PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki
suhu dan kelembaban tinggi, merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan
jamur, sehingga jamur dapat ditemukan hampir di semua tempat (Hidayati et
al, 2009).
Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi
kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja
antara lain faktor fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Lingkungan kerja
ataupun
jenis
pekerjaan
dapat
menyebabkan
penyakit
akibat
kerja
(Kurniawati, 2006).
Dermatofitosis ialah penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur
dermatofit yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum
korneum kulit, rambut dan kuku pada manusia. Terdapat tiga genus penyebab
dermatofitosis, yaitu microsporum, trichophyton, dan epidermophyton (Wolff
and Johnson, 2012).
Prevalensi penyakit dermatofitosis di Asia mencapai 35,6% (Kumar et
al, 2011). Di Indonesia sendiri pada tahun 2000-2004 prevalensinya
mengalami peningkatan 14,4% (Hidayati, 2009). Dari keseluruhan insidensi
berhubungan dengan pekerjaan, sehingga sering disebut dermatofitosis akibat
kerja antara lain Tinea pedis (Kumar et al, 2011).
Tinea pedis adalah salah satu infeksi kulit pada sela jari kaki dan
telapak kaki yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum (Viegas et al, 2013;
Wolff dan Johnson, 2012). Di National Skin Care Singapura pada tahun 19992003, presentase Tinea pedis mencapai 27,3% (Tan, 2005). Di Chumitshu
Chuo Hospital Tokyo Jepang, presentase Tinea pedis mencapai 64,2%
(Takahashi, 2002). Berdasarkan data statistik Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Januari 2011 jumlah kunjungan
kasus dermatofitosis hampir tidak ditemukan, karena penyakit ini tidak lagi
menjadi jangkauan fasilitas kesehatan tingkat tiga atau empat seperti RSUD
Dr. Moewardi (Diklat RSUD Dr. Moewardi, 2015). Hasil wawancara dengan
dinas kesehatan kota Surakarta, 10 besar penyakit kulit yang ada di seluruh
puskesmas Surakarta menunjukan bahwa Tinea pedis termasuk di dalamnya
(Dinkes, 2015). Banyaknya kasus Tinea pedis tersebut disebabkan karena
kebiasaan pemakaian sepatu tertutup dalam aktivitas atau pekerjaan seharihari (Ervianti et al, 2002).
Tinea pedis sering menyerang orang dewasa usia 20-50 tahun yang
berkerja di tempat basah seperti tukang cuci mobil dan motor, petani,
pemungut sampah atau orang yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup
(Soekandar, 2001). Bertambahnya kelembaban karena keringat, pecahnya kulit
karena mekanis, dan paparan terhadap jamur merupakan faktor predisposisi
yang menyebabkan Tinea pedis (Kumar et al, 2011).
Keadaan sosial ekonomi serta kurangnya kebersihan memegang
peranan penting terhadap infeksi jamur (Siregar, 2005). Keadaan gizi kurang
akan menurunkan imunitas seseorang dan mempermudah seseoarang
terjangkit suatu penyakit (Chandra dan Kumari, 1994).
Di Indonesia terdapat beberapa pekerjaan dengan pemakaian sepatu
boots diantaranya, petani, pencuci mobil dan motor, anggota brimob dan
pemungut sampah (Soekandar, 2001). Angka kejadian penyakit yang paling
sering di temukan dalam pemakaian sepatu boots anatara lain seperti
dermatitis kontak alergi, scabies dan dermatofitosis (Wardani, 2007).
Penelitian dengan mengambil 56 responden pemungut sampah di
tempat pembuangan akhir Jatibarang Semarang memperoleh hasil 26 (46,4%)
pemulung positif menderita Tinea pedis (Kurniawati, 2006).
Dalam penelitian ini peneliti memilih pekerjaan dengan lingkungan
kerja yang memiliki faktor risiko terjadinya Tinea pedis. Pemungut sampah
2
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi dinas kebersihan daerah kota Surakarta
3. Bagi peneliti
Mendapat
pengetahuan
dan
pengalaman
dalam
melaksanakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinea Pedis
1. Definisi
Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki, terutama pada sela
jari dan telapak kaki (Wolff and Johnson, 2012). Terdapat tiga bentuk
Tinea pedis, tipe interdigitalis, tipe moccasin, tipe vesicobulosa
(Budimulja, 2007).
2. Etiologi
Terdapat tiga spesies jamur, Trichophyton rubrum, Trichopyhton
mentagrophytes, dan Epidermophyton floccosum adalah penyebab Tinea
pedis di seluruh dunia. Ketiga organisme keratofilik ini, Trichophyton
rubrum merupakan patogen yang paling sering (Wolff dan Johnson, 2012;
Price dan Wilson, 2006).
3. Epidemiologi
Onset Tinea pedis terjadi pada masa kanak-kanak akhir atau pada
kehidupan dewasa muda. Umumnya paling banyak pada usia 20-50 tahun.
Laki-laki lebih banyak dari pada perempuan (Wolff dan Johnson, 2012).
Tinea pedis paling banyak ditemukan diantara jari ke-4 dan ke-5,
dan seringkali meluas ke bawah jari dan sela-sela jari lain. Oleh karena
daerah ini lembab, maka sering terlihat maserasi berupa kulit putih dan
rapuh. Jika bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit
baru, yang pada umumnya juga telah terserang jamur (Budimulja, 2007).
Diabetes Melitus
Obesitas
Umur
2) Faktor Lokal
-
Trauma
5. Gejala Klinis
Tinea pedis terdiri dari beberapa macam tipe klinis, dan yang paling
sering ditemukan adalah (Siregar, 2005) :
a) Tipe Interdigitalis
Presentasi yang paling umum dari Tinea pedis, yaitu kelainan
yang dimulai dari gatal, sisik, dan eritema yang mengenai sela jari kaki
4 dan 5 dan sering menyebar hingga ke bawah. Ada 2 tipe dari Tinea
pedis Interdigitalis. Pertama, tipe kering yang disebut dermatofitosis
simpleks (kulit pada sela jari kering dan sedikit terkelupas). Kedua,
tipe basah atau maserasi, maserasi terletak pada sela jari yang terkena.
Tipe kedua ini disebut dermatofitosis kompleks.
\
Gambar 2. Tipe Interdigitalis maserated type
(Wolff dan Johnson, 2012)
b) Tipe Moccasin atau hiperkeratotik kronis
Terjadi penebalan kulit disertai sisik, terutama pada telapak
kaki, tepi kaki, dan punggung kaki, eritema biasanya ringan dan
terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Keadaan hyperkeratosis hebat
dapat terjadi fisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.
Keadaan ini disebut tipe moccasin. Pada tipe ini terdapat vesikel yang
berukuran kurang dari 2 mm.
dengan
sengaja
mengaktifkan
mekanisme
2.
3.
4.
5.
6.
1.
Hifa dermatofita.
Bentuknya seperti benang panjang lurus atau berlekuk yang
seringkali bercabang-cabang, diameternya uniform, warna terang
2.
8. Diagnosis Banding
Menurut Budimulja (2007) Tinea pedis perlu dibedakan dengan
penyakit lain di kaki, ada beberapa diagnosis banding yang perlu
diketahui, antara lain:
1) Dermatitis kontak alergi
10
11
12
13
9. Tatalaksana
Penatalaksanaan Tinea pedis didasarkan atas klasifikasi dan tipenya
(Budimulja, 2007).
Tipe
Moccasin
Interdigital
T. mentagrophytes
(var. interdigitale)
T. rubrum
E. floccosum
S. hyalinum
S. dimidiatum
Candida spp.
Obat-obatan
topikal; bisa
juga
menggunakan
obat-obatan oral
dan pemberian
antibiotik jika
terdapat infeksi
bakteri; kronik :
ammonium
klorida
hexahidrate 20
%
Inflamasi/
Vesikobulosa
T. mentagrophytes
(var. mentagrophytes)
Obat-obatan
topikal biasanya
cukup pada fase
akut, namun
apabila dalam
keadaan berat
maka indikasi
Ulseratif
T. rubrum
T. mentagrophytes
E. floccosum
Eksaserbasi pada
daerah interdigital;
Ulserasi dan erosi;
biasanya terdapat
infeksi sekunder
oleh bakteri;
biasanya terdapat
pada pasien
imunokompromais
dan pasien diabetes
pemberian
glukokortikoid
Obat-obatan
topikal;
antibiotik
digunakan
apabila terdapat
infeksi sekunder
15
kerjanya
dengan
mendistorsi
hifa
dan
tingkat
kelembaban
pada
kaki
meningkat,
sehingga
memudahkan jamur untuk berkembang biak dengan subur dan dalam jangka
waktu tertentu akan terjadi infeksi oleh jamur.
Terdapat berbagai pekerjaan yang erat kaitanya dengan penggunaan
sepatu boots antara lain sebagai berikut (Kurniawati, 2006; Soekandar, 2001) :
1. Pemungut sampah
2. Pencuci mobil dan motor
3. Petani
4. Anggota Brimob
D. Hubungan Lama Pemakaian Sepatu Boots dengan Kejadian Tina pedis
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2006) di TPA Jatibarang
Semarang. Terdapat beberapa faktor risiko yang diteliti antara lain penggunaan
sepatu boots. Hasil penelitian menunjukan dari 56 sampel yang diambil 26
diantaranya positif Tinea pedis. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil
penelitian
diantaranya
meningkatnya
keasadaran
pekerja
akan
pentingnya menjaga kebersihan diri, seperti halnya mengganti sepatu dan kaos
kaki secara rutin dan mencuci kaki setelah bekerja.
E. Kerangka Konsep
Pekerja
pengguna sepatu
boots
16
17
Petani
Pemungut sampah
Anggota brimob
Lama kerja
Pemakaian sepatu
boots
Lama pemakaian
sepatu boots
Lembab, suhu
tinggi, keringat
berlebih
Adheren,
penetration, reaksi
host
Tinea pedis
Faktor terkendali
Penggunaan sepatu
tertutup
Kondisi kaki lembab
Usia
Trauma
Sosial ekonomi
rendah
Diabetes Militus
Obesitas
Kebersihan
perorangan
Status gizi
Imunitas
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan ialah cross sectional yaitu peneliti mencari
hubungan antara variable bebas (faktor risiko) dengan variable terikat (efek)
dengan melakukan pengukuran pada waktu observasi. Desain cross sectional
yang peneliti lakukan yakni dengan melakukan anamnesis terlebih dahulu
kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan dilajutkan dengan pemeriksaan
laboratorium tanpa follow up lebih lanjut.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pekerja pemungut sampah di dinas
kebersihan kota Surakarta. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember
2015.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel independen : Lama pemakaian sepatu boots
2. Variabel dependen
: Tinea pedis
19
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam
penelitian ini diambil dari sejumlah populasi yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
E. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri dan sifat
tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Sastroasmoro dan Ismael,
2011).
F. Besar Sample
Menurut (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Rumus besar sample yang
digunakam adalah sebagai berikut :
n1 = n2 =
n1= n2 =
n1 = n2 =
20
21
n1 = 7,56
n1 = n2 =
n1 + n2 = 57,15 = 57
Keterangan :
n
= besar sampel
= 1- P2
P1
Q1
= 1- P1
P1 P2
=1P
Nilai Z = 1,64 dan presisi absolut yang dikehendaki 5% dan Z = 1,28
dengan presisi absolute yang dikehendaki 10%. Dengan P sebesar 24,35% maka
peneliti akan mengambil 57 sampel (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
G. Kriteria Restriksi
(a) Kriteria Inklusi
1. Pekerja pemungut sampah yang menggunakan sepatu boots.
gejala klinis
pemeriksaan mikroskopis.
2) Negatif, apabila tidak ditemukan gejala klinis dan hifa dalam
pemeriksaan mikroskopis.
2. Lama pemakaian sepatu boots
Durasi lama pemakaian sepatu boots perhari yang dihitung
berdasarkan jam kerja.
a. Alat ukur: Anamnesis
b. Skala pengukuran: Nominal
c. Hasil pengukuran: Lama pemakaian sepatu boots perhari yang dihitung
berdasarkan jam kerja, yakni 6 dan 9 jam kerja.
22
23
I. Analisis Data
Data yang tercatat pada penelitian ditabulasi dan selanjutnya dianalisis
menggunakan program SPSS secara analitik dengan menggunakan uji ChiSquare.
J. Cara kerja
1. Peneliti datang ke dinas kebersihan kota Surakarta.
2. Peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian serta meminta persetujuan
(informed consent).
3. Peneliti mencari data yang dibutuhkan dengan cara anamnesis dan selanjutnya
dilakukan pemeriksaan fisik dan kerokan untuk menegakan diagnosis.
4. Hasil kerokan diserahkan kepada bagian laboratorium mikrobiologi RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.
5. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisa statistik.
J. Alur Penelitian
K. Jadwal Kegiatan
24
25
Bulan
10
11
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pekerja pemungut sampah dinas
kebersihan daerah kota Surakarta dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 4 Januari 2016 dengan jumlah
sampel 57 yang sesuai dengan perhitungan estimasi besar sampel yang telah
memenuhi kriteria restriksi. Pengambilan data tersebut dilakukan dengan
melihat rekam medik pasien. Penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Karakteristik Pasien
a. Usia
Tabel 4.1 Karakteristik pasien berdasarkan usia
Usia
Frekuensi
Presentase (%)
30 - 39 tahun
40 - 49 tahun
25
10
43,9
17,5
50 - 59 tahun
22
38,6
57
100,0
Total
26
27
Lama kerja
Frekuensi
Presentase (%)
< 5 Tahun
24
42,1
5-9 Tahun
20
35,1
10-14 tTahun
13
22,8
Total
57
100,0
Frekuensi
Presentase (%)
6 jam
21
36,8
9 jam
36
63,2
Total
57
100,0
Pemakaian
Tinea pedis
Tinea pedis
Total / presentase
sepatu boots
positif
Negatif
6 jam
7
(12,3%)
14
(24,6%)
21
(36,8%)
9 jam
26
(45,6%)
10
(17,5%)
36
(63,2%)
Total
33
(57,9%)
24
(42,1)
57
(100,0%)
Chi-Square
Value
df
Asymp, Sig
(2sided)
8,229a
0,004
Dari tabel 4.4 dapat dilihat hasil dari uji statistik didapatkan
nilai P = 0,004. Oleh karena nilai P < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama pemakaian sepatu
boots dengan angka kejadian Tinea pedis.
B. Pembahasan
28
29
pencetus terjadinya Tinea pedis (Wolff dan Johnson, 2012). Penularan infeksi
jamur seperti Tinea pedis secara tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu
yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau tanah, hingga
air yang terkontaminasi spora jamur (Siregar, 2005). Spora jamur yang
menempel pada media transmisi akan melekat pada keratin dan memproduksi
keratinase (keratolitik) yang dapat menghidrolisis keratin dan memfasilitasi
pertumbuhan jamur di stratum korneum (Richardson dan Edwart, 2000).
Kelebihan dari penelitian terletak pada variabel yang diteliti, pada
penelitian yang dilakukan Kurniawati meneliti pada seluruh faktor resiko
pekerja pemungut sampah, tetapi pada penelitian ini lebih spesifik pada
pemakaian sepatu boots. Kelemahan dari penelitian ini terletak pada variabel
bebasnya, peneliti hanya mengambil variable lama pemakaian sepat boots
saja. Terdapat beberapa variable perancu yang tidak dapat dikendalikan,
30
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Saran
Perlu dilakukan edukasi pada para pekerja pemungut sampah, tentang
pencegahan dan penatalaksanaan yang baik dan benar karena mereka
termasuk orang-orang yang beresiko menderita Tinea pedis. Edukasi yang
perlu diterapkan untuk mencegah terjadinya Tinea pedis antara lain, mencuci
kaki setelah bekerja, menjemur sepatu setelah bekerja.
Dinas kebersihan Surakarta hendaknya bekerja sama dengan fasilitas
kesehatan
setempat
untuk
mendaftarkan
semua
karyawanya
agar
DAFTAR PUSTAKA
32
33
Budimulja, U. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Jakarta: FKUI. pp. 8994
Chandra, R.K., dan Kumari, S., 1994. Nutrion and Immunity. Journal of nutrition.
Vol 124 (22): 1433-1435
Diklat, Dinas Kesehatan Kota Surakarta, (personal communication), 8 Oktober 2015
Diklat, RSUD Dr. Moewardi, (personal communication), 8 Oktober 2015
Ervianti, E., Martidiharjo, S., Murtiastutik D., 2002. Etiologi dan Pathogenesis
Dermatomikosis Superficialis. RSU Dr. Soetomo/ FK UNAIR. Dalam
Simposium Penatalaksanaan Dermatomikosis Superficialis.
Hidayati, A.N., Suroso, S., Hinda, D., Sandra, E., 2009. Superficial Mycosis in
Mycology Division Out Patient Clinic of Dermatovenereology. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Vol 21: 1
Koga, T. 2005. Fungal Immunology in the Skin; Immune Response to
Dermatophytes. Journal of Dermatology. Vol 50(3): 151-4
Kumar, V., Tilak, R., Prakash, P., Nigam, C., 2011. Tinea Pedis- an Update. Asian
Journal of Medical Sciences. Vol 2: 134-8
Kurniawati, R.D., 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Tinea
pedis pada Pemulung di TPA Jatibarang Semarang. Thesis. Universitas
Diponegoro
Medscape, 2015. http://emedicine.medscape.com/article/1049085-overview. Diakses
10 Desember 2015
Medscape, 2015. http://emedicine.medscape.com/article/1049216-overview. Diakses
10 Desember, 2015
Price, S.A., dan Wilson, L.M., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Volume 1. Edisi 6. Jakarta: EGC, pp: 1283-85
Richardson, M., dan Edwart, M., 2000. Model System for Study of Dermatophyte
and Non-dermatophyte Invasion of Human Keratine. Departement of
Bacteriology dan Immunology. Vol 14: 669
Rosani, A. 1995. Prosedur Pemeriksaan KOH. RSUD Dr. Syaiful Anwar, FK
UNIBRAW
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi 4. Jakarta: Sagung Seto, pp. 78-81
Siregar, R.S., 2005. Penyakit Jamur Kulit Edisi 1 Jakarta: EGC, pp. 17-21
Soekandar, T.M., 2001. Dermatomikosis Superficilis Pedoman Untuk Dokter dan
Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: FKUI, pp.8-10
Sukandar, E.Y., Andrjati, R., Sigit, J.I., Andyana, I.K., Setiadi, A.P., 2008. Iso
Farmakoterapi. Edisi 1 Jakarta: PT.ISFI, pp. 121-6
Takahashi, 2002. Dermatophyte Flora at the Dermatology Clinic of Kimitsu Chuo
Hospital from 1994 through 1999. Nippon Ishinkin Gakkai Zasshi. Vol 43
(1): 217
Tan, H.H., 2005. Superficial Fungal Infections seen at National Skin Centre
Singapore. Journal Medical of Mycology. Vol 46: 778
Viegas, C., Sabino, R., Parada, H., Brandao, J., Carolino, E., 2013. Diagnosis of
Tinea pedis and Onychomycosis in Patients from Carlo CJ, Bowe MC.
Tinea pedis Athletes foot. Saude and Tekhnology. ISSN: 1646-9704
34
35
Wardani, I. 2007. Hubungan Praktik Kebersihan Diri dan Penggunaan Alat Pelindung
Diri dengan Angka Scabies pada Pemulung di TPA Bakung Bandar
Lampung. Skripsi. Unversitas Diponegoro
Wollf, K., dan Johnson, R.A., 2012. Fitzpatrick Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology Edisi 6. ISBN: 978-0-07-163342-0
LAMPIRAN 1
PERSETUJUAN PENELITIAN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Tempat/tanggal lahir
Agama
Alamat
Setelah diberi penjelasan mengenai penelitian ini, maka dengan ini saya menyatakan bersedia
sebagai peserta penelitian dengan judul.HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN SEPATU
BOOTS DENGAN ANGKA KEJADIAN TINE PEDIS PADA PEKERJA PEMUNGUT
SAMPAH DINAS KEBERSIHAN DAERAH KOTA SURAKARTA
Surakarta, 2016
Saya yang membuat pernyataan
36
37
LAMPIRAN 2
LEMBAR DATA ANAMNESIS
NAMA :
USIA :
ALAMAT:
AGAMA :
LAMA PEMAKAIAN SEPATU BOOTS /HARI:
LAMA KERJA :
KELUHAN UTAMA YANG DIRASAKAN (GEJALA TINEA PEDIS) :
PENYAKIT LAIN :
RIWAYAT PENGOBATAN:
LAMPIRAN 3
DATA PENELITIAN
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
NAMA
SUGENG
FATAH
WARTOYO
DIKUN
DEDI
MURRAWAN
BAMBANG
KARTIMAN
JAMIN
SUKIRNA
EDDI
JUNI
KAMIKARDI
BUDI
PRIYATNO
SUWITA
HARIYANTO
SUYADI
SUDARNO
WARSI
AGUNG
TRI TUNGGAL
SUGIMAN
MULTANTO
SUYANTO
SAID
GIANTO
PARIYANTO
TEGUH
WAHYU
PANDIMAN
HARTANTO
SLAMET
WIDODO
USIA
38
39
49
55
36
56
52
49
51
45
56
51
35
LAMA
KERJA
5
7
12
14
8
12
10
8
6
5
12
9
4
36
54
44
53
50
45
51
40
32
34
5
10
14
12
13
8
8
7
3
4
9
6
9
6
9
9
6
9
9
9
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
POSITIF
NEGATIF
NEGATIF
POSITIF
POSITIF
POSITIF
NEGATIF
POSITIF
NEGATIF
NEGATIF
30
52
35
34
49
55
50
2
10
5
3
9
8
7
9
6
9
9
9
6
9
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
POSITIF
NEGATIF
POSITIF
NEGATIF
POSITIF
NEGATIF
POSITIF
57
6 JAM
NEGATIF
38
HASIL
PEMERIKSAN
POSITIF
POSITIF
NEGATIF
POSITIF
POSITIF
NEGATIF
NEGATIF
NEGATIF
POSITIF
POSITIF
POSITIF
NEGATIF
POSITIF
39
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
WALI
MULYONO
BUDIANTO
SUMARSONO
SUTRISNO
KARIADI
JOHAN
SUKARNO
EDI SUPENO
BAMBANG
TRI
KARSONO
DARMAJI
ANDIK
IMAM
ERPAN
ROSID
BAIDOWI
SIGIT
HARJIMAN
TIKNO
AMBAR
AGUS
ENGGAR
RAGIL
ANWARI
SOLEH
31
45
33
58
30
53
34
44
37
3
5
4
8
2
9
4
6
5
9
9
9
6
9
6
9
9
9
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
POSITIF
POSITIF
POSITIF
NEGATIF
NEGATIF
NEGATIF
POSITIF
POSITIF
POSITIF
52
31
32
33
36
54
52
35
34
33
57
34
38
36
58
40
59
8
2
2
3
4
9
11
5
4
3
10
4
8
6
12
4
7
6
9
9
9
9
6
6
9
9
9
6
9
9
9
6
9
6
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
JAM
NEGATIF
NEGATIF
POSITIF
POSITIF
POSITIF
NEGATIF
POSITIF
NEGATIF
NEGATIF
POSITIF
POSITIF
POSITIF
NEGATIF
POSITIF
NEGATIF
POSITIF
POSITIF
LAMPIRAN 4
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Frequencies
Statistics
Umur
N
Valid
Missing
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Lama Kerja
57
57
0
43.72
44.00
34
9.405
0
6.93
7.00
4a
3.321
40
41
Umur
Frequency
Valid
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
30
3.5
3.5
3.5
31
3.5
3.5
7.0
32
3.5
3.5
10.5
33
5.3
5.3
15.8
34
8.8
8.8
24.6
35
5.3
5.3
29.8
36
7.0
7.0
36.8
37
1.8
1.8
38.6
38
3.5
3.5
42.1
39
1.8
1.8
43.9
40
3.5
3.5
47.4
44
3.5
3.5
50.9
45
5.3
5.3
56.1
49
5.3
5.3
61.4
50
3.5
3.5
64.9
51
5.3
5.3
70.2
52
7.0
7.0
77.2
53
3.5
3.5
80.7
54
3.5
3.5
84.2
55
3.5
3.5
87.7
56
3.5
3.5
91.2
57
3.5
3.5
94.7
58
3.5
3.5
98.2
59
1.8
1.8
100.0
57
100.0
100.0
Total
Lama Kerja
Frequency
Valid
Valid
Percent
Percent
Cumulative
Percent
7.0
7.0
7.0
8.8
8.8
15.8
14.0
14.0
29.8
12.3
12.3
42.1
5.3
5.3
47.4
8.8
8.8
56.1
14.0
14.0
70.2
7.0
7.0
77.2
10
7.0
7.0
84.2
11
1.8
1.8
86.0
12
8.8
8.8
94.7
13
1.8
1.8
96.5
14
3.5
3.5
100.0
57
100.0
100.0
Total
Frequencies
Statistics
Umur
N
Valid
Missing
57
0
Umur
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
30-39 Tahun
25
43.9
43.9
43.9
40-49 Tahun
10
17.5
17.5
61.4
50-59 Tahun
22
38.6
38.6
100.0
Total
57
100.0
100.0
42
43
Frequencies
Statistics
Lama Kerja
N
Valid
Missing
57
0
Lama Kerja
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
< 5 Tahun
24
42.1
42.1
42.1
5-9 Tahun
20
35.1
35.1
77.2
10-14 Tahun
13
22.8
22.8
100.0
Total
57
100.0
100.0
LAMPIRAN 5
DISTRIBUSI DATA VARIABEL YANG DI TEELITI
Frequencies
Statistics
Lama
Angka
Pemakaian Kejadian Tinea
Sepatu boots
pedis
N
Valid
Missing
57
57
Frequency Table
Lama Pemakaian Sepatu boots
Frequency
Valid
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
6 Jam
21
36.8
36.8
36.8
9 Jam
36
63.2
63.2
100.0
Total
57
100.0
100.0
Valid
Percent
Percent
Cumulative
Percent
Positif
33
57.9
57.9
57.9
Negatif
24
42.1
42.1
100.0
Total
57
100.0
100.0
44
45
LAMPIRAN 6
HASIL UJI BIVARIAT ANTARA LAMA PEMAKAIAN SEPATU BOOTS
DENGAN ANGKA KEJADIAN TINEA PEDIS
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Missing
Percen
N
t
Valid
Perce
N
nt
Lama Pemakaian Sepatu
boots * Angka Kejadian
Tinea pedis
57
100.0
%
Total
Percen
N
t
.0%
57
100.0
%
6 Jam Count
Expected
Count
% of Total
9 Jam Count
Expected
Count
Total
% of Total
Count
Expected
Count
% of Total
Negatif
Total
14
21
12.2
8.8
21.0
12.3%
24.6%
36.8%
26
10
36
20.8
15.2
36.0
45.6%
33
17.5%
24
63.2%
57
33.0
24.0
57.0
57.9%
42.1%
100.0%
6 Jam Count
Expected
Count
% of Total
9 Jam Count
Expected
Count
Total
% of Total
Count
Expected
Count
46
Negatif
Total
14
21
12.2
8.8
21.0
12.3%
24.6%
36.8%
26
10
36
20.8
15.2
36.0
45.6%
33
17.5%
24
63.2%
57
33.0
24.0
57.0
47
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Asymp.
Sig. (2sided)
df
a
8.229
6.711
8.318
1
1
1
Exact
Sig. (2- Exact Sig.
sided) (1-sided)
.004
.010
.004
.006
8.084
.005
.004
57
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
8.84.
b. Computed only for a 2x2 table