Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Minyak Bumi di Indonesia

(100 tahun s/d 1980)

Surface Facilities Engineering Training Program

Sejarah Minyak Bumi di Indonesia

Di Sumatra
1871

Seorang pedagang Belanda di Cirebon, Jan Reerink merupakan orang


pertama yang mencoba melakukan eksplorasi minyak di Indonesia
(dulu Hindia Belanda)

Mulai mengebor sumur di Cibodas, sebuah desa dekat Majalengka dan


Kadipaten, di kaki gunung Cireme, hasilnya gagal.

Kemudian ia melakukan pengeboran di desa Panais, Majalengka,


Cipinang dan Palimanan, dengan mengunakan tenaga uap yang
didatangkan dari Canada, menghasilkan minyak yang sangat kental
disertai dengan air panas yang mancur setinggi 15 meter.

1876 Dengan tidak mendapat pinjaman modal dari Nederlandsche Handel


Maatschappij, ia menyerah dan kembali ke usaha dagang sebelumnya.
1880 Aeilko Jans Zijker, seorang petani tembakau yang pindah dari Jawa
ke Sumatra; di Langkat ia menemukan minyak yang merembes ke
permukaan, kemudian minyak yang sudah menguap tersebut dibawa
ke Jakarta (dulu Batavia) untuk dianalisis, dan dari hasil penyulingan
minyak tersebut menghasilkan 59 % minyak untuk penerangan.
1882 Zijker mencari dana ke negeri Belanda untuk explorasi minyak di
Sumatra Utara.
1883 Zijker mendapat konsesi Telaga Said dari Sultan Langkat.
1884

Zijker mulai mengebor sumur pertama, ternyata gagal.

1885 Sumur kedua, dinamakan Telaga Tunggal, berhasil menemukan


minyak di kedalaman 22 meter, dan sumber utamanya di kedalaman
120 meter.
1890 Zijker memindahkan konsesinya ke Royal Dutch Petroleum,
Zijker meninggal Desember 1890 dengan tiba-tiba di Singapore.
Kepemimpinan perusahaan digantikan oleh De Gelder yang berkantor
di Pangkalan Brandan. Fasilitas lainnya dipasang di Pangkalan Susu.
1892 Kilang Pangkalan Brandan dibangun, selesai dan mulai berproduksi
dari hasil minyak ladang Telaga Said.
1914 NIAM (Nederlandshe Indische Aardolie Maatschappij)
konsesi di Jambi dan di Bunyu, Kalimantan.

mendapat

Riwayat Stanvac
1914 NKPM anak perusahaan Standard New Jersey menemukan ladang
Talang Akar di Sumatra Selatan, yang berkembang menjadi ladang
minyak terbesar yang ditemukan sebelum PD-2.
1926 Untuk mengolah minyak Talang akar NKPM membangun kilang di
Sungai Gerong, Palembang. Pipa transmisi juga dibangun dari
Lapangan Talang Akar ke Kilang Sungai Gerong dan selesai,
kemudian digunakan bersama pengoperasian kilang mulai bulan
Mei 1926 dengan kapasitas awal 3500 barrel perhari.
1933 Standard Oil New Jersey menyatukan sahamnya dengan NKPM
menjadi Standard Vacuum Petroleum Maatschappij (SVPM), yang
kemudian diubah namanya menjadi PT Stanvac. Perusahaan ini
adalah hasil penyatuan produksi dan pengilangan Standard of New
Jersey dengan jaringan pemasaran yang luas, kepunyaan Socony
Vacuum (Standard of New York, sekarang menjadi MOBIL OIL) di
seluruh Asia, Australia dan Afrika Timur.
Dengan terbentuknya perusahaan baru ini dan penemuan dari ladangladang baru, pemasangan pipa tambahan (looping) baru dilakukan dan
kilang minyak Sungai Gerong diperbesar kapasitasnya menjadi
40.000 bpd pada tahun 1936 dan menjadi 46.000 bpd mulai tahun
1940.
Ladang minyak Lirik diketemukan di tahun-tahun sebelum penyerbuan
Jepang, pada Perang Dunia ke-2.

Riwayat Caltex
1924 Standard of Callifornia mengirimkan geologistnya ke Indonesia
tahun 1924.
1930 Kemudian
membentuk
anak
perusahaan
yang
Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM).

dinamakan

1936 NPPM diberi konsesi di daerah Rimba, dikenal dengan Rokan Block,
Sumatra Tengah, yang sebelumnya ditolak oleh Standard of New
Jersey.
Standar of California bersekutu dengan Texaco untuk mengelola dan
sebagai pemilik bersama dengan nama baru yaitu California Texas
Oil Co. (Caltex)
1939 Sumur eksplorasi pertama (Rokan Block) di Sebanga, 65 km utara
Pekanbaru, menunjukkan adanya minyak, kemudian mereka
menemukan juga minyak di Duri.
1940 Pada waktu Caltex sedang mempersiapkan menara pengeboran
untuk Ladang Minas yang menjanjikan, Jepang datang menyerbu ke
Sumatra Utara.
2

1943 Menara pengeboran kemudian dimanfaatkan oleh Jepang untuk


melaksanakan pengeboran struktur Minas, dengan kedalaman 700
meter, menghasilkan 800 bpd.
Peran Ladang Minas setelah dikembangkan menjadi salah satu dari
20 atau 30 ladang minyak raksasa di dunia.

Di J a w a
1886 Seorang insinyur muda di Semarang bernama Andrian Stoop,
berhasil mendapatkan izin dari Gubernur Jendral untuk mengadakan
penyelidikan di Amerika Serikat tentang pengeboran minyak. Dia
berhasil mendapatkan banyak informasi yang berguna dan kemudian
menyusun laporan penting tentang industri minyak di Amerika Utara.
1887 Stoop mendirikan perusahaan baru di Surabaya untuk eksplorasi dan
pengembangan minyak di Jawa yang dinamakan Dordtsche Petroleum
Maatschappij. ia melakukan pengeboran pertama di dekat Surabaya .
Waktu itu Surabaya terkenal dengan perembesan minyak ke
permukaan; minyak ini digunakan untuk menyamak kulit dan dijual
sebagai obat.
1890 Kilang Wonokromo dibangun.
1893 Minyak pelumas pertama dibuat di Wonokromo.
1894

Kilang Cepu dibangun.

1897 Shell Transport dan Trading Company Ltd. Didirikan.


1899 Jan Stoop mengemudikan "mobil yang mengunakan bahan bakar
gasolin " dari Surabaya ke Cepu.
1914 NKPM (Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij) anak
perusahaan Standard Oil of New Jersey, masuk lapangan,
menemukan minyak untuk pertama kali di Cepu.

di Kalimantan
1897 Menten Mengebor sumur pertama di Kutai, Kalimantan.
1899 Shell Transport & Trading Ltd. membuat Kilang di Balikpapan.
1905

Royal Dutch menemukan minyak di Tarakan.

1907 Royal Dutch dan Shell bergabung.

1908 Proses pembuatan lilin dimulai di Balikpapan.


1908 Penggunaan pertama kali gaslifting di kampung Minyak.
1913 Pabrik drum dan kaleng dibangun di Balikpapan.
1925 Aerial photo diintroduksikan untuk eksplorasi minyak.
1929 Shell mengintroduksikan electric well logging.

di Irian Jaya/Papua
1928 Shell telah memulai melakukan survey di Irian.
Pemerintah pada m a s a itu menghimbau kepada Shell bersama
Stanvac (Standard of New Jersey dan Standard of New York) dan
Caltex (Standard of California dan Texaco) untuk mengumpulkan
dana
untuk
mengekplorasi
Irian
Jaya
dan
membentuk
N.V. Nederlansch Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM).
1935 Setelah mencapai kesepakatan, pembagian sahamnya menjadi
sebagai berikut: Shell dan Stanvac masing-masing 40% sedangkan
sisanya yang 20% dipegang oleh Far East Pacific Investment Co.
(anak perusahaan Caltex)
Usaha patungan itu dikelola oleh Shell karena mereka telah
melakukan survey sejak tahun 1928. Pemerintah waktu itu
memberikan hak konsesi khusus selama 50 tahun..
Waktu melakukan eksplorasi NNGPM menghadapi banyak kendala,
daerahnya terpencil dan tanahnya sukar dirambah, cuaca selalu hujan
hampir setiap hari, tenaga kerja yang harus didatangkan dari luar
Irian. Perusahaan hanya menemukan ladang yang kecil-kecil, tidak
menemukan ladang yang besar sebelum 1942. Mereka terpaksa harus
meninggalkan daerah tanpa menghasilkan produksi yang komersil
atas penanaman modal jutaan dollar.

Catatan:
Riwayat Perminyakan di Indonesia ini diambil dari buku kecil " Peringatan 100
Tahun Minyak Bumi di Indonesia", yang diterbitkan di tahun 1985. Jadi
perkembangan sesudahnya tidak diikutsertakan.

Anda mungkin juga menyukai