Anda di halaman 1dari 12

PRESENTASI KASUS

KRISIS HIPERTENSI

Diajukan kepada :
dr. Heppy Oktavianto, Sp.PD, M.Sc
Disusun oleh :
Agustus Wiji Gunardi
Wisnu Lisa Pratiwi
Miranti Probositsi

G4A015061
G4A015118
G4A015150

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2016

LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
KRISIS HIPERTENSI

Disusun oleh :
Agustus Wiji Gunardi
Wisnu Lisa Pratiwi
Miranti Probositsi

G4A015061
G4A015118
G4A015150

Telah dipresentasikan pada


Tanggal,

Mei 2016

Pembimbing,

dr. Heppy O, Sp.PD

BAB I
LAPORAN KASUS
I Identitas Penderita
Nama
: Ny. R
Usia
: 44 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Darmakradenan RT 04/09 Ajibarang
Tanggal masuk : 13 mei 2016
Tanggal periksa : 22 Mei 2016
No. CM
: 00234927
II

Subjektif
1 Keluhan Utama
Sesak
2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Ny. S usia 44 tahun datang ke IGD RSMS pada tanggal 13
meit 2016 jam 11.30 WIB. Pasien mengeluh sesak sejak 3 hari yang
lalu sebelum masuk Rumah Sakit. sesak dirasakan semakin memberat
dari hari ke hari dan frekuensi sesak semakin berat sepanjang hari. .
Keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu pusing, leher terasa kaku,
tidak bisa tidur,batuk dan nyeri ulu hati. Pasien mempunyai riwayat
darah tinggi sejak lama

namun pasien tidak rutin kontrol dan

meminum obat, pasien hanya meminum obat bila ada keluhan.


3

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan serupa : diakui
Riwayat mondok
: diakui
Riwayat OAT
: disangkal
Riwayat hipertensi
: diakui
Riwayat kencing manis
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat maagh
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
4 Riwayat Penyakit Keluarga
a Riwayat keluhan serupa
: disangkal
b Riwayat mondok
: disangkal
c Riwayat hipertensi
: diakui
d Riwayat kencing manis
: disangkal
e Riwayat asma
: disangkal
f Riwayat alergi
: disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


a Community
Pasien tinggal di rumah bersama suami di lingkungan padat
penduduk. Rumah satu dengan yang lain berdekatan. Hubungan
b

antara pasien dengan tetangga dan keluarga dekat baik.


Home
Pasien tinggal di rumah bersama suami dan kedua anaknya. Pasien
tinggal di rumah dengan ukuran 10 x 15 m2 dan dihuni 4 orang,
yaitu pasien, suami, dan 2 orang anak yang berusia 15 tahun dan
yang berusia 22 tahun. Lantai rumah beralaskan keramik, dan ada
beberapa buah jendela serta ventilasi yang kadang-kadang dibuka.
Rumah pasien terdiri dari 3 kamar tidur, satu ruang tamu, satu
ruang keluarga, satu dapur, dan satu kamar mandi dalam, yang
masing-masing memiliki jendela dan ventilasi. Pasien mengaku
memasak menggunakan kompor gas. Lantai kamar mandi
beralaskan keramik dan sumber air berasal dari PAM. Pencahayaan
rumah pasien berasal dari lampu dan sinar matahari yang cukup.
Pasien mengakui bahwa ayah pasien mempunyai riwayat penyakit

yang sama.
Occupational
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien mengaku selama
ini sering berkumpul dengan tetangga sekitarnya. Pembiayaan
rumah sakit ditanggung olah BPJS. Pembiayaan kebutuhan sehari-

hari dibiayai oleh suami.


Personal habit
Pasien mengaku makan sehari 1-2 kali sehari, dengan nasi sebagai
sumber karbohidrat utama, dan lauk daging atau ikan. Pasien
mengaku jarang mengonsumsi sayur-sayuran dan lebih memilih
lauk daging atau goreng-gorengan, makanan bersantan seperti
masak an padang , makanan ikan asin hampir tiap hari, Pasien
mengaku pola makannya tidak teratur sehingga pasien sering
mengeluh nyeri ulu hati. Pasien mengaku tidak pernah merokok.
pasien mengaku tidak pernah olahraga. Pasien tidak rutin
mengonsumsi obat hipertensi.

Objektif
1 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
BB : 46 kg
TB : 155 cm
IMT
Vital sign
- Tekanan Darah
- Nadi
- RR
- Suhu
Status Generalis
1 Kepala
- Bentuk
- Rambut
2

: tampak sakit sedang


: compos mentis, GCS E4M6V5 (15)
: normal
: 210/120 mmHg
: 80x/menit
: 24x/menit
: 36,3 oC

: mesochepal, simetris, venektasi temporal (-)


: warna hitam, tidak mudah dicabut, distribusi

merata, tidak rontok


Mata
a Palpebra
b Konjungtiva
c Sclera
d Pupil

: edema (-/-) ptosis (-/-)


: anemis (-/-)
: ikterik (-/-)
: reflek cahaya (+/+) normal, isokor

3 mm
Telinga
- otore (-/-)
- deformitas (-/-)
- nyeri tekan (-/-)
- discharge (-/-)
Hidung
- nafas cuping hidung (-/-)
- deformitas (-/-)
- discharge (-/-)
- rinorhea (-/-)
Mulut
- bibir sianosis (-)
- bibir kering (-)
- lidah kotor (-)
Leher
- Trakhea
: deviasi trakhea (-/-)
- Kelenjar lymphoid
: tidak membesar, nyeri (-)
- Kelenjar thyroid
: tidak membesar
- JVP
: nampak, tidak kuat angkat
Dada
a Paru

Inspeksi

: bentuk dada simetris, ketinggalan gerak (-),

Jejas (-), Retraksi suprasternalis (-), Retraksi intercostalis


-

(-), Retraksi epigastrik (-)


Palpasi
: vocal fremitus kanan = kiri, ketinggalan

gerak (-)
Perkusi

Batas paru hepar di SIC V LMCD


Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-),

: sonor pada lapang paru kiri dan kanan,

Ronki basah kasar (-/-), ronki basah halus (-/-)


b Jantung
- Inspeksi : ictus cordis nampak pada SIC V 2 jari medial
-

LMCS
Palpasi :

ictus cordis teraba di SIC V 2 jari medial

LMCS, tidak kuat angkat


Perkusi : Batas jantung kanan atas
Batas jantung kiri atas
Batas jantung kanan bawah
Batas jantung kiri bawah

: SIC II LPSD
: SIC II LPSS
:SIC IV LPSD
: SIC V 2 jari

medial LMCS
- Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi
: datar, striae (-)
- Auskultasi
: bising usus (+) normal
- Perkusi
: timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-), nyeri
-

ketok costovertebrae (-)


Palpasi
: supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium,

nyeri tekan costovertebrae (-), undulasi (-)


Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba

9
-

Ekstremitas
Superior : deformitas (-), jari tubuh (-/-), edema (-/-),

sianosis (-/-)
Inferior : deformitas (-), jari tubuh (-/-), edema (-/-), sianosis

(-/-)
Pemeriksaan Penunjang
13/05/16

16/05/16

18/05/16

19/05/16

22/05/16

Hemoglobi

7,0

8.9

9.3

8.6

n
Leukosit

11190

10840

12440

7500

Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
GDS
CK
CKMB
Ureum
Creatinin
Natrium
Kalium
Clorida

21
2.5
195.000
83.3
27.9
32.5
14.9
11.0
88
82
22
232.2
14.51
131
3.3
103

223,4
14.57

26
3.1
215.000
83.6
28.6
34.2
14.4
10.4

29
3.2
229.000
86.5
20.6
30.7
14.1
86.5

26
3.0
199.000
86.9
28.6
33.2
13.8
10.6

210,8
14,28

91.2
6.80

67.8
5.96

III

IV

Diagnosis: krisis hipertensi


CKD
IHD
Anemia sedang
Planning
1 Terapi
a Farmakologi
1 Infus RL 10 tpm
2 Inj Ceftriakson 2x1
3 Inj furosemide 3xII amp
4 Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
5 Amlodipine 1x10 mg
6 Clonidine 2x1
7 ISDN 3x5 mg
8 Bicnat 3x1 p.o
9 irbesartan 1x300 mg
10 CaCO3 3x1
11 PCT 3x1
12 Ambroxol 3x1
13 Diazepam 2 mg 0-0-1
14 As folat 3x1
b Non Farmakologi
1) Edukasi pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit
Hipertensi, penyebab, pengobatan, efek samping obat dan
komplikasinya.
2) Makan makanan yang bergizi. Hindari makanan bersantan , asin,
2

gorengan dan mulai berolahraga


Monitoring
a Keadaan umum dan kesadaran
b Tanda vital
c Evaluasi klinis
- Pasien dievaluasi setiap hari kontrol tekanan darah
- Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat
-

goreng dan hindari banyak pikiran hingga stress


Evaluasi efek samping
- Periksa fungsi ginjal ( ureum, kreatinin)
e Evaluasi keteraturan obat
Prognosis
Keberhasilan kesembuhan penyakit krisis hipertensi tergantung pada:
a Kepatuhan minum obat
b Komunikasi dan edukasi serta pengawasan minum obat
c Umur penderita
d

serta ada tidaknya komplikasi


Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik
Evaluasi asupan makanan hindari makanan bersantan, asin, goreng-

d Penyakit yang menyertai


Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam

BAB II
PEMBAHASAN
A Definisi Krisis Hipertensi
Krisis hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang mendadak dengan
tekanan darah sistolik 180 mmHg dan atau diastolik 120 mmHg, dengan
kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target yang
membutuhkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi (Sudoyo
AW,2009). JNC 7 tidak menyertakan hipertensi krisis ke dalam tiga stadium
klasifikasi hipertensi, namun hipertensi krisis dikategorikan dalam
pembahasan hipertensi sebagai keadaan khusus yang memerlukan
tatalaksana yang lebih agresif (Vidt DG, 2010).

Epidemiologi
Dari populasi Hipertensi (HT), ditaksir 70% menderita HT ringan, 20%HT
sedang dan 10% HT berat. Pada setiap jenis HT ini dapat timbul krisis
hipertensi dimana tekanan darah (TD) diastolik sangat meningkat sampai
120 130

mmHg

yang

merupakan

suatu

kegawatan

medik

dan

memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa


penderita. Angkakejadian krisis HT menurut laporan dari hasil penelitian
dekade lalu di Negara maju berkisar 2 7% dari populasi HT, terutama
pada usia 40 60 tahun dengan pengobatan yang tidak teratur selama 2
10 tahun. Angka Ini menjadi lebih rendah lagi dalam 10 tahun belakangan
ini karena kemajuan dalam pengobatanHT, seperti di Amerika hanya lebih
kurang 1% dari 60 juta penduduk yang menderita hipertensi. Di Indonesia
belum ada laporan tentang angka kejadian ini ( Zipes et all, 2005).

Dua puluh persen pasien hipertensi yang datang ke UGD adalah


pasien hipertensi krisis. Data di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan
prevalensi hipertensi dari 6,7% pada penduduk berusia 20-39 tahun, menjadi
65% pada penduduk berusia diatas 60 tahun. Data ini dari total penduduk
30% diantaranya menderita hipertensi dan hampir 1%-2% akan berlanjut
menjadi hipertensi krisis disertai kerusakan organ target. Sebagian besar
pasien dengan stroke perdarahan mengalami hipertensi krisis (Tjandrawinata
RR.,2014).

Secara global, angka kejadian hipertensi primer yang mengalami


progresi menjadi krisis hipertensi hanya kurang dari 1%. Rendahnya angka
yang tampaknya disebabkan oleh makin terjangkaunya terapi hipertensi
sebaiknya tidak membuat kita puas sebab semua hipertensi memiliki potensi
untuk berkembang menjadi krisis hipertensi (Sudoyo,2009).

CEtiologi
Faktor penyebab hipertensi intinyaterdapat perubahan vascular,

berupa

disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun

faktor

penyebab hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum


dipahami. Diduga karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara
cepat disertai peningkatan resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah
yang

mendadak ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis

fibrinoid arteriol

sehingga membuat kerusakan vaskular, deposisi

platelet, fibrin dan


kerusakan fungsi autoregulasi. ( Zipes et all, 2005).
Etiologi krisis hipertensi
1. Penyakit ginjal pielonefritis kronik, glomerulonephritis,kelainan
vascular pada glomerulus, SLE, sistemik sclerosis, vaskulitis ginjal,
nefritis tubuloinsterstitial, penyakit vascular pada ginjal, stenosis
arteri ginjal, fibromuskular dysplasia, penyakit arterosklerosis
renovaskular, makroskopis poliartritis nodusa.

2. Obat-obatan >abrupt withdrawal of a controly acting a2 adrenergic


drug (clonidine, methyldopa)
3. Kehamilan eklamsi pre eklamsi berat
4. Endokrin

primary
aldosteronism,

pheocromocitoma,

glucocorticoid excess, renin-secretin minor,


5. Kelainan saraf pusat CVA infarction/hemoragic , cidera kepala
DKlasifikasi

Anda mungkin juga menyukai