Anda di halaman 1dari 6

A.

PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya, tata laksana kasus hampir tenggelam adalah mengatasi
gangguan oksigenisasi, ventilasi, sirkulasi, keseimbangan asam basa, dan mencegah
kerusakan sistim saraf pusat yang lanjut. Segera setelah korban ditolong, harus
dilakukan resusitasi jantung paru. Oksigen harus diberikan secepatnya dan
dilanjutkan dalam perjalanan ke rumah sakit. Setiap menit yang dilalui tanpa
pernapasan dan sirkulasi yang adekuat menurunkan secara dramatis kesempatan
luaran yang baik.1
RESCUE AND IN-WATER RESUSCITATION
Banyak orang yang tenggelam dapat membantu diri mereka sendiri atau
diselamatkan oleh para pengamat atau penyelamat profesional. Di daerah di mana
penjaga pantai beroperasi, < 6% dari semua yang tenggelam membutuhkan perhatian
medis dan hanya 0,5% perlu CPR.2 Teknik penyelamatan yang aman termasuk
menjangkau orang tenggelam adalah dengan objek seperti tiang, handuk, atau cabang
pohon atau melempar benda apung.3
Jika sadar, orang tersebut harus dibawa ke tanah, dan bantuan hidup dasar
harus dimulai sesegera mungkin.4 Untuk orang yang tidak sadar, resusitasi di air dapat
meningkatkan kemungkinan hasil yang menguntungkan dibandingkan dengan
meluangkan waktu untuk membawa orang tersebut ke tanah. 5 Namun, resusitasi
dalam air hanya mungkin bila dilakukan oleh penyelamat sangat terlatih, dan itu
terdiri dari ventilasi saja.5 Orang yang tenggelam dengan hanya gangguan pernapasan
biasanya dapat merespon setelah diberikan beberapa bantuan napas. Jika tidak ada
respon, orang tersebut harus diasumsikan mengalami serangan jantung dan harus
diambil secepat mungkin ke daratan, di mana CPR yang efektif dapat dimulai. 5
Cedera tulang belakang terjadi kurang dari 0,5% dari orang-orang yang tenggelam,
dan imobilisasi tulang belakang di dalam air diindikasikan hanya dalam kasus dimana
kepala atau cedera tulang belakang dicurigai kuat (misalnya kecelakaan akibat
menyelam, ski air, berselancar, atau perahu)6 Ketika menyelamatkan seseorang dari

air, penyelamat harus mencoba untuk menjaga orang dalam posisi vertikal sambil
menjaga jalan napas terbuka, yang membantu untuk mencegah muntah dan aspirasi
lebih lanjut.7
INITIAL RESUSCITATION IN LAND
Setelah di tanah, orang tenggelam harus ditempatkan dalam posisi terlentang,
dengan tubuh dan kepala pada ketinggisn yang sama (biasanya sejajar dengan garis
pantai) dan pemeriksaan standar untuk menilai respom dan pernapasan harus
dilakukan segera.5 Jika orang tersebut tidak sadar tapi bernapas, posisikan pada posisi
pemulihan (dekubitus lateral).7 Jika orang tersebut tidak bernapas, bantuan untuk
ventilasi pernapasan sangat penting. Tidak seperti serangan jantung, tenggelam dapat
menimbulkan pola terengah-engah atau apnea sementara jantung masih tetap berdetak
dan yang dibutuhkan hanyalah bantuan ventilasi. 2,8,9,10
Serangan jantung setelah tenggelam terutama disebabkan akibat kurangnya
oksigen.9,10,11 Untuk alasan ini, penting bahwa CPR mengikuti urutan airwaybreathing-circulation (ABC) tradisional daripada urutan circulation-airway-breathing
(CAB), dimulai dengan lima napas penyelamatan awal, diikuti 30 kompresi dada, dan
dilanjutkan dengan dua napas penyelamatan dan 30 kompresi dada sampai tandatanda kehidupan muncul kembali, penyelamat kelelahan, atau advance life support
telah ada. Dalam kasus tenggelam, The Europeaan Resuscitation Council lebih
merekomendasikan lima penyelamatan awal napas daripada dua karena ventilasi awal
dapat lebih sulit untuk dicapai, karena air di saluran udara dapat mengganggu alveolar
bekerja secara sempurna.10,12 CPR dengan kompresi dada saja tidak disarankan pada
orang tenggelam.9,10,11
Komplikasi yang paling sering terjadi saat resusitasi adalah regurgitasi isi
lambung, yang terjadi pada lebih dari 65% dari orang yang membutuhkan bantuan
pernapasan dan 86% dari mereka yang membutuhkan CPR. 13 Adanya muntahan di
jalan napas sering mengakibatkan aspirasi lanjut dan penurunan oksigenasi. 5 Upaya
aktif untuk mengeluarkan air dari saluran napas (dengan menekan perut atau

memosisikan head down) harus dihindari karena dapat menunda inisiasi ventilasi dan
sangat meningkatkan risiko muntah dengan peningkatan yang signifikan ke arah
kematian.5,6,7
ADVANCED PREHOSPITAL CARE
Selain

memberikan

bantuan

hidup

dasar

langsung,

penting

untuk

menghubungi advanced-life-support team sesegera mungkin. Seseorang dengan


kerusakan paru mungkin pada awalnya mampu mempertahankan oksigenasi yang
memadai melalui pernapasan abnormal tingkat tinggi dan dapat diberikan pemberian
face mask 15 liter oksigen per menit. Intubasi dini dan ventilasi mekanik ditunjukkan
ketika seseorang menunjukkan tanda-tanda perburukan atau kelelahan.2 Setelah
diintubasi, kebanyakan orang dapat teroksigenasi dan terventilasi secara efektif.
Akses intravena adalah rute alternatif.9 Jika hipotensi tidak terkoreksi oleh
oksigenasi, infus kristaloid cepat harus diberikan, terlepas dari apakah air garam atau
air tawar yang terinhalasi.14 Kasus serangan jantung setelah tenggelam (kelas 6)
biasanya adalah asystole atau pulseless electrical activity (PEA). Ventrikel fibrilasi
jarang dilaporkan tetapi dapat terjadi jika ada riwayat penyakit jantung coroner.15
Selama CPR, jika ventilasi dan kompresi dada tidak memberikan hasil yang baik,
maka serangkaian dosis intravena norepinefrin atau epinefrin, pada dosis 1 mg (atau
0,01 mg per kilogram dari berat tubuh) dapat dipertimbangkan. Karena mekanisme
henti jantung akibat hipoksia dan efek dari hipotermia, pemberian dosis yang lebih
tinggi meskipun kontroversial dapat dipertimbangkan jika dosis awal tidak efektif. 38
Tabel 1 merangkum rekomendasi untuk mulai CPR dan berapa lama harus
dipertahankan pada kasus tenggelam.

CARE IN THE EMERGENCY DEPARTMENT


Semua korban hampir tenggelam harus dirawat di rumah sakit, bagaimanapun
kondisi pasien. 1 Pasien yang tidak bergejala harus diobservasi, minimal selama 24
jam di rumah sakit. Kematian yang lambat dapat terjadi akibat atelektasis yang luas,
edema paru akut, dan hipoksemia setelah pasien meninggalkan ruang gawat
darurat.1,19
Jalan napas harus bersih dari muntahan dan benda asing. Abdominal thrusts
tidak dianjurkan untuk mengeluarkan cairan dari paru. Bila diduga adanya benda
asing, maneuver chest compression atau back blows lebih dianjurkan.1 Bila pasien
dapat bernapas spontan, berikan oksigen 100% yang dilembabkan, dengan
menggunakan masker. Jika korban tidak bernapas, ventilasi darurat segera dilakukan,
setelah membersihkan jalan napas. Pemberian oksigen selanjutnya disesuaikan
dengan hasil pemeriksaan analisis gas darah arteri.1,19 Spina servikal dijaga bila
terdapat kemungkinan cedera tulang leher. Leher diposisikan dalam posisi netral.1

Pemantauan tanda vital, penilaian kardiopulmonal dan neurologis berulang, xray dada, dan penilaian oksigenisasi melalui AGD atau oksimetri perifer harus
dilakukan pada semua korban tenggelam. Pemeriksaan lainnya bergantung kondisi
klinis dan tempat kejadian. Pada korban yang asimptomatikatau gejala minimal,
hampir setengahnya perburukan atau hipoksemia pada 4-8 jam setelah peristiwa
tenggelam.1 Pemantauan suhu inti tubuh merupakan hal penting, pengukuran terbaik
dilakukan pada membrane timpani karena berkorelasi kuat dengan suhu otak. Alat
untuk menghangatkan penderita dapat digunakan selimut penghangat atau radiant
warmer.1
Gejala pernapasan atau edema paru lambat yang ringan sampai berat dapat
terjadi meski awalnya penderita menunjukkan pemeriksaan fisik dan x-ray dada
normal. Sebaliknya, kebanyakan anak dengan gejala minimal saat ke UGD dapat
menjadi asimptomatik dalam 18 jam setelah tenggelam. 1 X-ray dada biasanya
didapatkan gambaran edema antar sel atau edema alveolar. Sebagian besar
menunjukkan adanya infiltrate nodular yang berkonfluensi pada 1/3 medial lapangan
paru.1,19
Menurut Model dan kawan-kawan, 70% kasus mengalami asidosis metabolik.
Bila pasien menunjukkan hipotensi atau tidak ada respons, dianjurkan pemberian
natrium bikarbonat dengan dosis 1 mEq/kg BB secara intravena. Jika pemeriksaan
analisis gas darah dapat dilakukan, natrium bikarbonat diberikan sesuai dengan
rumus:19
Na bikarbonat (mEq) = berat badan (kg) x deficit basa (mEq) x 0,3
Jalan napas harus dibersihkan dari kotoran dan dijamin tetap terbuka. Pada
korban hampir tenggelam yang banyak menelan air, risiko aspirasi muntahan sangat
besar. Oleh karena itu, lambung harus cepat dikosongkan dengan memakai pipa
nasogastrik.19 Pengobatan selanjutnya bergantung pada hasil evaluasi PaO2, PaCO2,
dan pH darah. PaCO2 lebih dari 60 mmHg merupakan indikasi untuk melakukan
bantuan pernapasan. Bila terjadi kegagalan oksigenisasi meskipun telah diberikan
oksigen, perlu dilakukan intubasi endotrakeal.19 Inisial positive end-expiratory

pressure (PEEP) dimulai sekitar 5 cm H2O, dapat di naikkan bertahap hingga 10-15
cm H2O bila oksigenisasi masih belum adekuat (target SaO2>90%).1
Pengobatan lain yang perlu dipertimbangkan adalah pemberian bronkodilator
dan antibiotik. Jika pada pemeriksaan fisis didapatkan bronkospasme, pemberian
bronkodilator

seperti aminofilin intravena atau nebulisasi agonis-2 akan

memberikan hasil yang baik. Pemberian antibiotik pada saat awal tidak dianjurkan,
meskipun seringkali air yang diaspirasi mengalami kontaminasi. Oleh karena itu perlu
pemeriksaan kultur darah, kultur sputum, jumlah lekosit, dan analisis tanda vital.
Pemilihan antibiotik dilakukan berdasarkan kultur darah atau sputum. Penggunaan
obat steroid tidak dianjurkan karena tidak ada bukti baik secara klinis maupun
eksperimental yang menunjukkan bahwa penggunaannya bermanfaat.1,19
B. KOMPLIKASI
Apabila kondisi pasien memburuk maka harus segera dilakukan transfer atau
perujukan pasien pada bagian spesialisasi tertentu. Hal tersebut dilakukan apabila
ditemukan keadaan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hipoksia yang signifikan


Dyspnea yang semakin memburuk
Ditemukan adanya cedera cerebral hipoksia
Ditemukan adanya insufisiensi renal
Ditemukan adanya hemolisis
Hipothermia berat yang membutuhkan bypass kardiopulmonar

Setelah recovery awal pada pasien tenggelam dapat timbul adanya infeksi
nonpulmonar meliputi abses otak, osteomyelitis dan infeksi soft-tissue. Untuk itu
perlu dilakukan monitoring terjadinya infeksi ada pasien tersebut. Penatalaksanaan
infeksi pada pasien tenggelam adalah dengan memberikan antibiotik. Namun, apabila
terapi dengan antibiotik tidak mampu mengontrol terjadinya infeksi, diperlukan
konsultasi bagian bedah. Sedangkan pada pasien tenggelam dengan gangguan
neurologis

diperlukan

neurologisnya.20

terapi

rehabilitasi

untuk

memperbaiki

gangguan

Anda mungkin juga menyukai