Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

Abses Regio Mandibula

Oleh :
dr. Ricky Johnatan, S.ked

RS AL dr. Midiyato S
Laporan Kasus dr. Internship 2016
RS AL dr. Midiyato S
Oleh: dr. Ricky Johnatan, S.ked
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
Usia : tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : jl.

Jenis Kelamin : Perempuan


Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Tanggal masuk pasien : Desember 2016

ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis.

Tanggal : 16 Desember 2016 ,Jam : 14.20

Keluhan utama : Pipi kiri bengkak 3 hari SMRS


Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan rujukan dari RSUD Bintan ke IGD RS AL dr. Midiyato Suratani
pada tanggal 16 Desember 2016 , pukul 16.40 sore dengan keluhan bengkak pada
pipi kiri sejak 5 hari SMRS. 7 hari SMRS os mengeluh sariawan dan nyeri pada gigi
sebelah kiri. Sariawan tersebut dirasakan di pipi bagian dalam dan lidah. Kemudian
Os merasakan bengkak seperti benjolan bulat dengan diameter sekitar 2cm 5 hari
SMRS. Benjolan dirasakan semakin membesar dan disertai demam dan nyeri. Selain
itu, os juga mengeluh bahwa sariawan di dalam pipi tersebut semakin besar dan nyeri.
Os juga mengeluh sulit untuk membuka mulut karena bengkak tersebut.

Os

menyangkal keluhan mual, muntah dan batuk. Os memiliki kebiasaan yang kurang
baik pada higienitas gigi. Os mengeluh sering memiliki keluhan sakit pada gigi. Os
memiliki riwayat kencing manis dan darah tinggi. Os saat ini sedang mengkonsumsi
Insulin dan amlodipine secara teratur. Os juga memiliki riwayat katarak pada mata
kanan dan kiri dan direncakan untuk dilakukan operasi. Os menyangkal memiliki
alergi terhadap obat.
Riwayat Penyakit Dahulu :
-

Darah Tinggi (+)


Kencing manis (+)
Kolestrol (-)
Asam Urat (-)
Sakit jantung (-)
Sakit Asma (-)

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
2

Tinggi Badan

: 157 cm

Berat Badan

: 65 kg

KU

: Tampak sakit berat

Kesadaran

: Compos Mentis, GCS: E4 V5 M6

Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 88 kali/menit

Suhu

: 37,5 oC

Pernapasan

: 20 kali/menit, abdomino-torakal

Saturasi O2

: 99%

Keadaan gizi

: Obesitas (BMI : 26,38 kg/m2)

Oedem umum

: Tidak ada

Cara berjalan

: Tidak dapat dinilai

Mobilitas ( aktif / pasif )

: Aktif

Umur menurut taksiran pemeriksa

: 42 tahun

Kulit
Warna

: Sawo matang

Effloresensi

: Tidak ada

Jaringan Parut

: Tidak ada

Pertumbuhan rambut

: Lebat

Lembab/Kering

: Lembab

Suhu Raba

: Febris

Keringat

: Biasa

Turgor

: Baik

Ikterus

: Tidak ada

Lapisan Lemak

: Normal

Kelenjar Getah Bening


Submandibula

: Tidak teraba

Leher : Tidak teraba

Supraklavikula

: Tidak teraba

Ketiak : Tidak dilakukan

Lipat paha : Tidak dilakukan

Kepala
Ekspresi wajah

: Biasa

Simetri muka

: Asimetris

Rambut

: Lebat

Pembuluh darah temporal

: Tidak diketahui

Mata
Exophthalamus

: Tidak ada

Enopthalamus: Tidak ada

Kelopak

: Tidak bengkak

Lensa

: Keruh

Konjungtiva

: CA (-), SI (-)

Visus

:Tidak diperiksa

Sklera

: Jernih

Gerakan Mata : Normal

Lapangan penglihatan

: Normal

Deviatio Konjugae

: Tidak diperiksa

Tekanan bola mata : tidak diperiksa


Nistagmus

: Tidak ada

Telinga
Tuli

: Tidak ada

Selaput pendengaran : Tidak diperiksa

Lubang

: Tidak diperiksa

Penyumbatan

: Tidak diperiksa

Serumen

: Tidak diperiksa

Pendarahan

: Tidak diperiksa

Cairan

: Tidak diperiksa

Mulut
Bibir

: Normal

Tonsil

Langit-langit

: Tidak ada kelainan Bau pernapasan: Tidak ada

Trismus

: Ada

Faring

: Tidak ada kelainan Selaput lendir : Tidak ada kelainan

Mukosa bukal

: Terdapat fistel pada mukosa bukal sinistra

Gigi geligi

Lidah

: T1-T1
: ulcerasi <1 cm

8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7

Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP)

: 5-2cm H2O

Kelenjar Tiroid

: Tidak membesar

Kelenjar Limfe

: Tidak teraba

Kaku Kuduk

: Tidak ada

Dada
Bentuk

: Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal

Pembuluh darah : Tidak terlihat


Paru Paru
Depan
Kanan Simetris saat statis dan
dinamis
Kiri
Simetris saat statis dan
dinamis
Palpasi
Kanan Tidak teraba benjolan, sela
iga normal, nyeri tekan (-)
Kiri
Tidak teraba benjolan, sela
iga normal, nyeri tekan (-)
Perkusi
Kanan Sonor di bagian bawah
lapang paru
Kiri
Sonor di semua lapang paru
Auskultasi Kanan Suara vesikuler
Wheezing (-), Ronki (-)
Kiri
Suara vesikuler
Wheezing (-), Ronki (-)
Inspeksi

Belakang
Simetris saat statis dan
dinamis
Simetris saat statis dan
dinamis
Tidak teraba benjolan, sela
iga normal, nyeri tekan (-)
Tidak teraba benjolan, sela
iga normal, nyeri tekan (-)
Sonor di bagian bawah
lapang paru
Sonor di semua lapang paru
Suara vesikuler
Wheezing (-), Ronki (-)
Suara vesikuler
Wheezing (-), Ronki (-)

Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Tidak terlihat ictus cordis


Ictus cordis teraba pada 1cm lateral dari midclavicular sinistra
1. Batas Jantung kanan
: Parasternal kanan ICS 4
2. Batas Jantung Kiri

: 1cm lateral dari linea midclavicular

sinistra
3. Batas Atas Jantung

: Parasternal kiri ICS 3

4. Batas pinggang jantung


: Parasternal kiri ICS 4
Auskultasi BJ I-II murni, reguler, murmur negatif, gallop negatif
Perut
Inspeksi

: bentuk rata

Auskultasi

: bising usus normal ( 10 x/menit )

Perkusi

: timpani

Palpasi

: Supel, Nyeri tekan epigastrium


5

Hati

: tidak teraba membesar

Limpa

: tidak teraba membesar

Ginjal

: tidak teraba

Alat Kelamin (atas indikasi)


Tidak dilakukan
Anggota Gerak
Umum

: Akral atas dan bawah hangat, Edema (- - / - - ), Sianosis (-)

Neurologis

Gerakan
Tonus
Trofi
Kekuatan
Klonus
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Sensibilitas
Tanda meningeal

Lengan
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
5
5
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
Normal
Normal
-

Tungkai
Kanan
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
5
5
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
Normal
Normal
-

PEMERIKSAAN PENUNJANG
14 Desember 2016 di RSUD Bintan
Laboratorium:
Hb

13,7 g/dL (Normal, 11,5 16,5)

Leukosit

11.600 /uL (Normal: 4.000-10.000)

Eritrosit

4,49 (106/ uL) (Normal, 4-6 juta/mm3)

Hematokrit

38,7% (Normal, L: 40-48; P: 37-43%)

Trombosit

195.000 /uL (Normal: 150.000-450.000)

GDS

342 mg/dl (Normal <200)

Cholesterol

232 mg/dL (Normal: 150-220 mg/dL)

HDL Cholesterol

66,2 mg/dL (Normal: 35-55 mg/dL)

LDL Cholesterol

157 mg/dL (Normal: <150 mg/dL)

Trigliserida

44,9 mg/dL (Normal: <200 mg/dL)

Asam Urat

4,3 mg/dl (Normal: L 3,4-7,0mg/dl , P: 2,4-5,7mg/dl)

Ureum

22 mg/dL (Normal: 10-50 mg/dL)

Creatinin

1,0 mg/dL (0,5-1,5 mg/dL)

15 Desember 2016 RSUD Bintan


GDS

262 mg/dl

16 Desember 2016 RS AL Midiyato Suratani


Hb

12,7 gr% (N : 13-16 gr%)

Leukosit

12.000 (N : 4000-10000)

Trombosit

241.000 (N : 150.000-450.000)

Hematokrit

40 (N : 37-43%)

LED

43 (N : <20 mm/jam)

GDS

139 mg/dl (N: 80-120)

Ureum

43 mg/dl (N: 10-50mg/dl)

Kreatinin

1,0 mg/dl (N : 0,5-1,5 mg/dl)

SGOT

17 u/l (N : 31)

SGPT

20 u/l (N: <32)

BUN

20 (N : 23,3 mg/dl)

Elektrokardiogram
16 November 2016 (IGD)

Kesan : Sinus Rhytm,


RINGKASAN

Pasien datang dengan rujukan dari RSUD Bintan ke IGD RS AL dr. Midiyato Suratani
pada tanggal 16 Desember 2016 , pukul 16.40 sore dengan keluhan bengkak pada
pipi kiri sejak 5 hari SMRS. 7 hari SMRS os mengeluh sariawan dan nyeri pada gigi
sebelah kiri. Sariawan tersebut dirasakan di pipi bagian dalam dan lidah. Kemudian
Os merasakan bengkak seperti benjolan bulat dengan diameter sekitar 2cm 5 hari
SMRS. Benjolan dirasakan semakin membesar dan disertai demam dan nyeri. Selain
itu, os juga mengeluh bahwa sariawan di dalam pipi tersebut semakin besar dan nyeri.
Os juga mengeluh sulit untuk membuka mulut karena bengkak tersebut. Os memiliki
kebiasaan yang kurang baik pada higienitas gigi. Os mengeluh sering memiliki
keluhan sakit pada gigi. Os memiliki riwayat kencing manis dan darah tinggi. Os saat
ini sedang mengkonsumsi Insulin dan amlodipine secara teratur. Os juga memiliki
riwayat katarak pada mata kanan dan kiri dan direncakan untuk dilakukan operasi.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
KU

: Tampak sakit berat

Kesadaran

: Compos Mentis, GCS: E4 V5 M6

Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 88 kali/menit

Suhu

: 37,5 oC

Pernapasan

: 20 kali/menit, abdomino-torakal

Saturasi O2

: 99%

Keadaan gizi

: Obesitas (BMI : 26,38 kg/m2)

Kesadaran

: Compos mentis

Kekuatan Otot

: Lengan :

Kanan

Kiri

5
Tungkai:

Kanan

5
Kiri

Mulut
Bibir

: Normal

Tonsil

: T1-T1

Langit-langit : Tidak ada kelainan

Bau pernapasan: Tidak ada

Trismus

Lidah

Faring

: Ada
: Tidak ada kelainan

: ulcerasi <1 cm

Selaput lendir : Tidak ada kelainan

Mukosa bukal : Terdapat fistel pada mukosa bukal sinistra


Gigi geligi

:
9

8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7

Udem anggota gerak : - - / - Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan hasil:


Laboratorium:
Leukosit

11.600 (N : 4000-10000)

LED

43 (N : <20 mm/jam)

GDS

342 mg/dl (Normal <200)

Cholesterol

232 mg/dL (Normal: 150-220 mg/dL)

HDL Cholesterol

66,2 mg/dL (Normal: 35-55 mg/dL)

LDL Cholesterol

157 mg/dL (Normal: <150 mg/dL)

Elektrokardiogram
Kesan : Sinus Rhytm
DIAGNOSIS KERJA DAN DASAR DIAGNOSIS
Diagnosis Banding dan Dasar Diagnosis
Diagnosis Kerja:
1. Abses Regio Mandibula e.c periodontal hiegiene
Dasar yang mendukung : dari anamnesa terdapat beberapa gejala yang didapat
seperti datang dengan
2. Diabetes Melitus tipe 2
Dasar yang mendukung ; dari anamnesa di dapatkan riwayat gula darah yang
tinggi, dengan riwayat penggunaan insulin. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan
3. Hipertensi
Diagnosis Banding
Abses Submandibula

10

PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN


- Foto R Panoramic
- Ct Scan
PENATALAKSANAAN
Farmakologi:
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Ceftriaxone inj 2 x 1 gr
Gentamicine inj 2 x 80 mg
Metronidazole inj 3 x 500mg
Ketorolac inj 2 x 30mg
Noverapid 3 x 10 iu SC
Levemir 14 iu SC
Amlodipin 2 x 10mg oral
Betadine kumur
Nonfarmakologi:
Total Bed Rest
Diet Lunak (bubur) 2000kkal/hari
PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad fungtionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

Catatan Perkembangan (Follow Up)


17 Desember 2016
S : Nyeri pada pipi, sulit membuka mulut
O : Kes : Compos Mentis , KU : Tampak Sakit Berat
TD : mmHg Nadi : x/m RR : x/m S : 3 oC
Kepala

: Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)

Mulut

: Pipi Kiri bengkak (+), ekstra oral agak keras


Intra Oral nyeri (+) fistel (+)

Thorax

: Simetris, Suara Napas Vesikular (+/+), Rhonki (-/-),

11

Wheezing(-/-)
BJ I II murni, reguler, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen : Bising Usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)
A : Abses regio Mandibula, DM tipe 2, HT grade 2
P : - Terapi Lanjukan
- Ranitidin inj.
- Diet lunak/biasa
18 Desember 2016
S : Nyeri pada pipi kiri (+)
O : Kes : Compos Mentis, KU : Tampak sakit ringan
TD : 110/80 mmHg Nadi : 80 x/m RR : 24 x/m S : 36,0 oC
Kepala

: Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)

Mulut

: Nyeri pada ekstra oral teraba keras, intera oral fistel (+)

Thorax

: Simetris, Suara Napas Vesikular (+/+), Rhonki (-/-),


Wheezing (-/-)
BJ I II murni, reguler, mur-mur (-), gallop (-)

Abdomen : Bising Usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)


GDS

: 495 mg/dl

A : Abses Regio Mandibula, DM tipe 2, HT grade 2


P : - Terapi Lanjtkan
- Pro Ct Scan dan Ro Panoramic
19 Desember 2016
S : Nyeri berkurang
O : Kes : Compos Mentis, KU : Tampak sakit ringan
TD : 180/110 mmHg Nadi : 82 x/m RR : 20 x/m S : 36,6 oC
Kepala

: Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)

Mulut

: Nyeri pada ekstra oral teraba keras, intera oral fistel (+) Trismus (-)
Pus (+) warna kemerahan

Thorax

: Simetris, Suara Napas Vesikular (+/+), Rhonki (-/-),


Wheezing (-/-)
BJ I II murni, reguler, mur-mur (-), gallop (-)

Abdomen : Bising Usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)


12

A : Abses Mandibula, DM tip2, HT grade 2


P : - Diet Biasa TKTP
- Terapi lanjutkan
- Besok ke poli Bedah Mulut
20 Desember 2016
S : post, ekstraksi molar 1, Nyeri masih dirasakan
O : Kes : Compos Mentis, KU : Tampak Sakit Ringan
TD : 200/100 mmHg Nadi : 80 x/m RR : 20 x/m S : 36,0 oC
Kepala

: Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)

Mulut

: Nyeri pada ekstra oral teraba keras, intera oral fistel (+) Trismus (-)
Pus (+) warna kemerahan

Thorax

: Simetris, Suara Napas Vesikular (+/+), Rhonki (-/+),


Wheezing (-/-)
BJ I II murni, reguler, mur-mur (-), gallop (-)

Abdomen : Bising Usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)


Hasil CT Scan :

Kesan :
Suggestive gambaran infeksi (abcess) di soft tissue region buccal inferosinistra
submandibular sinistra dengan emphysematous subcutaneous, Sistema tulang intact
Mucosal tickening sinus sphenoidales dan ethmoidales dextra

13

Hasil Ro Panoramic :

Kesan :
Corpus mandibula intact
Caries :
1

Sisa radix dengan eriapikal abcess :

5
Sisa Radix :
8

14

A : Abses Mandibula, DM tipe2, HT grade 2


P : - Ekstraksi gigi Molar 1
- Terapi lanjutkan
- Candesartan 1 x 16mg
21 Desember 2016
S : Nyeri (+), timbul bercak bercak merah di seluruh badan (alergi ayam), gatal (+)
O : Kes : Compos Mentis, KU : Tampak Sakit Ringan
TD : 130/80 mmHg Nadi : 80 x/m RR : 20 x/m S : 36,0 oC
Kepala

: Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)

Thorax

: Simetris, Suara Napas Vesikular (+/+), Rhonki (-/+),


Wheezing (-/-)
BJ I II murni, reguler, mur-mur (-), gallop (-)

Abdomen : Bising Usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)


Efloresensi : Multipel putul, disertai eritema dengan batas tegas di seluruh tubuh
A : Abses Mandibula, DM tip2, HT grade 2, Dermatitis Atopik
P : Incisi Extra Oral di poli Bedah Mulut
Co. Internist
Internist
S : Nyeri (+), timbul bercak bercak merah di seluruh badan (alergi ayam), gatal (+)
O : Kes : Compos Mentis, KU : Tampak Sakit Ringan
TD : 130/80 mmHg Nadi : 80 x/m RR : 20 x/m S : 36,0 oC
Kepala

: Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)

Thorax

: Simetris, Suara Napas Vesikular (+/+), Rhonki (-/+),


Wheezing (-/-)
BJ I II murni, reguler, mur-mur (-), gallop (-)

Abdomen : Bising Usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)


Efloresensi : Multipel putul, disertai eritema dengan batas tegas di seluruh tubuh
A : Abses Mandibula, DM tip2, HT grade 2, Dermatitis Atopik
P : - Cetirizine 2 x 10mg
- CTM 3 X 1tab(4mg)
- Ranitidin 2 x 15 mg

15

22 Desember 2016
S : Nyeri berkurang, Gatal (-), bercak kemerahan berkurang
O : Kes : Compos Mentis, KU : Tampak Sakit Ringan
TD : 160/110 mmHg Nadi : 80 x/m RR : 20 x/m S : 36,0 oC
Kepala

: Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)

Thorax

: Simetris, Suara Napas Vesikular (+/+), Rhonki (-/+),


Wheezing (-/-)
BJ I II murni, reguler, mur-mur (-), gallop (-)

Abdomen : Bising Usus (+) normal, supel, nyeri tekan (-)


A : Abses Mandibula, DM tip2, HT grade 2, Dermatitis Atopik
P : - Pulang, kontrol Selasa 27/12-2016
- Clindamycin 2 x 300mg
- Metronidazol 3 x 500mg

16

- Natrium Diklofenak 2 x 50mg


- Ganti Verban setiap hari di rumah/puskesmas terdekat

17

Abses Mandibula

Pendahuluan
Anatomi
Anatomi Mulut
a Mulut (oris)
Proses pencernaan pertama kali terjadi di dalam rongga mulut. Rongga
mulut dibatasi oleh beberapa bagian, yaitu sebelah atas oleh tulang rahang dan
langit-langit (palatum), sebelah kiri dan kanan oleh otot-otot pipi, serta
sebelah bawah oleh rahang bawah.
1 Rongga Mulut (Cavum Oris)
Rongga mulut merupakan awal dari saluran pencernaan makanan. Pada
rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk
membantu pencernaan makanan, yaitu:
a Gigi (dentis)
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling
makanan menjadi partikel yang kecil-kecil. Gigi tertanam pada rahang
dan diperkuat oleh gusi. Bagian-bagian gigi adalah sebagai berikut:
1 Mahkota Gigi
Bagian ini dilapisi oleh email dan di dalamnya terdapat dentin
(tulang gigi). Lapisan email mengandung zat yang sangat keras,
berwarna putih kekuningan, dan mengilap. Email mengandung
2

banyak garam kalsium.


Tulang Gigi
Tulang gigi terletak di bawah lapisan email. Tulang gigi
meliputi dua bagian, yaitu leher gigi dan akar gigi. Bagian tulang
gigi yang dikelilingi gusi disebut leher gigi, sedangkan tulang gigi
yang tertanam dalam tulang rahang disebut akar gigi. Akar gigi
melekat pada dinding tulang rahang dengan perantara semen.

18

Rongga gigi
Rongga gigi berada di bagian dalam gigi. Di dalam rongga gigi
terdapat pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan saraf.oleh
karena itu, rongga gigi sangat peka terhadap rangsangan panas dan
dingin. Menurut bentuknya, gigi dibedakan menjadi empat macam,
yaitu:
a Gigi seri (incisivus/I), berfungsi untuk memotong-motong
b

makanan.
Gigi taring (caninus/ C), berfungsi untuk merobek-robek

makanan.
Gigi geraham

menghaluskan makanan.
Gigi geraham belakang (Molare/ M), berfungsi untuk

depan

(Premolare/

P),

berfungsi

untuk

menghaluskan makanan.
Pada manusia, ada dua generasi gigi sehingga
dinamakan bersifat diphydont. Generasi gigi tersebut adalah
gigi susu dan gigi permanen. Gigi susu adalah gigi yang
dimiliki oleh anak berusia 1-6 tahun. Jumlahnya 20 buah.
Sedangkan gigi permanen dimiliki oleh anak di atas 6 tahun,
jumlahnya 32 buah.
b Lidah (lingua)
Lidah membentuk lantai dari rongga mulut. Bagian belakang
otot-otot lidah melekat pada tulang hyoid. Lidah tersiri dari 2 jenis
otot, yaiyu:
1 Otot ekstrinsik yang berorigo di luar lidah, insersi di lidah.
2 Otot instrinsik yang berorigo dan insersi di dalam lidah.
Kerja otot lidah ini dapat digerakkan atas 3 bagian, yaitu:
radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), apeks
lingua (ujung lidah). Lidah berfungsi untuk membantu mengunyah
makanan yakni dalam hal membolak-balikkan makanan dalam rongga

19

mulut, membantu dalam menelan makanan, sebagai indera pengecap,


dan membantu dalam berbicara.
Sebagai indera pengecap,pada permukaan lidah terdapat badan
sel saraf perasa (papila). Ada tiga bentuk papila, yaitu:
(1) Papila fungiformis, berbentuk seperti jamur, terletak di bagian
(2)

sisi lidah dan ujung lidah.


Papila filiformis, berbentuk benang-benang halus, terletak di 2/3

bagian depan lidah.


(3) Papila serkumvalata, berbentuk bundar, terletak menyusun
seperti huruf V terbalik di bagian belakang lidah.
Lidah memiliki 10.000 saraf perasa, tapi hanya dapat
mendeteksi 4 sensasi rasa: manis, asam, pahit, dan asin.
c Kelenjar Ludah
Makanan dicerna secara mekanis dengan bantuan gigi, secara
kimiawi dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar
ludah. Kelenjar ludah mengandung menghasilkan saliva. Saliva
mengandung enzim ptyalin atu amylase yang berfungsi mengubah zat
tepung atau amilum menjadi zat gula atau maltosa.
Kelenjar ludah terdiri atas tiga pasang sebagai berikut:
(1)
Kelenjar parotis, terletak di bawah telinga. Kelenjar ini
menghasilkan saliva berbentuk cair yang disebut serosa. Kelenjar
paotis merupakan kelenjar terbesar bermuara di pipi sebelah dalam
berhadapan dengan geraham kedua.
(2) Kelenjar submandibularis / submaksilaris, terletak di bawah
rahang bawah.
(3) Kelenjar
sublingualis,

terletak

di

bawah

lidah.

Kelenjar submandibularis dan sublingualis menghasilkan air dan


lender yang disebut Iseromucus. Kedua kelenjar tersebut bermuara
di tepi lidah.
Anatomi Leher

20

Pada daerah leher terdapat beberapa ruang potesial yang dibatasi oleh fasia
servikalis. Fasia servikalis terdiri dari lapisan jaringan ikat fibrous yang
membungkus organ, otot, saraf dan pembuluh darah serta membagi leher menjadi
beberapa ruang potensial. Fasia servikalis terbagi menjadi dua bagian yaitu fasia
servikalis superfisialis dan fasia servikalis profunda.
Fasia servikalis superfisialis terletak tepat dibawah kulit leher berjalan dari
perlekatannya di prosesus zigomatikus pada bagian superior dan berjalan ke bawah
ke arah toraks dan aksila yang terdiri dari jaringan lemak subkutan. Ruang antara
fasia servikalis superfisialis dan fasia servikalis profunda berisi kelenjar limfe
superfisial, saraf dan pembuluh darah termasuk vena jugularis eksterna.
Fasia servikalis profunda terdiri dari tiga lapisan yaitu (gambar 1):
a

Lapisan superfisial
Lapisan ini membungkus leher secara lengkap, dimulai dari dasar tengkorak
sampai daerah toraks dan aksila. Pada bagian anterior menyebar ke daerah
wajah

dan

melekat

pada

klavikula

serta

membungkus

musculus

sternokleidomastoideus, musculus trapezius, musculus masseter, kelenjar


parotis dan submaksila. Lapisan ini disebut juga lapisan eksternal, investing
layer, lapisan pembungkus dan lapisan anterior.
b

Lapisan media
Lapisan ini dibagi atas dua divisi yaitu divisi muskular dan viscera. Divisi
muskular terletak dibawah lapisan superfisial fasia servikalis profunda dan
membungkus musculus sternohioid, musculus sternotiroid, musculus tirohioid
dan musculus omohioid. Dibagian superior melekat pada os hioid dan kartilago
tiroid serta dibagian inferior melekat pada sternum, klavikula dan skapula.
Divisi viscera membungkus organ-organ anterior leher yaitu kelenjar tiroid,
21

trakea dan esofagus. Di sebelah posterosuperior berawal dari dasar tengkorak


bagian posterior sampai ke esofagus sedangkan bagian anterosuperior melekat
pada kartilago tiroid dan os hioid. Lapisan ini berjalan ke bawah sampai ke
toraks, menutupi trakea dan esofagus serta bersatu dengan perikardium. Fasia
bukkofaringeal adalah bagian dari divisi viscera yang berada pada bagian
posterior faring dan menutupi musculus konstriktor dan musculus buccinator.
c

Lapisan profunda
Lapisan ini dibagi menjadi dua divisi yaitu divisi alar dan prevertebra.
Divisi alar terletak diantara lapisan media fasia servikalis profunda dan divisi
prevertebra, yang berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebra torakal II dan
bersatu dengan divisi viscera lapisan media fasia servikalis profunda. Divisi alar
melengkapi bagian posterolateral ruang retrofaring dan merupakan dinding
anterior dari danger space. Divisi prevertebra berada pada bagian anterior
korpus vertebra dan ke lateral meluas ke prosesus tranversus serta menutupi
otot-otot didaerah tersebut. Berjalan dari dasar tengkorak sampai ke os
koksigeus serta merupakan dinding posterior dari danger space dan dinding
anterior dari korpus vertebra. Ketiga lapisan fasia servikalis profunda ini
membentuk selubung karotis (carotid sheath) yang berjalan dari dasar tengkorak
melalui ruang faringomaksilaris sampai ke toraks.

22

GAMBAR 1. Potongan obliq leher


Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan daerah
sepanjang leher, ruang suprahioid dan ruang infrahioid (gambar 2 ).
1

2.

Ruang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari:


a ruang retrofaring
b ruang bahaya (danger space)
c ruang prevertebra.
Ruang suprahioid terdiri dari:
a
b
c
d
e
f

3.

ruang submandibula
ruang parafaring
ruang parotis
ruang mastikor
ruang peritonsil
ruang temporalis.

Ruang infrahioid
a

ruang pretrakeal.

23

Gambar 2. Potongan sagital leher


Ruang Submandibula
Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. Ruang
sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot miohioid. Ruang submaksila
selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot
digastrikus anterior. (Calhoun KH, 2001) Ruang mandibular dibatasi pada bagian
lateral oleh garis inferior dari badan mandibula, medial oleh perut anterior musculus
digastricus, posterior oleh ligament stylohyoid dan perut posterior dari musculus
digastricus, superior oleh musculus mylohyoid dan hyoglossus, dan inferior oleh
lapisan superficial dari deep servikal fascia. Ruang ini mengandung glandula saliva
sub mandibular dan sub mandibular lymphanodes.
Namun ada pembagian lain yang tidak menyertakan ruang submandibula dan
membagi ruang submandibula atas ruang submental dan ruang submaksila saja. Abses
dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai

24

kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher. (Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus


paranasal, 2007)
Ruang submandibula berhubungan dengan beberapa struktur didekatnya
(gambar 4), oleh karena itu abses submandibula dapat menyebar ke struktur
didekatnya.

Gambar 3
Ruang potensial leher dalam (A) Potongan aksial, (B) potongan sagital.
Ket : SMS: submandibular space; SLS: sublingual space; PPS: parapharyngeal space;
CS: carotid space; MS: masticatory space. SMG: submandibular gland; GGM:
genioglossus muscle; MHM: mylohyoid muscle; MM: masseter muscle; MPM:
medial pterygoid muscle; LPM: lateral pterygoid muscle; TM: temporal muscle.

25

Definisi dan Manifestasi Klinik

Patofisiologi

Teknik Diagnostik

Tatalaksana Non-Farmakologi
Tatalaksana Farmakologi

Daftar Pustaka
1.

26

Anda mungkin juga menyukai