TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di
bawah dan spadon yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah
kelainan kongenital dimana muara uretra eksterna (MUE) terletak di ventral penis
dan lebih ke proximal dari tempat normalnya (ujung gland penis). Kelainan ini
seringkali disertai adanya fibrosis pada bagian distal MUE yang menyebabkan
bengkoknya penis (chordae).
3.2 Epidemiologi
Insidensi hipospadia telah meningkat sejak 15 tahun yang lalu di negaranegara barat dengan angka kejadian 1 untuk setiap 250 kelahiran bayi laki-laki.
Insidensi lebih tinggi sekiranya terdapat riwayat keluarga dengan hipospadia
dengan angka kejadian 1 untuk setiap 100 kelahiran hingga 1 untuk setiap 80
kelahiran bayi laki-laki. Insidensi kasus hypospadia terbanyak adalah Eropa
dilaporkan dari Amerika Serikat, Inggris, telah menunjukkan peningkatan. Di
Amerika hipospadia terjadi 1:300 kelahiran bayi laki-laki hidup. Umumnya di
Indonesia banyak terjadi kasus hipospadia karena kurangnya pengetahuan para
bidan saat menangani kelahiran karena seharusnya anak yang lahir itu laki-laki
namun karena melihat lubang kencingnya di bawah maka di anggap perempuan.
3.3 Anatomi
9
3.4 Embriologi
10
11
Faktor genetik.
Berdasarkan penelitian oleh Alexander 2007, pada keluarga yang
memiliki kelainan kelamin (hypospadia), maka resiko yang akan terulang
pada saudara laki-laki kurang lebih 7% - 9% resiko hypospadia. Jika orang
tua kandung laki-laki memiliki kelainan kelamin (hypospadia) maka
resiko yang akan diturunkan kepada anak kandung laki-laki kurang lebih
12% - 14 %.
Faktor hormonal
Faktor hormon androgen/estrogen sangat berpengaruh terhadap
kejadian hypospadia karena berpengaruh terhadap proses maskulinisasi
masa embrional. Terdapat hipotesis tentang pengaruh estrogen terhadap
kejadian hypospadia bahwa estrogen sangat berperan dalam pembentukan
genital eksterna laki-laki saat embrional. Perubahan kadar estrogen dapat
berasal dari.
a.
b.
12
placenta.
karena
penurunan
hormon
androgen
maka
akan
(penis)
sehingga,
jika
terjadi
defisiensi
androgen
akan
umum
diketahui
bahwa
genital
eksterna
laki-laki
13
punggung penis.
c. Biasanya jika penis mengalami kurvatura (melengkung) ketika ereksi,
maka dapat disimpulkan adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang
membentang hingga ke glans penis.
14
d. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glands
penis.
Selain terdapat tanda dan gejala klinis diatas dalam beberapa penelitian juga
membuktikan bahwa sebagian besar hypospadia mengalami sedikit gangguan
psikologis. Roger dan Michel (2005) mengungkapkan bahwa pederita hypospadia
memiliki pola pergaulan yang cenderung menutup diri. Faktor psikososial 43%
terjadi pada penderita hypospadia. Beberapa sumber menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi psikososial hypospadia pada orang dewasa adalah hubungan
antara hypospadia fungsi seksual 10%, namun belum dilakukan survei tentang
korelasi antara
keturunan.
3.8 Diagnosa
Ketika pasien pertama kali datang, pertanyaan dibuat mengenai riwayat
obat-obatan di awal kehamilan, riwayat keluarga, arah dan kekuatan aliran kemih
dan adanya penyemprotan pada saat buang air kecil.
Pemeriksaan
fisik
meliputi
kesehatan
umum
dan
perkembangan
15
pemeriksaan
penunjang
yang
dapat
dilakukan
yaitu
Diagnosis Banding
Hipospadia yang terkait dengan pemisahan dari kantung
skrotum, testis yang tidak turun (UTD), alat kelamin yang belum
jelas (ambiguous genitalia), dan hernia inguinalis (mengandung
gonad).
16
3.10
Penatalaksanaan
Penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Operasi ini bertujuan
untuk merekonstruksi penis agar lurus dengan orifisium uretra pada tempat yang
normal
atau
diusahakan
untuk
senormal
mungkin.
Operasi
sebaiknya
dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam bulan sampai usia prasekolah. Hal ini
dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu
spesial, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang
lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus
melakukannya dengan jongkok aga urin tidak mbleber ke mana-mana. Anak
yang menderita hipospadia hendaknya jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan
dengan tindakan operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit preputium penis
untuk menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita.
Tahapan operasi rekonstruksi hipospadia ini secara garis besar / secara
umum antara lain :
1. Release Chordae dan Tunneling
Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin.
Hal ini dikarenakan pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatu chorda
yang merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis bengkok. Langkah
selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium
penis untuk menutup sulcus uretra dan dibuat lubang di gland penis sehingga
MUE berada di ujung penis.
17
urinaria dan kulit. Dalam kasus yang jarang, urethral plate tidak dipertahankan,
dan substitusi penuh dari uretra yang hilang harus dilakukan dengan
menggunakan tabung mukosa preputium (prosedur Asopa-Duckett) atau tabung
mukosa buccal (prosedur Koyanagi)
.
Gambar 3.4 Prosedur Thiersch-Duplay
19
20
21
22
Gambar 3.9 (a) Uretroplasti Duplay incomplete; (b) Uretroplasti Denis Browne;
(c) Uretroplasti Rich; (d) Uretroplasti Snodgrass TIP.
Operasi hipospadia merupakan salah satu masalah yang paling sering
dibicarakan bagi ahli bedah rekonstruktif, dan ahli bedah urolog, dan pediatrik
23
karena tingkat komplikasi yang tinggi. Faktanya ada sekitar 250 operasi yang
berbeda untuk mengelola masalah rumit, yang menunjukkan bahwa tidak ada
operasi tunggal yang disukai oleh semua ahli bedah di dunia karena tidak ada
teknik tunggal memberikan hasil baik yang seragam. Satu tahap perbaikan secara
alami disukai karena trauma post operasi berkurang, tidak ada bekas luka pada
kulit, menurunkan jumlah rawat inap dan lebih ekonomis. Tapi ahli bedah tertentu
tetap yakin ada keterbatasan dan kelemahan dari operasi satu langkah dan terus
berlatih operasi dua tahap. (Ismail, 2009)
3.11
kompres post operatif bagi reparasi hipospadia, untuk mengatasi oedema dan
untuk mencegah pendarahan setelah operasi. Dressing harus segera dihentikan
bila terlihat keadaan sudah membiru disekitar daerah tersebut, dan bila terjadi
hematoma harus segera diatasi. Setiap kelebihan tekanan yang terjadi karena
hematoma akan bisa menyebabkan nekrosis. Oleh karena efek tekanan pada
penyembuhan, maka pemakaian kateter yang dipergunakan harus kecil, dan juga
steril, dan terbuat dari plastik dan dipergunakan kateter dari kateter yang lunak.
Dalam keadaan dimana terjadi luka yang memburuk sebagai akibat edema pada
luka, ereksi atau hematoma, maka sebaiknya dikompres dengan mempergunakan
bantalan saline steril yang hangat. Diversi urine terus dilanjutkan sampai daerah
yang luka itu sembuh. Bila jaringan tersebut telah sembuh, maka masalahnya bisa
direparasi dalam operasi yang kedua 6 12 bulan yang akan datang
24
3.12
Komplikasi
Komplikasi yang timbul paska repair hipospadia sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain faktor usia pasien, tipe hipospadia, tahapan operasi,
ketelitian teknik operasi, serta perawatan paska repair hipospadia. Macam
komplikasi yang terjadi yaitu :
1.
Perdarahan
2.
Infeksi
3.
Fistel urethrokutan
4.
5.
Divertikel urethra.
Komplikasi paling sering dari reparasi hipospodia adalah fistula,
Prognosis
Secara umum hasil fungsional dari one-stage procedure lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
25
REPAIR.
Journal
of
Surgery
Pakistan
MM.,
Feitz,
WFJ.
2006.
Hypospadias:
Reproduction
and
Embryology.
Human
M.
2008.
Endocrine
Disruptors,
Genital
Review
27