Pendahuluan
Setiap makhluk hidup terdiri atas sel. Sel merupakan satuan unit terkecil dari
kehidupan suatu makhluk hidup. Setiap sel melakukan pembelahan yang bertujuan untuk
memperbanyak sel. Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup berhubungan erat
dengan pembelahan sel ini. Proses sel yang paling mendasar berupa duplikasi DNA di dalam
kromosom dapat disebut dengan siklus sel. Siklus ini mengatur pertumbuhan sel dengan
meregulasi pembelahan dan mengatur perkembangan sel. Namun, tidak semua sel membelah
dengan baik sehingga terjadi pembelahan yang abnormal. Pembelahan abnormal ini lah yang
dapat memicu suatu penyakit pada manusia seperti luka yang tidak kunjung sembuh dan
mengalami pelebaran pada daerah luka tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dijelaskan tentang pembelahan sel yang normal dan abnormal serta komunikasi antar sel
dalam tubuh manusia. Tujuan pembuatan makalah ini agar pembaca mengetahui tahapantahapan pembelahan sel beserta fungsi setiap tahap pembelahan tersebut serta cara
komunikasi antar sel dalam makhluk hidup.
Pembelahan Sel
Pembelahan sel adalah peristiwa dimana sebuah sel membelah menjadi dua atau lebih
sel baru. Sel tersebut melakukan pembelahan untuk berkembang biak dan memperbanyak sel
tubuh sehingga makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang. DNA melakukan duplikasi
dalam kromosom sehingga terjadi sebuah siklus, yaitu siklus sel. Siklus sel bersifat kontinu
dan berulang (proliferasi).1 Keberhasilan dari suatu siklus sel menentukan untuk melanjutkan
pada fase yang berikutnya. Fase-fase pada siklus sel diantaranya :
1. Fase G1 (gap 1)
Pada fase ini, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh. Sel sangat aktif
sehingga sel tumbuh dengan cepat. Sel yang tidak membelah pada umumnya tetap
berada fase G1 di sepanjang rentang kehidupannya.2
2. Fase S (sintesis)
Merupakan tahap terjadinya replikasi DNA. Setiap kromosom kemudian
berisi dua dobel helix DNA identik yang disebut kromatid dan menyatu pada
sentromer. Umumnya membutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk menyelesaikan
tahap ini.
3. Fase G2 (gap 2)
Fase ini merupakan pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan mitosis. Fase
ini sangat penting dalam metabolisme dan pertumbuhan sel sebelum memasuki fase
mitosis.2
Ketiga fase diatas sering disebut dengan masa interfase. Setelah melalui 3 fase
tersebut, kemudian dilanjutkan dengan fase mitosis.
4. Fase M (mitosis)
Tahap dimana terjadi pembelahan sel. Pada mitosis, sel akan membelah diri
membentuk dua sel anak yang terpisah dan terjadi beberapa fase, yakni profase,
metafase, anafase, dan telofase. Interval waktu pada masa ini ialah 1 jam.
5. Fase G0
Fase yang baru saja mengalami pembelahan berada pada keadaan diam atau
sel tidak melakukan pertumbuhan atau tidak melakukan aktifitas. Pada umumnya, sel
pada orang dewasa berada dalam fase ini. Namun, bisa di stimulasi diantaranya
perubahan kepadatan sel, asupan nutrisi, dll.
1. Profase
Kromosom menebal menjadi pilinan yang besar dan dapat terlihat dengan
jelas. Setiap kromosom berisi dua kromatid yang akan disatukan oleh sentromer.
Pasangan sentriol berpisah dengan pergi ke kutub berseberangan inti (nukleus) yang
digerakan oleh mikrotubul. Nukleolus dan membran inti menghilang sehingga
memungkinkan benang spindel memasuki nukleus. Mikrotubul pendek dapat
berinteraksi dengan benang spindel polar yang menyebabkan kromosom bergerak
dengan cepat. Mikrotubul membentang dari sentriol ke kinetokor dari dua kromatid
yang membuat kerangka gelendong mitosis.
2. Metafase
Serat gelendong terbentuk sempurna antara kutub, kromosom menggantung
melalui sentromernya dan bergerak menuju bidang ekuator. Sentromer pada semua
kromosom saling berikatan.Gerakan akan berhenti bila semua pasangan kromatid
mencapai ekuator sel.
3. Anafase
Sentromer mengganda sehingga kromatid mempunyai sentromer sendirisendiri. Kromatid yang berasal dari satu kromosom berpisah dan pindah ke kutub
yang berseberangan. Bergeraknya kromatid ke kutub diduga oleh peranan mikrotubul
yang memendek dan memanjang. Mikrotubul yang menggantung pada kromosom
memendek sedangkan yang menghubungkan kedua kutub memanjang, sehingga sel
jadi ikut panjang.
4. Telofase
Pada fase ini, kromatid telah sampai di kutub masing-masing. Namun,
kromosom merenggang menjadi kromatin sekali lagi. Kemudian, anak inti (nukleolus)
muncul kembali pada tahap ini. Diluar inti sel, serat-serat gelendong mulai pecah dan
pada akhirnya sentriol anakan telah tumbuh dan sentriol dewasa telah tumbuh pada
setiap kutub.
Pembelahan Meiosis
Meiosis terdiri atas dua pembelahan sel terspesialisasi yang berurutan, dimana jumlah
kromosom dari sel-sel yang dihasilkan dikurangi dari jumlah diploid (2n) menjadi haploid
(n).5 Jumlah kromosom harus dikurangi setengahnya saat gametogenesis, agar jumlah
kromosom suatu makhluk hidup tetap terjaga setelah fertilisasi.Pembelahan meiosis terdiri
atas dua tahap yaitu meiosis I dan meiosis II. Masing-masing tahap mempunyai 4 fase yaitu
profase, metafase, anafase, dan telofase. Diantara meiosis I dan meiosis II terdapat fase
istirahat atau disebut interkinesis. Hasil pembelahan meiosis terdiri atas 4 sel anakan.
1. Profase I
Profase meiosis I berbeda dengan profase mitosis dalam tersusunnya
kromosom-kromosom
homolog
menjadi
sebelah-menyebelah
dalam
proses
perpasangan yang disebut sinapsis. Pada profase I terdiri atas 5 sub fase, yaitu :
a. Leptoten
Tahap dimana terdapat benang tipis dimana kromosom-kromosom
mulai terkondensasi, sebagai akibatnya tanda-tanda pertama struktur serupa
benang mulai muncul dan DNA kromatin berpilin rapat dan padat.
b. Zigoten
Pada tahap ini, kromosom-kromosom homolog bertemu dan bergabung
yang disebut dengan sinopsis. Sedangkan homolog yang berpasangan disebut
bivalen.
c. Pakiten
Tahap benang tebal dimana pada beberapa tempat terjadi persilangan
antara kromatin yang bergandengan disebut chiasma. Kromosom homolog
yang bergandengan rapat dengan kromatid memiliki rangkap dua yang disebut
tetrad.
d. Diploten
Pada tahap diploten, kromosom homolog saling menjauh dan pada
setiap chiasma kromatid tak seasal melakukan pindah silang (crossing over).
Fase ini berlangsung cukup lama karena terhenti pada saat waktu bayi yang
kemudian dilanjutkan pada masa pubertas.
e. Diakinesis
Tahap dimana nukleolus dan membran inti menghilang dan sentrosom
pindah ke kutub berseberangan.
2. Metafase I
Dalam fase ini, kromosom berpindah ke bidang ekuator dan pembentukan
serat gelendong lengkap. Sentromer setiap pasang homolog menempel pada
gelendong, satu diatas dan satu dibawah ekuator.
3. Anafase I
Kromosom homolog saling berpindah dan dan bergerak menuju kutub yang
berseberangan.
4. Telofase I
Terdapat selaput inti kembali dan terbentuknya dua sel anakan dengan kromosom
separuh induk.
Interkinesis
Masa istirahat antara pembelahan meiosis I dan meiosis II. Lama atau tidaknya
masa ini tergantung pada spesiesnya. Tak ada sesuatu apa pun yang penting secara genetika
terjadi selama interkinesis.5 Perbedaan antara interfase mitosis dan interkinesis meiosis yaitu
tidak terjadi sintesis DNA selama interkinesis.
1. Profase II
Tahap ini memiliki waktu yang singkat dan selaput inti pun menghilang.
Sentrosom mengganda dengan masing-masing mengandung sepasang sentriol.
2. Metafase II
Terbentuknya serat gelendong yang sempurna dan kromosom pindah ke bidang
ekuator.
3. Anafase II
Sel memanjang menurut poros kutub ke kutub dan sentromer berpisah dan pindah
ke kutub berseberangan.
4. Telofase II
Selaput inti kembali terbentuk, nukleolus muncul dan melekat pada suatu bagian
kromatin dan menghasilkan 4 sel anakan.
Tabel 1. Beberapa Perbedaan Mitosis dan Meiosis5
Mitosis
Kromosom-kromosom
homolog
Meiosis
tidak Kromosom-kromosom bersinapsis dan
genetik
antara
kromosom-kromosom homolog
Menghasilkan empat sel anakan yang
normal. Sel kanker juga menghasilkan faktor angiogenik yang menyebabkan faktor pembuluh
darah tumbuh ke dalam jaringan kanker sehingga memberi nutrisi untuk pertumbuhan sel
kanker.6 Sel kanker sangat berbahaya bagi tubuh karena jumlah nya terus bertambah setiap
hari dan sel kanker akan menyerap semua nutrisi yang tersedia pada tubuh untuk
kelangsungan hidupnya. Akibatnya, sel normal mengalami kematian akibat kekurangan
nutrisi.
melalui jarak jauh (endokrin). Pada sinapsis, pesan tidak disiarkan secara luas tetapi
dikirimkan secara cepat dan khusus untuk sel target individu melalui jalur khusus.
Earl W. Sutherland, pelopor jalur transduksi sinyal, menyelidiki bagaimana hewan
epinefrin merangsang pemecahan (depolimerisasi) polisakarida glikogen yang di simpan di
dalam sel hati dan sel otot. Dengan melakukan penelitian tersebut, Sutherland menunjukkan
bahwa proses berlangsung pensinyalan dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu penerimaan,
transduksi, dan respons.
1. Penerimaan sinyal
Merupakan pendeteksian sinyal yang datang dari luar sel oleh sel target. 7 Sel
yang menjadi target sinyal kimiawi memiliki molekul berupa protein yang akan
mengenali molekul sinyal. Sebagian besar molekul sinyal larut dalam air yang
melekat pada tempat-tempat tertentu dan menjadi reseptor dalam membran sel.
Terdapat tiga reseptor utama yaitu, reseptor protein G terkait, reseptor tirosin
kinase, dan reseptor saluran ion.
a. Reseptor Protein G Terkait
Reseptor yang bekerja pada bagian membran plasma dengan bantuan
suatu protein yang disebut protein G. Reseptor protein G terkait sangat serupa
strukturnya dan memiliki tujuh helix-. Protein G berfungsi sebagai saklar
yang dapat di on/off kan tergantung diantara kedua nukleotida guanin, yakni
GDP atau GTP. Ketika sinyal kimiawi terikaat dengan sisi reseptor protein G
terkait, reseptor akan diaktifkan, sehingga mengaktifkan protein G. Reseptor
ini memediasi respon-respon terhadap keragaman yang besar dari molekul
sinyal ekstraseluler.
ini
dapat
membantu
sel
mengatur
dan
dan
Penutup
Sel berperan sangat penting bagi setiap makhluk hidup. Pembelahan sel yang
sempurna terjadi jika pembelahan mitosis dan meiosis lengkap serta adanya komunikasi antar
sel yang baik pada tubuh makhluk hidup. Terjadinya sel abnormal karena adanya sel yang
tumbuh secara berlebihan dan merusak pertumbuhan sel yang normal dan dapat
memungkinkan terjadinya penyakit kanker.
Daftar Pustaka
1. Priastini R, Hartono B, Rijadi A, Goenawan J, William, Lumbanraja SM, et al. Dasar
2.
3.
4.
5.
6.
7.
18,235
8. Stansfield W, Cano R, Colome J. Biologi molekuler dan sel. Jakarta : Penerbit
Erlangga; 2006.h.101