebuah fatamorgana. Keyakinan
kepada Islam sebagai metode kehidupan yang harus diperjuangkan agar terwujud dalam
kehidupan nyata itulah yang membuat Rasulullah saw. dan para sahabat yang mengikuti beliau
saw. dalam perjuangan senantiasa optimis, tegar, sabar, dan berani dalam perjuangan. Mereka
telah menempuh jalan perjuangan yang panjang, baik periode pembinaan, periode pergolakan
pemikiran dan perjuangan politik, maupun periode penerapan syariah, pembelaan negara, dan
jihad fi sabilillah yang memerlukan ketegaran dan kekuatan fisik untuk membela tegaknya Islam
sebagai mabda.
Karakter kedua yang mesti dimiliki seorang dai adalah berani dan terus terang. Rasulullah saw.
adalah model pengemban dakwah yang pemberani. Tidak ada yang beliau takuti selain Allah
SWT. Tatkala beliau saw. masih seorang diri, tiada penolong (selain Allah), pendukung dan
pembela, tidak ada harta dan senjata selain keimanan yang teguh kepada-Nya, tidak bekal
kecuali keyaninan yang bulat bahwa Allah SWT pasti menolongnya, Rasulullah saw. telah
menyampaikan dakwah islam secara terus terang. Pernah suatu ketika Abu Jahal melarang beliau
saw. shalat di Kabah, tapi beliau saw. tidak mempedulikannya. Beliau saw. bahkan mengulangi
lagi shalat di Kabah. Dengan keberanian yang tinggi itulah beliau saw. dapat menghadapi
berbagai makar para pemimpin Quraisy. Pernah suatu ketika tatkala para pemimpin Quraisy itu
berusaha mengancam, menghalangi, dan menyakiti beliau yang sedang melaksanakan Thawaf,
Rasul pun berkata kepada mereka:
Dengarlah wahai kaum Quraisy, demi Dzat yang nyawaku ada di tangannya, aku ingatkan
kalian bahwa suatu ketika aku akan membunuh kalian (lihat Sirah Ibnu Hisyam, Juz I/90).
Ya, tanpa keberanian rasulullah saw. pasti tidak mampu berterus terang akan missi dakwah yang
diembannya, apalagi beliau menghadapi situasi dan kondisi yang terkungkung di dalam

kemusyrikan dan kejahiliyahan. Tanpa keberanian, bahkan Rasulullah saw. tak akan berani
menyampaikan dakwahnya secara terus terang kepada keluarganya sendiri. Namun dengan
keyakinannya kepada islam yang beliau bawa, Rasulullah saw. memiliki keberanian untuk
menyampaikan mabda yang diembannya. Beliau saw. mengumpulkan keluarganya dan penduduk
Mekkah menyampaikan secara terus terang: Sesungguhnya seorang pemimpin tidak akan
membohongi kaumnya. Demi Allah, bahkan andaikan aku berdusta kepada segenap manusia, aku
tidak akan berdusta kepada kalian. Juga, andaikan aku mampu menipu manusia seluruhnya, aku
tidak mungkin menipu kalian. Demi Allah yang tidak ada tuhan kecuali Dia, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah untuk kalain khususnya dan kepada manusia seluruhnya. Demi Allah kamu
akan mati sebagaimana kamu tidur dan kamu akan dibangkitkan sebagaimana kamu bangun
tidur, dan akan dihisab segala perkara yang kamu kerjakan dan akan dibalas dengan kebaikan
segala amal baikmu dan dibalas keburukan segala amal burukmu. Balasan itu berupa surga yang
kekal atau neraka yang langgeng (lihat Sirah Halabiyah , Juz I/459).
Karakter ketiga yang mesti dimiliki seorang pengemban dakwah adalah bersikap tegas dan
menantang. Tidak berarti kasar dan main fisik. Tapi tegas dalam menyampaikan ide-ide dakwah,
tegas dalam menyampaikan hukum dan pendapat Islam serta tidak ada kompromi terhadap ideide yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Islam memang tidak dikompromikan,
dicangkokkan, dan disejajarkan dengan ide-ide kufur, tapi justru harus ditempatkan ppada
tempatnya sebagai agama yang dimenangkan Alah atas agama lain-lain. Allah SWT berfirman:

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Quran) dan agama
yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai.(QS. At Taubah 33).
Sepanjang perjalanan dakwah Rasulullah saw. bersikap menantang dan siap melayani tantangan
kafir Quraisy, menghadapi Yahudi maupun Nasrani. Ayat-ayat Al Quran yang turun
menggambarkan bagaimana sikap dakwah itu. Misalnya saja tantangan Al Quran ke pada orangorang Quraisy untuk membuat satu surat yang semisal dengan Al Quran. Allah SWT berfirman:


Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba
Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolongpenolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.(QS. Al Baqarah 23).
Berbagai makar yang dilakukan oleh orang-orang kafir merespon dakwah Rasulullah saw. pada
hakikatnya merupakan tantangan yang dihadapi oleh beliau saw. dengan pertolongan Allah. Dia
SWT berfirman:

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan)
mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orangorang yang kafir tidak menyukai.(QS. At Taubah 32).
Karakter keempat yang harus dimiliki seorang dai adalah optimis dan memiliki kesungguhan.
Rasulullah saw. dalam dakwah, sekalipun masih sendiri, sekalipun belum memiliki pendukung
beliau saw. optimis bahwa Islam akan menang. Abbas bin Abdul Muthalib ketika di Kabah

menerima tamu orang-orang Arab yang pergi haji, dia mengatakan : Itu Muhammad, dia
mengatakan agama yang dibawanya akan menguasai Romawi dan Persia. Yang itu Khadijah
Istrinya dan yang itu lagi, Ali, sepupunya. Mereka mendukung apa yang dikatakan Muhammad.
Rasulullah saw. memang menyatakan kepada keluarganya bahwa apabila mereka menerima
Islam yang beliau bawa, mereka akan dipertuan oleh manusia. Bahkan beliau saw. masuk keluar
pasar sambil mengatakan kalimat yang singkat dan tegas:



Ucapkanlah tiada Tuhan kecuali Allah, niscaya kalian menang!.
Namun Rasulullah saw. bukan orang yang berilusi. Tapi beliau saw. memang memiliki jiwa yang
optimis dan serius tentang tujuan dan cita-cita dakwahnya. Beliau saw. Bekerja siang malam dari
hari-ke hari terus berjuang menyampaikan risalah menegakkan kalimat tauhid. Beliau saw.
mengajak keluarga dan teman-teman dekatnya, mengajak mereka semua kepada Islam. Beliau
saw. membina orang-orang yang tertarik kepada Islam, bahkan beliau konsentrasikan pembinaan
di rumah Al Arqam bin Abil Arqam. Beliau saw. membacakan Al Quran kepada mereka,
mengajarkan isinya, membina mereka untuk menghafal Al Quran, dan mengajar mereka untuk
memahamkan mereka Islam. Beliau saw. terus maju bergerak dalam dakwah. Sejak awal beliau
saw. serius menyampaikan kepada keluarga dan masyarakatnya tentang kerasulan beliau saw.
dan tentang risalah Islam yang berbeda 180 derajat dengan paganisme dan kultur jahiliyah yang
menyelimuti masyarakat Mekkah waktu itu. Bahkan tatkala Rasul bersama para sahabat
mengumumkan kelompok dakwahnya di Kabah, menghubungi berbagai keluarga dan kabilah,
menghubungi orang-orang berpengaruh yang datang ke Mekkah, itu semua adalah bentuk
kesungguhan yang dilakukan beliau saw.
Seorang dai dengan keyakinan akan kebenaran mabda yang diembannya dan metode dakwah
yang diadopsinya dari teladan Rasulullah saw. optimis bahwa Islam pasti tegak kembali
sekalipun menghadapi dominasi Kapitalisme dan sistem demokrasi. Seorang dai juga sungguhsungguh menempuh jalan dakwahnya sekalipun pada awalnya ide-ide yang dibawanya terasa
asing di masyarakat dan lebih banyak yang menentang daripada yang mendukungnya.
Pengemban dakwah yakin, kesungguhannya menempuh berbagai kesulitan, halangan, dan
rintangan akan membawa hasil dan kemudahan bagi tegaknya Islam dan kemenangan dakwah.
Karakter kelima yang harus dimiliki seorang dai adalah memiliki keteguhan jiwa dan kesabaran
dalam menghadapi segala tantangan, halangan, maupun rintangan dakwah. Rasulullah saw. dan
para sahabatnya adalah orang-orang yang tahan banting di dalam perjuangan. Para sahabat yang
lemah mendapatkan banyak gangguan dan penyksaan. Tapi mereka tetapp teguh mengemban
mabda yang diyakininya. Bilal bin Rabbah ditindih batu di panas terik. Yasir dan istrinya,
Sumayyah, disiksa sampai mati. Khabab bin AL Art ditusuk besi panas peralatan pandai besi.
Namun semua mereka bersabar. Tatkala Rasulullah saw. menyaksikan dengan mata kepala beliau
saw. sendiri bagaimana penyiksaan kepada keluarga Yasir beliau saw. bersabda:
Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya janji Allah untuk kalian adalah surga.
Sumayyah, istri Yasir pun dengan tegar berkata: Kami telah melihatnya dengan nyata, wahai
Rasulullah!.
Tatkala Khabab bin Al Art mengadukan penyiksaan orang-orang Quraisy (Khabab adalah budak
orang-orang Quraisy yang pekerjaan sehari-harinya adalah pandai besi) yang menusukkan besi
panas ke punggungnya, dan bertanya kepada beliau saw. : Apakah engkau tidak berdoa dan
meminta pertolongan kepada Allah untuk kita yang Rasulullah? Beliau saw. bersabda: Telah
berlalu umat-umat sebelum kalian, mereka disiksa dengan digergaji tubuh mereka dan disisir
dengan sisir besi, namun itu semua tidak memalingkan mereka dari agama yang mereka anut.

Tapi kalian terburu-buru. Ketahuilah bahwa dakwah ini akan terus dijalankan sampai orangorang berjalan dari Sana ke Hadramaut dengan aman, dan serigala duduk-duduk di
pinggir(tanpa memberikan gangguan).
Ketika Rasulullah saw. mendapat tekanan psikologis kepada rasulullah saw. melalui paman
beliau saw. Abu Thalib yang selama ini menjadi pelindung dan penolongnya (sekalipun dia
belum beriman), yaitu menyuruh beliau saw. meninggalkan dakwah agar tidak menyulitkan
posisi pamannya di hadapan para pemimpin Quraisy, beliau saw. memperlihatkan kesiapsiagaan
beliau saw. untuk berjuang dan menanggung resiko, walau resikonya mati sekalipun dalam
menegakkan dakwah yang telah Allah SWT turunkan kepadanya. Beliau saw. tidak bergeming
dan tidak mundur setapakpun dari tipu daya dan makar Quraisy yang dilancarkan terhadap beliau
saw. dan para pengikutnya. Beliau saw. menjawab tekanan Quraisy melalui pamannya itu dengan
tegar:
Demi Allah, wahai pamanku, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan
bulan di tangan kiriku supaya aku tinggalkan sampai Allah memenangkan dakwah atau aku
binasa karenanya.
Karakter keenam yang mesti dimiliki seorang dai adalah senantiasa menambah wawasan dan
pengetahuannya. Rasulullah saw., sekalipun seorang yang buta huruf, adalah orang yang
senantiasa mendapatkan pengetahuan dari Allah SWT berupa wahyu, baik Al Quran maupun As
Sunnah. Ayat yang pertama kali yang beliau saw. terima adalah ayat membaca, yang menyuruh
kepada dimilikinya pengetahuan. Allah SWT berfirman:

(5)
( 4)( 3)( 2)
( 1)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(QS.
Al Alaq 1-5).
Dan Rasulullah saw. senantiasa membacakan Al Quran, mengajarkan Al Kitab dan As Sunnah,
serta mengajarkan mereka menghafal Al Quran. Allah SWT berfirman:



Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata,(QS. Al Jumuah 2).
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:


Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan
kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.(QS. An
Nisa 113).
Seorang dai hendaknya membaca Al Quran dan hadits setiap hari, secara rutin, walau satu ayat
dan satu hadits. Seorang dai hendaknya senantiasa berusaha menghafalkan ayat-ayat dan haditshadits, khususnya yang menjadi materi dakwah yang akan dia sampaikan kepada masyarakat
untuk mencapai tujuan dakwah melanjutkan kehidupan Islam (li-istinaafil hayatil islamiyyah).
Seorang dai hendaknya menambah wawasan buku-buku dakwah (khususnya yang banyak
memaparkan sirah rasulullah saw.) dan tsaqofahnya dengan membaca buku-buku/kitab-kitab
tsaqofah Islamiyyah yang menjadi rujukan umat, juga senantiasa menambah wawasan dengan

senantiasa mengikuti perkembangan dunia, termasuk di dalamnya perkembangan umat islam di


berbagai dunia, sehingga dalam dakwahnya senantiasa mampu menghubungkan materinya
dengan kondisi aktual.
Karakter ketujuh yang harus dimiliki seorang dai adalah senantiasa memperbaiki dirinya,
keyakinannya, akhlaknya, ibadahnya, maupun kebenaran muamalahnya. Seorang dai hendaknya
sadar bahwa segala bentuk amalannya akan menjadi cermin apakah yang dia katakan itu jujur
atau dusta. Perbuatannya yang menyimpang dari yang dia katakan merupakan bukti yang paling
kuat bahwa apa yang dikatakannya adalah dusta, atau paling tidak bukti bahwa dia tidak serius
dengan apa yang dikatakannya. Seorang dai hendaknya sadar bahwa dia senantiasa dalam
pantauan Allah SWT. Allah SWT tidak pernah lalai dari apa yang dia kerjakan:


(123)

Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah
dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya.
Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.(QS. Huud 123).
Dan Allah SWT menggambarkan bahwa ketaqwaan menjadi sebab Allah mengajarkan ilmu
kepada kita. Dia SWT berfirman:

Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(QS. Al baqoroh 282).
Khatimah
Ketakwaan seorang dai dan kedekatannya kepada Allah SWT (ingat hadits Qudsi riwayat Imam
Al Bukhari tentang waliyullah, yakni orang yang senantiasa bertaqorrub kepada Allah hingga
dicintai Allah, di kitab Riyadlus Shalihin karya Imam Nawawi) dengan kesempurnaan ketujuh
karakter di atas akan membuat seorang dai mampu mengelola hati dan akal fikirannya sehingga
yang bersangkutan betul-betul menjadi seorang dai yang senantiasa mengetahui kondisi umat
Islam, memperhatikan apa yang tersembunyi di balik nasib umat yang tampak, senantiasa
merenungkan rahasia-rahasia jiwa umatnya, memahami betul jalan dakwah yang akan ditempuh
untuk mengarahkan umatnya, mengetahui bagaimana dia berbicara kepada umat dengan bahasa
umat, mengetahui bagaimana mengambil kendali umat,dan mengetahui bagaimana dia
mendapatkan posisi yang terhormat di sisi umat. Semua itu tidak mungkin dapat dia raih kecuali
dengan senantiasa menyempurnakan dirinya.
RETORIKA DAKWAH
Berdakwah pada dasarnya merupakan aktivitas lisan baik yang disampaikan secara formal
melalui forum-forum resmi ataupun sekedar berbicara dengan orang- perorang dengan mengajak
mereka ke jalan Allah SWT. Ceramah, Pidato, atau khutbah merupakan salah satu bentuk
kegiatan dakwah yang sangat sering dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Bahkan
khutbah pada hari Jumat adalah merupakan kegiatan wajib yang harus dijalankan saat
melaksanakan sholat Jumat. Agar ceramah atau khotbah dapat berlangsung dengan baik,
memikat dan menyentuh akal dan hati para jamaah, maka pemahaman tentang retorika menjadi
perkara yang penting.
Retorika merupakan bagian dari ilmu komunikasi. Sebagaimana kita ketahui, komunikasi adalah

mengajak orang untuk berpartisipasi atau mengubah sikap agar bertindak yang sama dengan
maksud komunikator (orang yang berkomunikasi). Dalam dakwah komunikator yang dimaksud
adalah muballiqh atau dai. Dengan demikian, disamping penguasaan konsepsi Islam dan
pengamalannya, keberhasilan dakwah juga sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi
antara sang dai, muballiqh, dai atau khatib dengan madu-nya yakni jamaah yang menjadi
obyek dakwah.
PENGERTIAN
Retorika berasal dari bahasa Ingeris rethoric yang artinya ilmu bicara. Dalam
perkembangannya, retorika disebut sebagai seni berbicara di hadapan umum atau ucapan untuk
menciptakan kesan yang diinginkan. Adapun dakwah berasal dari bahasa arab yang
artinyamengajak atau menyeru. Banyak sekali pengertian dakwah yang dikemukakan oleh para
ahli dakwah, tapi pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah aktivitas mengubah
situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan Islam menjadi situasi dan kondisi yang sesuai
dengan kehidupan Islam. Dengan demikian yang diinginkan oleh dakwah adalah terjadinya
perubahan ke arah kehidupan yang lebih Islami.
Dari definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa retorika dakwah adalah ketrampilan
menyampaikan ajaran Islam secara lisan guna memberikan pemahaman yang benar kepada kaum
mulimin agar mereka dapat dengan mudah menerima seruan dakwah Islam yang karenanya
pemahaman dan prilakunya dapat berubah menjadi lebih Isami.
RETORIKA DALAM PRAKTEK
Penyampaian ajaran Islam secara lisan umumnya dilakukan dengan ceramah, pidato, atau
khotbah, meskipun ada juga dalam bentuk dialog. Ceramah dan khotbah pada prinsipnya sama
saja, hanya saja ceramah dapat dilakukan dalam berbagai modifikasi dan variasi dengan gaya
yang lebih bebas semenara khotbah lebih terkesan ritual dengan rukun-rukun yang telah
ditentukan, seperti khotbah Jumat, khotbah Iedul Fitri, Khotbah Iedul Adha, dan khotbah nikah.
Untuk bisa ceramah dan khotbah dengan baik, minimal ada tiga bagian yang harus selalu
diperhatikan.
1. Persiapan
Apapun kegiatan yang hendak kita lakukan, persiapan merupakan sesuatu yang teramat penting
diperhatikan. Dalam berceramah atau berkhotbah, persiapan menjadi lebih penting lagi lebih
khusus bagi para pemula yang belum berpengalaman. Karenanya, sulit untuk bisa ceramah
dengan baik bila tidak dibekali dengan persiapan yang matang, bahkan bagi orang yang sudah
berpengalaman sekalipun. Adapun langkah-langkah persiapan yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
a. Mental
Persiapan mental meliputi : Pertama, harus disadari bahwa apa yang akan kita sampaikan
merupakan tanggung jawab yang mulia, yakni melanjutkan tugas para nabi dalam berdakwah,
penting dan memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena masyarakat membutuhkan
bimbingan kehidupan yang baik yang didasari pada ajaran Islam. Kedua, yakin bahwa apa yang
akan disampaikan merupakan sesuatu yang benar. Ketiga, yakin bahwa kita adalah orang yang
paling pantas untuk menyampaikan masalah yang benar itu. Keempat, menyadari bahwa kita
memiliki kemampuan untuk melakukan tugas ini dan meyakinkan kepada diri sendiri akan

kemampuan itu. Kelima, Tidak peduli kritikan bahkan cemohan orang-orang yang suka
mengkritik.
Bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakan; Dan
bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan; Kemudian dia akan diberi balasan yang
paling sempurna. (53:39-41)
b. Memahami Latar Belakang Jamaah
Memahami latar belakang jamaah memiliki arti yang sangat penting untuk mengetahui gambaran
keadaan jamaah. Dari sini kita dapat menentukan tema apa yang perlu dibahas yang sesuai
dengan keadaan jamaah. Untuk mengetahui gambaran jamaah, kita bisa bertanya kepada
pengurus atau panitia yang mengundang kita.
c. Menentukan Masalah
Ceramah yang baik adalah ceramah dengan permasalahan atau pembahasan yang jelas, fokus
pada satu titik persoalan atau beberapa titik persoalan yang masih sangat terkait dengan tema
pokok yang sedang dibahas. Apa lagi khutbah Jumat yang memiliki waktu yang sangat terbatas.
d. Mengumpulkan Bahan
Setelah tema ditentukan, langkah berikutnya adalah mengumpulkan bahan agar pembahasan
materi khutbah bisa disampaikan dengan wawasan yang luas dengan ilustrasi yang tepat. Bahanbahan bisa diperoleh dari Al Quran, hadits, sirah atau pun kitab-kitab Islam lainnya. Bahkan,
penting memperhatikan bahan-bahan yang ada di berbagai media baik cetak ataupun elektronoik
e. Menyusun Sistimatika
Bila tema sudah ditentukan dan bahan-bahan sudah dikumpulkan, maka untuk memudahkan
pembahasan perlu disusun sistimatika uraian materi pembahasan dengan alur misalnya: Pertama,
Menjelaskan sebuah masalah yang sedang terjadi di masyarakat, Kedua, Bagaimana hukum
masalah itu dalam pandangan Islam. Ketiga, Bagaimana Islam memberikan solusi tentang
masalah tersebut. Keempat, Kesimpulan yang berisi apa tindakan riil yang harus kita lakukan
berkaitan dengan masalah tersebut.
f. Fisik
Disamping kesiapan mental dan akal dengan penguasaan materi yang hendak dibahas, seorang
penceramah juga harus menjaga dan mempersiapkan kondisi fisiknya agar tetap prima selama
berlangsungnya khotbah. Termasuk hal yang perlu diperhatikan adalah mengunakan pakain yang
pantas dengan tetap memperhatikan kondisi jamaahnya.
g. Analisis Pendengar
Ketika seorang muballiqh tiba ditempat acara saat itulah ia harus melakukan persiapan akhir
dengan membaca keadaan jamaah yang sesunguhnya. Apakah keadaan yang dilihatnya sesuai
dengan gambaran yang didengarnya atau tidak. Kadang-kadang keadaan jamaah cocok dengan
apa yang diceritakan pengurus atau malah sebaliknya. Disinilah seorang penceramah atau khotib
harus mampu menganalisis jamaah untuk menentukan apakah pembahasan yang telah disiapkan
cocok untuk kondisi jamaah tersebut atau mungkin perlu merubahnya dengan mengganti
pembahasan dengan tema yang lain. Disinilah letak pentingnya bagi penceramah atau khotib
memiliki kemampun untuk bisa mengganti tema setiap saat sesuai dengan kebutuhan kondisi

jamaah yang dihadapinya. Dan untuk mendapatkan hubungan yang erat dan meningkatkan
komunikasi dengan pendengar, kita hendaklah tiba lebih awal dan pulang belakangan.
2. Pelaksanaan
Setelah semua persiapan dilakukan dengan baik, selanjutnya ada beberapa hal yang harus
diperhatikan saat ceramah/khotbah sedang berlangsung ;
a.Tampil dengan Penuh Percaya Diri
Meskipun dalam dakwah kita menuntut jamaah untuk menggunakan prinsip perhatikan apa
yang dibicarakan, jangan perhatikan siapa yang berbicara, namun penampilan yang
mengesankan tetap diperlukan. Misalnya menggunakan pakaian yang pantas, wajah yang ceria,
pandangan mata yang ramah dan tutur kata yang baik. Daya tarik dari sisi ini merupakan sesuatu
yang sangat penting, sebab bagaimana mungkin ceramah kita akan didengar jamaah bila mereka
sudah tidak tertarik dengan penampilan kita.
Menumbuhkan Kepercayaan
Pendengar akan menanggapi ceramah kita jika mereka mempercayai kredibilitas kita. Untuk
menumbuhkan kepercayaan, penceramah harus menguasai masalah yang sedang disampaikan,
presentasinya bisa dipercaya, dan disampaikan dengan cara yang menarik. Waktu Rasulullah
saw. telah siap untuk memberitahukan kepada penduduk Mekkah bahwa beliau telah diangkat
Allah menjadi rasul untuk menyampaikan petunjuk kepada mereka, Beliau memanggil mereka
supaya berkumpul di sebuah bukit di Mekah. Kemudian beliau bersabda, Jika aku kabarkan
suatu berita bahwa suatu angkatan tentara akan muncul dari kaki bukit ini apakah kalian akan
mempercayai aku? Mereka semua menjawab, Ya, karena sampai hari ini mereka belum penah
mendengar Rasulullah berbohong. Setelah terbentuk kepercayaan, beliau bersabda, Aku
mengingatkan kamu akan pembalasan yang berat yang akan menunggu kamu jika kamu tidak
beriman. Sahih Bukhari.
b. Menguasai Forum
Sebelum ceramah dimulai, seorang penceramah terlebih dahulu harus menguasai dirinya sendiri
agar tidak gugup atau tidak grogi. Jika ia telah menguasai dirinya sendiri, insya Allah ia akan
mudah menguasai forum. Untuk bisa menguasai forum, seorang penceramah perlu menatap
seluruh sudut ruangan atau dengan kata lain; menatap semua jamaah yang hadir, mencoba
pengeras suara dan memperbaiki posisi posisi agar betul-betul tepat dengan posisi mulut dan jika
diperlukan bertanya kepada hadirin, apakah ceramah bisa dimulai atau belum.
c. Jangan menyimpang
Selama ceramah berlangsung, penceramah harus tetap berpijak pada tema yang sudah disiapkan,
jangan sampai melebar terlalu jauh dengan membahas hal-hal yang tidak direncakan untuk
dibahas. Karena itu, penceramah harus dapat mengontrol diri jangan sampai uraian satu sub
bahasan terlalu melebar dan menyita waktu sementara sublainnya hanya berlangsung sangat
singkat. Apalagi kalau subtema yang dijanjikan mau dibahas sampai tidak terbahas dan hanya
disebutkan saja karena waktunya hampir habis, sementara panitia memberi kertas peringatan
bahwa waktu hampir habis.
Banyak sekali penceramah yang menyimpang dari tema pembahasan yang dijanjikan, apa saja
yang diingatnya dibahas, bahkan komentar respons jamaahnya dibahas panjang lebar sehingga
terkesan banyak tema yang dibahasnya. Ceramah dengan banyak judul ini harus dihindari,

karena ibarat orang memotret, pemotretannya tidak fokus sehingga tidak jelas wajah orang yang
dipotretnya itu.
d. Gaya yang Orisinal
Penceramah sebaiknya menggunakan gayanya sendiri. Jangan meniru gaya orang lain. Hal ini
akan mempermudah ceramahnya, sekaligus dapat menjaga wibawanya. Bagi pemula yang belum
menemukan gaya yang cocok, maka dia harus banyak mengikuti dan mengevaluasi gaya dan
penyampaian para dai lain, kemudian dia dapat memilih gaya yang cocok dengan sifat dan
karakter dirinya. Namun usahakan jangan meniru total gaya mubalig kondang berceramah,
karena kehadiran jamaah dalam jumlah yang banyak lebih terkesan hendak menonton ia
berceramah ketimbang mau mendengarkan nasihat-nasihatnya.
e. Bersikap Sederajat
Terutama kepada jamaah yang dewasa dan intelektual, sebaiknya bersikap sederajat, jangan
terlalu menggurui. Karena itu, dalam menyampaikan pesan, gunakanlah istilah kita bukan
Anda, apalagi kalian. Contohnya, Sebagai muslim yang sejati, kita seharusnya dapat
membaca Al-Quran dengan baik dan kita berusaha untuk rajin membacanya. Kalimat seperti
ini adalah kalimat yang bisa diteri oleh semua pihak yang hadir atau yang mendengarkannya.
Adapun kalimat yang meggurui contohnya adalah, sebagai muslim sejati, Anda saharusnya
dapat membaca Al-Quran dengan baik dan Anda harus berusaha untuk rajin membacanya. Bagi
mubalig/dai juga jangan merasa /menempatkan rendah dirinya dihadapan jamaah sekalipun
disana ada para pembesar, pimpinan, orang tua atau bahkan presiden.
f. Mengatur Intonasi
Ceramah yang menarik adalah ceramah yang nadanya naik turun. Tidak datar terus atau tidak
tinggi terus-menerus, apalagi bila dalam ceramah berkisah tentang dua orang yang berdialog,
tentu harus dapat dibedakan suara antara tokoh yang satu dengan yang lain.
g. Mengatur Tempo
Dalam memberikan ceramah, seorang penceramah hendaknya mengatur tempo pembicaraan
sehingga antara kalimat yang satu dan kalimat berkutnya diberikan jarak. Dari sini seorang
penceramah tidak berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat. Ibarat membaca, perhatikan tandatanda bancanya, ada titik dan koma yang harus diperhatikan.
h. Memberi Tekanan
Dalam ceramah seringkali ada kalimat-kalimat yang amat penting untuk dipertegas kepada
pendengar. Kalimat itu harus diberi penekanan dengan cara mengulang-ulang, karena dengan
begitu jamaah mendapat kejelasan yang memadai. Bahkan hal ini bisa dibantu dengan
menggunakan gerakan tangan seperti menunjukkan atau memperlihatkan jumlah jari sebagai
isyarat dari jumlah masalah yang menjadi pembahasan. Ini berarti diperlukan penggunaan bahasa
badan untuk memperjelas, memudahkan pemahaman dan meningkatkan daya tarik ceramah
/khutbah agar lebih komunikatif.
i. Memelihara Kontak dengan Jamaah.
Ceramah yang sudah berlangsung lebih dari 30 menit, biasanya melelahkan jamaah. Oleh karena

itu, kontak dengan jamaah jangan sampai terputus, misalnya dengan bertanya, memberikan
humor yang segar dan relevan (kecuali dalam khutbah jumat tidak ada humor).
j. Pengembangan Bahasan
Untuk menambah daya terik dalam pembahasan, diperlukan pengembangan pembahasan, antara
lain sebagai berikut.
Pertama, penjelasan, yakni keterangan tambahan yang sederhana dan tidak terlalu rinci, misalnya
dengan mengatakan, sebagai muslim kita tentu sudah tahu tentang takwa, yakni melaksanakan
perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun
juga. Seseorang tidak disebut bertakwa bila ia melaksanakan perintah Allah tapi ia juga
melaksanakan larangan Allah. Seseorang juga tidak bisa disebut bertakwa bila ia meninggalkan
larangan Allah tapi juga meninggalkan perintah-perintah-Nya.
Kedua, memberikan contoh yang relevan dengan pembahasan sehingga masalah yang dibahas
akan menjadi tambah jelas dan konkret, misalnya dengan mengatakan, Karena para sahabat
ingin menunjukkan ketakwaannya kepada Allah, maka ketika Allah mengharamkan minuman
keras, mereka membuang minuman keras itu dari dalam rumah mereka kejalan-jalan sehingga
jalan-jalan di kota Madinah menjadi becek.
Ketiga, memberikan analogi, yakni perbandingan antara dua hal, baik untuk menunjukkan
persamaan maupun perbedaan, misalnya dengan mengatakan, Orang yang beriman itu akan
bergetar hatinya bila disebut nama Allah, karena Allah sangat dincintainya, sama seperti ada
orang yang kita cintai lalu disebut namanya dalam pembicaraan orang lain. Maka, perhatian kita
sangat besar terhadap pembicaraan orang itu dalam kaitan dengan nama orang yang kita cintai,
ada perhatian yang besar ketika nama Allah disebut, maka ketika nama Allah disebut dalam azan,
seorang mukmin akan segera menunikan shalat guna menunjukkan getaran hatinya.
Keempat, memberikan testimony, yakni mengutip, baik ayat, hadits, kata mutiara, keterangan
para ahli, tulisan di buku, Koran, maupun majalah dan bulletin. Dengan kutipan yang jelas,
materi ceramah yang kita sampaikan menjadi tidak perlu lagi diragukan kebenarannya.
Kelima, statistik, yakni mengemukakan pembahasan dengan membeberkan angka-angka untuk
menunjukkan perbandingan suatu kasus, misalnya untuk mengemukakan akhlak masyarakat kita
yang semakin rusak, kasus pencurian yang terjadi tahun 2004 lebih banyak terjadi dari tahun
2003, begitulah seterusnya.
k. Memberi Kesimpulan
Bila diperlukan, penceramah dapat memberikan kesimpulan dari uraiannya, lalu lanjutkan
dengan kalimat penutup. Kesimpulan bisa dengan mengungkapkan beberapa masalah yang sudah
dibahas, bisa juga dengan menyampaikan pesan-pesan inti dari isi ceramah yang kita maksudkan,
sesudah itu akhiri ceramah dengan menyampaikan permohonan maaf dan memberi salam. Hal
ini berarti jangan sampai ceramah diperpanjang lagi padahal sudah saatnya untuk diakhiri.
3. Langkah-langkah Sesudah Ceramah
Meskipun ceramah sudah berlangsung dengan baik menurut sang penceramah, bukan berarti
tugasnya sudah selesai, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, turun dari
podium/mimbar dan berjalan dengan tenang menuju tempat duduk semula. Kedua, kalau perlu
cari informasi tentang respons jamaah terhadap kemampuan dan isi ceramah, namun hal ini harus
dilakukan Sehati-hati mungkin agar tidak terkesan kita ingin mencari pujian, padahal sebenarnya
kita perlu masukan dan evaluasi. Ketiga, mengevaluasi sendiri ceramah yang sudah disampaikan,

misalnya dengan mendengarkan kembali rekaman ceramahnya.


Demikianlah secara umum bagaimana berceramah yang baik. Bagi yang ingin padai berceramah
tentu saja harus banyak berlatih, baik sendiri atau bersama-sama. Untuk memudahkan
mengeluarkan kata-kata yang baik tentu harus memiliki banyak perbendaharaan kata-kata dan
hal itu dapat diperoleh baik melalui banyak membaca maupun banyak mendengar ceramah orang
lain.
KOMUNIKASI DAKWAH
Allah swt berfirman:
(Tuhan) yang Maha Pemurah; yang telah mengajar Quran; Dia Menciptakan Manusia;
mengajarnya pandai berbicara. (QS ar-Rahman:1-4)
Bagi manusia, komunikasi merupakan sesuatu yang biasa dilakukan, bahkan bisa jadi sebagian
besar waktunya dalam 24 jam setiap harinya digunakan untuk berkomunikasi, mulai dari bangun
tidur di pagi hari sampai kita tidur lagi di malam hari. Meskipun demikian, komunikasi ternyata
susah-susah gampang. Disebut gampang karena ia merupakan persoalan keseharian. Namun, ia
juga disebut susah karena berkomunikasi bila kita lakukan dengan banyak orang akan terasa
menjadi sulit
Allah swt mengajar kita untuk berkomunikasi. Peran kita ialah untuk menyampaikan pesan
dengan jelas dan murni. Berkomunikasi berarti membiarkan orang lain mengenal Anda dan
menjalin pengertian dengan Anda. Meskipun begitu proses ini menuntut Anda berbagi pikiran
dan perasaan Anda dengan orang lain secara jujur. Malangnya, kita dibesarkan untuk menjadi
kurang jujur sejak kecil. Oleh sebab itu, dalam komunikasi kita terlindung di balik seribu topeng.
Manusia hidup dengan kehidupan palsu dan takut jika orang lain mengetahui diri mereka yang
sebenarnya, menetawakan (mengejek) mereka. Kita tidak seharusnya diperbodoh oleh apa yang
dikatakan orang lain, tetapi kita perlumendengar dengan seksama apa yang tidak mereka
katakan! Adalah lebih baik kita disisihkan karena siapa kita yang sebenarnya daripada diterima
karena bukan siapa kita yang sebenarnya.
PENGERTIAN KOMUNIKASI DAKWAH
Komunikasi berasal dari bahasa latin, comunicatio (communis) yang berarti sama. Ini berarti
bila seseorang berkomunikasi dengan orang lain, maka tujuannya adalah agar orang tersebut
(komunikan) bersikap dan bertindak sama dengan keinginan komunikator. Dengan demikian,
komunikasi bukan sekadar informatif, yaitu agar orang lain mengerti dan tahu tentang suatu
maksud. Akan tetapi juga persuasive, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau
keyakinan lalu melakukan perbuatan yang sesuai dengan paham tersebut.
Adapun dakwah adalah menyeru orang lain agar beriman dan tunduk kepada Allah dalam
kehidupan, baik menyangkut hubungan dengan Allah maupun dengan dirinya dan sesama
manusia. Dengan demikian, komunikasi dakwah adalah menyampaikan ajaran Islam kepada
orang lain agar ia memahami ajaran Islam dengan baik dan bersikap serta berperilaku islami.
Dalam komunikasi, unsur-unsur yang tak bisa dipisahkan terdiri dari lima hal. Pertama,
komunikator (orang yang berkomunikasi, dalam dakwah disebut dai, mubalig, atau khatib).
Komunikator merupakan penentu dalam keberhasilan berkomunikasi. Oleh karena itu,
komunikator harus terampil, kaya dengan ide-ide, dan memiliki daya kreativitas yang tinggi.

Untuk mencapai keberhasilan, komunikator harus memiliki tiga hal penting , yakni sebagai
berikut.
1. Kredibilitas atau kepercayaan diri yang tinggi, baik dari sisi karakter, emosi yang terkendali,
maupun kemampuan berargumentasi. Ini merupakan hal yang paling penting bagi seorang
komunikator.
2. Daya tarik seperti dalam kesamaan bahasa atau daerah, disukai, populer, kemampuan
mengolah, atau mengemas materi pembahasan.
3. Kekuatan, yakni memiliki pengaruh yang besar dan luas.
Kedua, komunikan ( orang yang diajak berkomunikasi dalam dakwah disebut madu atau jamaah
dakwah). Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam berkomunikasi, seorang komunikator
harus mengenal terlebih dahulu siapa komunikan yang akan dihadapinya. Pengenalan terhadap
komunikan menjadi amat penting dalam upaya menentukan kemasan penyampaian pesan
dakwah, waktu yang digunakan, gaya yang dilakukan, istilah yang dipakai hingga pakaian yang
akan dikenakan.
Ketiga, massage (pesan yang dikomunikasikan, dalam dakwah adalah ajaran Islam yang harus
dikuasai dan dikemas dengan baik). Komunikasi tidak akan terjadi bila tidak ada pesan yang
hendak disampaikan. Karena itu, bagaimana mungkin seseorang akan bedakwah bila tidak ada
materi dakwah yang akan disampaikannya. Karenanya pesan dakwah harus dipersiapkan dengan
sebaik-baiknya.
Keempat, media (alat komunikasi, Nabi Muhammad pernah berdakwah dengan menggunakan
surat yang dikirim kepada para raja), dakwah bisa menggunakan banyak alat, radio, televisi,
telepon, handphone, internet, e-mail, Koran, majalah, buku, kaset, CD, dan lain-lain merupakan
alat-alat yang bisa digunakan untuk penyampaian pesan-pesan dakwah.
Kelima, efek (sasaran yang ingin dicapai lewat komunikasi dalam adalah perubahan agar
kehidupan seseorang menjadi islami dan lebih islami lagi.)
PEMBAGIAN KOMUNIKASI
Seperti juga komunikasi pada umumnya, komunikasi dakwah bisa dibagi ke dalam tiga bagian.
Pertama, komunikasi lisan, yaitu komunikasi dengan menggunakan lisan seperti cermah, pidato,
khutbah, diskusi, obrolan, dan lain-lain. Di antara kelebihan komunikasi dengan lisan adalah
lebih akrab, lebih pribadi, lebih manusiawi dan dapat menunjukkan emosi pembicara. Sedangkan
kelemahannya adalah bila sudah berlalu ia sulit diulang kembali dan sulit terdokumentasi atau
tidak banyak orang yang mendokumentasikan pembicaraannya.
Kedua, komunikasi melalui tulisan seperti tulisan di Koran, majalah, brosur, bulletin, surat, buku,
e-mail, situs internet, stiker, spanduk, dan lain-lain. Kelebihan komunikasi dengan tulisan adalah
dapat dengan mudah terdokumentasi bahkan dengan biasa yang murah, membaca bisa diulangulang dengan mudah, namun tidak bisa mencapai kelebihan pada komunikasi lisan.
Ketiga, komunikasi melalui isyarat seperti karikatur, gambar, simbol-simbol dan lain-lain.
Kelebihannya lebih praktis dalam menyampaikan pesan, bahkan dalam menyampaikan pesanpesan tertentu komunikasi isyarat menjadi lebih mudah atau lebih efektif dibanding dengan
komunikasi lisan dan tulisan, namun tidak semua pesan bisa disampaikan dengan isyarat.
KOMUNIKASI YANG BAIK
Dalam berkomunikasi seorang Dai tentu saja ingin berhasil. Dalam rangka itu seorang dai
dituntut mampu berkomunikasi dengan baik. Nabi saw. adalah seorang komunikator ulung yang
berhasil dengan baik dalam dakwahnya. Oleh karena itu, agar dai memiliki teknik yang baik

hendaknya ia mencermati hal-hal sebagai berikut :


1. Berbicaralah secara singkat tapi padat
2. Berbicaralah secara sistematis, tidak berbelit-belit
3. Berbicaralah dengan bahasa yang fasih, jelas, dan terang dalam berargumentasi.
4. Gunakan bahasa atau istilah yang mudah dicerna oleh lawan bicara (komunikan), bila
menggunakan istilah-istilah yang masih asing bagi jamaah, hendaknya diterjemahkan ke dalam
istilah yang mereka pahami, baik bahasa asing itu berupa bahasa dari negara lain misalnya
bahasa Arab atau Inggris, maupun bisa juga bahasa asing itu berupa bahasa suatu daerah yang
belum tentu dipahami oleh daerah lain.
5. Sesuaikan intonasi pembicaraan dengan pesan dakwah, pesan yang menyemangati, pesan
sedih, dan sebagainya.
6. Gunakan komunikasi dua arah agar lebih mudah dipahami dan seandainya memang
komunikasi satu arah, tanamkan perasaan seolah-olah ini komunikasi dua arah.
7. Perhatikan situasi dan kondisi, mungkin sudah terlalu malam yang berarti tidak mungkin
berkomunikasi dengan waktu yang lebih panjang. Mungkin tempat acara yang sempit sedang
jamaahnya banyak dan momentumnya juga harus diperhatikan. Ceramah pada acara pernikahan
tentu berbeda dengan saat acara orang mau menunaikan ibadah haji, ceramah kematian tentu
bebeda dengan ceramah khitanan, begitulah seterusnya.
Apa yang diungkap di atas hanyalah sebagian dari sekian banyak kiat yang dapat digunakan
untuk berkomunikasi dengan baik. Selain itu, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan oleh
komunikator agar dakwahnya berhasil yaitu; attention (perhatian komunikan terhadap pesan
dakwah), comprehension (pemahaman terhadap pesan-pesan dakwah) dan acceptance
(penerimaan pesan-pesan dakwah)
HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI
Ada banyak hal yang dapat menghambat proses komunikasi antara lain sebagai berikut:
1. Alat pendengaran atau penglihatan komunikan kurang baik.
2. Alat komunikasi yang kurang memadai seperti gangguan pengeras suara, kerusakan pada
stasiun televisi, gangguan saluran telepon, dan lain-lain.
3. Perbedaan persepsi tentang pesan yang disampaikan, baik yang terkait dengan istilah maupun
budayanya.
4. Penggunaan bahasa/istilah yang tidak dapat dipahami komunikan.
5. Situasi dan kondisi yang kurang mendukung seperti udara yang terlalu panas, cuaca yang
mendung, suasana berkabung, dan lain-lain.
6. Konsentrasi komunikator/komunikan yang kurang.
Demikianlah hal-hal pokok dalam berkomunikasi semoga kita dapat berhasil dalam
berkomunikasi sekaligus menghilangkan faktor-faktor yang menhalangi keberhasilannya.
POLA PERUMUSAN
MATERI DAKWAH
Dakwah merupakan tugas yang sangat mulia, karena diemban oleh para nabi dan rasul (lihat
surah al-Maaidah:67 dan 92, al-Araaf:62, an-Nahal: 35, an-Nuur: 54. al-Ankabuut: 18). Karena
itu, kemuliaan tugas dakwah dai, yaitu daya tarik menyampaikan dakwah dan kemasan materi
dakwah yang baik. Dengan demikian, perumusan atau kemasan materi dakwah yang baik
merupakan salah satu bagian yang sagat penting dalam dakwah itu sendiri, apalagi dakwah

menghendaki terjadinya perubahan sikap dan perilaku, dari yang tidak islami kepada yang
islami.sedangkan perubahan itu dimulai dari pemahaman yang baik tentang Islam.
POLA MATERI DAKWAH
Ada beberapa pola penting dalam menguraikan materi dakwah yang antara pola satu dan yang
lainnya memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri. Tentu saja yang sesuai persoalan yang
dibahasnya. Beberapa pola perlu sama-sama kita pahami dengan sebaik-baiknya sehingga
pembahasan-pembahasan penting dalam materi dakwah dapat dapat dikemas dengan sistematika
yang baik.
1. Problem solving (Pemecahan Masalah)
Pola ini merupakan pola yang baik. Ibarat penyakit, pola ini berusaha mengobati penyakit dalam
suatu masyarakat. Sekurang-kurangnya ada tiga muatan dalam pola ini.
Pertama, mengungkapkan fakta dan data tentang penyakit masyarakat dan akibat negatif yang
ditimbulkannya. Hal ini bisa diungkap dari analisis yang diperkuat dengan data dari berbagai
sumber seperti Koran, majalah, dan hasil-hasil penelitian. Fakta adalah kejadian-kejadian yang
berlangsung di masyarakat, kejadian yang baik maupun yang buruk. Sedangkan data adalah
angka-angka yang tercatat secara keseluruhan dari kejadian-kejadian tersebut. misalnya ketika
kita mengemukakan bahwa akhlak masyarakat kita semakin jelek, maka kita perlu
mengemukakan sisi dari jeleknya akhlak itu, juga misalnya banyak kasus pembunuhan,
perampokan, dan sebagainya. Namun, fakta-fakta saja tidak cukup, kita perlu mengemukakan
lagi data tentang kasus-kasus tersebut. misalnya selama tahun 2001, kasus pembunuhna terjadi
sebanyak 150 kasus di Jakarta; angka ini meningkat menjadi 175 kasus pada tahun 2002, ini
berarti tingkat kerusakan akhlak masyarakat semakin memprihatinkan.
Kedua, mengungkapkan penyebab-penyebab dari penyakit masyarakat, baik yang dianalisis
dari fakta dan data maupun dari dalil Al-Quran dan Hadist serta pendapat para pakar. Misalnya,
Rasulullah saw. bersabda, Mukmin yang sempurna Imannya, niscaya bagus akhlaknya, ini
berarti sebab dari rusaknya akhlak masyarakat adalah iman yang melemah.
Ketiga, mencarikan obat atau jalan keluar daripenyakit masyarakat. Kita bisa merumuskannya
dari ayat, hadits, pendapat para ulama, dan pendapat kita sendiri. Misalnya saja, kalau sebabnya
adalah lemahnya iman, maka upaya yang harus kita lakukan untuk memperbiki akhlak adalah
memperkuat iman kepada Allah swt..
2. Pertanyaan dan Jawaban
Pola ini dimaksudkan untuk menjawab persoalan-persoalan penting yang perlu diketahui oleh
umat dalam upaya membentuk pemahaman yang utuh tentang suatu masalah. Dari sini
diharapkan terbentuk sikap dan perilaku yang islami. Setidak-tidaknya ada tiga muatan yang
kandung dalam pola ini.
Pertama, mengungkap tentang pentingnya masalah yang akan dibahas. Misalnya, tentang
pentingnya istiqamah dalam kehidupan seorang muslim sehingga para sahabat berusaha
istiqamah dalam kehidupan mereka. Hal ini diterangkan juga dengan kisah-kisah keistiqamahan
mereka.
Kedua, mengungkap apa permasalahan yang dihadapi sebagai kendala dalam memiliki sikap
positif dari masalah yang dibahas. Misalnya dengan memunculkan pertanyaan, mengapa para
sahabat bisa istiqamah, apa rahasianya ?
Ketiga, memberikan jawaban dari permasalahan yang dihadapi dalam pembahasannya. Ini

merupakan sesuatu yang terpenting dalam bahasan materi, misalnya dengan menguraikan bahwa
agar bisa istiqamah ada enam resep yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:
1. Memiliki kemauan yang kuat
2. Memahami ajaran Islam dengan baik
3. Mengikuti pembinaan intensif
4. Bergaul dengan orang yang lebih baik.
5. Meneladani orang-orang yang istiqamah
6. Berusaha mendekatkan diri kepada Allah.
3. Pendekatan Tematik dari Ayat dan Hadits
Ini merupakan pola yang membahas suatu masalah yang terdapat di dalam Al-Quran dan hadits.
Suatu pendekatan yang menarik dalam upaya memahami kandungan Al-Quran dan hadits. Ada
banyak ayat dan hadits yang menyoroti suatu persoalan yang sama. Kitab hadits Riyadush
Shalihin merupakan contoh kitab yang mengumpulkan hadits dengan tema-tema tertentu lalu
dikaitkan dengan ayat Al-Quran. Ada tiga langkah yang perlu ditempuh dalam perumusan pola
materi seperti ini.
Pertama, tentukan terlebih dahulu masalah yang hendak dibahas, misalnya tentang taqwa.
Mahabbah kepada Allah, tawakkal, dan sebagainya, tentu saja sambil menjelaskan urgensinya
bagi seorang muslim dari masalah yang hendak dibahas.
4. Mensistematisasikan Ayat dan Hadist
Ayat dan hadist, tentu saja banyak mengandung pemecahan masalah yang perlu dikaji oleh umat
Islam agar bisa diambil pelajaran dan petunjuk yang sebanyak-banyaknya. Untuk memudahkan
pemahaman, perlu dibahas dengan pendekatan yang sistematis. ada tiga langkah yang perlu
ditempuh dalam kaitan ini.
Pertama, bacakan ayat atau hadist yang dimaksud berikut terjemahnya. Tentu saja dengan
mengantarkan terlebih dahulu kepada masalah yang terkandung dalam ayat atau hadist yang
dimaksud dan pentingnya masalah tersebut, misalnya dengan mengulas firman Allah pada surah
al-Baqarah: 208.
Kedua, susun kandungan ayat tersebut menjadi poin-poin pembahasan yang harus dijelaskan.
Misalnya, dengan mengemukakan, ada tiga seruan Allah kepada orang yang beriman yang
terdapat pada ayat di atas. Pertama, masuk ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh)
selanjutnya secara rinci poin ini. Kedua, untuk bisa masuk ke dalam Islam secara menyeluruh
itu, janganlah mengikuti langkah-langkah atau keinginana-keinginan setan untuk selanjutnya
diuraikan secara rinci. Dan ketiga, waspada terhadap godaan-godaan setan karena ia merupakan
musuh yang nyata bagi setiap muslim, begitu seterusnya diuraikan dengan sebaik-baiknya.
Ketiga, kaitkan bahasan masing-masing-masing poin dengan ayat-ayat yang senada dan jadikan
masalah-masalah aktual sebagai contoh kasusnya.
5. Memilih Uraian Hadist Bernomor
Banyak hadist dengan ungkapan yang sistematis melalui penyebutan angka yang terkandung di
dalamnya sehingga kita dapat membahasnya secara mudah banyak hal menarik dalam haditshadits seperti ini, disamping sudah sistematis, pesan yang dikandungnya juga banyak menyentuh
persoalan keseharian. Ada dua langkah yang harus ditempuh, yaitu sebagai berikut:
Pertama, uraikan pentingnya masalah yang terkandung dalam hadits tersebut. Misalnya, setiap
orang tentu ingin mencapai keselamatan dalam hidupnya di dunia dan akhirat. Ada faktor-faktor

yang disebutkan Rasulullah saw. Untuk kita laksanakan agar kita bisa meraihnya.
Kedua, bahas poin-poin hadits satu persatu, jelaskan dengan ayat dan hadits-hadits terkait serta
berilah ilustrasi yang menarik dan aktual.
6. Menanggapi Masalah Aktual dari Sudut Islam
Ada banyak masalah dan kejadian-kejadian aktual yang perlu ditanggapi dari sudut pandang
ajaran Islam. Hal ini bisa menjadi materi tersendiri dalam tablig. Materi semacam ini merupakan
salah satu pola yang dinantikan oleh para jamaah. Misalnya, ada kasus kekurangan pangan,
busung lapar, pengangguran, reformasi, kenaikan barang, BBM, dan sebagainya. Ada tiga
langkah yang harus ditempuh dalam membahas pola ini :
Pertama, ungkap masalah yang dimaksud dan pentingnya bagi kaum muslimin menyikapi
masalah ini.
Kedua, kaitkan masalah tersebut dengan sudut pandang ajaran Islam, baik yang berkaitan dengan
hukum maupun petunjuk-petunjuk teknis dalam Al-Quran dan hadits.
Ketiga, ilustrasikan masalah tersebut dengan sikap generasi terdahulu, pada masa Rasul maupun
sahabat dan ulama-ulama kemudian.
Demikian secara umum pola-pola penyiapan dan penulisan materi dakwah yang bisa kita
lakukan. Dengan tersusunnya materi dakwah yang baik, tidak hanya membuat daya tarik
tersendiri dalam uraian kita, tapi juga dapat memberi pesan-pesan dakwah yang padat dan
sistematis dalam upaya menumbuhkan pemahaman yang benar tentang Islam dan dapat
menyikapi serta mengamalkan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Dalam kaitan khotbah
Jumat, pola penyusun materi yang padat dan sistematis dalam menguraikannya sangat
diperlukan, apalagi khotbah hanya berlangsung sekitar 20-25 menit.
Manakala pola seperti yang kita uraikan dalam tulisan ini bisa dikuasai, insya Allah tidak akan
membuat kita sebagai mubalig kehabisan materi dakwah karena sangat banyak ayat dan hadits
yang bisa kita uraikan. Belum lagi dengan begitu banyak persoalan sehari-sehari di negeri kita
yang perlu kita sikapi sebagaimana yang digariskan di dalam ajaran Islam itu sendiri. Ketidak
mampuan seorang khatib dan mubalig dalam menyusun atau mengemas materi dakwah akan
membuat ia merasa kehabisan materi dakwah, meskipun sebenarnya ia memiliki ilmu yang
banyak.
ADAB HARI JUMAT
Jumat merupakan salah satu hari yang sangat penting dalam Islam. Rasulullah saw. sendiri
menyebutnya dengan sayyidul ayyam penghulu hari . Rasulullah bersabda:
Penghulu hari adalah jumat dan ia adalah seagung-agung hari bagi Allah. Bahkan lebih agung
bagi Allah daripada Idul Fitri dan Idul Adha (HR Ahmad dan Ibnu Maajah).
Karena itu, setiap muslim semestinya menjadikan hari jumat sebagai hari yang lebih khusus. Di
Indonesia pada masa lalu, hari Jumat dijadikan sebagai hari libur, namun penjajah Belanda
mengubahnya menjadi hari Ahad. Walaupun demikian, sekarang masih ada sekolah-sekolah
Islam yang liburnya hari Jumat, bahkan bisa jadi ada negeri-negeri Islam yang menjadikan hari
Jumat sebagai hari libur Nasional.
Hari jumat juga hendaknya menjadi momentum untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah
swt. Apalagi shalat jumat merupakan satu-satunya forum tablig yang jamaahnya suci

(berwudhu), sehingga dengan kesucian fisik itu, seorang muslim insya Allah dapat mencapai
kesucian jiwa. Apalagi bila hal-hal yang terkait dengan sunnah-sunnah di hari jumat bisa
diamalkan. Inilah di antara penyebabnya sehingga perlu dibahas dan dipahami secara khusus
tentang adab jumat yang digariskan dalam Islam.
ADAB PADA HARI JUMAT
Pada hari jumat terdapat beberapa amal yang disunahkan, bahkan dianjurkan oleh Rasulullah.
Bila dilaksanakan dengan baik, insya Allah kualitas ketakwaan kita kepada-Nya bisa menjadi
lebih baik.
1. Memperbanyak Shalawat Kepada Nabi
Bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan, bahkan
diperintahkan oleh Allah swt.. Hal ini terdapat dalam firman Allah:
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada-nya
(al-Ahzab: 56)
Bila bershalawat kepada Nabi diperintahkan oleh Allah swt. Kepada orang-orang beriman, maka
hal ini menjadi lebih ditekankan lagi untuk dilakukan pada hari Jumat, Rasulullah saw. bersabda:
Perbanyaklah shalawat untukku pada hari jumat, karena sesungguhnya shalawatmu disaksikan
malaikat dan sesungguhnya seseorang tidaklah membaca shalawat padaku melainkan doa
shalawatnya itu ditampakkan kepadaku sampai ia selesai membacanya.(HR. Ibnu Maajah dari
Abud Darda)
2. Memperbanyak Doa
Pada hari jumat, kaum muslimin sangat dianjurkan untuk banyak berdoa, karena pada hari jumat
Allah akan mengabulkan doa hamba-Nya.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda :
Sesungguhnya pada hari jumat, ada suatu saat tiada didapati oleh seorang muslim dan ia sedang
shalat, memohon kepada Allah suatu kebajikan, melainkan Allah memberikan kepadanya (HR.
Jamaah)
3. Memperbanyak Membaca Al- Quran
Membaca Al-Quran adalah suatu ibadah yang harus banyak dilakukan kaum muslimin, apalagi
pada hari jumat. Surah yang sangat dianjurkan untuk membacanya pada hari jumat adalah surah
kahfi, surah Yasin, al-Baqaroh yang akan memberikan keutamaan yang besar.
4. Mandi dan Berhias
Ibadah jumat merupakan saat kaum muslimin berjumpa dan berkumpul dengan muslim yang lain
dalam jumlah yang banyak dan di tempat yang sangat mulia, yakni di masjid. Karena itu,
perjumpaan ini harus berlangsung dengan menyenangkan dan para jamaah harus antusias atau
bersemangat untuk mengikuti dan melaksanakan ibadah jumat. Dalam hal ini, Rasulullah
bersabda:

Wajib bagi setiap muslim mandi pada hari jumat, memakai sebaik-baik pakaian (yang
dimilikinya) dan jika ia punya wangi-wangian maka pakailah. (HR Ahmad dari Abu Said)
5. Memotong Kuku dan Kumis
Kebersihan dan kerapian merupakan sesuatu yang sangat ditekankan di dalam Islam. Karena itu,
sepekan sekali seorang muslim memotong kukunya dan menggunting kumisnya agar tampak
rapi. Dalam suatu hadits diterangkan
Rasulullah saw. memotong kuku dan menggunting kumisnya pada hari jumat sebelum beliau
pergi shalat. (HR Baihaqi dan Thabrani)
6. Menyegerakan Datang ke Masjid
Sebagai ibadah yang sangat penting, ibadah Jumat semestinya dilaksanakan oleh kaum muslimin
yang dapat menunjukkan kesungguhan atau keseriusan. Karena itu, kaum muslimin harus datang
ke tempat pelaksanaan ibadah jumat sebelum waktu jumat tiba dan lebih bagus lagi bila bisa
dating lebih pagi lagi, sehingga ia akan memperoleh nilai keutamaan yang besar. Rasulullah saw.
bersabda:
Barang siapa yang mandi pada hari Jumat serupa junub, kemudian pagi-pagi (datang awal) ia
pergi ketempat jumat pahalanya serupa dengan pahala berkorban seekor unta gemuk. Barang
siapa pergi pada saat kedua, maka seolah-olah ia berkorban dengan seekor sapi. Barang siapa
yang pergi pada saat ketiga maka seolah-olah ia berkorban dengan seekor kambing. Barang siapa
pergi pada saat keempat, maka seolah-seolah ia berkorban dengan seekor ayam. Barang siapa
pergi pada saat yang kelima, maka seolah-olah ia berkorban denga sebutir telur. Maka apabila
imam telah keluar, hadirlah para malaikat untuk mendengar khutbah. (HR Jamaah Kecuali Ibnu
Maajah)
7. Meluaskan Tempat Duduk
Ibadah Jumat adalah ibadah yang diikuti oleh kaum muslimin dalam jumlah yang banyak agar
masjid yang menjadi tempat pelaksanaan shalat jumat dapat menampung jamaah. Karena itu,
para jamaah harus merapatkan tempat duduknya dan jangan sampai ada yang lowong. Jamaah
yang ingin menempati tempat itu meminta kepada jamaah yang sudah duduk untuk meluaskan
tempat duduknya dengan menggeser posisi duduk, bukan malah memerintahkan orang itu untuk
pindah agar ia bisa duduk di tempat itu meskipun ia jamaah yang masih muda atau lebih muda.
8. Pindah Duduk bila Mengantuk
Ibadah jumat harus dilaksanakan oleh setiap jamaah dengan khusyu dan penuh keseriusan.
Namun, ternyata tidak sedikit jamaah yang mengantuk, bahkan sampai tidur ketika khotbah
sedang berlangsung hingga selesai khotbah. Karena itu, meskipun jamaah tidur sambil duduk
tidak membatalkan(jika posisi duduk tidak berubah), namun rasa mengantuk tersebut tidak
boleh dituruti oleh jamaah jumat sehingga ia tidak mendengarkan uraian khotbah. Karena itu
Rasulullah bersabda sebagai perintah kepada para jamaah untuk melawan rasa kantuknya itu agar
tidak sampai tertidur,
Apabila salah seorang diantara kamu mengantuk di tempat duduknya pada hari jumat maka
pindahlah ke tempat lain. (HR Ahmad dan Tirmidzi)

9. Tidak bertegak Lutut


Rasulullah menekankan keseriusan mengikuti ibadah jumat dalam bentuk duduk saat khutbah
berlangsung, yakni duduk yang tidak bertegak lutut dan berselonjor. Karena, duduk seperti ini
menggambarkan ketidakseriusan seperti orang sedang menonton suatu pertunjukkan yang
bersifat santai, Rasululah saw. bersabda:
Rasulullah melarang duduk bertegak lutut (di masjid) pada hari jumat, padahal imam sedang
berkhotbah.(HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi)
10. Tidak Melangkahi Pundak
Kehidupan seorang muslim harus selalu dihiasi dengan akhlak dan adab yang mulia, apalagi saat
ia berada di tempat yang mulia, yakni di majid. Karena itu, seandainya ia melihat ada shaf
(barisan shalat) yang masih lowong di bagian depan dan ia ingin menempatinya, maka ia harus
menuju ke shaf depan itu dengan sopan. Bukan malah menunjukkan sikap yang sombong hingga
melangkahi pundak-pundak orang yang dilewatinya. Apalagi kalau sebenarnya sudah tidak ada
tempat yang lowong. Rasulullah saw. bersabda,
Seorang laki-laki datang melangkahi pundak orang-orang (duduk mendengar khotbah) pada hari
jumat, padahal Nabi sedang berkhotbah, lalu Rasulullah menyuruh dia, Duduklah karena
sesungguhnya engkau mengganggu. (HR Ahmad)
11. Shalat Tahiayatul Masjid
Sebagai tempat yang mulia, maka setiap kali kaum muslimin memasuki masjid, ia harus
memberikan penghormatan kepada masjid dalam bentuk melaksanakan shalat tahiyatul masjid,
bahkan meskipun khatib sedang berkhotbah, dalam satu hadits diterangkan,
Seseorang masuk ke masjid pada hari Jumat, sedangkan Rasulullah sedang berkhotbah, lalu
beliau bertanya, sudah shalatkah kamu? Ia menjawab, Belum. Nabi berkata,Shalatlah dua
rakaat. (HR. Jabir)
12. Diam Ketika Khotbah Berlangsung
Setiap jamaah yang mengikuti pelaksanaan ibadah Jumat tidak dibenarkan melakukan
pembicaraan sepatah katapun kepada sesama jamaah, meskipun maksudnya untuk menegur
jamaah lain yang sedang berbicara. Hal ini menunjukkan bahwa para jamaah harus bersungguhsungguh mendengarkan khotbah Jumat. Rasulullah saw. bersabda,
Bila engkau katakan kepada temanmu pada hari jumat, Diam, sewaktu khotbah, maka
sesungguhnya engkau telah menyia-nyiakan (shalat Jumatmu). (HR Bukhari dan Muslim)
15. Memperhatikan Khatib sedang Berkhotbah
Khotbah Jumat merupakan rangkaian yang tidak terpisah dari pelaksanaan shalat jumat, karena
para jamaah bukan hanya harus mendengar khotbah, tapi sedapat mungkin menatap wajah khatib
yang sedang berkhotbah sebagaimana hal itu dilakukan oleh para sahabat, hal ini terdapat dalam
Hadits,

Adi bin Tsabit berkata,Adalah Nabi saw. apabila telah berdiri di atas mimbar, maka para
sahabat (hadirin) menghadapkan muka-muka mereka kepada Nabi saw. (HR. Ibnu Majah)
16. Tidak Boleh Meninggalkan Jumat Sampai Tiga Kali
Oleh karena ibadah Jumat merupakan sesuatu yang sangat penting, maka seorang muslim tidak
boleh meninggalkannya tanpa uzur syari. Yakni halangan yang dibenarkan menurut syariat,
seperti sakit, dalam perjalanan, dan sebagainya, apalagi bila tidak melaksanakan shalat sampai
tiga kali berturut-turut, maka ia akan dicap oleh Allah swt. Sebagai orang yang lalai dan
dipahami juga oleh sebagian ulama sebagai kafir. Dalam hadits diterangkan oleh Rasulullah saw.,
Ibnu Jaad adh-Dhamri ra. menerangkan bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, Barang siapa
meninggalkan tiga kali jumat karena menganggap enteng, niscaya Allah mencapkan
hatinya.(HR Ahmad, Abu Daud, Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Demikianlah secara umum keutamaan hari Jumat dan hal-hal yang harus kita laksanakan, baik
menjelang pelaksanaan shalat, saat berlangsung shalat, maupun setelahnya.
KAIFIYAT KHOTBAH JUMAT
Khotbah jumat merupakan kesempatan yang amat baik untuk memberikan nasihat kepada
jamaah dalam rangka peningkatan ketakwaan kepada Allah swt. Khotbah ini menjadi sangat
penting dan strategis karena dihadiri oleh jamaah dalam jumlah yang banyak sehingga banyak
sekali masjid yang tidak mampu menampung jamaah jumat yang berasal dari berbagai kalangan,
baik tua maupun muda, kaya maupun miskin, berpendidikan tinggi maupun rendah, yang
berpangkat maupun orang biasa, begitulah seterusnya. Sisi lain yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah jamaah jumat yang banyak itu semau dalam keadaan suci (berwudhu),
mudah-mudahan dari kesucian jasmani itu, dimiliki juga kesucian rohani sehingga mudah bagi
mereka untuk menerima dan melaksanakan pesan-pesan dakwah dari seorang khatib.
Agar target khotbah yang hendak dicapai itu bisa terpenuhi, maka disamping kemampuan
berkhotbah yang bisa diandalkan dengan kepribadian sang khatib yang baik. Khotbah juga harus
dilaksanakan sesuai dengan sunnah Rasulullah saw. yang dalam istilah fiqihnya disebut dengan
kaifiyat (tata cara) khotbah. Memahami kaifiyat khotbah jumat menjadi sesuatu yang sangat
penting karena khotbah jumat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan ibadah
jumat itu sendiri. Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh seorang
khatib dalam menyampaikan khotbah jumat.
NAIK KE MIMBAR DAN MEMBERI SALAM
Setelah waktu jumat tiba, biasanya tamir masjid naik ke mimbar untuk menyampaikan beberapa
pengumuman termasuk mempersilahkan khotib naik ke mimbar. Setelah dipersilahkan, khatib
harus segera naik ke mimbar dan memberi ucapan salam. Hal tersebut terdapat dalam hadits
Nabi saw.
Jabir meriwayatkan bahwa sesungguhnya Nabi saw. apabila naik ke mimbar, maka ia memberi
salam (HR Ibnu Maajah).

DUDUK DAN MENDENGARKAN ADZAN


Setelah memberi salam, Khatib duduk di atas kursi atau bangku yang terdapat di atas mimbar,
lalu muadzin memperdengarkan azan sebagaimana terdapat dalam hadits Nabi,
Adalah bilal, biasa azan apabila Nabi saw. duduk di atas mimbar dan ia iqamat apabila Nabi
saw. telah turun. (HR Ah-mad dan Nasai)
MEMENUHI RUKUN KHOTBAH
Khotbah jumat tentu saja ada rukun-rukunya yang harus dipenuhi, baik pada khotbah pertama
maupun khotbah kedua. Adapun rukun-rukun khotbah itu antara lain mengucapkan hamdalah,
syahadatain, shalawat atas Nabi, menyampaikan wasiat takwa, membaca ayat-ayat Al-Quran dan
berdoa, khususnya doa memintakan ampun bagi muslim dan muslimah, hal ini dikemukakan di
dalam hadits-hadits berikut;
Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Nabi saw. bersabda Tiap-tiap pembicaraan yang tidak didahului
dengan hamdalah, maka dia itu sia-sia (HR Abu Daud dan Ahmad)
Khotbah yang di dalamnya tidak berisikan syahadat seperti tangan yang berpenyakit kusta
(HR Abu Daud dan Tirmidzi)
Adalah Rasulullah saw. biasa berkhotbah dengan berdiri dan duduk di antara dua khotbah,
membaca beberapa ayat dan memberi nasihat kepada jamaah (HR Jamaah kecuali Bukhari dan
Tirmidzi).
Dari Samurah bin Jundab bahwasanya Nabi saw. memintakan ampun bagi mukminin dan
mukminat di tiap-tiap jumat. (HR Daruquthni dengan isnad yang lemah)
MENYAMPAIKAN KHOTBAH DENGAN SINGKAT, PADAT, DAN SUARA YANG
LANTANG
Dalam menyampaikan khotbah, Rasulullah saw. mencontohkan kepada kita untuk berkhotbah
dengan waktu yang singkat dengan materi yang padat serta didukung oleh suara yang lantang
sebagamana hadits berikut.
Sesungguhnya Nabi saw. tidak pernah memanjangkan khotbahnya pada hari jumat.
Sesungguhnya khotbah itu hanya berisikan kalimat-kalimat yang pendek. (HR Abu Daud dari
Jabir)
Dari Jabir bin Abdullah bahwa biasanya Rasulullah ketika berkhotbah merah matanya, lantang
suaranya, bagaikan seseorang yang sedang marah, seakan-akan komandan pasukan yang
memperingatkan agar anak buahnya selalu berlaku waspada pagi dan petang.(HR Muslim)
IQOMAT BILA KHUTBAH SELESAI
Bila khotib telah selesai menyampaikan khotbahnya, maka muadzin menyampaikan iqomat
sebagaimana hadits di atas untuk selanjutnya dilaksanakan sholat Jumat. Sebagian masjid telah
memiliki imam tetap yang dapat memimpin sholat setiap saat termasuk sholat Jumat. Namun
sebagian yang lain tidak memiliki imam tetap dan biasanya khotib sekaligis diminta untuk

menjadi Imam Sholat. Karena itu penting juga bagi para khotib mempersiapkan diri untuk
menjadi imam ketika ia menjadi khotib di sebuah tempat/masjid.
Demikianlah tuntunan pelaksanaan khotbah Jumat, semoga kiranya pembahasan ini dapat
memberikan pemahaman yang cukup yang dapat menjadikan para peserta kursus khotib di
tempat ini menjadi khotib yang handal dan mumpuni.
This entry was posted on December 20, 2006, 1:07 am and is filed under Dakwah. You can follow any responses to
this entry through RSS 2.0. You can leave a response, or trackback from your own site.

Comments (6)

1.
#1 by me on October 21, 2007 - 1:00 pm
thanx artikelnya. lumayan membantu. mudah2an Allah membalasnya dengan kebaikan.
Amin

2.
#2 by andhika on April 26, 2008 - 5:55 am
Katakanlah, Inilah jalan (dakwah)-ku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kalian) kepada (agama) Allah dengan hujjah (bukti) yang nyata ini bukan Qs Yusuf ayat
10

3.
#3 by usman on October 24, 2008 - 1:58 am
jazakallah khoeran katsiir, semoga kita diberi kekuatan dan kemampuan serta kesempatan
dalam jalan dakwah ini,Amiin.

4.
#4 by jairun nahdi on January 31, 2009 - 3:22 am

ana mw memberi komentar,


antum berbicara tentang dakwah,
perlu ana kasih tw,
bahwa dalam berdakwah harus ada ilmu,
sudahkah antum mempunyai ilmu yg cukup????
sudah kah antum mengamalkan sunnah nabi SAW???
kita berdakwah,
tp cara sholat sj blom sesuAI DENGAN SUNAH ROSUL,
bgmn kt mau berdakwah???
yg pertama jngn hanya asal semangat,
perkuat ilmu tauhid

5.
#5 by Burhansyah, S Ag on February 17, 2010 - 4:03 am
Izin untuk dikembangkan ya Ustaz. KArena Materinya Sangat diperlukan di desa desa
dan kampung kampung kami di Kalimantan Barat.

Anda mungkin juga menyukai